Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA KATOADISIOSIS DIABETIKUM

Disusun Oleh Kelompok Vii

agustinus lede (2018610062

supri taba leki (2018610045)

yesiprihati peka bani (2018610058)

elisabet enga tara ladu ( 2018610059)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA
TUMGGADEWI

MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul :

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA KATOADISIOSIS DIABETIKUM

Tugas ini Telah mendapat Persetujuan dari Dosen


Pembimbing

Menyetujui

Malang,05 Mei 2021

Dosen Pembimbing

Wahyu Dini Metrikayanto,Ns,M.Kep

NIP
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatnya SWT, serta dorongan dari semua pihak
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN KRITIS .

Dengan selesainya makalah ini kami tidak lupa mengucapkan terima


kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami sangat
membutuhkan saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………………………………………………………….i

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

3.4 Daftar pustaka …………………………………………………………………….11

3.5 Lampiran…………….………….……………………………………………………12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut DM 1 yang di tandai


oleh Hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak),
ketogenesis (produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi
volume vaskular, hiperkalemia, dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain,
serta asidosis metabolik.

Ketoasidosis diabetic (KAD) atau disebut koma diabetic dan


hyperosmola hiperglikemik state (HHS) merupakan dua komplikasi
metabolic akut pada DM yang sangat serius, dan paling sering terjadi.Setiap
tahunnya di USA, KAD terjadi pada > 110,000 pasien rawat inap, dengan
mortalitas antara 2-10% angka kejaidan HHS lebih rendah dibandingkan
dengan KAD, namun mortalitas nya lebih besar.KAD paling banyak terjadi
pada DM siklus 1 namun pada DM tipe 2 pun mempunyai resiko terjadi
KAD saat terjadinya stress katabolic pada penyakit akut seperti trauma,
pembedahan atau infeksi. Baik KAD maupun HHS besarnya mortalitas
terkait dengan penyakit dasar menyertainya diantaranya adalah sepsis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ketoasidosis diabetikum ?
2. Jelaskan tentang klasifikasi ketoasidosis diabetikum ?
3. bagaimana etiologi penyakit ketoasidosis diabetikum ?
4. bagaimana patofisiologi penyakit ketoasidosis diabetikum ?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit ketoasidosis diabetikum ?
6. Bagaimana komplikasi penyakit ketoasidosis diabetikum ?
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang ketoasidosis diabetikum !
8. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan
ketoasidosis diabetik?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit ketoasidosis diabetikum
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi ketoasidosis
diabetikum
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi ketoasidosis
diabetikum
3. Mengetahui dan memahami etiologi ketoasidosis
diabetikum
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi ketoasidosis
diabetikum
5. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala ketoasidosis
diabetikum
6. Mengetahui dan memahami komplikasi ketoasidosis
diabetikum
7. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang
ketoasidosis diabetikum
8. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat
untuk pasien dengan ketoasidosis diabetikum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat


adanya defisiensi insulin yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan
kadar hormone yang berlawanan dengan isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau akut
dari diabetes tipe 1, yang di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh
benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin.KAD di
karakteristikkan dengan hiperglikemia, asidosis metanolik, dan keton
sebagai akibat kekurangannya insulin. (Krisanty, 2009, hal. 137) Jadi
Ketoasidosis Diabetik adalah suatu kondisi gawat di mana terjadi akibat
adanya defisiensi insulin yang bersifat absolut atau kekurangan insulin dan
menimbulkan meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton.

2.2 Etiologi

Pada pasien ketoasidosis diabetik biasanya karena tidak adanya atau


tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau dengan diberikan dengan
dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak terobati.(Wijaya, 2013, hal. 13)

2.3 Patofisiologi

KAD terjadi oleh karena menurunnya konsentrasi insulin efektif


danmeningkatnya hormon kontra insulin (katekolamin, kortisol, glucagon
dan growth hormone) menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia terjadi sebagai dampak dari 3 proses : meningkatnya proses
gluconeogenesis, meningkatnya glikogenesis, menurunnya ambilan glukosa
dijaringan perifer. Keadaan ini terjadi oleh adanya ketidakseimbangan
hormone tersebut diatas yang menyebabbkan meningkatnya resistensi
insulin sementara disertai dengan meningkatnya kadar asam lemak bebas
(free fatty acid). Kombinasi defisiensi insulin dan meningkatnya hormone
kontra insulin pada KAD menyebabkan pelepasan asam lemak bebas yang
tidak terkendali dari jaringan adipose kedalam sirkulasi (lipolysis) dan
terjadi oksidasi asam lemak bebas dalam hepar menjadi benda keton (β-
hydroxybutyrate dan acetoacetate), menyebabkan ketonemia dan asidosis
metabolic.
Hiperglikemi pada pasien kritis hiperglikemia dihubungkan dengan
kondisi inflamasi berat ditandai dengan meningkatnya sitokin proinflamasi
(TNF-α, interlekin-β, interlekin-6, interlekin-8), CRP, reaktif oksigen
spesies (ROS), peroksidasi lipid, factor resiko kardiovaskuler plasminogen
activator inhibitor-I (PAI-I), free fatty acid (FFA) pada keadaan tidak
didapatkan infeksi yang jelas atau patologi kardiovaskuler. Semua
parameter tersebut diatas akan kembali mendekati nilai normal dengan
terapi insulin dan rehidrasi dalam waktu 24 jam. Penyebab terjadinya
kondisi tersebut diatas disebabkan oleh karena fenomena stress non
spesifik.

2.4 Klasifikasi

Keto Asidosis Diabetik (KAD) diklasifikasikan menjadi 4 yang masing


masing menunjukan tingkatan atau stadiumnya dapat dilihat pada table
berikut ini :

Stadium Macam KAD pH Bikarbonat darah


darah BIK
Ringan KAD ringan 7,30-7,35 15-20 mEq/L
Sedang Prekoma Diabetik 7,20-7,30 12-15 mEq/L
Berat Koma Diabetik 6,90-7,20 8-12 mEq/L
Sangat Berat Koma Diabetik < 6,90 < 8 mEq/L
Berat

2.5 manifestasi klinis

Kriteria diagnosis KAD adalah sebagai berikut :

a. Klinis : polyuria, polydipsia, mual dan atau muntah, pernafasan


kussmaul (dalam dan frekuen) , lemah, dehidrasi, hipotensi sampai
syok, kesadaran terganggu sampai koma.
b. Darah : hiperglikemi lebih dari 300 mg/dl (biasanya melebihi 500
mg/dl). Bikarbonat kurang dari 20 mEq/l (dan pH <7,35), ketonemia
c. Urin : glukosuria dan ketonuria

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar glukosa darah: > 300 mg /dl tetapi tidak > 800 mg/dl
b. Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum.
c. Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
d. Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis),
HbA1c, urinalisis (dan kultur urine bila ada indikasi).
e. Foto polos dada.
f. Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
g. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
h. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
i. Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
j. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir
k. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan
pada HCO3 250 mg/dl
2.7 Penatalaksanaan

Perbedaan derajat terapi KAD tergantung pada stadiumnya. Protocol


terapi KAD terdiri atas dua fase yaitu : Fase I (Fase gawat) dan fase II (fase
rehabilitasi) dengan batas kadar glukosa darah antara kedua fase tersebut
sekitar 250 mg/dl.

a. IDRIV= Insulin Dosis Rendah Intervena


b. BIK=bikarbonat
c. Jumlah cairan yang diberikan per24 jam disesuaikan dengan
klasifikasi KAD (stadium I sampai IV). Satu botol Kcl 25 cc berisi
25 mEq infus dapat dimasukkan dalam cairan. NaCl 0,9% atau
aseing asetat
d. Infus Bikarbonat (jangan intervena bolus) dosis 100 mEq/100 ml
dalam 2jam atau ± 20 tts/menit. Tetapi apabila pH ≤ 7,0, maka
bikarbonat diberikan diberikan 25 mEq/25 ml dalam bolus-pelan
sisanya 75 mEq/75 ml dalam bentuk drip 9 20 tts/mnt, dosis
bikarbonat dapat diulang tergantung pada keadaan sewaktu follow
up
e. Antibotik secara emperik selanjutnya disesuaikan dengan hasil
kultur.
f. Penjelasan rumus :2,4,18,24 2,80,30,20
a. 2 liter (atas), dalam 2 jam (bawah)
b. 80 tts/mnt (atas), dalam 4 jam berikutnya (bawahnya)
c. 30 tts/mnt (atas), dalam 18 jam berikutnya (bawah)
d. 20 tts/mnt (atas), dalam 24 jam berikutnya (bawah
2.7 Asuhan keperawatan kritis pada KAD

1. Pengkajian
A. Anamnesis :
1. Riwayat DM
2. Poliuria, Polidipsi
3. Berhenti menyuntik insulin
4. Demam dan infeksi
5. Nyeri perut, mual, mutah
6. Penglihatan kabur
7. Lemah dan sakit kepala

B. Pemeriksaan Fisik

1. Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)


2. Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
3. Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
4. Dehidrasi

C. Pengkajian Gawat Darurat

1. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya


sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas
2. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan
3. Circulation : kaji nadi, capillary refill

D .Pengkajian Head To Toe

1. Data Subyektif
a. Riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Status metabolic

Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi


atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungan dengan faktor-faktor psikologis dan social,
obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glukosa
darah, penghentian insulin atau obat anti hiperglikemik
oral.
2. Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi /disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi
diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan
berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan
penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa
lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat
sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau
tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana
pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan
terhadap glukosa darah.

E. Diagnose Keperawatan

1. Pola napas tidakefektifan berhubungan dengan penurunan


kemampuan bernapas
2. Ansietas berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
3. Risiko tinggi terjadinya /d peningkatan keasaman ( pH menurun)
akibat hipe rglikemia, glukoneogenesis, lipolysis

3.4 Rencana Keperawatan


A. pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas
Kriteria hasil :
 Pola nafas pasien kembali teratur.
 Respirasi rate pasien kembali normal
 Pasien mudah untuk bernafas.

Intervensi :
1. Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2. Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3. Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4. Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5. Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
B. Ansietas berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis osmotic) akibat
hiperglikemia
Kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal
 Pulse perifer dapat teraba
 Turgor kulit dan capillary refill baik
 Keseimbangan urin output
 Kadar elektrolit normal ü GDS normal
Intervensi :
1. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2. Observasi kepatenan atau kelancaran infus
3. Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk
setiap jam
4. Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium :
 Hematokrit
 BUN/Kreatinin
 Osmolaritas darah
 Natrium
 Kalium
1. Monitor pemeriksaan EKG
2. Monitor CVP (bila digunakan)
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
 Pemberian cairan parenteral
 Pemberian therapi insulin
 Pemasangan kateter urine
 Pemasangan CVP jika memungkinkan

C. Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman ( pH


menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolysis
Kriteria hasil :
 RR dalam rentang normal
 AGD dalam batas normal :
 pH : 7,35 – 7,45
 HCO3 : 22 – 26
 PO2 : 80 – 100 mmHg
 BE : -2 sampai +2
 PCO2 : 30 – 40 mmHg
Intervensi :
1. Berikan posisi fowler atau semifowler ( sesuai dengan keadaan klien)
2. Observasi irama, frekuensi serta kedalaman pernafasan
3. Auskultasi bunyi paru
4. Monitor hasil pemeriksaan AGD
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
 Pemeriksaan AGD
 Pemberian oksigen
 Pemberian koreksi biknat ( jika terjadi asidosis metabolik)
BAB III

KASUS KLIEN DENGAN KETOASIDOSIS


DIABETIKUM

4.1 Pengkajian
Pengumpulan Data
A. Pengkajian primer

1. Airway
Takikardia dan takipnea pada prosedur pembayaran atau kegiatan Letargi /
disorientasi, antar-muka, syok hipovolemik, sianosis

2. Breathing
Frekuensi pernapasan meningkat, merasa kekurangan oksigen, sakit kepala,
penglihatan kabur

3. Circulation
Gejala : Mungkin adanya riwayat hipertensi, IM akut Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, pemulihan yang lama Takikardia.

Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, sesak ,Nadi yang


menurun / tidak ada, Disritmia Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung

4. Distability
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istirahat/tidur, takipnea, Wajah meringis dengan palpitasi, Frekuensi pemapasan
meningkat.

B. Pengkajian sekuder
(Menurut pengumpulan data base oleh Doengoes)

1. Aktivitas / Istirahat
 Look : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, Kram otot, tonus otot
meningkat, cedera istirahat / tidur
 Listen : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas Letargi /
disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
 Sirkulasi
 Look : kesemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, kemerahan, bola mata cekung.
 Listen : Takikardia, Nadi yang menurun / tidak ada, Disritmia, Krekels,
Distensi vena jugularis
 Feel: Kulit panas, kering.
2. Integritas / Ego
 Look : Stres, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi, Ansietas.
 Feel: peka rangsang
3. Eliminasi
 Look : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih
(infeksi), ISSK baru / berulang. Urine encer
 Listen : Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare), Bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif (diare), Abdomen keras, adanya asites.
 Feel : Rasa sakit / terbakar, Nyeri tekan abdomen.
4. Nutrisi / Cairan
 Look : Hilang nafsu makan, Mual / muntah, peningkatan masukan
glukosa/karbohirdrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari /
minggu, penggunaan diuretik (Thiazid). Kulit kering / bersisik, turgor jelek,
muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah).
 Listen : Kekakuan / distensi perut
 Feel : Haus, bau halisitosis / manis, bau buah (napas aseton).
5. Neurosensori
 Look : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor / koma (tahap lanjut)
 Listen : Refleks tendon dalam menurun (koma)
 Feel : Pusing / pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesia, Gangguan penglihatan
6. Nyeri kenyamanan
 Look : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
 Listen : Abdomen yang tegang /nyeri (sedang/berat)
7. Pernapasan
 Look : batuk dengan / tanpa sputum purulen, Frekuensi pernapasan
meningkat
 Listen : Frekuensi pernapasan meningkat
 Feel : Merasa kekurangan oksigen
8. Keamanan
a. Look : Kulit kering, gatal, ulkus kulit, Kulit rusak, lesi / ulserasi
b. Listen : diaforesis
c. Feel : Demam, Menurunnya kekuatan, umum / rentang, Parestesia / paralisis
otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
9. Penyuluhan/pembelajara
 Look : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
10. Rencana pemulangan
 Look : Mungkin memerlukan bantuan dalam pemantauan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asidosis dan respirasi yang
meningkat, ditandai dengan
2. Ansietas berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, pengobatan yang di
berikan, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi,
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan reflex mual dan muntah, nyeri
abdomen,
4.3 Perencanaan keperawatan

N Diagnosa SLKI SIKI


o keperawatan
1 Pola napas Setelah di Pemantauan respirasi ( I.01014)
tidak efektif lkukan Observasi
berhubungan tindakan  Monitor frekuensi,irama
dengan keperawatan ,kedalaman dan upaya
asidosis dan 3x24jam napas
respirasi yang inspirasi atau  Monitor pola napas
meningkat, ekspirasi yang  Monitor kemampuan
tidak batuk efektif
memberikan  Monitor adanaya produksi
ventilasi sputum
adekuat  Monitor adanya sumbatan
membaik. jalan napas
 Monitor saturasi oksigen
Kriteria  Monitor nilai AGD
hasil :  Monitor hasil x-rayx
SDKI toraks
(D.0005) Pola
Napas
Tidakefektif Terapiutik
SLKI  Atur interval pemantauan
(L.01004) respirasi sesuia kondisi
POLA pasien
NAPAS  Dokumentasikan hasil
 Dispne pemantauan
a
 Penggu Edukasi
naan  Jelaskan tujuan dan
otot prosedur pemantauan
bantu  Informasikan hasil
napas pemantauan
 Frekue
nsi MANAJEMEN JALAN NPAS
napas ( I.01011)
 Kedala Observasi
man  Monitor pola napas
napas  Monitor bunyi napas
tambahan
 Monitor sputum
Terapiutik
 Pertahankan kepatenan
jalan napas
 Posiskan semi fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000ml perhari
 Ajarkan teknik batuk
efektif

2 Ansietas Setelah di lakukan tindakan SIKI ( I.09314)


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam REDUKSI
dengan tingkat ansietas menurun. ANSIETAS
ketergantung Observasi
an pada Kriteria hasil :  Identifik
orang lain, Sdki ( D.0080) ansietas asi saat
pengobatan tingkat
yang di SLKI ( l.090930 ansietas
berikan, berubah
masalah  Frekuensi pernapasan missal,k
finansial  Frekuensi nadi ondisi
yang  Tekanan darah ,waktu
berhubungan  Pucat  Identifik
dengan asin
kondisi, di kemamp
tandai uan
dengan: mengam
bil
keputusa
n
 Monitor
tanda-
tanda
ansietas

Terapiutik
 Ciptakan
suasana
terapiuti
k untuk
menumb
uhkan
kepercay
aan
 Temani
pasien
untuk
mengura
ngi
kecemas
an
Edukasih
 Anjurkan
keluarga
bersama
pasien
jika
penuh
 Anjurkan
melakuk
an
kegiatan
yang
tidak
kompetit
if,sesuai
kebutuha
n
 Anjurkan
mengung
kapkan
perasaan
dan
persepsi

3 Gangguan Tujuan : setelah dilakuakan SIKI (I.051870


rasa nyaman tindakan keperawatan 3x24 jam
berhubungan di harapkan status kenyamanan Observasi
dengan reflex meningkat  Identifikasih tempat yang
mual dan tenang dan nyaman
muntah, nyeri Ktiteria hasil :  Monitor secara berkala
abdomen, untuk memastikan otot
SDKI : STATUS rileks .
KENYAMANAN ( D.0074)  Monior adanaya indikator
SLKI : STATUS tidak rileks
KRNYAMANAN ( L.08064)
Terapiutik
 Keluhan tidak nyaman  Atur lingkungan agar tidak
 Gelisah ada gangguan saat terapi
 Keluhan sulit tidur  Berikan posisi bersandar
 Lelah pada kursi atau pois
 Postur tubuh lainnya yang nyaman
 Hentikan sesi relaksai
secara bertahap
 Beri waktu
mengungkapkan perasaan
tentang terapi
Edukasi
 Anjurkan memakai pakain
yang nyaman dan tidak
sempit
 Anjurkan melakukan
relaksasi otot rahang
 Anjurkan menegangkan
oto selama 5-10 detik

DAFTAR PUSTAKA
Septianraha. 2011. Gawat Darurat Ketoasidosis Diabetik.
https://www.slideshare.net/mobile/sepianraha/gadar-ketoasidosis-diabetik (24 November
2019)

SoewondoP.KetoasidosisDiabetik.In:Sudoyo AW,SetiyohadiB,AlwiI,SimadibrataM,Setiati

S,editors.BukuajarIlmuPenyakitDalam.4thed.Jakarta:PusatPenerbitanDepartemenIlmu

PenyakitDalam FKUI;2006.p.1896-9.
LAMPIRAN

1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Asuhan Keperawatan
4. Diagnosa
5. Perencanaan Keperawatan
6. Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai