Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.

M G1 P1 A0 USIA 23
TAHUN DENGAN POST NATAL CARE HARI KE 20 DI DESA TELUKJAYA
KECAMATAN PAKISJAYA KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING :
Nurti Y.K Gea, S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Fhikka Aulia, S.Kep
201560311045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.M G1 P1 A0 Usia 23 Tahun Di
Desa Teukjaya Karawang sebagai Tugas dari stase Keperawatan Maternitas.
Asuhan Keperawatan Maternitas ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Asuhan Keperawatan
Maternitas ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Maternitas ini.
Dan harapan penulis semoga Asuhan Keperawatan Maternitas ini mampu memenuhi
persyaratan untuk tugas Stase Keperawatan Maternitas . Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi Asuhan Keperawatan Maternitas agar menjadi
lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Asuhan Keperawatan Maternitas ini.

Bekasi, 28 April 2021


Penyusun

( Fhikka Aulia )

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan. Salah satu tujuannya yaitu guna mencapai target
Millenium Development Goals (MDG’s) ke-5 yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada kenyataannya, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup,
meningkat dibandingkan dengan data SDKI tahun 2007 yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup. Kementrian Kesehatan RI membentuk Puskesmas Mampu Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). PONED adalah pelayanan untuk
menanggulangi kasuskasus kegawatdaruratan obstetri (kebidanan) dan neonatal (bayi
baru lahir). PONED turut berkontribusi mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi dengan cara meningkatkan deteksi dan penanganan ibu hamil dengan resiko
tinggi serta kasus komplikasi obstetri dan neonatal. Salah satu pelayanan yang
diberikan yaitu pelayanan Postnatal care (PNC) atau pelayanan nifas Masa nifas
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada
saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan persalinan. Ibu nifas juga mengalami perubahan
psikologis yaitu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan
dengan bayinya. Sehingga ibu nifas perlu mendapatkan asuhan pelayanan nifas yang
bermutu. Mutu pelayanan kesehatan ibu nifas dapat terlihat dari standar waktu dimana
ibu nifas dianjurkan untuk melakukan kunjungan nifas paling sedikit 3 kali kunjungan
dengan standar operasionalnya meliputi pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu); pemeriksaan tinggi fundus uteri; pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya; pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif;
pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana; serta pelayanan KB pasca persalinan.
Kunjungan nifas ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga
untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
Menurut Hasanah (2014), kunjungan post partum merupakan kunjungan yang
dilakukan ibu nifas ke tenaga kesehatan selama masa nifas. Namun fenomena yang
terjadi di masyarakat kunjungan post partum jarang dilakukan sesuai standar,
seringkali hanya dua kali atau satu kali kunjungan selama post partum, selama tidak
ada keluhan pada ibu maupun bayinya (Ima AzizahOktiaworo Kasmini Handayani,
2017)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan maternitas pada Ny.A dengan Post Natal care
2. Tujuan Khusus
a. Memahami tentang konsep dasar Post Natal Care
b. Melakukan pengkajian pada Ny.A dengan Post Natal care
c. Menentukan masalah keperawatan pada Ny. N dengan Post Natal Care
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. A dengan Post Natal Care
e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada Ny.A dengan Post
Natal Care
f. Mengevaluasi tindakan yang diberikan pada Ny.A dengan Post Natal Care
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Masa pasca partum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai
organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Masa pascapartum
merupakan masa transisi fisik dan psikologis mayor bagi ibu baru dan seluruh
keluarga.(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2011)
Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi,
puerperiumn berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih
kembali, mulai persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi & Sunarsih, 2012).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa
itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Wahyuni, 2014).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan maupun dibidang-
bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan-kegiatan itu terarah dan diadakan
evaluasi dan penilaian. Adapun tujuan dan perawatan nifas ini adalah :
1. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan:
a. Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan
b. Menghilangkan terjadinya anemia
c. Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan keberhasilan dan
strelisasi
d. Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan umum ini diperlukan
pergerakan otot yang cukup, agar tunas otot menjadi lebih baik, peredaran
darah lebih lancar dengan demikian otot akan mengadakan metabolisme lebih
cepat.
2. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
3. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
4. Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu
5. Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, dan
dapat memlihara bayi-bayi dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan
bayi normal.

C. Pathway Masa Nifas

Kehamilan

Persalinan

Masa Nifas

Involus Laktasi

Proses Refleks Lets Down


Autolisis Refleks Proklatin

Lochia
Pembentukan Air Susu
Pengeluaran Air Susu

Rubrah Sanguilenta Serosa Alba

D. Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium Dini
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang dalam hal ini
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini sering terdapat banyak
masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh karena itu bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhia,
tekanan darah dan suhu.
2. Puerperium Intermedial
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu). Periode ini
bidan memastikan bahwa involusio uterus berjalan normal, tidak ada perdarahan
abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak demam, ibu mendapat cukup
makanan dan cairan, menyusui dengan baik, melakukan peraw atan ibu dan
bayinya sehari-hari.
3. Remote Puerperium
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini bidan tetap
melanjutkan pemeriksaan dan peraw atan sehari-hari serta memberikan konseling
KB.

E. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Pada masa nifas terjadi beberapa perubahan fisiologis pada masa nifas yang meliputi :
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involus. Proses involus adalah proses
kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum melahirkan. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus
pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolus
kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr (11-12 ons) 2 minggu
setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul
sejati lagi. Pada minggu keenam beratnya menjadi 50-60 gr.
b. Involus Tempat Plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh thrombus.
c. Perubahan Ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur
yang megakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungan turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia
dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur.
d. Perubahan Serviks
Serviks mengalami involus bersama-sama dengan uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks post partum adalah bentuk serviks yang
akan mengaga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Konsistensi serviks lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, pada
minggu ke-6 post partum serviks menutup.
e. Lochia
Lochia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau
yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumennya berbeda-beda
setiap wanita.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya sebagai
berikut:
1) Lochia rubrah/merah (kruenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa post
partum. Sesuai dengan namanya warna lokia biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
desidua dan chorion. Lokia ini terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisi darah.
2) Lochia sunguinolenta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah atau lender karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari post partum.
3) Lochia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 post partum, warna lokia
kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4) Lochia Alba
Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 post partum. Warna lebih pucat,
putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender
serviks dan serabut jaringan mati.
f. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam
6-8 minggu post partum. Penurunan hormone estrogen pada masa post partum
berperan dalam penipisan munosa vafina dan hilangnya rugae. Rugae akan
terlihat kembali pada sekitar minggu ke-4.
g. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulus perkembangan payudara
selama wanita hamil (ekstrogen, progesterone, human chrorionic, proklatin,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau
keempat pasca partum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara
bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh
darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam.
Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam
beberapa hari sampai satu minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu
massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari hari kehari.
h. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-
ari atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormone penghambat proklatin
(hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas,
hormone plasenta taka da lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya
ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara
sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung
zat kaya Gizi dan antibody pembunuh kuman.
2. Perubahan Tanda-Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital yang biasa terjadi ibu nifas yaitu:
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post partum suhun badan akan naik sedikit (37,5 OC-
38OC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikuti,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas.
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa factor yaitu
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler (edema fisiologis). Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan
darah sekitar 300-400 cc, dan akan terjadi 2x lipat dilakukan secara section
saesaria (SC)
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembai ke sirkulasi umum.
c. Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar fibrogen dan plasma akan
menurun, tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat
di mana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post partum. Kira-kira
selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-
500 ml.
4. Sistem Endokrin
Selama post partum terjadi penurunan hormone human placenta latogen
(HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita menyusui pasca
partum hari ke-17.
5. Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar streroid yang tinggi) yang
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami fungsi ginjal selama masa pasca
partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita
melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi baru lahir.
6. Sistem Cerna
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan. Penurunan tonus dan mobilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa
tertunda selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum.
Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomy, laserasi, atau
hemorrhoid.
7. Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama peurperium kebalikan adaptasi neurologis wanita
hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan
kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir.
Nyeri kepala pasca partum disebabkan hipertensi akibat kehamilan, stress, dan
kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa
minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.
8. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu terjadi selama kehamilan berlangsung
terbalik pada masa pasca partum. Adaptasi membantu relaksasi dan
hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran Rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan.
9. Sistem Integumen
Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir, hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, panggul mungkin
memudar tapi tidak seluruhnya.
10. Perubahan Sistem Pencernaan Pada Masa Nifas
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesterone. Sehingga hal ini dapat menyebabkan konstipasi terutama dalam
beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal demikian karena pada waktu
melahirkan alat pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haermoroid, laserasi jalan lahir serta adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya
luka episiotomy.
11. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Hal ini merupakan salah
satu pengaruh selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami dilatasi.
Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. Pada awal post
partum kandung kemih mengalami oedema. Sumbatan pada uretra disebabkan
karena adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
setelah 24 jam post partum.

F. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Dalam menjalani adaptasi masa nifas, ibu mengalami fase-fase sebagai berikut:
a. Fase Taking In
Adalah periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Yaitu periode berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada masa ini
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayi. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah.
c. Fase Latting Go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri merawat diri
dan bayinya serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
d. Post Partum Blues
Yaitu respon emosi ibu post partum dimana ia merasa sangat tertekan,
mungkin menangis, individu tidak tahu mengapa ia merasa depresi. Keadaan ini
sifatnya sementara 1-10 hari menghilang.

G. Tanda Bahaya dan Penyakit Masa Nifas


a. Perdarahan lewat jalan lahir.
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
c. Demam
d. Bengkak pada muka, tangan atau kaki, serta sakit kepala dan atau kejang.
e. Nyeri atau panas di daerah tungkai.
f. Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit.
g. Putting lecet.
h. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya)

H. Penanganan Masa Nifas

1. Kebersihan diri
a. Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air
kecil atau besar
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
b. Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
d. Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

e. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

f. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya


sendiri.

3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa
lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada panggul.

b. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk
setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.

4. Gizi

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A


kepada bayi melalui air asinya.

5. Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting sus
b. Menggunakan Bra yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.

e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.

f. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.

g. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak.

h. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI,
sisanya keluarkan dengan tangan.

i. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

6. Senggama

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri
b. Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
I. Perawatan Post Partum
1. Perineum
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah
yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan
perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh
dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan
untuk melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi
rasa sakitnya.
2. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam
post partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah
terjadinya trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-duduk, hari ketiga
jalan-jalan dan pada hari keempat atau lima boleh pulang. Mobilisasi diatas
mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan nifas dan
sembuhnya luka-luka
3. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.
4. Miksi
Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya. Kadang-
kadang wanita sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme otot iritasi musculus sphicterani selama persalinan bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit berkemih sebaiknya lakukan kateterisasi.
5. Defakasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit buang
air besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau
perectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.
6. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu tidak
keras, lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia
dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI).
Keuntungan ASI yakni :
a. Bagi ibu
 Mudah didapatkan
 Praktis dan murah
 Memberi kepuasan
b. Bagi Bayi
 ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan

 ASI mengandung berbagai zat antibody untuk mencegah infeksi

 ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi

 Susu tepat dan selalu segar

 Memperindah gigi dan rahang


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POST NATAL CARE


Nama Mahasiswa : Fhikka Aulia
Alamat : Dusun Baru II, Desa Telukjaya. Karawang
Tanggal Pengkajian : 28 April 2021

A. DATA UMUM KESEHATAN


1. Initial klien : Ny. M
2. Usia : 24 tahun
3. Status obstretikus : G1 P1 A0
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Status : Menikah

No Tipe Persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi waktu Umur sekarang


. lahir
1. Persalinan Normal 2,9 kg Keadaan bayi saat 20 hari
(Spontan) lahir: Bayi sehat,
berjenis kelamin
perempuan

7. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan episiotomy. Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan
epiostomi.
b. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan baik dari pihak dirinya maupun suaminya tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi,
jantung, dan riwayat penyakit menular seperti asma, TBC, dan HIV/AIDS dan
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
9. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur 13 tahun.
b. Siklus
Pasien mengatakan siklus haidnya 28-30 hari.
c. Lama
Pasien mengatakan lama haidnya 6-7 hari.
d. Banyaknya
Pasien mengatakan 2-3 kali ganti pembalut/hari.
e. Teratur/Tidak Teratur
Pasien mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
f. Sifat darah
Pasien mengatakan sifat darahnya encer kecoklatan.
g. Dismenorhoe
Pasien mengatakan mengeluh sakit perut jika hari pertama haid.
10. Masalah prenatal
Tidak ada masalah pada kehamilan. Pasien hamil selama 38 minggu.
11. Riwayat KB
Pasien mengatakan belum pernah memakai KB.
12. Rencana KB
Pasien mengatakan rencana setelah kelahiran anak pertama ini pasien akan
menggunakan KB suntik dan pasien ingin mengatur jarak usianya masing-masing
anaknya supaya pas.

DATA POST NATAL CARE


1. Buah dada :
 Kesan umum : Payudara terasa kencang dan tidak ada nyeri saat menyusui.
 Putting susu : Menonjol
 Kolostrum : ASI keluar banyak.
 Areola : Hiperpigmentasi
 Benjolan : Tidak ada
2. Diastasis rectus abdominis
 Ukuran :Normal
3. Fundus uterus :
 Tinggi : Berada dipertengahan simfisis dan pusat.
 Posisi :-
 Kontraksi : Normal
4. Lochia
 Jumlah : Sedikit
 Warna : Darah warna merah terang
 Konsistensi : Encer
 Bau : Seperti darah biasa dan tidak berbau busuk.
5. Perineum
 Utuh, episiotomy, rupture : Episiotomi.
 REEDA sign :
Reednes : Tampak kemerahan pada daerah jahitan
Edema : Adanya cairan.
Ecchymosis : Adanya bercak perdarahan kecil.
Discharge : Tidak ada cairan yang keluar
Approxiamation : Kedekatan dengan jaringan yang dijahit
 Keadaan : Keadaan luka basah
 Kebersihan : Bersih
 Pengkajian Nyeri pada Perineum
P : Luka jahitan epiostomi 3 jahitan.
Q : Seperti disayat-sayat
R : Pada luka jahitan epiostomi
S : Skala nyeri 6
T : Ketika pasien BAK dan nyeri hilang timbul.

6. Hemorroid
Klien mengatakan tidak terjadi pembengkakan/pembesaran pada bagian rectum
(tidak terjadi hemorrhoid)
7. Varises
Klien mengatakan tidak terjadi pembengkakan/pelebaran pembuluh darah vena
(tidak terjadi varises)
8. Homan’s sign
Klien mengatakan tidak terjadi nyeri betis pada saat dersofleksi kaki.
9. Pola Kebiasaan Selama Post Partum
No. Aktivitas Pre Partum Post Partum
1. Pola nutrisi  Makan  Makan
Klien mengatakan Klien mengatakan
makan 1 kali sehari makan 3 kali sehari
sebelum melahirkan setelah melakirkan
dengan porsi makan dengan porsi makan
dikit, nafsu makan sedang, nafsu makan
kurang. baik.
 Minum  Minum
Klien minum sehari 5- Klien mengatakan
6 gelas air putih dan sehari 6-8 gelas.
diselingi minum susu,
teh manis hangat.
2. Pola eliminasi  BAB  BAB
Klien mengatakan Klien mengatakan
BAB 1 kali sehari BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi setelah melahirkan
kadang lunak kadang dengan konsistensi
keras, warna kuning kadang lunak kadang
dan bau yang khas. keras, warna kuning,
dan bau yang khas.
 BAK  BAK
Klien mengatakan Klien mengatakan
selama hamil BAK BAK setelah
lebih sering terutama melahirkan yaitu 4-5
pada trimester ke-3 kali sehari dengan
yaitu 7-9 kali dalam warna kuning jernih
sehari dengan warna dan bau yang khas.
kuning jernih dan bau
yang khas.
3. Pola aktivitas Klien mengatakan selama Klien mengatakan dibantu
hamil masih bekerja dalam sepenuhnya oleh keluarga
mengurus rumah tapi karena merasa letih dan
dengan hati-hati dan tidak lemah. Pasien juga
terlalu capek. mengatakan tidak banyak
bergerak karena masih
takut dengan luka
jahitannya dank pasien
masih merasakan nyeri
pada luka jahitan
episiotomy.
4. Pola istirahat Klien mengatakan tidur Klien mengatakan setelah
tidur malam kurang lebih 8 jam melahirkan tidur hanya 1-
yaitu jam 21.00-05.00 2 jam.
WIB, tidur siang kurang
lebih 2 jam dari jam 13.00-
15.00 WIB.
5. Pola personal Klien mengatakan mandi 2 Klien mengatakan
hygiene kali sehari pagi dan sore, kebersihan diri dibantu
mandi secara menyeluruh oleh keluarganya.
dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Keramas hanya
3 kali dalam satu minggu.

10. Riwayat Psikologis dan Spiritual


a. Psikologis
Klien dan keluarga klien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran
anak pertamanya ini.
b. Spritual
Klien beragama islam dan rajin menunaikan ibadah sholat 5 waktu dan rajin
berdoa.
11. Riwayat Sosial Budaya
a. Dukungan keluarga
Klien mengatakan suami dan keluarganya sangat mendukung dengan
kelahiran anak pertamanya.
b. Pantangan makanan
Klien mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun saat hamil maupun
saat melahirkan.
c. Kebiasaan adat istiadat
Klien mengatakan kebiasaan ada istiadat selama hamil adalah pasien dilarang
keluar sebelum magrib dan tidak boleh keluar pada malam hari.
d. Penggunaan obat-obatan
Klien mengatakan hanya minum obat dari bidan.
12. Pengetahuan Ibu
Klien mengatakan setelah melahirkan harus memperbanyak makan sayuran hijau
seperti daun katuk untuk memperlancar pengeluaran ASI. Klien mengatakan ASI
sangat baik untuk bayinya, untuk pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan
juga untuk kekebalan tubuh bayinya.
13. Keadaan mental :
Klien mengatakan sangat senang menyambut kelahiran anak.
14. Penyesuaian dengan bayi :
Klien mengatakan merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi.
15. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 89 x/menit
 Suhu : 37OC
 Pernapasan : 24 x/menit
d. Tinggi Badan : 155 cm
e. Berat Badan : 56 kg.
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut Bersih, hitam gelombang, ada rontok dan tidak ada
massa, benjolan, dan nyeri tekan.
Wajah Tidak ada odema dan tidak ada kloasma gravidarum
(bintik-bintik) pigmen kecoklatan diwajah.
Mata Konjungtiva pucat, sclera putih tidak ikterik, tidak ada
nyeri tekan, fungsi penglihatan baik dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Telinga Tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan.
Hidung Tidak ada polip, fungsi penciuman baik, dan tidak ada
nyeri tekan.
Mulut/gigi/gusi Bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi putih,
tidak ada karies gigi.
Abdomen Terdapat striage gravidarium
Genetalia Lochia rubrah, warna merah kecoklatan, jumlah
pembalut 2x/hari.
Perineum dan Terdapat 3 jahitan pada perineum, keadaan luka basah,
Anus tidak ada tanda radang.
Ekstermitas Atas :
Kuku pendek, bersih, turgor kulit elastis, tidak ada
kelainan, akral teraba hangat.
Bawah :
Kuku pendek, bersih, turgor kulit elastis, tidak ada
kelainan, akral teraba hangat.

b. Palpasi
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
tumor, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada Tidak ada pembengkakan pada mamae, tidak ada
tumor, simetris kanan dan kiri, putting susu bersih dan
menonjol, kolostrum/ASI sudah keluar.
Abdomen Tidak ada nyeri tekan.
Ekstermitas Tidak ada varises, tidak ada odema.
DATA FOKUS

No. Data Subjektif Data Objektif


1. 1. Klien mengatakan nyeri pada luka 1. Keadaan umum : Baik
jahitan epiostomi 2. Kesadaran : Composmentis
2. Klien mengatakan nyeri bertambah 3. Hasil pemeriksaan TTV :
saat bergerak.  Tekanan darah : 120/80 mmHg
3. Pengkajian nyeri :  Nadi : 89 x/menit
P : Luka jahitan epiostomi 3 jahitan.  Suhu : 37OC
Q : Seperti disayat-sayat  Pernapasan : 24 x/menit
R : Pada luka jahitan epiostomi 4. Klien tampak meringis
S : Skala nyeri 6 5. Perineum dan Anus : Terdapat luka
T : Ketika pasien BAK dan nyeri jahitan di perineum 3 jahitan.
hilang timbul. 6. Pengkajian Perineum
4. Klien mengatakan dalam perawatan
 Utuh, episiotomy, rupture :
bayinya masih dibantu oleh
Epiostomi
keluarganya.
 Reednes : Tampak kemerahan
5. Klien mengatakan mengganti
pada daerah jahitan
pembalut 2x/hari.
 Odema : Adanya cairan.
6. Klien mengatakan belum mengerti
 Ecchymosis: Adanya bercak
cara merawat bayi karna bayi
perdarahan yang kecil.
pertama.
 Discharge: Tidak ada cairan yang
keluar.
 Approxiamation: Kedekatan dengan
jaringan yang dijahit
 Keadaan : Keadaan luka basah
 Kebersihan : Bersih
7. Klien tampak bingung
ANALISA DATA

No Analisis Data Diagnosa Keperawatan


1. Data Subjektif : Nyeri Akut b.d Agen
1. Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan epiostomi Pencedera Fisik (Luka
2. Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak. Jahitan Episiotomi)
3. Pengkajian nyeri :
P : Luka jahitan episiotomi 3 jahitan.
Q : Seperti disayat-sayat
R : Pada luka jahitan epiostomi
S : Skala nyeri 6
T : Ketika pasien BAK dan nyeri hilang timbul.

Data Objektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Hasil pemeriksaan TTV :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 89 x/menit
 Suhu : 37OC
 Pernapasan : 24 x/menit
4. Klien tampak meringis
5. Perineum dan Anus : Terdapat luka jahitan di
perineum 3 jahitan.
2. Data Subjektif: Resiko Infeksi b.d
1. Klien mengatakan mengganti pembalut 2x/hari. Kerusakan Integritas Kulit

Data Objektif:
2. Perineum dan Anus : Terdapat luka jahitan di
perineum 3 jahitan.
3. Pengkajian Perineum
 Utuh, episiotomy, rupture : Epiostomi
 Reednes : Tampak kemerahan pada daerah
jahitan.
3. Data Subjektif: Kesiapan Peningkatan
4. Klien mengatakan dalam perawatan bayinya masih Pengetahuan Perawatan
dibantu oleh keluarganya. Bayi b.d Kurang Terpapar
5. Klien mengatakan merasa tidak bisa dalam merawat Informasi
bayi karna bayi pertama.
Data Objektif:
 Klien tampak bingung
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (Luka Jahitan Episiotomi
2. Resiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit
3. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Perawatan Bayi b.d Kurang Terpapar Informasi
Data Diagnosa Keperawatan
Dx. Kep
Nursing
Kode
Care
Hasil
Plan Kode Interveni Kode
Data Subjektif : Nyeri Akut b.d Agen D.0077 Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri 08238
1. Klien mengatakan nyeri pada Pencedera Fisik (Luka keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan Observasi :
luka jahitan epiostomi Jahitan Episiotomi) diharapkan nyeri dapat teratasi dengan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Klien mengatakan nyeri kriteria hasil : 08066 durasi, frekuensi, kualitas dan
bertambah saat bergerak. Tingkat Nyeri : intensitas nyeri.
3. Pengkajian nyeri :  Keluhan nyeri pasien menurun.  Identifikasi faktor yang
P : Luka jahitan episiotomi 3  Pasien tidak tampak meringis lagi. memperberat dan memperingan
jahitan. Kontrol Nyeri : nyeri.
Q : Seperti disayat-sayat  Melaporkan nyeri terkontrol  Identifikasi pengetahuan dan
R : Pada luka jahitan epiostomi meningkat. keyakinan tentang nyeri.
S : Skala nyeri 6  Kemampuan mengenali penyebab
T : Ketika pasien BAK dan nyeri meningkat. Tindakan Terapeutik :
nyeri hilang timbul.  Kemampuan menggunakan teknik  Berikan teknik non farmakologis
non farmakologi meningkat. untuk mengurangi nyeri seperti
Data Objektif : teknik relaksasi nafas dalam.
1. Keadaan umum : Baik  Anjurkan pasien untuk istirahat
2. Kesadaran : Composmentis dan tidur.
3. Hasil pemeriksaan TTV :
 Tekanan darah: 120/80 mmHg Tindakan Edukasi:
 Nadi : 89 x/menit  Jelaskan penyebab, pemicu dan
 Suhu : 37 CO
periode nyeri.
 Pernapasan : 24 x/menit  Anjurkan pasien untuk memonitor
4. Klien tampak meringis nyeri secara mandiri.
5. Perineum dan Anus : Terdapat
luka jahitan di perineum 3
jahitan.
Data Subjektif: Resiko Infeksi b.d D.0142 Setelah dilakukan tindakan asuhan Perawatan Perineum 07226
1. Klien mengatakan mengganti Kerusakan Integritas Kulit keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan Observasi :
pembalut 2x/hari. diharapkan resiko infeksi dapat teratasi 1. Inspeksi insisi atau robekan
dengan kriteria hasil : 14137 perineum (misalnya, episiotomy)
Data Objektif: Tingkat Infeksi :
1. Perineum dan Anus : Terdapat  Tidak ada kemerahan pada daerah Tindakan Terapeutik :
luka jahitan di perineum 3 jahitan. 2. Fasilitasi dalam membersihkan
jahitan.  Cairan tidak berbau busuk. perineum.
2. Pengkajian Perineum 3. Pertahankan perineum tetap
 Utuh, episiotomy, rupture : kering.
Epiostomi 4. Berikan posisi nyaman.
 Reednes : Tampak 5. Berikan kompres es (jika perlu)
kemerahan pada daerah 6. Bersihkan area perineum secara
jahitan. teratur.
7. Berikan pembalut yang menyerap
cairan.

Tindakan Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan keluarga
mengobservasi tanda abnormal
pada perineum (misalnya, infeksi,
kemerahan, pengeluaran cairan
yang abnormal)
Tindakan Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi (jika perlu)
3. Kolaborasi pemberian analgesic
(jika perlu)
Data Subjektif: Kesiapan Peningkatan D.0111 Setelah dilakukan tindakan asuhan Edukasi Perawatan Bayi 12419
1. Klien mengatakan dalam Pengetahuan Perawatan keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan Edukasi :
perawatan bayinya masih Bayi b.d Kurang Terpapar diharapkan deficit pengetahuan 1. Jelaskan manfaat perawatan bayi.
dibantu oleh keluarganya. Informasi perawatan bayi dapat teratasi dengan 2. Ajarkan memandikan bayi dengan
2. Klien mengatakan merasa kriteria hasil : memperhatikan suhu ruangan 21-
khawatir akan Pengetahuan Perawatan Bayi : 1819 24OC dan dalam waktu 5-10 menit,
ketidakmampuannya dan rasa 1. Pertumbuhan dan perkembangan sehari 2 kali.
tanggungjawabnya dalam yang normal. 3. Ajarkan perawatan tali pusat.
merawat bayi. 2. Memegang bayi dengan tepat 4. Anjurkan memantau tanda-tanda
3. Memposisikan bayi dengan tepat vital bayi terutama suhu 36,5OC-
4. Membedong bayi dengan tepat dan 37,5 OC
Data Objektif: benar 5. Anjurkan untuk menjemur bayi
1. Klien tampak bingung 5. Memandikan bayi dengan benar sebelum jam 9 pagi.
6. Perawatan tali pusat 6. Ajarkan pijat bayi.
7. Memakaikan popok bayi 7. Anjurkan segera mengganti popok
8. Pakaian sesuai suhu lingkungan jika basah.
9. Teknik relaksasi bayi 8. Anjurkan penggunaan pakaian
bayi dari bahan katun.
9. Anjarkan menyusui sesuai
kebutuhan bayi.
No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Minggu, 02 Mei 2021 Manajemen Nyeri Subjektif :
Pencedera Fisik (Luka Jam 10.00 WIBCatatan Perkembangan
Tindakan Observ Hari Pertama
 Klien mengatakan mengetahui lokasi nyerinya yaitu di
Jahitan Episiotomi) asi : bagian perineum jika nyerinya timbul seperti disayat-
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, sayat durasi nyerinya sekitaran 5-8 menit.
kualitas dan intensitas nyeri.  Klien mengatakan nyeri pada bagian perineumnya.
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Klien mengatakan mengetahui jika nyerinya timbul
memperingan nyeri.
disaat ketika sedang BAK.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri.  Klien mengatakan sudah mengetahui faktor
memperingan nyeri yaitu dengan istirahat dan
Tindakan Terapeutik : meminum obat pereda nyeri (analgesic)
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
 Klien mengatakan sudah mengetahui teknik tarik
mengurangi nyeri seperti teknik relaksasi nafas
nafas dalam jika nyeri sedang timbul.
dalam
2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan tidur.  Klien mengatakan skala nyeri 6.

Objektif :
Tindakan Edukasi:
1. Ekspresi wajah klien tampak meringis
 Jelaskan penyebab, pemicu dan periode nyeri.
 Anjurkan pasien untuk memonitor nyeri secara 2. Klien tampak melakukan teknik untuk mengurangi

mandiri. nyerinya yaitu tarik nafas dalam

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning : Lanjutkan intervensi


2. Resiko Infeksi b.d Minggu, 02 Mei 2021 Perawatan Perineum Subjektif
Keruskan Integritas Kulit Jam 11.00 WIB Tindakan Observasi : 1. Klien mengatakan ganti pembalut 2x/hari.
8. Inspeksi insisi atau robekan perineum (misalnya, 2. Klien mengatakan adanya pengeluaran cairan didaerah
episiotomy) luka jahitan episiotomy.
3. Klien mengatakan adanya bercak perdarahan didaerah
Tindakan Terapeutik : luka jahitan episiotomy.
1. Fasilitasi dalam membersihkan perineum. 4. Klien mengatakan sudah mengetahui cara
2. Pertahankan perineum tetap kering. mengkompres es pada bagian luka jahitan episiotomy.
3. Berikan posisi nyaman.
4. Berikan kompres es (jika perlu) Objektif
5. Bersihkan area perineum secara teratur. 1. Tampak adanya cairan didaerah luka jahitan
6. Berikan pembalut yang menyerap cairan. episiotomy.
2. Tampak adanya perdarahan didaerah luka jahitan
Tindakan Edukasi : episiotomy.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda 3. Luka tampak basah.
abnormal pada perineum (misalnya, infeksi, 4. Klien tampak melakukan kompres es pada bagian luka
kemerahan, pengeluaran cairan yang abnormal) jahitan episiotomy.

Tindakan Kolaborasi : Analisa : Belum teratasi


1. Kolaborasi pemberian antiinflamasi (jika perlu) Planning : Lanjutkan intervensi
2. Kolaborasi pemberian analgesic (jika perlu)
3. Kesiapan Peningkatan Minggu, 02 Mei 2021 Edukasi Perawatan Bayi Subjektif
Pengetahuan Perawatan Jam 12.00 WIB Tindakan Edukasi : 1. Klien mengatakan sudah mengetahui manfaat
Bayi b.d Kurang Terpapar 1. Jelaskan manfaat perawatan bayi. perawatan bayi.
Informasi 2. Ajarkan memandikan bayi dengan memperhatikan 2. Klien mengatakan belum bisa memandikan bayi
suhu ruangan 21-24 C dan dalam waktu 5-10
O
secara mandiri.
menit, sehari 2 kali. 3. Klien mengatakan belum bisa membedong bayi secara
3. Ajarkan perawatan tali pusat. mandiri.
4. Anjurkan memantau tanda-tanda vital bayi 4. Klien mengatakan menjemur bayi setiap pagi sebelum
terutama suhu 36,5 C-37,5 C
O O
jam 9 pagi.
5. Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9
pagi. Objektif
6. Ajarkan pijat bayi. 1. Klien tampak memandikan bayi dibantu oleh
7. Anjurkan segera mengganti popok jika basah. keluarganya.
8. Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan 2. Klien tampak membedong bayi dibantu oleh
katun. keluarganya.
9. Anjarkan menyusui sesuai kebutuhan bayi. 3. Klien tampak memakaikan pakaian bayi dari bahan
katun.

Analisa : Masalah belum teratasi.


Planning : Lanjutkan intervensi.
No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Senin, 03 Mei 2021 Manajemen Nyeri Subjektif :
Pencedera Fisik (Luka Jam 08.00 WIB
Catatan Perkembangan Hari Kedua
Tindakan Observasi :  Klien mengatakan masih nyeri pada bagian
Jahitan Episiotomi)  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, perineumnya.
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
 Klien mengatakan nyerinya timbul ketika melakukan
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
BAK.
memperingan nyeri.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang  Klien mengatakan melakukan teknik tarik nafas dalam
nyeri. untuk pereda nyeri.

 Klien mengatakan skala nyeri 4.


Tindakan Terapeutik :
 Berikan teknik non farmakologis untuk Objektif :
mengurangi nyeri seperti teknik relaksasi nafas  Ekspresi wajah klien tampak meringis
dalam
 Klien tampak melakukan teknik untuk mengurangi
 Anjurkan klien untuk istirahat dan tidur.
nyerinya yaitu tarik nafas dalam.

Tindakan Edukasi: Analisa : Masalah belum teratasi

 Jelaskan penyebab, pemicu dan periode nyeri. Planning : Lanjutkan intervensi


 Anjurkan pasien untuk memonitor nyeri secara
mandiri.
2. Resiko Infeksi b.d Senin, 03 Mei 2021 Perawatan Perineum Subjektif
Integritas Kulit Jam 09.00 WIB Tindakan Observasi : 1. Klien mengatakan masih ganti pembalut 2x/hari.
1. Inspeksi insisi atau robekan perineum (misalnya, 2. Klien mengatakan masih adanya pengeluaran cairan
episiotomy) didaerah luka jahitan episiotomy.
3. Klien mengatakan adanya bercak perdarahan didaerah
Tindakan Terapeutik : luka jahitan episiotomy.
1. Fasilitasi dalam membersihkan perineum.
2. Pertahankan perineum tetap kering. Objektif
3. Berikan posisi nyaman. 1. Tampak adanya cairan didaerah luka jahitan episiotomy.
4. Berikan kompres es (jika perlu) 2. Tampak adanya perdarahan didaerah luka jahitan
5. Bersihkan area perineum secara teratur. episiotomy.
6. Berikan pembalut yang menyerap cairan. 3. Luka tampak masih basah.

Tindakan Edukasi : Analisa : Masalah belum teratasi


1. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi Planning : Lanjutkan intervensi
tanda abnormal pada perineum (misalnya,
infeksi, kemerahan, pengeluaran cairan yang
abnormal)

Tindakan Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiinflamasi (jika perlu)
2. Kolaborasi pemberian analgesic (jika perlu)
3. Kesiapan Peningkatan Senin, 03 Mei 2021 Edukasi Perawatan Bayi Subjektif
Pengetahuan Perawatan Jam 10.00 WIB Tindakan Edukasi : 1. Klien mengatakan masih takut untuk memandikan bayi
Bayi b.d Kurang Terpapar 1. Jelaskan manfaat perawatan bayi. secara mandiri.
Informasi 2. Ajarkan memandikan bayi dengan 2. Klien mengatakan belum bisa membedong bayi secara
memperhatikan suhu ruangan 21-24 C dan O
mandiri.
dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali.
3. Ajarkan perawatan tali pusat. Objektif
4. Anjurkan memantau tanda-tanda vital bayi 1. KLien tampak memandikan bayi dibantu oleh
terutama suhu 36,5OC-37,5 OC keluarganya.
5. Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9 2. Klien tampak membedong bayi dibantu oleh
pagi. keluarganya.
6. Ajarkan pijat bayi.
7. Anjurkan segera mengganti popok jika basah. Analisa : Masalah belum teratasi.
8. Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan Planning :Lanjutkan intervensi.
katun.
9. Anjarkan menyusui sesuai kebutuhan bayi.
No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Catatan Perkembangan Hari Ketiga
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Selasa, 04 Mei 2021 Manajemen Nyeri Subjektif :
Pencedera Fisik (Luka Jam 08.00 WIB Tindakan Observasi :  Klien mengatakan nyeri pada bagian perineumnya
Jahitan Episiotomi)  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, berkurang..
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
 Klien mengatakan melakukan teknik tarik nafas dalam
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
untuk pereda nyeri.
memperingan nyeri.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang  Klien mengatakan skala nyeri 2.
nyeri.
Objektif :
 Klien tampak melakukan teknik untuk mengurangi
Tindakan Terapeutik :
nyerinya yaitu tarik nafas dalam.
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri seperti teknik relaksasi nafas Analisa : Masalah teratasi
dalam
Planning : Intervensi dihentikan.
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan tidur.
Tindakan Edukasi:
 Jelaskan penyebab, pemicu dan periode nyeri.
 Anjurkan pasien untuk memonitor nyeri secara
mandiri.
2. Resiko Infeksi b.d Selasa, 04 Mei 2021 Perawatan Perineum Subjektif
Integritas Kulit Jam 09.00 WIB Tindakan Observasi : 4. Klien mengatakan ganti pembalut 4-5x/hari
2. Inspeksi insisi atau robekan perineum 5. Klien mengatakan darah yang keluar dari daerah luka
(misalnya, episiotomy) jahitan episiotomy sedikit.
Tindakan Terapeutik : Objektif
3. Fasilitasi dalam membersihkan perineum. 6. Tampak adanya sedikit perdarahan didaerah luka jahitan
4. Pertahankan perineum tetap kering. episiotomy.
5. Berikan posisi nyaman.
6. Berikan kompres es (jika perlu) Analisa : Masalah teratasi sebagian.
7. Bersihkan area perineum secara teratur.
8. Berikan pembalut yang menyerap cairan. Planning : Lanjutkan intervensi

Tindakan Edukasi :
9. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi
tanda abnormal pada perineum (misalnya,
infeksi, kemerahan, pengeluaran cairan yang
abnormal)

Tindakan Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian antiinflamasi (jika perlu)
11. Kolaborasi pemberian analgesic (jika perlu)
3. Kesiapan Peningkatan Selasa, 04 Mei 2021 Edukasi Perawatan Bayi Subjektif
Pengetahuan Perawatan Jam 10.00 WIB Tindakan Edukasi : 3. Klien mengatakan sudah mulai berani untuk
Bayi b.d Kurang Terpapar 10. Jelaskan manfaat perawatan bayi. memandikan bayi secara mandiri.
Informasi 11. Ajarkan memandikan bayi dengan 4. Klien mengatakan sudah mulai bisa untuk membedong
memperhatikan suhu ruangan 21-24 C dan O
bayi secara mandiri.
dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali. Objektif
12. Ajarkan perawatan tali pusat. 3. Klien tampak memandikan bayi secara mandiri.
13. Anjurkan memantau tanda-tanda vital bayi 4. Klien tampak membedong bayi secara mandiri.
terutama suhu 36,5 C-37,5 C
O O
14. Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9 Analisa :Masalah teratasi
pagi. Planning :Intervensi dihentikan.
15. Ajarkan pijat bayi.
16. Anjurkan segera mengganti popok jika basah.
17. Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan
katun.
18. Anjarkan menyusui sesuai kebutuhan bayi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa pasca partum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organorgan
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Masa pascapartum merupakan masa
transisi fisik dan psikologis mayor bagi ibu baru dan seluruh keluarga.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2, Jilid 1.
Jakarta. EGC, 1998
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiraharjo, 1994.
Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.
.

Anda mungkin juga menyukai