Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK


Disusun untuk memenuhi persyaratan salah satu mata kuliah
Keperawatan Dewasa

Kelompok 2
Disusun oleh :
1. Nessy Afriyanti (211211915) 10.Diede Nadhila Usman (21121189)

2. Jihan Hasanah Arzi (211211906) 11. Khalda Salsabila Rahmah (211211907)

3. Yoga Yuanda Putra (211211931) 12. Wulan Nabila Ulfa (211211930)

4. Mesi jumita (211211911) 13. Annisa Rahma (211211948)

5. Nazla Khorizah Haz (211211914) 14. Halimah Jumadil D(211211904)

6. Muthia Elza Putri (211211913) 15. Aldila Rahmawati (211211890)

7. Efrina Rizki Azhari (211211898) 16. Nofta Andra (211211939)

8. Nadya Martha Nisya (211211940) 17. Diva Salsabilla (211211896)

9. Slandion Hidayat (211211923) 18. Fadillah al husna (211211899)

Dosen Pengampu :

Ns. Lola Despitasari, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “Asuhan
Keperawatan Katarak ”

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada Dosen Pengampu Ns. Lola Despta, M.Kep yang telah
membimbing dan memberikan tugas kepada kelompok 2.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini adalah langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu karena keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna khususnya bagi kelompok 3 dan pihak lain yang
berkepentingan lain pada umumnya.

Padang, 05 Desember 2023

Kelo
mpok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan Umum.................................................................................................................2
C. Tujuan Khusus.................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................4

A. Defenisi...........................................................................................................................4

B. Etiologi............................................................................................................................4
C. Klasifikasi.......................................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis...........................................................................................................5
E. Komplikasi......................................................................................................................7
F. Patofisiologi.....................................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................8
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................32

A. Kesimpulan.....................................................................................................................32
B. Saran...............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mata merupakan bagian panca indera yang sangat penting dibanding indera
lainnya. Mata sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang
memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata
hingga menimbulkan kebutaan. Buta adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu
apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata
dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat
atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah
dikatakan buta.
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan
lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina sehingga
menyebabkan keburaman atau penglihatan yang kabur. Saat kekeruhan terjadi,
maka terjadi pula kerusakan penglihatan. Katarak memiliki derajat keparahan
yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, seperti kelainan
bawaan, kecacatan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.
Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan pada
masing-masing mata jarang sama.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien
mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan
pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan
pada > 90% kasus. Sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau
mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau
infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.
Penyakit ini dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi buah-buahan
yang banyak mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E.
Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih,
lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
Penatalaksannaan medis untuk pasien katarak adalah pembedahan (EKEK dan
EKIK).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Di Maksud Dengan Katarak?
2. Bagaimana Etiologi Dari Katarak?
3. Bagaimana Klasifikasi Katarak?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Dari Katarak?
5. Bagaimana Komplikasi Dari Katarak?
6. Bagaimana Patofisiologi Dari Katarak?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Katarak?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Katarak?
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Di Maksud Dengan Katarak


2. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Katarak
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Klinis Dari Katarak
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Katarak
5. Untuk Mengetahui Komplikasi Dari Katarak
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Dari Katarak
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dari Katarak
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Dari Katarak

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit Katarak
1. Definisi
Katarak adalah suatu keaadaan dimana lensa mata yang
biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Katarak berasal dari
kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Pasien katarak
melihat seakan tertutup air terjun dimatanya. Seorang yang
pengidap katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut.
Katarak merupakan suatu penyakit yang dialami oleh
lanjut usia akibat dari proses penuaaan dan dapat terjadi pada
saat kelahiran (kongenital) maupun trauma (kecelakaan).
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit untuk
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina (Ii, 2015).
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa kristalina.
Faktor yang berpengaruh seperti usia yang lebih tua, pola
hidup, genetik, trauma pada mata. Katarak senilis pada lansia
beresiko menyebabkan gangguan penglihatan dan yang
paling parah adalah kebutaan. Penurunan penglihatan
pada lansia akan berdampak pada kemandirian
yang dilakukan(Rahmawati dkk., 2020).

2. Etiologi katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Ada
faktor lain yang menyebabkan katarak yaitu dapat
mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
seperti diabetes miletus, obat tertentu, sinal ultra violet B dari
cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alcohol, gizi
kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata.

3. Manifestasi klinis
Menurut Kemenkes RI, 2020 Manifestasi klinis pasien katarak
antara lain :
a. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang
keruh
b. Mata jadi sangat sensitive terhadap cahaya
c. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
d. Pada pupil terdapat bercak putih
e. Penglihatan/pandangan mata kabur, suram atau seperti
ada bayangan awan atau asap
f. Ada lingkaran putih saat memandang sinar
g. Penglihatan ganda
h. Rasa nyeri pada mata

4. Patofisiologi katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa,
misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya
terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik,
seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi
dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade
ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama (Siswoyo, 2013 dalam
(Studi dkk., 2015)).
5. WOC/Pathway

Usia Congenital Cedera mata Penyakit


lanjut atau bisa metabolic
dan diturunkan (misalnya
proses
DM)
penuaan

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple


(zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah
lensa)

Hilangnya tranparansi lensa

Perubahan kimia didalam protein lensa

Koagulasi

Mengaburkan pandangan

Tidak Gangguan penerimaan


mengena sensori/status organ indera
l sumber
informasi

Menurunn
Defisiensi/ ya
kurang
pengetahuan

Resiko cedera Gangguan persepsi


sensori perseptual
penglihatan
6. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia
kurang dari 1 tahun.
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. 3.
c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun (Patel, 2019).

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

a. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu


kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak
kekeruhan yang tidak teratur.
b. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga
lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan
iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
c. Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
d. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses
degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Patel, 2019).

7. Komplikasi
Komplikasi operasi katarak dapat berupa komplikasi
preoperatif, intraoperatif, postoperative awal, postoperative
lanjut, dan komplikasi berkaitan dengan lensa intra ocular
(intra ocular lens, IOL). Yang terjadi pada komplikai
intraopratif, antara lain pendangkalan kamera okuli anterior,
dislokasi lensa kristalin ke posterior, dan pendarahan.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa akuaeus, penglihatan ke
retina, penyakit system saraf.
b. Lapang penglihatan: penurunan mungkin di sebabkan oleh
glukoma

c. Pengukuran tonografi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)


d. Test provokatif
e. Pemeriksaan oftamologis: mengkaji struktur internal
okuler, pupil oedema, perdarahan retina, dilatasi &
pemeriksaan belahan lampu memastikan Dx Katarak
f. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
g. Test toleransi glaukosa/ FBS

9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan tingkat
terganggunya kualitas hidup pasien dan keparahannya. Sampai
saat ini katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
pembedahan atau oprasi. Tidak ada nonbedah (kacamata, tetes
mata, obat) yang dapat menyembuhkan katarak atau mencegah
katarak yang terkait usia. Namun pada Gejala-gejala yang
timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih
terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada
tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
BAB III
Asuhan Keperawatan dengan penyakit katarak

A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien meliputi : Nama, Tempat/Tanggal Lahir, Jenis
Kelamin,
Status Perkawinan, Agama, Suku
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien dengan penyakit katarak biasanya terjadi
penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti pandangan kabur, kesulitan membaca,
pandangan ganda atau hilangnya daerah penglihatan
soliter.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Status okuler umum pasien. Apakah pasien mengalami
kesulitan melihat pada jarak dekat atau jauh?
Bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral?
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat
pertama nenek
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran : biasanya composmentis
3) Tanda-tanda vital : suhu normal atau meningkat, nadi
dalam batas normal, tekanan darah normal atau
meningkat, pernapasan normal atau meningkat.
4) Pemeriksaan review of system (ROS)
a) System pernapasan : didapat peningkatan frekuensi
nafas atau masi dalam normal.
b) System sirkulasi
c) System persyarafan
d) System perkemihan
e) System pencernaan
f) System musculoskeletal
g) System penglihatan
Biasanya ditemukan mata kiri dan kanan simetris
antara kiri dan kanan, kelopak mata tidak ada odem
kecuali jika terjadi infeksi karena akan terjadi odem
5) Pola fungsi kesehatan
a) Persepsi terhadap kesehatan
Bagaimana pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol
dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yanglainnya.

b) Pola aktifitas dan latihan


Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas atau perawatan diri, dengan skor 0=
mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan
orang lain dan alat, 4= tergantung atau tidak
mampu.
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien apakah ada
kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain,
apakah ada sering terbangun.
d) Pola nutrisi
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada
anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu
makan pasien,ada keluhan atau tidak, adakah
penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan
terakhir.
e) Pola aktivitas dan istirahat
Adanya perubahan aktivitas biasanya/hobi
sehubung dengan gangguan penglihatan klien.
f) Pola eliminasi
Biasanya pada pasien katarak tidak ada gangguan
pada pola eliminasi.
g) Pola peran dan hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas
kerja,system pendukung dalam menghadapi
masalah dan bagaimana dukungan keluarga selama
pasien dirawat.
h) Pola nilai dan kepercayaan
Apakah agama pasien, bagaimakah ibadah pasien
sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada tuhan atas sakit yang diderita.
i) Pola seksual reproduksi
Tidak ada gangguan pada pola seksual dan
reproduksi yang diakibatkan penyakit katarak.
j) Pola persepsi dan konsep diri
Klien beresiko mengalami hargadiri rendah
karena kondisi yang dialaminya.
k) Pola sensori dan kognitif
d. Konsep Pengkajian Fungsional Gerontik
1) Ketergantungan/kemandirian lansia menggunakan indeks
bartel.
Tabel 2.1 Modifikasi Dari Indeks Bartel.
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Mandiri
Frekuensi:
1. Makan 10 Jumlah:
Jenis:
Frekuensi:
2. Minum 10
Jumlah:
Berpindah dari kursi
3. 15
ketempat tidur, sebaliknya
Personal toilet (cuci
4. muka, menyesir rambut, 5 Frekuensi:
mengosok gigi)
Keluar masuk toilet
5. (mencuci pakaian, 10
menyeka tubuh).
6. Mandi 15 Frekuensi:
7. Jalan dipermukaan datar 5
8. Naik turun tangga 10
9. Mengenakan pakaian 10
Frekuensi:
10. Kontrol bowel (BAK) 10
Konsistensi:
Frekuensi:
Jumlah:
11. Kontrol bladder (BAB) 10
Warna:
Frekuensi:
12. Olahraga/latihan 10 Jenis:

Frekuensi:
13. Reaksi pemanfaatan luan 10 Jenis:

Total Score
Keterangan
a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 :
Ketergantungan totals
Kesimpulan

2) MMSE (Mini Mental Status Exam) mengidentifikasi


aspek kognitif dan fungsi mental lansia.
Tabel 2.2 MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nilai Nilai
Askep Kognitif Kriteria Ket
Maksimal Klien
Menyebut dengan benar :

 Tahun
Orientasi waktu 5  Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Dimana sekarang kita
berada :

 Negara Indonesia
Orientasi ruang 5
 Propinsi Jawa Barat
 Kota Bandung
 Desa
 Rumah
Sebutkan nama objek yang
telah disebut oleh
pemeriksa : (Contoh)
Registrasi 3
 Gelas
 Sendok
 Piring
Minta klien
Meyebutka angka
100 – 15 sampai
5 kali :
Perhaatian dan
5
kalkulasi  85
 70
 55
 40
 25
Minta klien untuk
mengulangi 3 obyek pada
no. 2 (Pada registrasi
Mengingat diatas)
3
kembali
 Gelas
 Sendok
 Piring
Tunjukan klien benda,
tanyakan apa namanya :
(Contoh)

1) Jam tangan
2) Pensil
Minta klien untuk
mengulangi kata – kata
”tidak ada, jika dan atau
tetapi.
Bila
benar, 1
point
Bahasa 9 Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah :

1. Ambil kertas ditangan


anda
2. Lipat dua
3. Taruh dilantai
Perintahkan klien dengan
menutup mata klien, untuk
point seperti no. 1 , Jam
tangan /Pensil
Perintahkan pada klien :
Menulis 1 kalimat
Menyalin gambar

Keterangan:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan
kognitif berat Kesimpulan:
3) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
Tabel 2.3 SPMSQ (Short portable mental status
questioner)
No Pernyataan Benar Salah Keterangan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang ini ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Dimana alamat anda ?
5. Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir (Minimal
6.
tahun lahir) ?
Siapa presiden Indonesia
7.
sekarang ?
Siapa presiden Indonesia
8.
sebelumnya ?
9. Siapa nama ibu anda
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
melakukan pengurangan 3
10
dari setiap angka baru (20 –
3,17 – 3, 14 – 3,11 – 3)
Total Score
Interperasi hasil:
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : fungsi intelektual ringan
c. Salah 6-8 : fungsi intelektual sedang
d. Salah 9-10 : fungsi intelektual berat

4) Morse Fall Scale (MFS) / Skala Jatuh dari morse untuk


pasien dewasa Skala ini biasa dipakai untuk mengukur
tingkat resiko jatuh pada orang dewasa. Tabel skala jatuh dari
morse dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 2.4 Morse Fall Scale (MFS)
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1. Riwayat jatuh : apakah lansia Tidak 0
pernah jatuh dalam 3 bulan
terakhir Ya 25
2. Diagnose sekunder : apakah Tidak 0
lansia memiliki lebih dari
Ya 15
satu penyakit.
3. Alat bantu jalan : 0
Bedrest/dibantu perawat

Kruk/tongkat/walker 15

Berpegangan pada benda- 30


benda sekitar.
(kursi, lemaari, meja).

4. Teraphy intravena : apakah Tidak 0


saat ini lansia terpasang
infus. Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara 0
berpindah:
Normal/ Bedrest/ immobile
(tidak dapat bergerak sendiri)

Lemah tidak bertenaga 10

Gangguan atau tidak normal 20


(pincang atau diseret).

6. Status mental : 0
Lansia menyadari kondisi
dirinya

Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat.
Total nilai :

Berdasarkan nilai dari table diatas nanti kita akan dapat


mengklasifikasikan atau mendapatkan nilai sehingga kita dapat
menentukan tingkat resiko Jatuh dari pasien yang kita nilai Dengan
ketentuan skala morse dibawah ini.

Tingkatan Resiko Nilai MPS Tindakan

Tidak beresiko 0-24 Perawatan dasar


Resiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh standar
Resiko tinggi ≥51 Pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi
10. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian hasil daril
respon pasien terhdapa masalah kesehatan yang sedang
dialami. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Sesuai dengan standar diagnosis keperawatan indonesia (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Resiko cedera dibuktikan dengan penurunan fungsi penglihatan.
b. Resiko jatuh dibuktikan dengan gangguan penglihatan.
11. Perencanaan Keperawatan

Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Resiko cedera Setelah dilakukan intervensi SIKI: Manajemen keselamatan
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan : lingkungan
penurunan fungsi SLKI : Keamanan lingkungan Aktivitas keperawatan:
penglihatan. Observasi
rumah
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. 1. Untuk mengetahui kebutuhan
Ekspektasi : Meningkat Kondisi fisik, fungsi kognitif dan keselamatan pasien
2. Menurun riwayat perilaku) 2. Untuk mengetahui perubahan
3. Cukup menurun 2. Monitor perubahan status keselamatan status keselamatan lingkungan
4. Sedang lingkungan pasien
5. Cukup meningkat 3. Untuk menghindari bahaya
6. Meningkat Terapeutik yang dapat mengancam
Dengan criteria hasil : 3. Hilangkan bahaya keselamatan keselamatan pasien
1. Pencahayaan interior lingkungan (mis. Fisik, biologi dan 4. Untuk menciptakan lingkungan
2. Pemasangan handrail kimia), jika memungkinkan yang aman dan nyaman
3. Kemudahan akses kamar 4. Modifikasi lingkungan untuk 5. Untuk mengurangi resiko jatuh
mandi meminimalkan bahaya dan resiko pada pasien

5. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan 6. Untuk mengurangi resiko jatuh


(mis. Commode chair dan pegangan pada pasien
tangan)
6. Gunakan perangkat pelindung (mis. 7. Untuk memberikan informasi
Pengekangan fisik, rel samping, rel terkait masalah keselamatan

21
terkunci,pagar) lingkungan
7. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah 8. Untuk menyediakan
komunitas (mis. Puskesmas, polisi, lingkungan yang aman
damkar) 9. Untuk mengetahui adanya
8. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang bahaya lingkungan
aman
9. Lakukan program skrining bahaya 10. Agar individu, keluarga dan
lingkungan (mis. Timbal) kelompok mengetahui resiko
Edukasi tinggi bahaya lingkungan
10. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan

22
1. Resiko Jatuh di Setelah dilakukan intervensi SIKI: Pencegahan Jatuh
buktikan dengan keperawatan, diharapkan : Aktivitas keperawatan:
gangguan penglihatan SLKI : Tingkat jatuh Observasi
1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. 1. Untuk mengetahui faktor
Ekspektasi : Menurun
Usia >65 tahun, penurunan tingkat yang dapat menyebabkan
1. Menurun
2. Cukup menurun kesadaran, defisist kognitif, hipotensi resiko jatuh
3. Sedang ortostatik, gangguan keseimbangan,
4. Cukup meningkat gangguan penglihatan, neuropati)
5. Meningkat 2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya
sekali setiap sift atau sesuai dengan 2. Untuk mengidentifikasi
kebijakan institusi resiko jatuh
Dengan criteria hasil :
1. Jatuh saat dikamar mandi 3. Identifikasi faktor lingkungan yang
2. Jatuh saat berdiri meningkatkan resiko jatuh (mis. Lantai 3. Untuk mengetahui factor
3. Jatuh saat berjalan licin, penerangan kurang) lingkungan yang
4. Jatuh saat naik tangga 4. Hitung resiko jatuh dengan menyebabkan resiko jatuh
5. Jatuh saat membungkuk menggunakan skala (mis. Fall Morse 4. Untuk mengetahui skala
Scale, Humpty Dumpty Scale), jika resiko jatuh
perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari

23
tempat tidur ke kursi roda dan 5. Untuk mengetahui
sebaliknya kemampuan pasien dalam
berpindah dari kursi
Terapeutik ketempat tidur dan
6. Orientasikan ruangan pada pasien sebaliknya
dengan keluarga 6. Agar pasien dan keluarga
7. Pastikan roda tempat tidur dan kursi tahu setiap ruangan
roda selalu dalam kondisi terkunci 7. Untuk menghindari jatuh
dari kursi roda ataupun
8. Pasang handrail tempat tidur tempat tidur
8. Untuk menghindari pasien
jatuh dari tempat tidur
9. Atur tempat tidur mekanis pada posisi 9. Untuk mempermudah pasien
terendah berpindah ke tempat tidur
dan menghindari pasien
terjatuh
10. Agar pasien dapat terpantau
10. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh oleh perawat
dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station 11. Untuk membantu pasien
11. Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi dalam berjalan dan
roda, walker) beraktifitas lainnya

12. Agar pasien mudah


12. Dekatkan bel pemanggil dalam menjangkau bel pemanggil
jangkauan pasien 13. Agar perawat segera
Edukasi membantu pasien dan
13. Anjurkan memanggil perawat jika mengurangi resiko jatuh
membutuhkan bantuan untuk berpindah 14. Untuk menghdindari resiko
14. Anjurkan menggunakan alas kaki yang jatuh akibat alas kaki yang
tidak licin lici

24
25
15. Agar pasien dapat menjaga
15. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
keseimbangan tubuh 16. Agar pasien dapat
menopang tubuhnya dengan
16. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki seimbang
untuk meningkatkan keseimbangan saat 17. Agar pasien mengetahui
berdiri bagaimana caranya
17. Ajarkan cara menggunakan bel menggunakan bel pemanggil
pemanggil untuk memanggil perawat perawat

26
12. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk
mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi
kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari klien. Implementasi meluangkan rencana
asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana di kembangkan,
sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup
tindakan perawat dan tindakan (Potter dkk, 2015).
13. Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ialah
evaluasi. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi
setiap kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan
keperawatan (Maglaya, 2019).

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan
di dalam mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata
silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya
hitam akan tampak abu-abu atau putih.

B. Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor
usia,jadi untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan
dengan pola hidup yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan
minum minuman keras yang dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu
mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak untuk
menjaga kesehatan mata.

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC :
Jakarta
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made
Kariasa. Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah :
2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret
R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina,
Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

29

Anda mungkin juga menyukai