Disusun Oleh :
NIM.P27220020092
2020/2021
I. Konsep Dasar Persalinan
A. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses atau kejadian dimana keluarnya bayi dari rahim ibu dan
keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
Persalinan yakni suatu proses alami dan berlangsung secara alamiah. Dengan
demikian akan membutuhkan pengamatan khusus dikarenakan pada setiap wanita
memiliki kesehatan yang berbeda sehingga dapat meminimalisr bahaya kematian ibu
dan janin di saat persalinan (Nurhayati, 2019). Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara
pada jenis persalinan yaitu :
1. Persalinan Spontan
Pada proses persalinan ini lewat vagina yang berlangsung tanpa adanya alat bantu
berupa induksi, vakum yang dimana ini murni ibu hanya mengandalkan tenaga
dan usaha dalam mendorong keluarnya bayi dengan kepala janin terlebih dahulu
maupun lahir sungsang.
2. Persalinan Normal
Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup bulan 37-42 minggu.
proses keluarnya janin yang diawali dari belakang kepala janin. selanjutnya
pengeluaran plasenta dengan total proses waktu kelahiran kurang dari 24 jam
tanpa adanya tindakan rangsangan kontraksi buatan
3. Persalinan Anjuran
Pada proses persalinan ini tidak dimulai dengan proses seperti biasanya melainkan
dilakukan dengan memberi bantuan tindakan pemecahan ketuban, selanjutnya
dilakukan proses induksi dengan tujuan untuk merangsang otot rahim berkontraksi
sehingga dapat mempercepat proses persalinan berlangsung.
4. Persalinan Tindakan
Pada proses persalinan ini tidak dapat berjalan dengan sendiri dan tidak dapat
bersalin secara spontan, seperti persalinan tindakan perabdomen atau section
caesaria (SC), ini adalah persalinan alternatif untuk menyelamatkan nyawa ibu
dan bayi, terutama ibu yang memiliki panggul yang sempit.
B. Etiologi Persalinan
Menurut Dian dkk (2019) sebab-sebab mulainya persalinan yaitu:
1. Penurunan Kadar Progesteron
Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila kadar progesteron menurun.
2. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang
isinya bertambah maka akan timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang
otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan disangka menjadi salah satu penyebab permulaan
persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extraminal menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada
ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
C. Tanda-Tanda Persalinan
Pada sebagian besar wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu ke-39 dan ke-
41 usia kehamilan. Secara umum, wanita hamil akan merasakan tanda- tanda
persalinan satu minggu sebelum melahirkan yang merupakan suatu sinyal tubuh
dengan memberikan pemberitahuan bahwa persalinan sudah mulai dekat. Berikut
adalah tanda-tanda dari persalinan:
1. Tanda Lightening
Menjelang minggu ke 36, tanda primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggulyang disebabkan : kontraksi
Braxton His, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamnetum Rotundum, dan
gaya berat janin diman kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas
panggul menyebabkan ibu merasakan :
a. Ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
b. Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.
c. Terjadinya kesulitan saat berjalan.
d. Sering kencing (follaksuria).
2. Terjadinya His Permulaan
Makin tua kehamilam, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan demikian dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, his permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his
palsu. Sifat his palsu antara lain :
a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
b. Datangnya tidak teratur.
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda tanda kemajuan
persalinan.
d. Durasinya pendek.
e. Tidak bertambah bila beraktivitas.
3. Terjadinya His Persalinan
His merupakan kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri diperut
serta dapat menimbulkan pembukaan servik. Kontraksi rahim dimulai pada 2 face
maker yang letaknya didekat cornuuteri. His yang menimbulkan pembukaan
serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His persalinan memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
b. Sifat his teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakin besar.
4. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menyebabkan perdarahan
sedikit.
5. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya ketuban atau
selaput ketuban yang robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil.
Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24
jam.
6. Dilatasi dan Effacement
Dilatasi merupakan terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat
pengaruh his. Effacement merupakan pendataran atau pemendekan kanalis
servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga
tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas.
D. Faktor Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar panggul, servik dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui
jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri
dari :
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligament-ligamen
1) Pintu panggul :
a) Pintu atas panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh promontorium,
linea inominata dan pinggir atas symphisis
b) Ruang tengah panggul (RTP) = kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
c) Pintu bawah panggul (PBP) = dibatasi symphisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) = berbeda pada inlet
dan outlet
2) Bidang-bidang :
a) Bidang Hodge I :dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis
c) Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan IIsetinggi spina Ischiadika
kanan dan kiri
d) Bidang Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi oscoccyges
(Widia, 2015 : 16)
2. Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot
rahim.
a. His (kontraksi uterus)
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominan, terkoordinasi dan relaksasi. Berikut ini adalah pembagian his dan
sifat-sifatnya:
1) His pendahuluan : his tidak kuat, datangnya tidak teratur, menyebabkan
keluarnya lender darah atau bloody show.
2) His pembukaan (kala I) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat,
teratur dan sakit.
3) His pengeluaran (kala II): untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris, terkoordinasi.
4) His pelepasan uri (kala III): terkoordinasi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5) His pengiring (kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
pengecilan rahim setelah beberapa jam atau hari.
b. Tenaga mengejan
1) Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorng
anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot
dinding perut, yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar, tapi
jauh lebih kuat lagi.
3) Saat kepala sampai kedasar panggul, timbul reflex yang mengakibatkan
ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan
diafragmanya ke bawah.
4) Tenaga mengejan ini hanya dpat berhasil bila pembukaan sudah lengkap,
dan paing efektif sewaktu ada his.
5) Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat lahir. Misalnya pada penderita
yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps.
6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah terlepas dari dinding
rahim.
Kontraksi Uterus/ His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi diluar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat His :
a) Pada uterus dan servik, uterus teraba keras / padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta
menyebabkan servik menjadi mendatar (affacement) dan terbuka
(dilatasi)
b) Pada ibu rasa nyeri ksrena iskemia rahim. Juga ada kenaikan nadi dan
tekanan darah
c) Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(Bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis. Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal
yang harus diperhatikan dari his :
(1) Frekuensi his. Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau persepuluh menit
(2) Intensitas his, kekuatan his diukur dengan mmHg. Intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui
bahwa aktivitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut
berjalan-jalan sewaktu persalinan masih dini
(3) Durasi atau lamanya his. Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, missalnya selama 40 detik
(4) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak
(5) Interval jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampai 3 menit
(6) Aktivitas his. Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo His palsu : His Palsu adalah kontraksi rahim atau
uterus yang tidak efektif, nyeri pada usus, kandung kemih dan
otot perut. Beberapa hari hingga sebulan sebelum kehamilan
penuh, ilusinya muncul. His palsu dapat merugikan yaitu dengan
membuat penderita merasa lelah, sehingga kondisi penderita baik
secara fisik maupun mental pada saat persalinan dapat
membahayakan. (Ai Nursiah dkk, 2014 : 31-32)
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta, janin merupakan passanger utama
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling
besar dank eras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang sering menghambat
dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anenchephalus, kelainan letak seperti letak muka
ataupun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau
letak sungsang. (Widia, 2015 : 29)
d. Psikologi
Perasaan positif dari kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu muncul rasa bangga bisa melahirkan
atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian
bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum
pasti” sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
E. Proses Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler, kanalis servikalis. Kala I pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
1) Fase laten : Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap akurat atau memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) Dari pembukaan
4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara). (Ai Nursiah dkk, 2014 : 66)
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah
turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otototot dasar
panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengejan karena tekanan pada
rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu
his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his,
dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan
akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas symphisis /
fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5- 30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Tanda-tanda lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat
memanjang, semburan darah tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
1) Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang
lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma
yang menolak uri mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya.
Menurut cara ini, perdarahan tidak ada sebelum uri lahir.
2) Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan
pinggir plasenta.
b. Fase pengeluaran uri
1) Kutsner : Dengan meletakkan tangan serta disertai tekanan pada/diatas
symphysis. Tali pusat ditegangkan maka bila tali pusat masuk artinya
belum lepas.
