Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

Disusun Oleh :

BETA SELI NOVIANTI

P1337420318073

2 REGULER B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

TAHUN 2020
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

A. DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini
biasanya mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan
bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.(Nurafif
& Kusuma, 2015)
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner &
Suddarth, 2014)
Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut
kuadran bawah kanan abdomen dan penyebab paling umum dari pembedahan
abdomen darurat.Pria lebih banyak terkena daripada wanita , remaja lebih
banyak dari orang dewasa dan insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10
sampai 30 tahun. (Baughman dan Hackly, 2016)

B. KLASIFIKASI
Menurut Nurafif dan Kusuma (2015), apendisitis diklasifikasikan menjadi 3
yaitu :
1. Apendisitis Akut
Apendisitis akut adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteria dan faktor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu).Tumor apendiks dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasite (E.histolytica).
2. Apendisitis Rekurens
Apendiks rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan
bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.Kelainan ini terjadi
bila serangan apendiks yang pertama kali sembuh spontan.Namun
apendiks ini tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena fibrosis dan
jaringan parut.
3. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopis dan
mikroskopis (fibrosis menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial
atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus dimukosa dan
infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi.

C. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
prediposisi yaitu :
1. Faktor yang sering terjadi adalah obstruksi lumen .Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid , ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen apendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli dan
streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita .Yang terbanyak pada umur 15_30
tahun ( remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
a. Apendiks yang terlalu panjang
b. Massa apendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limfoid dalam lumen apendiks
d. Kelainan katup dipangkal apendiks ( Krismanuel, H., 2012)

Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya apendisitis


adalah disebabkan oleh adanya obstruksi dan gaya hidup manusia yang kurang
dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Baughman & Hackley (2016), manifestasi klinis apendisitis
meliputi :
1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah,mual
dan sering muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina
anterior dan ilium ) nyeri tekan setempat karena tekanna dan sedikit kaku
dari bagian bawah otot rektus kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri
tekan, spasm otot, dan konstipasi atau diare kambuhan.
4. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah
yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
5. Jika terjadi rupture apendiks , maka nyeri akan menjadi lebih melebar,
terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limpoid, fekalit, banda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Apabila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat . Hal
tersebut akan mengakibatkan obstruksi vena , edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding . Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infrak dinding apendiks yang diikuti
dengan gengren. Stadium tersebut disebut apendisitis gangrenosa. Apabila
dinding yang rapuh itu pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
Apabila proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah
apendiktomi. Jika tidak dilakukan tindakan segera mungkin maka peradangan
apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. (Mansjoer, 2012)
F. PATHWAYS
Hiperplasi limfoid, benda asing, erosi
mukosa apendiks, fekalit, striktur dan
tumor

Obstruksi

Mukosa Terbendung

Apendiks Teregang

Nyeri Akut Tekanan intraluminal

Aliran darah terganggu

Ulserasi dan invasi bakteri pada


dinding apendiks

Apendisitis

Peradangan meluas ke Trombosis pada vena


peritonium Peningkatan leukosit dan
suhu tubuh intramural

Peritonitis Pembengkakan
Hipertermi dan iskemia

Perforasi
Ansietas Pembedahan Operasi

Luka insisi PK Perdarahan

Nyeri Jalan masuk


Defisit
kuman
perawatan diri

Resiko infeksi
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan (konvensional atau laparatomi ) apabila didiagnosa
apendisitis telah ditegakkan dan harus segera dilakukan untuk
mengurangi resiko perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan
dilakukan.
c. Agen analgesic dapat diberikan setelah diagnose ditegakkan.
d. Operasi apendiktomi, bila diagnose telah ditegakkan tindakan yang
harus dilakukan adalah operasi pembuangan apendiks .Penundaan
apendiktomi dengan cara pemberian antibiotic dapat mengakibatkan
abses dan perforasi.Pada abses apendiks dilakukan drainage .
( Brunner & Suddarth, 2014 )
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan mencangkup upaya meredakan nyeri, mencegah
deficit volume cairan , mengatasi ansietas, mengurangi resiko infeksi
yang disebabkan oleh gangguan potensial atau actual pada saluran
gastrointestinal dan mempertahankan integritas kulit serta mencapai
nutrisi yang optimal.
b. Sebelum operasi , siapkan pasien untuk menjalani pembedahan .Mulai
jalur IV berikan antibiotic, dan masukkan selang nasogastric (bila
terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laktasif.
c. Setelah operasi , posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgesic
narkotik sesuai program , berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
d. Jika drain terpasang di area insisi , pantau secara ketat adanya tanda-
tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder
( Brunner & Suddarth, 2014 )
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama, usia : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30
tahun, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan Utama
Klien akan mendapat nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah.Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri dipusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus menerus
dan disertai dengan keluhan lain seperti mual, muntah dan demam.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan klien mulai pertama / saat dirumah
sampai di RS / di rawat.
2) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien
sekarang.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe,
pernapasan dangkal.
b. B2 (Blood)
Sirkulasi klien mungkin takikardi.
c. B3 (Brain)
Ada perasaan takut, penampilan tidak tenang, dan data psikologis klien
gelisah.
d. B4 (Bladder) : -

e. B5 (Bowel)
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi di titik Mc. Burney.
Berat badan sebagai indicator pemberian obat. Malaise untuk
beraktivitas. Eliminasi konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang
terjadi diare.
f. B6 ( Bone)
Nyeri pad akuadran kanan bawah Karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi/proses penyakit pada apendiks
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi ( distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi) atau agen injuri fisik (luka post operasi)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya nyeri post Operasi
5. Ansietas berhubungan dengan prosedur bedah

J. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Selama masa 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat
berhubungan perawatan, nyeri secara nyeri untuk
dengan agen berkurang atau komprehensif menentukan intervensi
injuri biologi hilang, dengan termasuk lokasi, selanjutnya
(distensi kriteria hasil : karakteristik, 2. Perubahan TTV
jaringan a. Menunjukkan frekuensi, kualitas, merupakan indicator
intenstinal oleh penurunan skala dan faktor. terjadinya nyeri
inflamasi) atau nyeri 2. Monitor TTV 3. Posisi yang nyaman
agen injuri b. Menggambarkan 3. Berikan posisi klien mengurangi penekanan
fisik (luka post rasa nyaman yang nyaman : semi dan mengurangi nyeri
operasi) c. Mengalami fowler 4. Teknik relaksasi napas
peningkatan nafsu 4. Ajarkan tekhnik dalam membuat pasien
makan relaksasi napas nyaman.
dalam 5. Analgesik mengurangi
5. Kolaborasi nyeri
pemberian 6. Mengetahui
analgesic pengalaman klien
6. Kaji pengalaman dalam mengatasi nyeri
klien mengatasi 7. Cara untuk
nyeri mengurangi nyeri
7. Ajarkan teknik
kompres hangat

Hipertermi Selama masa 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui


berhubungan perawatan hipertermi ( terutama suhu) perkembangan suhu
dengan pada klien teratasi 2. Berikan kompres tubuh klien
infeksi/proses dengan kriteria hasil : hangat 2. Membantu
penyakit a. Kulit tidak teraba 3. Anjurkan memakai menghilangkan panas
apendiks hangat pakaian tipis tubuh secara konduksi
b. Kulit pasien tidak 4. Anjurkan banyak 3. Untuk membantu
kemerahan minum air putih penguapan panas
c. Suhu normal 36,5- 5. Kolaborasi 4. Cairan dapat mengatur
37,5 °C pemberian suhu tubuh
antibiotic : 5. Antibiotic berfungsi
ceftriaxone 1 gr membunuh kuman
6. Batasi aktivitas penyebab infeksi
fisik 6. Aktivitas dapat
meningkatkan
metabolisme
Ansietas Selama masa 1. Monitor tingkat 1. Untuk
berhubungan perawatan diharapkan kecemasan klien 1x menentukan intervensi
dengan ansietas pada klien sehari selanjutnya.
prosedur bedah teratasi dengan 2. Beri kesempatan 2. Dengan
kriteria hasil : klien untuk mendengarkan keluhan,
a. Klien dapat mengungkapkan klien akan merasa
melaporkan rasa perasaannya diperhatikan dan dapat
nyaman dalam 3. Beri informasi mengurangi kecemasan.
1x24 jam tentang perawatan 3. Pemberian
b. Klien dapat yang diperlukan informasi adekuat dapat
beristirahat selama dirawat menurunkan kecemasan
c. Ekspresi wajah (Pre-post operasi) dan dapat melakukan
tidak tegang 4. Ciptakan perawatan dengan baik.
lingkungan yang 4. Agar klien tidak
tenang bosan dalam
menghadapi perawatan.
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Segera timbulnya
berhubungan tindakan keperawatan gejala infeksi dugaan
dengan diharapkan tidak sistemik dan lokal. infeksi/abses/sepsis
tindakan terjadi infeksi pada 2. Monitor WBC, memudahkan untuk
invasive luka post operasi. inspeksi kulit dan merencanakan
Kriteria Hasil : membrane mukosa tindakan lanjutan.
a. Bebas dari tanda terhadap 2. Dapat
dan gejala infeksi kemerahan, menurunkan/mencegah
b. Higien pribadi drainase, cuci terjadinya infeksi.
yang adekuat tangan sebelum dan 3. Memungkinkan
sesudah tindakan. menurunkan jumlah
3. Kolaborasi dengan organisme pada infeksi
dokter pemberian yang telah ada.
antibiotic. 4. Memberikan deteksi
4. Pantau insisi luka dini terjadinya situasi
dan balutan, catat proses infeksi/
karakteristik rainase pengawasan
luka/ adanya penyembuhan.
eritema 5. Memberi pengetahuan
5. Berikan informasi klien /keluarga
yang adekuat sehingga membantu
terhadap kondisi menurunkan
klien. kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS. Jogjakarta:Mediaction Jogja
2. Nurafif,Amin Huda&Hardhi Kusuma.2015,Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jilid
3.Jogjakarta:Mediaction Publishing
3. Smeltzer,S.C&Brenda G.Bare.2014.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth’s Edisi 10.Jakarta:EGC
4. Baughman,D&Hackley,J.2016.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
5. Mansjoer.2012.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aescupapus
6. https://id.scribd.com/doc/93093949/laporan-pendahuluan-apendisitis

Anda mungkin juga menyukai