Di Susun Oleh :
KELOMPOK 6
rahmatunnisa : 19010080
Pembimbing:
Program StudiIlmuKeperawatan
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LatarBelakang..........................................................................................................1
B. Tujuan penulisan......................................................................................................1
C. MetodePenulisan.....................................................................................................1
D. Sistematika Penulisan 2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS....................................................................................3
A. DefinisiPerencanaan...............................................................................................3
B. Fungsi peencanaan dalam manajemen keperawatan..............................................5
C. Tahapan perencanaan..............................................................................................5
BAB II: PENUTUP............................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ASMA BRONCIAL . Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada
junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman
Penulismenyadaribahwadalampenulisanmakalahinimasihbanyakkekurangandarisegiisim
Semogamakalahinidapatbermanfaatkhusunyabagipenulisumumnyabagikitasemua.
Penulis
Kelompok6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah Penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius,
khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Penyakit tidak
menular yang paling umum di antara anak-anak. Dan kebanyakan kematian
terjadi pada orang dewasa yang lebih tua adalah asma. Asma adalah masalah
kesehatan masyarakat tidak hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi
itu terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangannya. Sebagian
besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah ke bawah (WHO, 2020).Asma merupakan gangguan inflamasi
kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti
eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan
dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari
mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi
jalan napas yang bersifat reversible (Wijaya & Toyib, 2018).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun (2020).
Diperkirakan lebih dari 339 juta orang menderita asma. Asma kurang
terdiagnosis dan kurang dirawat Ini menciptakan beban besar bagi individu
dan keluarga dan sering kali membatasi aktivitas individu seumur hidup.
1Prevalensi asma menurut Global Initiative For Asthma (GINA) (2016) di
Asia Tenggara sebesar 3.3% di mana 17,5 juta penderita asma dari 529,3 juta
total populasi. Sementara itu berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
Nasional pada tahun (2018) jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 %.
Prevalansi asma di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan memiliki resiko
lebih tinggi 2,5% di bandingkan dengan laki-laki yaitu 2,3% (Riskesdas,
2018).
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari asma bronshial?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari penyakit asma bronchial?
3. Apa saja etiologi dari penyakit asma bronchial?
4. Bagaimana patofisiologi dri penyakit asma bronchial?
5. Penatalaksanaan keperawatan apa saja yang bisa diberikan pada pasien
dengan asma bronchial?
6. Bagaimanaa asuhan keperawatan pada pasien penyakit asma dalam
keperawaatan komunitas?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertiann dari penyakit asmaa bronchial
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi penyakit asma
3. Mengetahui penyebab dari asma
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit asma
5. Untuk memahami penatalaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien
asma
6. Memahami asuhan keperawatan pada pasien asma di keperaaatan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFENISI ASMA BRONCHIAL
Asma Bronkial Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti
“terengah-engah” atau sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.
Asma bronkial adalah Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk
terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut timbul sangat bervariasi
dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa pengobatan
f) Paru-paru Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Pembagian paru-
paru
Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan memiliki
10 segment, 5 buah pada lobus 11 superior, 2 buah pada lobus medialis,
dan 3 buah pada lobus inferior.
Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada 13 lobus
superior, dan 5 buah pada lobus inferior (Andarmoyo, 2012)
C. Etiologi Asma
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh:
Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
Pembengkakan membrane bronkus
Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
1. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat
alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan
faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
1. Alergen. Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obatobatan tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
masuk melalui kontak dengan kulit.
D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau
penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui
adalah keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan
membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf
otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada
jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan
polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini
secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai
toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.Selain itu, reseptor α- dan β-
adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-
adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor
βadregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan βadregenik
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor
alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator kimiawi
yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik
mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator
kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik
rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos
(Wijaya & Putri, 2014)
E. Manifestasi klinis
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien
asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
Wheezing belum ada
Belum ada kelainan bentuk thorak
Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
BGA belum patologis
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
Uji provokasi bronkus
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan cosinofit total
Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi (Padila, 2015)
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis
dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang
terkontrol (Putri 2016 dalam Nur Casanah , 2019).