2) Klien : Sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya
belum lepas. Diam atau turun atinya lepas.
3) Strassman : Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas. (Ina
Kuswanti dkk, 2014 : 199)
4. Kala IV (kala pengawasan)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2
jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan antara
lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400- 500 cc.
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obatan oksitosin. (Dewi Asri dkk, 2012 : 95)
F. Pathway
(Marinda, 2018)
G. Komplikasi
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena
gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya adalah :
1. Ketuban pecah dini
2. Persalinan Preterm
3. Vasa Previa
4. Prolaps Tali Pusat
5. Kehamilan Postmatur
6. Persalinan Disfungsional
7. Distosia Bahu
8. Ruptur Uterus
9. Plasenta Akreta
10. Inversi Uterus
11. Perdarahan Pasca Partum Dini (Irmayanti, 2011 dalam Dian, dkk, 2019)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Pemeriksaan Hb
I. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2009) dalam Dian, dkk (2019), penatalaksanaan yang
diberikan untuk persalinan normal yaitu :
1. Penanganan Umum
a. Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu
b. Upaya melakukan konfirmasi umur kebersalinan bayi
2. Prinsip Penanganan
a. Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kebersalinan
b. Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.
3. Pengobatan / penanganan
a. Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr intravena
dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam Efek samping yang ditimbulkan yaitu depresi
pernafasan, untuk antidatumnya berupa calsi gluconas. Golongan andregenic
untuk merangsang reseptor pada otot polos uterus sehingga terjadi relaksasi
dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis 0,25 mg
diberikan dibawah kulit setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau Ritodin
diberikan secara infus intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam
setelah kontraksi hilang dengan dosis pemeliharaan secara oral 10 mg/oral
diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Selain itu
perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.
b. Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada umur
kebersalinan 34-38 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian
surfaktan.
c. Pemberian antibiotic
Obat oral yang di anjurkan diberikan adalah eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin. Tidak digunakan pemberian
ko-amoksiklaf karena resiko NEC.
d. Cara persalinan
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam bisa
dilakukan episiotomy dari dengan menggunakan forcep mengurangi trauma
kepala dan melindungi kepala janin. Section caesarea tidak memberikan
prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas
janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan section caesarea. Oleh
karena itu, section caesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetric. Pada
kebersihan letak sunsang 30-34 minggu, section caesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kebersalinan lebih dari 34 minggu, persalinan
dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan kebersalinan aterm.
e. Metode kanguru untuk merawat bayi premature
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah
dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu,
sehingga member peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar.
(Rukiyah, 2010 dalam Dian, dkk, 2019)
3. Etiologi
Rasa nyeri persalinan muncul karena:
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta
iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan
organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Biasanya ibu
hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa
nyeri pada interval antar kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral,
nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus.
Nyeri jenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur
jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
c. Episiotomy
Pada peristiwa episiotomy, nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy,
tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi atau rupture
pada jalan lahir.
d. Kondisi psikologi
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas, takut,
cemas dan tegang memicu hormon prostaglandin sehingga timbul stress.
Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri
(Judha et al, 2012:78).
4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
a. Usia
Perbedaan perkembangan terhadap orang dewasa dan anak sangat
mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil
mempunyai kesulitan dalam menginterpretasikan nyeri. Begitu juga dengan
lansia, kemampuan lansia dalam menginterpretasikan nyeri dapat mengalami
komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit diserati gejala samar-samar
yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.
b. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat mempengaruhi
pengalaman nyari dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap klien
akan memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri tersebut member
kesan suatu ancaman, kehilangan, hukuman atau suatu tantangan.
c. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat
menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila kelelahan
disertai masalah tidur maka sensasi nyeri terasa bertambah berat.
d. Pengalaman sebelumnya
Seorang klien yang pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama dapat
mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan tetapi pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu klien tersebut akan mudah menerima nyeri pada masa
yang akan datang. Sebaliknya, apabila seseorang mengalami nyeri dengan
jenis yang sama dan berhasil menghilangkannya, maka akan mudah bagi klien
tersebut daam menginterpretasikan nyeri (Zakiyah, 2010: 26).
e. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa
nyeri.
f. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri.
Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas
dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik
atau metode latihan agar ibu dapat mengatasi ketakutannya (Judha et al, 2012:
81).
5. Pengertian Intensitas Nyeri
a. Visual Analog Scale (VAS)
Skala analog visual (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linear ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat
nyeri yang mungkin di alami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai
garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap semester.
Gambar 2.1
b. Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini menggunakan angka angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Dua ujung ekstream juga digunakan pada skala ini, sama seperti
VAS atau skala reda nyeri.
Gambar 2.2
c. Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis
kelamin dan perbedaan etnis. Lebih baik dari VAS terutama untuk menilai
nyeri akut.
Gambar 2.3
d. Wong-Baker Pain Rating Scale
Digunakan pada pasien deasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
menggambarka intensitas nyerinya dengan angka.
Gambar 2.4
(Yudianta et al, 2015:214)
6. Penatalaksanaan Nyeri
Nyeri pada saat melahirkan derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain
seperti patah tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan yang belum siap memiliki
anak karena membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat melahirkan nanti.
Berikut ini penatalaksanaan nyeri persalinan:
a. Metode farmakologis
Penatalaksaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia yang
menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anesthesia yang menghilangkan
sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total. Berbagai pilihan
penatalaksanaan farmakologis antara lain:
1) Analgesia narkotik (mereperidine, nalbuphine, butorphanol, morfin
sulfate fentanyln)
2) Analgesia regional (epidural, spinal dan kombinasinya)
3) ILA ( Intra Thecal Labor Analgesia)
b. Metode nonfarmakologis
Metode alami yaitu mengurangi ketegangan ibu sehingga bisa merasa nyaman
dan relaks menghadapi persalinan. Metode ini juga dapat meningkatkan
stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak berdampak pada bayi yang
dilahirkan. Metode ini terdiri dari:
1) Metode panas dingin
2) Gerakan
3) Pijat
4) Terapi aroma
5) Teknik bernapas yang benar
6) Akupuntur
7) Refleksiologi
8) Hypnobirthing
9) Massage effleurage
(Judha et al, 2012:82-97)
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Sulis, Erfiani Mail, dan Zulfa Rufaida. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Surakarta: CV Oase Grup.
Marinda, Aulia Bella. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Persalinan
Normal di Ruang Bersalin Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi Jember.
Universitas Jember.
Nurhayati, Eka. 2019. Patologi dan Fisiologi Persalinan : Distosia dan Konsep
Dasar Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Uddani, Musdalifa Tenri. 2021. Literature Review : Pengaruh Birth Ball Exercises
Terhadap Nyeri Persalinan Pada Kelahiran Spontan. Undergraduate (S1)
thesis, Universitas Muhammadiyah Malang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN G2P0A1 H 39+3 MINGGU
INPARTU DI RUANG BERSALIN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Disusun Oleh :
P27220020092
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN G2P0A1 H 39+3 MINGGU
INPARTU DI RUANG BERSALIN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
A. Pengkajian
Tanggal/Jam Masuk : 26 Oktober 2021 ( 23.30)
Tanggal/Jam Pengkajian : 26 Oktober 2021 ( 23.40 )
Diagnosa Medis : G2P0A1 H 39+3 Inpartu Kala 1 Fase Laten
No Registrasi : 216443xxx
Bangsal/ no kamar : Ruang Bersalin/D3
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 28 tahun ( 09 Mei 1993)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Blumbang Wetan, RT 01/RW 02, Bantengan, Karanggede,
Boyolali
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal Masuk : 24 Oktober 2021
No. RM : 216436xx
Dx. Medis : G2P0A1 H 39+3 Inpartu Kala 1 Fase Laten
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. D
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Alamat :Blumbang Wetan, RT 01/RW 02, Bantengan,
Karanggede, Boyolali
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Genogram
: Laki-laki : Klien
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengatakan gerakan janin aktif serta kenceng-kenceng.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD pada Selasa, 26 Oktober 2021 pukul 22.30 WIB dengan
keterangan G2P0A1 h 39+3 minggu dengan inpartu kala I fase laten dan sudah
pembukaan 3 dan dipindahkan ke VK pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 23.30
WIB. Pada pukul 04.00 WIB pasien mengatakan ingin mengejan dan terjadi
kontraksi, kemudian melahirkan di ruang bersalin pada tanggal 27 Oktober 2021
pukul 04.30 WIB. Telah dilahirkan anak laki-laki dengan berat 3500 gr.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang menurun atau
menular. Kelahiran anak keduanya normal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menurun
atau menular
e. Riwayat Kehamilan
Ini adalah kehamilan pasien yang kedua. Usia kehamilan pasien 39+3 minggu.
f. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 15 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : ± 7 - 8 hari
HPHT : 20 Januari 2021
HPL : 27 Oktober 2021
2) Riwayat Kehamilan
Hamil ke Tahun Jenis Kelamin Cara Kondisi Tempat
1 2019 L Kuretase Meninggal RS
(IUFD)
Hamil 2021 - - - -
sekarang
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dengan bantuan orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung
Setelah Hamil:
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dengan bantuan orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung
e. Pola kognitif dan persepsi
Pasien mengatakan perutnya terasa kencang.
f. Pola persepsi dan konsep diri
1) Body Image :
Pasien mengatakan bersyukur terhadap apa yang saat ia miliki sekarang
2) Ideal Diri :
Pasien mengatakan ingin menjadi ibu yang baik bagi anaknya dan ingin
merawatnya dengan baik.
3) Harga Diri :
Pasien mengatakan bahwa ia sangat di terima oleh keluarganya, keluarganya
pun turut bahagia atas kehadiran putranya
4) Peran Diri :
Pasien mengatakan saat hamil belum bisa menjalankan tugasnya sebagai ibu
rumah tangga dengan baik karena untuk melkukan kegiatannya masih di
bantu.
5) Identitas Diri :
Pasien mengatakan bahwa ia adalah seorang istri dan merupakan seorang
ibu dari putrinya
g. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan selama hamil tidur selama 8 jam/hari
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan bahwa hubungannya dengan keluarga terjalin dengan sangat
baik.
i. Pola toleransi stress dan koping
Pasien mengatakan akan segera sembuh setelah proses persalinan.
j. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan selalu melaksanakan Sholat 5 waktu.
6. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,6 °C
SPO2 : 99 %
TB : 160 cm
BB : 74 kg
7. Head To Toe
a. Kepala : Normal, simetris, warna rambut hitam, tidak ada benjolan
b. Mata : Simetris, kongjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
c. Mulut : Mukosa bibir kering
d. Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
e. Telinga : Tidak ada cairan yang keluar, bentuk simetris
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
g. Dada :
Jantung :
I : Simetris
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pi : Pekak
A : Tidak ada suara tambahan
Paru-paru:
I : Simetris
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pi : Pekak
A : Tidak ada suara tambahan
h. Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, ASI keluar
i. Abdomen :I : Tidak ada luka, warna kulit merata
Pa : Leopold I : TFU = 30 cm
Leopold II : Punggung sebelah kiri
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul
HIS : Sedang 3x/ 10׀/ 25׀׀
A (DJJ) : 146x/ menit
j. Genetalia :
Dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 3 cm, partio tebal lunak, kantung
ketuban utuh, air ketuban masih utuh, penurunan kepala di Hodge II, terdapat
lendir darah pada sarung tangan setelah pemeriksaan dalam.
k. Ekstremitas
- Atas : Terpasang infus RL 20 tpm
- Bawah : Tidak terdapat varises dan edema
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan labolatorium dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 23.20WIB.
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Haemoglobin 13,6 gr/dl 12-16
Leukosit 7970 /ul 4000-10.000
Eosinofil 0,80 % 1-5
Basofil 0,80 % 0-1
Neutrofil Segmen 70,20 % 50-60
Limfosit 20,20 % 20-40
Hematokrit 40 % 33.0-45.0
Trombosit 162 103/uL 154-386
Eritrosit 4,17 Juta/uL 4.3-6.3
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
AST (SGOT) 24 U/L 135-148
ALT (SGPT) 20 U/L 3.5-5.3
Albumin 3.1 g/dL 98-107
Karbohidrat
Glukosa Darah Sewaktu 82 mg/Dl 70-125
IMUNOSEROLOGI
HbsAg
Anti HCV Non Reaktif Non rekatif
Anti HIV 1 / 2 Non Reaktif COI Non Reaktif
Antigen SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif
Negatif Negatif
9. Program Terapi
a) Infus RL 500 ml 20 tpm (IV)
b) Injeksi Oksitosin 1 ampul setelah bayi lahir
c) Injeksi Methylergometrine 1 ampul setelah plasenta lahir
d) Cefadroxil 2x500mg
e) Asam Mefenamat 3x500mg
f) SF 1x1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN G2P0A1 INPARTU H 39+3
MINGGU DI RUANG BERSALIN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a) Pasien mengatakan kenceng-kenceng, mengalami kontraksi
P : Pasien mengatakan nyeri karena adanya kontraksi uterus
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa kencang
R : Pasien mengatakan nyeri di bagian abdomen dan pinggang
S : Skala nyeri 5
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
b) Pasien mengatakan ingin mengejan
2. Data Objektif
a) Kesadaran umum : Cukup, Composmentis
b) Pasien tampak meringis kesakitan jika terjadi kontraksi
c) TTV
TD : 110/ 70 mmHg
N : 82 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,5 °C
d) SPO2 : 99 %
e) TB : 160 cm
f) BB : 74 kg
g) TFU : 30 cm
h) His : Sedang 3x/ 10׀/ 25׀׀
i) DJJ : 146 x/menit
j) VT : 3 cm
2. Analisa Data Kala I Fase Laten
Data Masalah Etiologi
DS : Nyeri melahirkan Dilatasi serviks
- Pasien mengatakan perutnya
terasa kenceng – kenceng.
- Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut, jalan lahir dan
pinggang.
DO :
- Ekspresi wajah tampak meringis
- Pasien tampak menahan sakit
- Pasien tampak berkeringat.
P : Nyeri karena adanya
kontraksi
Q : Nyeri tumpul
R : Abdomen dan jalan lahir
S :6
T : hilang timbul
A. Pengkajian
Hari / tanggal : Minggu, 27 Oktober 2021
Waktu : 04.00 WIB
DS :
1. Pasien mengatakan kenceng-kenceng semakin sering.
2. Pasien merasa lelah dan ingin mengejan.
3. Pasien mengatakan nyeri, takut menghadapi persalinananya khawatir bayinya
tidak keluar-keluar juga
DO :
1. KU : Cukup, Composmentis
2. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,6ºC
RR : 20 x/mnt
His : 3x10’/35”
3. DJJ : 146 x/mnt
4. VT : Ø 9 cm
5. UK : 39+3mg
1. Analisa Data Kala 1 Fase Aktif
DO :
c. Pasien tampak meringis
KU : cukup, Composmentis
TTV :
d. TD : 110/70 mmHg
e. N : 84 x/mnt
f. S : 36,5ºC
g. RR : 20 x/mnt
His : 3x10’/35”
DJJ : 146 x/mnt
VT : Ø 9 cm
UK : 39+3mg
2. DS : Keletihan Kondisi fisiologi
a. Pasien mengatakan merasa lelah karena (sering
sering mengejan. mengejan)
DO :
- Pasien tampak lelah
KU : cukup, Composmentis
TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 84 x/mnt
- S : 36,5ºC
- RR : 20 x/mnt
His : 3x10’/35”
DJJ : 146 x/mnt
VT : Ø 9 cm
UK : 39+2mg
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri melahirkan b.d dilatasi serviks
b. Keletihan b.d kondisi fisiologis (sering mengejan)
3. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Tujuan : a. Anjurkan a. Untuk meningkatkan
Setelah dilakukan tindakan mengambil posisi kenyamanan pasien
keperawatan selama kala 1, nyaman
diharapkan tingkat nyeri b. Anjurkan pasien b. Untuk meningkatkan
menurun dengan kriteria hasil : untuk miring kenyamanan pasien
a. Koping terhadap kiri
ketidaknyamanan c. Demonstrasikan c. Untuk mengurangi rasa
persalinan meningkat dan latih teknik nyeri
b. Dilatasi serviks meningkat relaksasi (napas
c. Nyeri kontraksi menurun dalam) d. Untuk mengetahui tingkat
d. Nyeri punggung menurun d. Observasi skala nyeri pasien
nyeri
e. Untuk membantu pasien
e. Anjurkan pasien
mengedan dengan baik
nafas panjang
ketika ada his
4. Implementasi Keperawatan
No Waktu Implementasi Respon
1 27 Oktober a. Memonitor kelelahan fisik S:
2021 Pasien mengatakan lelah dan terus
03.00 ingin mengejan
O:
Pasien tampak berkeringat
O:
Pasien tampak meringis
5. Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi
1 Kamis, 27 S :
Oktober 2021 - Pasien mengatakan dapat melakukan teknik relaksasi napas
04.00 dalam secara mandiri
- Pasien mengatakan kenceng-kenceng yang dialaminya
bertambah
- Pasien mengatakan kontraksinya bertambah
O:
- Pasien tampak melakukan teknik relaksasi napas dalam
- Meringis pasien masih ada
- Dilatasi serviks pasien bertambah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan => KALA II
2 Kamis, 27 S :
Oktober 2021 - Pasien mengatakan merasa lebih tenang
04.00 - Pasien mengatakan kekhawatirannya berkurang
- Pasien mengatakan ingin mengejan terus-menerus
O:
- Perilaku gelisah pasien berkurang
- Perilaku tegang pasien berkurang
- Diaphoresis yang dialami pasien berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan => KALA II
KALA 2 PERSALINAN
1. Pengkajian Kala II
Tanggal : 27 Oktober 2021
Jam : 04.00WIB
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan ingin mengejan dan merasakan nyeri dengan teriak sakit.
Pasien tampak meringis kesakitan.
b. Nyeri
P : Nyeri karena adanya kontraksi dan pengeluaran janin
Q : Nyeri sakit
R : Abdomen, pinggang dan jalan lahir
S :9
T : Terus Menerus
TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 84 x/mnt
- S : 36,5ºC
- RR : 20 x/mnt
His : 3x10’/35”
DJJ : 146 x/mnt
- VT : Ø 10 cm
3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin
4. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Tujuan: Setelah dilakuan a. Anjurkan posisi a. Menambah
tindakan selama kala 2 nyaman yaitu kenyamanan
persalinan diharapkan tingkat dorsal recumbent dan
nyeri menurun dengan kriteria kemudahan
hasil: pasien pasca
a. ibu dapat mengedan persalinan
dengan benar. b. Ajarkan pasien b. Kemampuan
b. ibu lebih tenang. untuk mengatur klien untuk
c. ibu dapat beristirahat upaya mengedan merasakan
diantara kontraksi. dengan spontan, sensasi
selama adanya kontraksi,
kontraksi mengakibatka
n proses
mengejan
c. Mengetahui
c. Observasi nyeri tingkat nyeri
yang dialami pasien
pasien d. untuk
d. Ajarkan napas mengurangi
dalam nyeri.
e. Kandung
e. Anjurkan klien kemih bebas
untuk berkemih. distensi, dapat
meningkatkan
kenyamanan,
dan
mempengaruh
i penurunan
janin.
f. Untuk
f. Kolaborasi merangsang
pemberian injeksi plasenta agar
IM (Oksitosin) cepat lahir.
5. Implementasi
No Tanggal Implementasi Respon TTD
Dx
271 a. Menganjurkan S :
Oktober
. posisi nyaman yaitu Pasien mengejan dengan
2021 dorsal recumbent posisi dorsal recumbent untuk
04.00 posisi nyamannya.
O:
Pasien tampak nyaman
dengan posisi miring.
6. Evaluasi
No Tanggal Evaluasi TTD
Dx
1. 27 Oktober S:
2021 - Pasien mengatakan nyeri agak berkurang
04.40 setelah proses persalinan
- Pasien mengatakan lega dan senang setelah
mendengar bayinya menangis
O:
- Pasien tampak meringis kesakitan.
- Pasien tampak kelelahan
- Keadaan umum : cukup, composmentis
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 C
SpO2 : 99%
- Skala nyeri : 6
- Jumlah Apgar Score :
1 menit : 8
5 menit : 9
10 menit : 10
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi masuk kala III
1. Pengkajian
a. Data Fokus
1) Data Subyektif
- Ny.R mengatakan lelah tetapi senang karena anaknya sudah lahir.
- Ny. R mengeluhkan perutnya masih mules
- Ny.R mengatakan nyeri kontraksi ketika plasenta keluar
- Ny. R mengeluh nyeri karena luka perineum dan perutnya masih terasa mulas
2) Data Obyektif
- Kesadaran cukup, Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- S : 36.5 ˚ C
- R : 20 x/menit
- SpO2 : 99%
- Terpasang infus RL 20 tpm
- PPV : 100cc, lokhea rubra, kontraksi uterus keras
- TFU 1 jari ↓ pusat
- Pasien tampak berkeringat
- Plasenta sudah lahir
- Kondisi plasenta bentuk ukuran oval, tali pusat 10 cm, kulit ketuban pecah,
kotiledon lengkap
2. Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : Keletihan Kondisi
- Pasien mengatakan lelah tetapi Fisiologis
senang karena anaknya sudah (Persalinan)
lahir.
DO :
- Pasien tampak kelelahan
- Pasien tampak berkeringat
- Kesadaran cukup,
Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- S : 36.5 ˚ C
- R : 20 x/menit
- SpO2 : 99%
- Terpasang infus RL 20 tpm
DO :
- PPV : 100cc, lokhea rubra,
kontraksi uterus keras
- Kondisi plasenta bentuk
ukuran oval, tali pusat 10 cm,
kulit ketuban pecah, kotiledon
lengkap
- Kesadaran cukup,
Composmentis
TTV :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- S : 36.5 ˚ C
- R : 20 x/menit
- SpO2 : 99%
- Terpasang infus RL 20 tpm
3. Diagnosa Keperawatan
a. Keletihan b.d kondisi fisiologis (Persalinan)
b. Nyeri akut b.d kontraksi uterus
4. Intervensi Keperawatan
2 05.35 b. Mengidentifikasi S:
penurunan tingkat energi Klien mengatakan nyeri
dan sumber mulai berkurang dan sudah
ketidaknyamanan dapat memonitor nyeri
dengan mandiri.
O:
Klien memposisikan dirinya
dibantu oleh keluarga dan
klien terlihat melakukan
teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyerinya
6. Evaluasi Keperawatan
2 Kamis, 27 S :
Oktober a. Pasien mengeluh perutnya masih mules
2021 b. Pasien mengeluh nyeri karena luka perineum
06.10
O:
PPV : 100cc, lokhea rubra
P : Nyeri karena adanya luka perineum dan kontraksi
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Abdomen dan jalan lahir
S:6
T : Terus Menerus
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi Masuk kala IV persalinan
Kala IV
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri pada luka jalan lahir
2. Data objektif
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 36oC
SpO2 : 97%
- Skala Nyeri : 5 (Nyeri Sedang)
- TFU → 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus (+)
- Perdarahan pervagina (-)
- Lochea : berwarna kemerahan
3. Analisa data
No Data Etiologi Problem
DO:
4. Diagnosa keperawatan
Ketidaknyamanan pasca melahirkan berhubungan dengan involusio uterus
5. Intervensi keperawatan
DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
DO:
− TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 36oC
SpO2 : 97%
DO:
DO:
1 Kamis, 27 S:
Oktober 2021 Ny.S mengatakan sudah BAK lancar
dan banyak, nyeri berkurang
07.00
O:
KU : Baik
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 20x/menit
-
S : 36 oC
- SpO2 : 97%
- Kontraksi Uterus (+)
− Cefadroxil 2 x 500 mg
− SF 1 x 1mg
− Asmef 3 x 500 mg
− Observasi selama 2 jam pindah
diruang nifas (Adasmanis)
RTL :