Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PERITONITIS

DI RUANG GARDENIA RSDH

DI SUSUN OLEH :
YUSPIA LESTARI
18210100132

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
WEB OF CAUSATION PERITONITIS

Bakteri (Ex. E. Coli)

Masuk melalui makanan

Masuk saluran pencernaan

Inflamasi di peritoneum

Peritonitis

Keluar eksudat Tukak lambung Nyeri abdomen


fibrinosa

Kerusakan Abdomen kaku,


mukosa tegang
Abses

Produksi HCL MK : Nyeri akut


Perlekatan meningkat
Kemerahan
fibrinosa

Rasa sakit menyebar


Penurunan aktivitas Degradasi mucus
Edema
peristaltik
Gelisah
Produksi cairan Perforasi
Atoni usus

Bakteri masuk MK : Gangguan


Mk : Hipertermia
Obstruksi usus ke peritorium rasa nyaman

Dilatasi usus

Mual Peradangan lapisan


Produksi cairan
menurun
MK : Risiko infeksi
Anoreksia

Dehidrasi

Mk : Defisit nutrisi Invasi


D bedah laparatomi Kerusakan jaringan

Mk : Hipovolemia

MK : Gangguan
integritas kulit/jaringan
INSIDENSI
DEFINISI
Pada pasien dengan asites, prevalensi
Peritonitis adalah peradanagan pada
peritonitis dapat mencapai hingga 18%.
peritoneum (lapisan membran serosa
Angka ini meningkat dibandingkan dua
rongga abdomen) lainnya. (Arif
dekade yang lalu di mana prevalensi
muttaqin, 2011)
peritonitis hanya 8% pada pasien asites.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-
Dahulu peritonitis bakteri spontan
lapisan membran serosa rongga abdomen
dianggap hanya dapat terbentuk pada
dan meliputi visera (Brunner dan
pasien dengan sirosis alkoholik, namun
Sudarth, 2001)
sekarang diketahui bahwa peritonitis dapat
ditemukan pada pasien dengan semua

JENIS-JENIS jenis sirosis. Peritonitis bakterial spontan

Ada 2 jenis peritonitis, yaitu : adalah infeksi bakteri yang paling sering

Peritonitis bakteri spontan atau primer pada pasien sirosis. Peritonitis bakterial
(Spontaneous bacterial peritonitis/SBP) spontan dilaporkan ditemukan pada 10-

disebabkan oleh infeksi cairan pada 30% pasien sirosis yang dirawat di rumah

peritoneum (rongga perut), biasanya sakit. Sebuah penelitian oleh Ghosh et

berhubungan dengan penyakit hati atau ginjal. al di India menemukan bahwa selama tiga
Peritonitis sekunder terjadi ketika bakteri dari tahun, di satu rumah sakit besar terdapat

saluran pencernaan menyebar dan memasuki 545 pasien dengan diagnosis peritonitis

peritoneum (rongga perut). Seringkali hal ini sekunder, dan 84,58% pasien tersebut

terjadi karena ada kebocoran di saluran adalah laki-laki.


pencernaan.

FAKTOR PENYEBAB
Infeksi merupakan penyebab terbesar terjadinya kasus peritonitis. Dalam kasus yang jarang terjadi,
infeksi berasal dari peritoneum itu sendiri, tetapi umumnya terjadi akibat infeksi dari tempat lain di
dalam tubuh. Ruptur yang merupakan bocornya isi usus ke dalam rongga perut tepatnya pada usus
seringkali menjadi sumber infeksi. Ruptur berasal dari usus buntu yang pecah atau lubang yang
terbentuk akibat ulkus lambung yang parah. Orang-orang pada jenis dialisis ginjal yang melibatkan
pertukaran cairan peritoneum, misalkan CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) juga bisa
menyebabkan terjadinya infeksi. Penyebab lain yang dapat menyebabkan peritonitis, antara lain luka
atau cedera perut, usus buntu yang pecah, tukak lambung, usus besar berlubang, divertikulitis,
pankreatitis atau radang pankreas, sirosis hati atau penyakit hati lain, infeksi pada kantung empedu,
usus, ataupun aliran darah, penyakit radang panggul hingga penyakit Crohn.
ETIOLOGI
Etiologi peritonitis dapat dibagi menjadi primer,
sekunder, dan tersier. Peritonitis dapat TANDA DAN GEJALA

diklasifikasikan sebagai primer bila terjadi 1. Demam

infeksi yang berasal dari diseminasi hematogen 2. Mual dan muntah

sumber infeksi yang jauh atau inokulasi 3. Diare, rasa haus berlebihan

langsung. Peritonitis sekunder dapat 4. Kehilangan selera makan

diasosiasikan dengan sebuah proses patologis di 5. Denyut jantung cepat

organ viseral, seperti perforasi atau trauma. 6. Sulit buang air besar dan buang

Peritonitis tersier adalah adanya infeksi intra air kecil

abdominal yang persisten atau rekuren walaupun


sudah dilakukan tatalaksana adekuat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Sinar-x dada dapat menunjukkan udara dan kadar cairan serta
lengkungusus yang terdistensi
3. Pemindaian CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses
4. Aspirasi per peritoneal dan pemeriksaan kultur serta sensiviitas cairan
terasirasi dapat menunjukkan infeksi dan mengidentifikasi organisme
penyebab

TATALAKSANA
1. Pengganti sebuah cairan, koloid dan elektrolit
2. Analgestik diberikan untuk mengatasi nyeri
3. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah
4. Intub sebagai usus dan pengigetahan membantu dalam
menghilangkan distensi abdomen dan dalam meningkatkan fungsi usus
5. Terapi oksigen dengan kanula nasal
6. Terapi antibiotik masif biasanya dimulai di awal pengobatan peritonitis
7. Tindakan bedah
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
3. Hipertermia berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh
B. Rencana Asuhan Keperawatan

No Hari/Tgl/Jam No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Selasa/10 Mei (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08066)
2022/ 11.30 1. Nyeri akut berhubungan dengan keperawatan selama 2X24 jam Observasi
distensi abdomen diharapkan masalah teratasi dengan 1. Identifikasi lokasi nyeri dan
kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
2. Pasien tenang dan tidak meringis 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
4. Atur interval waktu pengecekan
Edukasi
5. Anjurkan pasien melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik, jika perlu
2. Selasa/10 Mei (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
2022/11.30 2. Defisit nutrisi berhubungan selama 2X24 jam diharapkan masalah Observasi
dengan mual dan muntah teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor yang
1. Nafsu makan pasien membaik mempengaruhi asupan gizi
2. Mual muntah berkurang 2. Identifikasi pola makan
3. Porsi makan meningkat 3. Monitor mual dan muntah
Terapeutik
4. Anjurkan pasien makan sedikit-
sedikit tapi sering
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemenuhan nutrisi
3. Selasa/10 Mei (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
2022/11.30 3. Hipertermia berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh Observasi
kenaikan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia
1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun 3. Monitor komplikasi akibat
3. Tekanan darah membaik hipertermia
4. Suhu tubuh membaik
Terapeutik
4. Sediakan lingkungan yang dingin
(atur suhu ruangan)
5. Longgarkan atau lepas pakaian
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Berikan obat penurun panas
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bing.com/search?q=etiologi+peritonitis&cvid=1ab78a55d79a4c93b69745b42e6
6eb8e&aqs=edge.4.69i57j0l8.10130j0j4&pglt=2083&FORM=ANAB01&PC=ASTS
&ntref=
https://www.honestdocs.id/peritonitis
https://www.academia.edu/11562167/LAPORAN_PENDAHULUAN_PERITONITIS
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/peritonitis/etiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/peritonitis/epidemiologi
PPNI, T.P.S.D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defisit Dan indikator
Diagnostik (1.ed). DPP.PPNI.

PPNI, T.P.S.D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit Dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1.ed). DPP.PPNI.

PPNI, T.P.S.D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defisit Dan Tindakan
Keperawatan (1.ed). DPP.PPNI

Anda mungkin juga menyukai