Disusun Oleh :
Siti Soleha
(14.401.16.080)
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar di dalam
tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal yang
melapisi dinding rongga abdominal, dan peritoneum visceral yang menyelaputi
semua organ yang berada di dalan rongga itu, yang bisa terdapat di antara dua
lapis ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. (Andriayani, 2015)
Peritonitis adalah suatu bentuk penyakit akut, dan merupakan kasus bedah
darurat, dapat terjadi secara local maupun umum, melalui proses infeksi akibat
perforasi usus, misalnya pada rupture appendiks atau diverticulum kolon, maupun
non infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster,
keluarnya asam empedu pada pperforasi kandung empedu, pada wanita peritoritis
sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau rupture ovarium. (Warsinggih,
2016)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya peritonitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke
rongga peritoneum dan terjadi peradangan. (Triyadi, 2014)
Bakteri yang sering menyebabkan peritonitis yaitu Escheria coli (40%), klebsiella
pneumonia (7%). Streptococcus pneumonia (15%), pseudomonas species, proteu
species, dan gram negative lainnya (20%), streptococcus lainnya (15%),
staphylococcus (3%).
Peritonitis juga bisa disebabkan secara langsung dari luar seperti operasi
yang tidak steril, terkontaminasi talcum veltum, lypodium, dan sulfonamide, serta
trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa, dan rupture hati. (Triyadi, 2014)
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen, nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun
tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita
bergerak. Gejala lainnya Meliputi:
a. Demam
Temperature lebih dari 38C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
b. Mual dan muntah
Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi
peritoneum.
c. Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan
hipovolemik intravascular, dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi,
penurunan output urin dan syok. (Triyadi, 2014)
4. Klasifikasi
Peritonitis diklasifikasikan menjadi:
a. Menurut Agens
1. Peritonitis kimia
Misalnya peritonitis yang disebabkan karena asam lambung, cairan
empedu, cairan pancreas yang masuk ke rongga abdomen akibat
perforasi.
2. Peritonitis septik
Merupakan peritonitis yang disebabkan kuman. Misalnya karena
ada perforasi usus, sehingga kuman-kuman usus dapat sampai ke
peritoneum dan menimbulkan peradangan.
b. Menurut Sumber Kuman
1. Peritonitis primer
Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari
penyebaran secara hematogen. Sering juga disebut sebagai
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk
yang paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi atau
nekrosa (infeksi transmueal) dari kelainan organ visera dengan
inokulasi bacterial pada rongga peritoneum.
Peritonitis primer dibedakan menjadi:
a) Spesifik
Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang spesifik,
misalnya kuman tuberkulosa.
b) Non-Spesifik
Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non
spesifik, misalnya kuman penyebab pneumonia yang tidak
spesifik.
2. Peritonitis Sekunder
Peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa penyebab uttama,
diantaranya adalah:
a) Invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus
gastrointestinal atau traktus genitourinarius ke dalam
rongga abdomen, misalnya: pada perforasi appendiks,
perforasi gaster, perforasi kolon oleh diverticulitis,
volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
b) Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pancreas ke
peritoneum saat terjadi pankreatitis, atau keluarnya asam
akibat trauma pada traktus biliaris.
c) Benda asing asing, misalnya peritoneal dialysis catheters.
3. Peritonitis Tersier
Biasanya terjadi pada pasien dengan Continous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD), dan pada pasien imunokompromise.
Organisme penyebab biasanya organisme yang hidup dikulit, yaitu
coagulase negative Staphylococcus, S.Aureus, gram negative
bacilli, dan candida, mycobacteri dan fungus. (Warsinggih, 2016)
5. Patofisiologi
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-
organ abdomen, rupture saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrosa,
kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,
tetapi dapat menetap sehingga menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis
local dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme
pertahanan tubuh dengan melokalisisr sumber peritonitis dengan omentum dan
usus. Pada peritonitis yang tidak terlokalisisr dapat terjadi peritonitis difus,
kemudian menjadi peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan organ-organ
intra abdominal dan lapisan peritoneum visceral visceral dan parietal. Parietal ini
menyebabkan aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik. Cairan
dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi dan oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri
masuk ke dalam pembuluh darah. (Warsinggih, 2016)
invasi kuman ke lapisan peritoneum oleh berbagai kelainan oleh sistem gastrointestinal dan penyebaran
infeksi dari organ abdomen atau perforasi organ
Pasca trauma abdomen
c. Ansietas
1) Tujuan / Kriteria Evaluasi
a) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diantara
lain:
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh
tekanan.
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi sensori
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan tehnik relaksasi untuk meredakan
ansietass.
b) Mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator ansietas
pasien sendiri.
c) Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative
secara tepat.
d) Memiliki tanda-tanda vital yang tepat.
2) Aktivitas Keperawatan
Observasi
1. Mengkaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasie,
termasuk reaksi fisik.
2. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
3. Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien.
Penyuluhan untuk pasien / Keluarga
1. Menginformasikan tentang gejala ansietas
2. Mengajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan
antara serangan panic dan gejala penyakit fisik.
3. Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi.
Aktivitas Kolaboratif
1. Memberikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
2. Berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan
secar verbal pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.