Penanganan asma :
Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan
gerakan sililaris. Contoh obat : epineftrin, albutenol, meta profenid, iso
proterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara
parenteral dan inhalasi.
Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus
dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV
dan oral.
Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara
inhalasi.
Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat
: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara IV dan oral.
Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui inhalasi
untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.
Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan
batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural
drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.
Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter / menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
o feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg)
o Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid,
deksamethasone Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg
(Bricasma), fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent).
o Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus IV
5-6 mg/ kg BB
o Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5 mg atau
o 4 mg IV setiap 8 jam
A. Pengkajian
Contoh kasus
Ny.s (38 th) ibu dari An.N.A(8th) yang merupakan siswi kelas 2 SD, dalam keluaraga Ny.S
salah satu anggota keluaraga, yaitu An.N.A.menderita penyakit asma broncial, pasien tanpak
lemas, batuk-batuk, bunyi suara nafas ronchi, nafas pasien terdengar mengi. Ny.S
mengatakan nenek pasien menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh
An.N.A .ibu pasien mengatakan anaknya sudah sesak nafas sejak satu hari yang lalu dan
semakin memberat, dikarenakan saat pasien pergi kesekolah dan membersihkan kelas pasien
tidak menggunakan masker yang membuat pasien saat pulang kerumah mengalami sesak
nafas.
1. IDENTITAS
a. Pasien
1) Nama Pasien : An. N.A
2) Ruang/Kamar : Kenanga / E7
3) Diagnosa Medis : Asma Bronkial
4) No. Medical Record : 51 34 87
5) Tanggal Pengkajian : 27 - 05 – 2019 Jam : 10.30
6) Masuk Rumah Sakit : 26 - 05 – 2019 Jam : 03.00
7) Jenis Kelamin : Perempuan
8) Umur/Tanggal Lahir : 8 Tahun/03-03-2011 Status Perkawinan : -
9) Agama : Islam Suku Bangsa : Sulawesi
10) Pendidikan Terakhir : TK Pekerjaan : Pelajar
11) Alamat : Manulan
b. Identitas Penanggung
1) Nama : Ny. S
2) Pekerjaan : IRT
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Hubungan dengan klien: Ibu
5) Alamat : Manulan
6) Keadaan umum : sakit sedang
2. Keluhan utama
Keluhan utama saat dikaji : batuk berdahak.
Riwayat keluhan : Orang tua (ibu) mengatakan alasan pasien di bawa ke IGD RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang karena anaknya sesak napas sejak satu hari yang
lalu dikarenakan pasien pergi kesekolah dan membersihkan kelas, pasien tidak
menggunakan masker, yang membuat pasien sesak napas saat pulang kerumah.
Pemeriksaan Fisik
5. RIWAYAT SOSIAl
6. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi
Jam tidur siang dan lama tidur : 14.00 – 15.00 wita dan 1 jam
Jam tidur malam dan lama tidur : 21.00 – 06.30 wita dan 9 jam
3. Personal hygiene :
Mandi : 1 kali sehari Keramas : setiap kali mandi
5. Eliminasi (urine & bowel) : normal dan tidak ada gangguan : BAK 4-6 kali sehari berwarna
kuning, BAB : 1-2 kali berwarna kuning
5. Aktivitas : baik
a. Laboratorium (tanggal/jam) :
PEMERIKSAAN FISIK :
2. Tinggi badan : 126 cm, berat badan saat ini : 20 kg, berat badan
sebelum sakit: keluarga pasien tidak tau , berat badan ideal :23 kg,
3. Kepala : normal
5. Mata :
Konjungtiva : anemis
6. Telinga : kotor
Lidah : lembab
Gigi : bersih
Mual : tidak
menstruasi : tidak
15. Ekstremitas :
Berjalan :normal
Fraktur :tidak
4.2 Saran
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur
pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit diagnosa defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang
4.2 Saran
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur
memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pasien dan keluarga
mengenai penyakit
Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sudah ditetapkan.
B. Saran ;
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi