DOSEN PEMBIMBING :
Kiki Deniati, S.Kep., Ners., M.Kep
DISUSUN OLEH :
Fhikka Aulia, S.Kep
201560311045
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas stase KDP Pada An.S dengan Ispa Di Desa Teukjaya Karawang sebagai
Tugas dari stase KDP.
Stase KDP ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan kasus kelolaan stase KDP ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
kasus stase KDP ini.
Dan harapan penulis semoga kasus stase KDP ini mampu memenuhi persyaratan untuk tugas
Stase KDP. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi kasus stase
KDP agar menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan kasus Asuhan Keperawatan KDP.
( Fhikka Aulia )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007), ISPA menjadi salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal
akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Kelompok yang paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta salah satu
penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Kasus
ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus, Pakistan 10 juta kasus dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Semua kasus ISPA yang terjadi
di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit
(Dirjen PP & PL, 2012).
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama penyebab
kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45% (2015). Selain itu,
penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit
(Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur
terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada
kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah ke bawah
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya Karawang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya
Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita ISPA anak berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin, dan Asal.
b. Untuk mengetahui ISPA pada anak berdasarkan tanda dan gejalanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh kuman mikro organisme (bakteri
dan virus) kedalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. (Rosmaliah,
2008)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
adanya infeksi pada hidung dan tenggorokan. Infeksi Saluran Penafasan Akut ( ISPA )
merupakan pedoman istilah Acute Respiratori Infektion ( ARI ), (Rosmaliah, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Inf'ections (ARI). lstilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni : Infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan
paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan anatomis, ISPA dibagi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas dan
bawah. Termasuk kelompok Infeksi Saluran Pemfasan bagian atas yaitu : ranitis, faringitis,
tonsilitis, laringo-trakeo bronkitis atau Croup". Termasuk dalam kelompok Infeksi Saluran
Pernafasan bagian bawah yaitu: bronkitis, bronkopneumonia dan pneumonia. Pneumonia
merupakan bagian yang amat penting karena merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan diantara kelompok Infeksi Saluran Pernafasan bagian bawah
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Anatomi Sistem Pernapasan
a. Saluran pernafasan bagian atas
1) Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel - sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
2) Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratoriun dan digestif (Arief Mansjoer, 2000)
3) Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. (Arief Mansjoer, 2000)
G. Penatalaksanaan
Terapi dan tindakan keperawatan
Infeksi saluran pernapasan akut dapat dilakukan berdasarkan kategori berat, sedang, dan
ringannya penyakit. Antibiotika diberikan pada keadaan yang berat dan sedang, untuk
keadaan ringan pengobatan sering bersifat simptomatis, yang terpenting diperhatikan adalah
pola pernapasan pasien yang menderita ISPA (Brounwold& Isselbacher, 1998).
a. Pengobatan
Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotic walaupun
kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pemberian obat-obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic,
selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari
bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan
dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun
pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala
tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.
1) Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
2) Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu.
b. Pemeriksaan Sputum
1) Oksigen 1-2 L/menit.
2) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : l, + KCI l0 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan. kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis utuk memperbaiki transport mukosilier.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrlit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :