DI SUSUN OLEH:
Nama : Marki
Nim : 20317083
Stage : Gawat Darurat
Dosen Pembimbing : Ns. Destiawan Eko Utomo., S. Kep.,Sp. Kep.
KMB
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP GAGAL GINJAL KRONIK
Konsep Kelebihan Volume Cairan menurut Andi Eka Pranata tahun 2013 adalah
sebagai berikut :
1 Definisi
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
menggalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan
cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler.
1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan dan analisis informasi secara
sistematis dan berkelanjutan. Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
dan menempatkan data ke dalam format yang terorganisir (Rosdahl dan
Kowalski, 2017).
a. Identitas
b. Usia
c. Jenis Kelamin
d. Keluhan Utama
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
f. Riwayat Kesehatan Dahulu
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
h. Pola kesehatan sehari-hari
i. Pemeriksaan Fisik
j. Pemeriksaan balance cairan
k. Pemeriksaan pitting edema
3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan
klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui intervensi
keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang ringkas,
jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien (Kowalski, 2018).
4 Intervensi Keperawatan
Menurut Kowalski (2018), rencana keperawatan adalah pedoman
formal untuk mengarahkan staf keperawatan untuk memberi asuhan klien.
Biasanya berdasarkan prioritas, hasil yang diharapkan (sasaran jangka pendek
atau panjang) dan progam keperawatan.
6 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu
(Nursalam,2017).
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta: EGC.
Anggraini, Y. D. (2016). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUD Blambangan Banyuwangi. Digital Repository
Universitas jember .
Aisara, Sitifa., Azmi, S., Yanni, M. 2018. “Gambaran Klinis Penderita Penyakit Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. Djamil Padang.”
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1).
Amin & hardhi. 2018. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
Aisara, Sitifa, Azmi, Syaiful. (2018). Gambaran Klinis Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2018; 7 (1).
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Bulechek, G.
Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Chronic Kidney Disease in the
United States, 2019. Atlanta, GA: US Department of Health and
Human Services, Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved
from https://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/2019_National-
ChronicKidneyDisease-Fact-Sheet.pdf
Guyton, & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier.
Mansjoer, A., Simadibrata, M. K., 2000. Dukungan Nutrisi Pada Penyakit Kritis
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam). Jakarta Pusat: InternaPublishing pp.
336.
Nurlina Nurlina, (2018), Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y Dengan
Gagal Ginjal Kronik (Ggk) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Dan Elektrolit Di Ruang Hemodialisa Rsud Labuang Baji Makassar, Politeknik
Kesehatan Makassar
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, Clasification and Stratification. Am J Kidney
Dis[internet].2002[ cited 2014 Dec 24];39:S1-S266. Available. from: www.kidney.org
Naga, Sholeh. S. 2013. Buku Panduan lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA
Press.
Nurani, V.M., Mariyanti, S., 2013. Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Psikolog. Vol. 11 No 1:1-13
Suhardjono, 2016. Hemodialysis : Prinsip dasar & pemakaian kliniknya dalam sehati S. Alwi,
Sudoyo AW, Simandibrata M, Setyohadi B, Pehyunting, Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta : Internal Publising. Hlm 2194.98.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
edisi 8. Jakarta : EGC
Sylvia Anderson Price dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi. 6 ed. Jakarta: EGC; 2017
Wahid, & Suprapto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan KeperawatanPada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta: TIM.
1. Tanggal : 1 Maret 2011,Inisial klien : Tn R, 55 tahun. Keluhan Utama SMRS (sebelum
masuk rumah sakit): kejang-kejang. Riwayat sebelum smrs: Pasien kejang-kejang 4 jam smrs. 10
menit kejang tonik berulang ± 6x/ Busa(+). 1 hr smrs pasien mulai bicara tidak nyambung. Muntah
(+), mual (+), demam (+). 8 bulan smrs pasien didiagnosa gagal ginjal disarankan untuk hemodialisa
namun belum dilaksanakan karena masalah dana. RPD (riwayat penyakit dahulu) : Sebelumnya
pernah kejang, riwayat hipertensi sejak 3 bulan yang lalu. Didapatkan tanda-tanda vital : TD: 180/110
mmHg, N = 80x/menit, RR: 30x/menit. Kesadaran apatis. Hasil lab: DPL jam 22.59.44 Hb 5,2 ;
Leukosit 16.400 ; Trombosit 150.000 ; Ureum 233 ; Creatinin 26,5 ; Albumin 3 ; GDS 201 ; Na 96 ;
K 3,4. Mata : Konjuctiva anemis +/+, sklera ikterik, ekstremitas : Akral kaki dingin,
motorik lemah, edema -/- , jantung : BJ I – II normal, mur-mur -, gallop -, Paru :
Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-Abdomen : Datar, lemas, BU +, Hepar tidak teraba, ballotemen -/- .
Lakukan pegkajian, analisa data, prioritas dx.keperawatan, intervensi, implementasi (Data boleh
ditambahkan).
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ORANG DEWASA
No. Rekam Medis ... 1234567 Diagnosa Medis : CKD ...
IDENTITAS
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : Kejang-kejang 4 jam smrs, 10 menit kejang tonik berulang ± 6x/ Busa(+). 1 hr
smrs pasien mulai bicara tidak nyambung. Muntah (+), mual (+), demam (+),8 bulan smrs
pasien didiagnosa gagal ginjal disarankan untuk hemodialisa namun belum dilaksanakan karena
masalah dana.
RPD (riwayat penyakit dahulu) : Sebelumnya pernah kejang, riwayat hipertensi sejak 3 bulan
yang lalu
Mekanisme Cedera : tidak ada
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, tidak dapat di kaji karena kesadaran
menurun (Apatis)
Diagnosis Keperawatan: D.0006
AIRWAY Risiko Aspirasi
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x60 menit,
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A tingkat aspirasi menurun (L.01006)
Suara Nafas : Snoring Gurgling
Kriteria Hasil :
Stridor N/A Kesadaran meningkat
Keluhan/data Lain: Dispnea menurun
Kelemahan otot meningkat
Kejang tonik berulang Akumulasi sekret menurun
Mulut berbusa
Intervensi :
A. MENEJEMEN JALAN NAPAS
(I.01011)
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, weezing,
ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor tingkat
kesadaran, batuk, muntah dan
kemampuan menelan
Monitor status
pernafasan
Monitor bunyi nafas,
terutama setelah makan/ minum
Periksa residu gaster
sebelum memberi asupan oral
Periksa kepatenan
selang nasogastric sebelum
memberi asupan oral
2. Terapeutik
Posisikan semi fowler
(30-45 derajat) 30 menit sebelum
memberi asupan oral
Pertahankan posisi
semi fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
Pertahanakan
kepatenan jalan nafas (mis.
Tehnik head tilt chin lift, jaw trust,
in line)
Pertahankan
pengembangan balon ETT
Lakukan penghisapan
jalan nafas, jika produksi secret
meningkat
Sediakan suction di
ruangan
Hindari memberi makan
melalui selang gastrointestinal jika
residu banyak
Berikan obat oral dalam
bentuk cair
3. Edukasi
Anjurkan makan secara
perlahan
Ajarkan strategi
mencegah aspirasi
Ajarkan teknik
mengunyah atau menelan, jika
perlu
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik0
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan
napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1. Observasi
Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
Identifikasi penggunaan
alat pengikat, prostesis, sepatu,
dan pakaian
Periksa perbedaan
sensasi tajam atau tumpul
Periksa perbedaan
sensasi panas atau dingin
Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
Monitor perubahan kulit
Monitor adanya
tromboflebitis dan tromboemboli
vena
2. Terapeutik
Hindari pemakaian
benda-benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas atau
dingin)
3. Edukasi
Anjurkan penggunaan
termometer untuk menguji suhu
air
Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal saat
memasak
Anjurkan memakai
sepatu lembut dan bertumit
rendah
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
Diagnosa Keperawatan: D.0130
DISABILITY Hipertermia
Respon : Alert Verbal Pain Unrespon Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, Termoregulasi
mambaik (L.14134)
Kesadaran : CM Delirium Somnolen Apatis Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh normal (36.5-37.5)
GCS : Eye 4 Verbal 4 Motorik 4 2. Suhu kulit normal
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis 3. Tidak ada kejang
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : Intervensi :
Sebelumnya pernah kejang MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
TD : 180/110 mmHg
1. Observasi
Suhu 38.6C Identifkasi penyebab
Mual, muntah hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
BAK sedikit 1/2 gelas aqua, warna kuning keruh lingkungan panas penggunaan
incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan
yang dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Manajemen Kejang
Observasi
Monitor terjadinya kejang berulang
Monitor karakteristik kejang (mis.
Aktivitas motorik, dan progresi
kejang)
Monitor status neurologis
Monitor tanda tanda vital
Terapeutik
Baringkan pasien agar tidak terjatuh
Berikan alas empuk di bawah kepala,
jika memungkinkan
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Longgarkan pakaian, terutama di
bagian leher
Dampingi selama periode kejang
Jauhkan benda benda berbahaya
terutama benda tajam
Catat durasi kejang
Reorientasikan setelah periode
kejang
Dokumentasikan periode terjadinya
kejang
Pasang akses IV, jika perlu
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam
mulut pasien saat periode kejang
Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakann pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antikonvulsan,
jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, peneurunan
kelembaban, suhu lingkungan
ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Terapeutik
Ubah posisi setiap 2 jam
jika tirah baring
Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang, jika perlu
Bersihkan perineal
dengan air hangat, terutama
selama periode diare
Gunakan produk
berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering
Gunakan produk
berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
Anjurkan minum air yang
cukup
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
1. Observasi
Monitor karakteristik luka
(mis: drainase,warna,ukuran,bau
Monitor tanda –tanda
inveksi
1. Terapiutik
lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan
nekrotik
Berika salep yang sesuai
di kulit /lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai
jenis luka
Pertahan kan teknik
seteril saaat perawatan luka
Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap dua jam atau sesuai
kondisi pasien
Berika diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai
indikasi
Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
2. Edukasi
Jelaskan tandan dan
gejala infeksi
Anjurkan mengonsumsi
makan tinggi kalium dan protein
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
3. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Saat Ini : Gagal ginjal Kriteria Hasil : … … …
SECONDARY SURVEY
Alergi : Tidak ada Intervensi
Medikasi : Propanolol, furosemid,
allopurinol, natrium karbonat.
Tanda Vital :
BP : 180/110 N : 80x/mnt S: 38,6C RR : 30x/mnt
1 Maret 2011 A. MENEJEMEN JALAN NAPAS S : Tidak bisa terkaji karena Marki
1 (I.01011) pasien mengalami kejang dan
Jam 14.00 mengobservasi pola napas penurunan kesadaran
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas) O:
Mengobservasi bunyi napas RR : 30x/mnt
tambahan
Melakukan Suara nafas gurgling
pemasangan OPA Terpasang OPA
Melakukan Saliva berwarna putih
penghisapan lendir kurang kental, jumlah banyak,
dari 15 detik
refleks batuk ada
Kesadaran apatis, CGS
B. PENCEGAHAN ASPIRASI E4M4Vterpasang OPA
(I.01018)
Mengobservasi
A : Masalah terasatasi sebagian
tingkat kesadaran, batuk,
muntah dan kemampuan P: Lanjutkan intervensi
menelan penghisapan hipersaliva jika
Mengobservasi kesadaran masih menurun
status pernafasan
Melakukan
penghisapan jalan nafas
Mengobservasi frekuensi, O:
irama, kedalaman, dan RR : 30x/mnt
upaya napas Nafas cepat dan dangkal
Mengobservasi pola
napas
Terpasang OPA
Mengobservasi Saliva berwarna putih
kemampuan batuk efektif kental, jumlah banyak,
Mengobservasi adanya refleks batuk ada
produksi sputum
Saturasi 90%
Mengobservasi adanya
sumbatan jalan napas Terpasang Oksigen simple
Mengauskultasi bunyi mask 10 lpm
napas
Memonitor saturasi
oksigen A : Masalah terasatasi sebagian
MENEJEMEN JALAN NAPAS P: Lanjutkan intervensi
(I.01011)
P: Lanjutkan intervensi