Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KDP PADA AN.

S DENGAN ISPA DI DESA TELUKJAYA


KECAMATAN PAKISJAYA KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING :
Kiki Deniati, S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Fhikka Aulia, S.Kep
201560311045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas stase KDP Pada An.S dengan Ispa Di Desa Teukjaya Karawang sebagai
Tugas dari stase KDP.
Stase KDP ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan kasus kelolaan stase KDP ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
kasus stase KDP ini.
Dan harapan penulis semoga kasus stase KDP ini mampu memenuhi persyaratan untuk tugas
Stase KDP. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi kasus stase
KDP agar menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan kasus Asuhan Keperawatan KDP.

Bekasi, 04 Juni 2021


Penyusun

( Fhikka Aulia )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007), ISPA menjadi salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal
akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Kelompok yang paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta salah satu
penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Kasus
ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus, Pakistan 10 juta kasus dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Semua kasus ISPA yang terjadi
di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit
(Dirjen PP & PL, 2012).
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama penyebab
kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45% (2015). Selain itu,
penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit
(Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur
terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada
kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah ke bawah
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya Karawang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya
Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita ISPA anak berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin, dan Asal.
b. Untuk mengetahui ISPA pada anak berdasarkan tanda dan gejalanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh kuman mikro organisme (bakteri
dan virus) kedalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. (Rosmaliah,
2008)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
adanya infeksi pada hidung dan tenggorokan. Infeksi Saluran Penafasan Akut ( ISPA )
merupakan pedoman istilah Acute Respiratori Infektion ( ARI ), (Rosmaliah, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Inf'ections (ARI). lstilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni : Infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan
paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan anatomis, ISPA dibagi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas dan
bawah. Termasuk kelompok Infeksi Saluran Pemfasan bagian atas yaitu : ranitis, faringitis,
tonsilitis, laringo-trakeo bronkitis atau Croup". Termasuk dalam kelompok Infeksi Saluran
Pernafasan bagian bawah yaitu: bronkitis, bronkopneumonia dan pneumonia. Pneumonia
merupakan bagian yang amat penting karena merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan diantara kelompok Infeksi Saluran Pernafasan bagian bawah
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Anatomi Sistem Pernapasan
a. Saluran pernafasan bagian atas
1) Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel - sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
2) Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratoriun dan digestif (Arief Mansjoer, 2000)
3) Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. (Arief Mansjoer, 2000)

b. Saluran pernafasan bagian bawah


1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana takea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang.
2) Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan
lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya
hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan
kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel - sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang
berfirngsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru
menuju laring. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus
terminalis kernudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
(Arief Mansjoer, 2000)
3) Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel - sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel - sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
2. Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernapasan mencakup 2 proses yaitu :
a. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen ( O2) dan pengeluaran
carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
b. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
1) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
2) Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler
paru.
3) Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh.
(Elizabeth Convin, 2001)
C. Etiologi
Etiologi Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara adalah genus
streptococcus, pneumococous, hemopilusbordetella dan korine bakterium. Virus. Penyebab
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara lain adalah micro virus, adenovirus, corona
virus, picorna virus, micoplasma herves virus dan lain – lain.
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri, jamur dan benda asing lainnya.
Kebanyakan adalah virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (Pernafasan).
Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis,faringitis, tosilitis dan
laryngitis.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder
setelah infeksi virus. Penyebab tersering ISPA bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococcus Pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri
stapilococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan
ISPA, demikian juga pseudomonas aeruginosa. ISPA lainya disebabkan oleh virus, misalnya
influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu ISPA yang relatif sering dijumpai, desebabkan oleh
suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya, berada diantara bakteri dan
virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome ( AIDS) sering
mengalami ISPA yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii.
Individu yang terpajang ke aerosol dari yang lama tergenang misalnya unit pendingin
ruangan ( AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia legionella.
Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat
mengidap pneumonia aspirasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang
biasanya menyebabkan ISPA bukan mikroorganisme, dengan mencetuskan suatu reaksi
peradangan.
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa di mulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus tersebut
merusak lapisan lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.(kending dan
chernick,1983)
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjai kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia,haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat meyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini di permudah dngan adanya factor-
faktor seperti kedinginan dan malnutrsi.
Virus yang menyerang saluran pernafasan atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah.
Dampak infeksi bakteri sekunderpun dapat menyerang bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya di temukan dalam saluran pernafasan
atas,sesudah terjadinya infeksi virus dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering .kerusakan
stuktur saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktivitas kelenjar mukus yang terdapat
pada dinding saluran nafas,sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
normal.rangasangan cairan yang berlebihan dapat menimbulkan gejalah batuk.
ISPA dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan
terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran biasa juga melalui darah dari luka di tempat lain,
misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan
oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau
perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut
halus (silia) untuk memgeluarkan mucus (lender) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung
besar kecinya ukuran sang penyebab tersebut (Elizabeth Convin, 2001)
E. Manifestasi Klinis
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri, jamur dan benda asing lainnya.
Kebanyakan adalah virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (Pernafasan).
Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis,faringitis, tosilitis dan
laryngitis.
Secara umum dapat dibagi menjadi : Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas
berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, maliase, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal. Gejala umum infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, takepnea,
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda ISPA retraksi (penarikan dinding dada bagian
bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan prekuensi napas), perkusi pekat,
remitus melemah, suara napas melemah, dan ronchi.
Tanda efusi pleura atau emfiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, suara nafas tubuler tepat diatas
cairan, frimtion rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah
dan berubah menjadi nyeri tumpul ), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil
tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi
(Behrman, dkk 2000).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural ( misalnya. Lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial), atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
3. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada . infeksi virus,
kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru, hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun.
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi/biopsy jaringan paru
Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari
penyebab pneumonia, ISPA disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik. (Behrman,
dkk 2000).
9. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada, Pembiakan dahak, ,Hitung jenis darah Gas darah arteri.

G. Penatalaksanaan
Terapi dan tindakan keperawatan
Infeksi saluran pernapasan akut dapat dilakukan berdasarkan kategori berat, sedang, dan
ringannya penyakit. Antibiotika diberikan pada keadaan yang berat dan sedang, untuk
keadaan ringan pengobatan sering bersifat simptomatis, yang terpenting diperhatikan adalah
pola pernapasan pasien yang menderita ISPA (Brounwold& Isselbacher, 1998).
a. Pengobatan
Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotic walaupun
kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pemberian obat-obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic,
selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari
bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan
dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun
pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala
tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.
1) Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
2) Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu.
b. Pemeriksaan Sputum
1) Oksigen 1-2 L/menit.
2) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : l, + KCI l0 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan. kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis utuk memperbaiki transport mukosilier.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrlit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

Anda mungkin juga menyukai