O
DENGAN CIDERA KEPALA BERAT (CKB)
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Oleh :
(48933191619)
(48933191620)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma
kepala. Di Indonesia, cidera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian
dewasa dibawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cidera
otak, keluarga dan masyarakat.
Berbagai derajat gejala termasuk kehilangan kesadaran, mual, muntah, sakit
kepala, dan hilang ingatan mungkin tampak terkait dengan keparahan cidera kepala.
Pengobatan disesuaikan tergantung keparahan dan jangkauan cedera. Pengobatan
berkisar mulai observasi tanda memburuk seperti rasa kantuk, meningkatnya sakit
kepala atau pusing (cedera kepala minor) untuk mengambil gumpalan darah pada otak
untuk meringankan tekanan pada otak (disebabkan oleh gumpalan darah) atau
pemasukan monitor tekanan otak (cedera kepala akut ). (Tarwoto, 2007)
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan cidera kepala berat
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian cidera kepala
berat (CKB)
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan etiologi CKB
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan patofisiologi CKB
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan manifestasi klinik CKB
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan CKB
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pathways CKB
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
(Irwana,2009)
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
B. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana mekanismenya. Apa
penyebab nyeri/cedera : Peluru kecepatan tinggi? Objek yang membentuk
kepala ? Jatuh ? Darimana arah dan kekuatan pukulan?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera sebelumnya,
atau kejang/tidak. Apakah ada penyakit sistemik seperti DM, penyakit
jantung dan pernapasan. Apakah klien dilahirkan secara forcep/ vakum.
Apakah pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan neurologis
sebelumnya. Jika pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya.
Bagaimana asupan nutrisi.
c. Riwayat Keluarga
Apakah ibu klien pernah mengalami pre eklamsia/eklamsia,
penyakit sistemis seperti DM, hipertensi, penyakit degenerative lainnya.
d. Pengkajian Head To Toe
Pemeriksaan kulit dan rambut : Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit
dan rambut pasien
Pemeriksaan kepala dan leher : Pemeriksaan mulai dari kepala, mata,
hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun
gangguan pada indera. Pada penderita stroke biasanya terjadi gangguan
pada penglihatan maupun pembicaraan
Pemeriksaan dada
- Paru-paru
- Jantung
Batas normal jantung yaitu: Kanan atas: SIC II RSB, kiri atas: SIC
II LSB, kanan bawah: SIC IV RSB, kiri bawah: SIC V medial 2 MCS
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
C.
G. Pathways Keperawatan
Cidera kepala
Kerusakan
jaringan
Kejang
Iskemia Risiko infeksi
Gangguan
pola nafas
Gangguan motorik Gangguan mobilisasi fisik
Mual mutan
Penurunan fungsi pendengaran
Pandangan kabur
Nyeri kepala
A. Pengkajian
I. Pengkajian Primer
1) Airway
Ada sumbatan jalan napas, ada suara tambahan snoring, pasien terpasang
OPA
2) Breathing
Look : ada pengembangan dinding dada, frekuensi pernapasan
12x/menit, tidak ada trauma pada dada, pasien terpasang ETT
Listen : terdengar suara tambahan snoring
Feel : terasa hembusan napas, terlihat otot bantu pernapasan
3) Circulation
Akral dingin, warna kulit pucat, terdapat trauma servikal, nadi
84x/menit, tekanan darah 114/69 mmHg, Suhu 37,2oC, CRT >3 detik.
4) Disability
GCS (E3M4Vet), kesadaran sopor, respon pupil terhadap cahaya baik,
pupil isokor.
5) Exposure
Terdapat trauma servikal, terdapat luka pada wajah dan kaki, ada fraktur
femur, tibia, fibula dextra.
Keterangan :
Laki- laki
Perempuan
Pasien
Tinggal serumah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran
darah.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot akibat
fraktur
C. Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria hasil Planning Ttd
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas :
keperawatan selama 3x24 jam lakukan pengisapan lendir
diharapkan jalan napas klien dengan cara suction dan
kembali efektif, dengan pemasangan OPA
2. Pantau frekuensi irama dan
kriteria hasil :
Tidak ada suara napas kedalaman pernapasan
3. Auskultasi bunyi napas
tambahan 4. Atur posisi klien untuk
Tidak terdapat otot
memaksimalkan ventilasi
bantu pernapasan 5. Bantuan ventilasi :
memasang ventilator untuk
meningkatkan pola napas.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan faktor-faktor yang
keperawatan selama 3x24 jam berhubungan dengan
diharapkan perfusi jaringan keadaan klien yang
serebral kembali normal, menyebabkan penurunan
dengan kriteria hasil : kesadaran.
Tingkat kesadaran 2. Pantau dan catat status
normal atau lebih baik neurologis
Reflek pupil baik 3. Monitor TTV
TTV normal 4. Monitor keadaan pupil dan
reaksi terhadap cahaya
5. Kolaborasi pemberian obat
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
2. Kaji derajat imobilitas
keperawatan selama 3x24 jam
3. Bantu latihan tirah baring
diharapkan klien dapat
pasif
bergerak normal, dengan 4. Atur posisi klien yang
kriteria hasil : nyaman
Tidak membutuhkan
bantuan orang lain
Mampu melakukan
mobilisasi secara
mandiri
Tidak membutuhkan
alat bantu
D. Implementasi
No.
Tanggal/Jam Implementasi Respon Klien Ttd
Dx
10/05/16 1. 1. Manajemen jalan Ds : -
16.00 Do : klien telah dilakukan
napas : melakukan
suction dan terpasang OPA,
pengisapan lendir
suara napas tambahan
dengan cara suction
berkurang
dan pemasangan OPA
Ds : -
2. Menguskultasi bunyi
Do : suara napas tambahan
napas
berkurang
Ds : -
3. Bantuan ventilasi :
Do : klien telah dipasang
memasang ventilator
ventilator
11/05/16
untuk meningkatkan
09.00
pola napas.
Ds : -
Do : RR 13x/menit, irama
1. Memantau frekuensi teratur
irama dan kedalaman
pernapasan Ds : -
12/05/16 Do : klien telah dilakukan
10.00
suction, dan lendir
berkurang
2. Manajemen jalan Ds : -
napas : melakukan Do : klien telah dilakukan
pengisapan lendir suction dan lendir
dengan cara suction berkurang, OPA sudah
dilepas.
1. Manajemen jalan Ds : -
Do : RR 17x/menit, SPO2
napas : melakukan
99%, Nadi 85x/menit
pengisapan lendir
dengan cara suction Ds : -
Do : klien tampak nyaman
dengan posisi terlentang
2. Memantau frekuensi Ds : -
irama dan kedalaman Do : klien terpasang ETT
pernapasan. dan ventilator
4. Bantuan ventilasi :
memasang ventilator
untuk meningkatkan
pola napas.
1. Monitor TTV Ds : -
Do : TD : 125/86mmHg,
nadi : 85x/menit, RR :
2. Memantau dan 17x/menit
Ds : -
mencatat status
Do : tingkat kesadaran sopor
neurologis GCS (E3M4Vet)
3. Kolaborasi pemberian Ds : -
Do : obat masuk lewat IV
obat
Ds : -
1. Mengkaji derajat
Do : klien tampak tidak bisa
imobilitas
menggerakkan anggota
tubuhnya, terdapat fraktur
pada kaki sebelah kanan
2. Membantu latihan
Ds : -
tirah baring secara Do : klien telah dilakukan
pasif latihan tirah baring
3. Mengatur posisi klien Ds : -
Do : klien tampak nyaman
yang nyaman
dalam posisi terlentang
E. Evaluasi
Tanggal/Jam Dx. Keperawatan Evaluasi Ttd
12/05/16 Ketidakefektifan S:-
13.30 O : KU lemas, RR 17x/menit, suara
bersihan jalan napas
napas tambahan berkurang, klien
berhubungan dengan
bernapas masih dibantu ventilator,
obstruksi jalan napas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 5
12/05/16 Gangguan perfusi S : -
13.40 O : tingkat kesadaran sopor, GCS
jaringan serebral
(E3M4Vet), terdapat trauma dikepala
berhubungan dengan
dan leher akibat kecelakaan lalu
terputusnya aliran
darah. lintas, klien terpasang neck colar,
TD : 125/86mmHg, nadi :
85x/menit, RR : 17x/menit, pupil
isokor, reaksi terhadap cahaya baik
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 5
12/05/16 Gangguan mobilitas S : -
13.50 O : klien tampak lemah, tidak bisa
fisik berhubungan
menggerakkan anggota tubuhnya
dengan penurunan
sendiri, terdapat fraktur femur, tibia,
kekuatan otot akibat
fibula dextra, klien dalam posisi
fraktur
terlentang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-4
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
(Irwana,2009).
Cidera kepala biasanya disebabkan karena : Kecelakaan, jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. Cedera akibat kekerasan, Benda tumpul,
kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak, Benda tajam,
kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak, misalnya
tertembak peluru atau benda tajam.
B. Saran
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat manjadi referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam
pembuatan asuhan keperawatan cidera kepala berat. Kami sebagai penyusun menyadari
adanya kekurangan yang terdapat dalam asuhan keperawatan ini, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembacanya bagi kami sebagai penyusun
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA