Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA BRONKIAL

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 6

Nanda riska : 19010076

rahmatunnisa : 19010080

rahma yanti : 19010078

risna levia harahap : 19010081

Pembimbing:

Ns.Lisnawati Rahayu S.Kep

STIKesMedika Nurul Islam

Program StudiIlmuKeperawatan

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LatarBelakang..........................................................................................................1
B. Tujuan penulisan......................................................................................................1
C. MetodePenulisan.....................................................................................................1
D. Sistematika Penulisan 2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS....................................................................................3
A. DefinisiPerencanaan...............................................................................................3
B. Fungsi peencanaan dalam manajemen keperawatan..............................................5
C. Tahapan perencanaan..............................................................................................5
BAB II: PENUTUP............................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN ASMA BRONCIAL . Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada

junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman

kebodohan hingga jaman berilmu seperti sekarang ini.

Penulismenyadaribahwadalampenulisanmakalahinimasihbanyakkekurangandarisegiisim

aupunsegi tulisan, untukitukritik dan saran yang membangun sangat penulisharapkan.

Semogamakalahinidapatbermanfaatkhusunyabagipenulisumumnyabagikitasemua.

Penulis

Kelompok6

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah Penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius,
khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Penyakit tidak
menular yang paling umum di antara anak-anak. Dan kebanyakan kematian
terjadi pada orang dewasa yang lebih tua adalah asma. Asma adalah masalah
kesehatan masyarakat tidak hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi
itu terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangannya. Sebagian
besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah ke bawah (WHO, 2020).Asma merupakan gangguan inflamasi
kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti
eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan
dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari
mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi
jalan napas yang bersifat reversible (Wijaya & Toyib, 2018).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun (2020).
Diperkirakan lebih dari 339 juta orang menderita asma. Asma kurang
terdiagnosis dan kurang dirawat Ini menciptakan beban besar bagi individu
dan keluarga dan sering kali membatasi aktivitas individu seumur hidup.
1Prevalensi asma menurut Global Initiative For Asthma (GINA) (2016) di
Asia Tenggara sebesar 3.3% di mana 17,5 juta penderita asma dari 529,3 juta
total populasi. Sementara itu berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
Nasional pada tahun (2018) jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 %.
Prevalansi asma di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan memiliki resiko
lebih tinggi 2,5% di bandingkan dengan laki-laki yaitu 2,3% (Riskesdas,
2018).
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari asma bronshial?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari penyakit asma bronchial?
3. Apa saja etiologi dari penyakit asma bronchial?
4. Bagaimana patofisiologi dri penyakit asma bronchial?
5. Penatalaksanaan keperawatan apa saja yang bisa diberikan pada pasien
dengan asma bronchial?
6. Bagaimanaa asuhan keperawatan pada pasien penyakit asma dalam
keperawaatan komunitas?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertiann dari penyakit asmaa bronchial
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi penyakit asma
3. Mengetahui penyebab dari asma
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit asma
5. Untuk memahami penatalaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien
asma
6. Memahami asuhan keperawatan pada pasien asma di keperaaatan keluarga

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFENISI ASMA BRONCHIAL
Asma Bronkial Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti
“terengah-engah” atau sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.
Asma bronkial adalah Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk
terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut timbul sangat bervariasi
dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa pengobatan

B.Anatomi Fisiologi Pernafasan

Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagi atas beberapa bagian, antara lain :


a) Hidung = Naso =Nasal. Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung. Fungsi
hidung, terdiri dari:
 Sebagai saluran pernafasan
 Sebagai penyaring udara yang dialakukan oleh bulu-bulu hidung
 Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
 Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput lendir
mukosa hidung.

b) Tekak = Faring. Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan


jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas 11 tulang leher. Hubungan faring dengan
organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, ke bawah depan berhubungan dengan laring,
dan ke bawah belakang berhubungan dengan esophagus. Rongga tekak dibagi
dalam tiga bagian
 Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
 Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan
orofaring
 Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi mulut, esofagus,
dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya

c) Pangkal Tenggorokan (Faring) Merupakan saluran udara dan bertindak


sebagai pembentukan suara. Laring (kontak suara) menghubungkan faring
dengan trakea. Pada tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid.
Saat menelanm epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk
mencegah masuknya makanan dan cairan.

d) Batang Tenggorokan (Trakea) Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan


panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas
permukaan anterior esofagus yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri
dan kanan. Trakea dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan
bersilia) yang mengandung 12 banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi
untuk mengelurkan benda-benda asing yang masuk bersam-sama dengan
udara saat bernafas.

e) Cabang Tenggorokan (Bronkhus) Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang


terdiri dari dua bagian bronkhus kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih
pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga
memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan
dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagianbagian yang lebih kecil lagi
yang disebut bronkhiolus (bronkhioli).

f) Paru-paru Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Pembagian paru-
paru
 Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan memiliki
10 segment, 5 buah pada lobus 11 superior, 2 buah pada lobus medialis,
dan 3 buah pada lobus inferior.
 Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada 13 lobus
superior, dan 5 buah pada lobus inferior (Andarmoyo, 2012)

C. Etiologi Asma
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh:
 Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
 Pembengkakan membrane bronkus
 Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
1. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat
alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan
faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
1. Alergen. Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obatobatan tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
 Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
masuk melalui kontak dengan kulit.

2. Infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh


virus. Virus Influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa
serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan ( Nurarif &
Kusuma dalam Indar Asmarani, 2018)
3. Perubahan cuaca. Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi
asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
4. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu,
polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
5. Olahraga. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila
sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan asma
6. Stress. Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain
itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).

D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau
penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui
adalah keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan
membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf
otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada
jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan
polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini
secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai
toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.Selain itu, reseptor α- dan β-
adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-
adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor
βadregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan βadregenik
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor
alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator kimiawi
yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik
mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator
kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik
rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos
(Wijaya & Putri, 2014)
E. Manifestasi klinis
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien
asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
 Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
 Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
 Wheezing belum ada
 Belum ada kelainan bentuk thorak
 Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
 BGA belum patologis

b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:


 Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
 Wheezing
 Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
 Penurunan tekanan parsial O2
c. Stadium lanjut/kronik
 Batuk, ronchi
 Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
 Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
 Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
 Thorak seperti barel chest
 Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
 Sianosis
 BGA Pa O2 kurang dari 80%
 Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru
 Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik(Padila, 2013)

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
 Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
 Uji provokasi bronkus
 Pemeriksaan sputum
 Pemeriksaan cosinofit total
 Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
 Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
 Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
 Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi (Padila, 2015)

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis
dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang
terkontrol (Putri 2016 dalam Nur Casanah , 2019).
Penanganan asma :
 Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan
gerakan sililaris. Contoh obat : epineftrin, albutenol, meta profenid, iso
proterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara
parenteral dan inhalasi.
 Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus
dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV
dan oral.
 Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara
inhalasi.
 Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat
: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara IV dan oral.
 Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui inhalasi
untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
 Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.
 Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan
batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural
drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.

Pertolongan pertama pada penderita asma :


o Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita diri asma tersebut sampai
benar-benar rileks.
o Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta
sirkulasinya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma.
o Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
o Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.
o Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
o Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar penderita untuk
menghirup kembali 1 dosis inhaler.
o Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali
dialami.
o Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit,
segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
o Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, periksa pernafasan
serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.

Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter / menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
o feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg)
o Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid,
deksamethasone Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg
(Bricasma), fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent).
o Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus IV
5-6 mg/ kg BB
o Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5 mg atau
o 4 mg IV setiap 8 jam

Mukolitik dan ekspektoran :


o Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1
o Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan bronhexime HCL 8 mg dicampur dengan
aquades steril (Nugroho2016 T dalam Nur Casanah , 2019)
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWAATAN KELUARGA
A. PENGERTIAN ASUHAN KKEPERAWATAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO,
2014).Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KELUARGA


Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga adalah untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.Ditingkatkannya kemampuan
keluarga dalam :
1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
2. kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yangtepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
5. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
6. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya (Effendi,1998)

Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan :


Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang
terapeutik kepada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan
adalah suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya
(Depkes RI, 2008) menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga,
yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya,
 Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
 Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
 Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.

C. SASARAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak
mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi terkait
dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang
keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit.
2. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota keluarga
memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri,
terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko
penurunan status kesehatan.Keluarga yang berisiko tinggi dengan balita kelebihan
berat badan

3. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut


Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan
keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit
kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.
D. PERAN PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga,
dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi masalah
Perawat memberikan edukasi mengenai kesehatan keluarga, penyakit,
hubungan, dan pengasuhan. Contohnya, mengajarkan orang tua bagaimana cara
merawat bayi atau memberikan pengetahuan mengenai diabetes pada remaja laki-
laki yang baru didagnosis. Kedua, perawat sebagai koordinator, kolaborator,
navigator, dan penghubung.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
Contoh kasus
Ny.s (38 th) ibu dari An.N.A(8th) yang merupakan siswi kelas 2 SD, dalam keluaraga Ny.S
salah satu anggota keluaraga, yaitu An.N.A.menderita penyakit asma broncial, pasien tanpak
lemas, batuk-batuk, bunyi suara nafas ronchi, nafas pasien terdengar mengi. Ny.S
mengatakan nenek pasien menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh
An.N.A .ibu pasien mengatakan anaknya sudah sesak nafas sejak satu hari yang lalu dan
semakin memberat, dikarenakan saat pasien pergi kesekolah dan membersihkan kelas pasien
tidak menggunakan masker yang membuat pasien saat pulang kerumah mengalami sesak
nafas.

1. IDENTITAS
a. Pasien
1) Nama Pasien : An. N.A
2) Ruang/Kamar : Kenanga / E7
3) Diagnosa Medis : Asma Bronkial
4) No. Medical Record : 51 34 87
5) Tanggal Pengkajian : 27 - 05 – 2019 Jam : 10.30
6) Masuk Rumah Sakit : 26 - 05 – 2019 Jam : 03.00
7) Jenis Kelamin : Perempuan
8) Umur/Tanggal Lahir : 8 Tahun/03-03-2011 Status Perkawinan : -
9) Agama : Islam Suku Bangsa : Sulawesi
10) Pendidikan Terakhir : TK Pekerjaan : Pelajar
11) Alamat : Manulan
b. Identitas Penanggung
1) Nama : Ny. S
2) Pekerjaan : IRT
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Hubungan dengan klien: Ibu
5) Alamat : Manulan
6) Keadaan umum : sakit sedang
2. Keluhan utama
Keluhan utama saat dikaji : batuk berdahak.
Riwayat keluhan : Orang tua (ibu) mengatakan alasan pasien di bawa ke IGD RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang karena anaknya sesak napas sejak satu hari yang
lalu dikarenakan pasien pergi kesekolah dan membersihkan kelas, pasien tidak
menggunakan masker, yang membuat pasien sesak napas saat pulang kerumah.
Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – Tanda Vital

- Tekanan darah : 90/70 mmHg - Nadi : 88 x/ m


- Pernapasan : 30 x/m - Suhu : 36,5oC

3. RIWAYAT MASA LAMPAU

1. Penyakit waktu kecil : demam dan pilek.

2. Pernah dirawat di rumah sakit : tidak pernah

3. Obat-obatan yang digunakan : -

4. Tindakan operasi : tidak pernah

5. Alergi : ya, makanan ringan

4. RIWAYAT KELUARGA: Orang tua(ibu) mengatakan nene pasien

pernah menderita penyakit yang sama seperti

yang di alami pasien sekarang.

5. RIWAYAT SOSIAl

1. Orang tua yang mengasuh : orang tua (ibu)kandung

2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

3. Hubungan anak dengan teman sebaya : baik

4. Pembawaan secara umum : baik

5. Lingkungan rumah : bersih

6. KEBUTUHAN DASAR

1. Nutrisi

 Makanan yang disukai/tidk disukai : Semua jenis makan disukai


 Selera : baik, porsi yang disajikan dihabiskanAlat makan yang digunakan :
piring, sendok gelas.
 Pola makan/ jam : teratur / jam 07.00, 11.00, 19.00.-
2. Istirahat dan tidur

Pola tidur : baik

Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda

yang dibawa saat tidur, dan lain-lain) : tidak ada

Jam tidur siang dan lama tidur : 14.00 – 15.00 wita dan 1 jam

Jam tidur malam dan lama tidur : 21.00 – 06.30 wita dan 9 jam

3. Personal hygiene :
Mandi : 1 kali sehari Keramas : setiap kali mandi

Sikat gigi : 2 kali sehari Gunting kuku : Jika kuku

panjang baru di gunting

4. Aktivitas bermain : baik

5. Eliminasi (urine & bowel) : normal dan tidak ada gangguan : BAK 4-6 kali sehari berwarna
kuning, BAB : 1-2 kali berwarna kuning

7. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Tindakan operasi : tidak ada

2. Status nutrisi : baik

3. Status cairan : baik (kebutuhan cairan 1.500 ml/24 jam

4. Obat yang didapat :IVFD D5 ¼ 500 cc drip Aminophilin 10 mg,

puyen batuk pilek 3x1 dan nebulisasi combivent + NaCl 3 cc

5. Aktivitas : baik

6. Pemeriksaan penunjang meliputi :

a. Laboratorium (tanggal/jam) :

Dilakukan pada tanggal 26 Mei 2019 jam 05.07 antara lain :

1) Hemoglobin 14.0 g/dL (nilai normal 10.8-15.6)

2) Jumlah ertrosit 5.27 106/uL (nilai normal 3.80- 5.80)

3) Hematokrit 39.9 % (nilai normal 33.0- 45.0)


4) MCV 75.7 fL (nilai norlam 69.0-93.0)

5) MCH 26.6 pg (nilai normal 22.0- 34.0)

b. Radiologi (tanggal/jam) :tidak ada.

7. Dampak hospitalisasi : Keluarga mengatakan perubahan selama

rumah sakit tidak mempengaruhi anak.

PEMERIKSAAN FISIK :

1. Keadaan umum : pasien tampak lemah, kesadaran composmentis

2. Tinggi badan : 126 cm, berat badan saat ini : 20 kg, berat badan

sebelum sakit: keluarga pasien tidak tau , berat badan ideal :23 kg,

status gizi : normal

3. Kepala : normal

Lingkar kepala : 45 cm Hidrosefalus : tidak

Ubun-ubun anterior : datar dan keras

Ubun-ubun posterior : datar dan keras

4. Leher : kaku kuduk : tidak

Pembesaran limfe : tidak

5. Mata :

Konjungtiva : anemis

Sklera : Sclera : putih

6. Telinga : kotor

Gangguan pendengaran tidak

Sekresi atau serumen : ya, Nyeri : tidak

7. Hidung : Sekret :tidak

8. Mulut : Mukosa ;lembab

Lidah : lembab

Gigi : bersih

9. Dada : simetris. Lingkar dada : 57 cm.


10. Jantung : Normal tidak ada murmur (suara jantung abnormal)

11. Paru-paru : abnormal (terdengar bunyi ronchi dan bunyi mengi)

12. Abdomen : lembek , :lingkar perut : 30 cm

Bising usus : ya , frekuenasi 26 kali/menit.

Mual : tidak

Muntah : tidak, frekuensi :….x

13. Genitalia : Perempuan: vagina : bersih

menstruasi : tidak

Pemasangan kateter : tidak

14. Anus : Normal (ada lubang anus)

15. Ekstremitas :

Pergerakan sendi : bebas

Berjalan :normal

Kekuatan otot : normal

Fraktur :tidak

Ketrampilan motorik :baik


DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA (2015-2017)

diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

infomasi masalah teratasi.

4.2 Saran

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan sebagai saran untuk menerapkan

ilmu dalam bidang keperawatan tentang asuhan keperawatan

pada Anak dengan Asma.

2. Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur

perpustakaan dalam bidang keperawatan anak.

3. Bagi Institusi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan

gambaran untuk setiap permasalahan yang terjadi pada pasien.

Tenaga kesehatan khususnya perawat perlu menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan tepat dan fokus, dan

memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit diagnosa defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang

infomasi masalah teratasi.

4.2 Saran

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan sebagai saran untuk menerapkan

ilmu dalam bidang keperawatan tentang asuhan keperawatan

pada Anak dengan Asma.

2. Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur

perpustakaan dalam bidang keperawatan anak.

3. Bagi Institusi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan

gambaran untuk setiap permasalahan yang terjadi pada pasien.

Tenaga kesehatan khususnya perawat perlu menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan tepat dan fokus, dan

memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pasien dan keluarga
mengenai penyakit

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA (2015--2017)


Skoring

Evaluasi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Data pengkajian yang didapatkan pada An. N. A dengan

Asma Broncial, di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr.W.Z

Johannes Kupang adalah keadaan umum sakit sedang,

kesadaran composmentis, pasien tampak lemah, batuk-batuk,

suara napas ronchi dan terdengar bunyi mengi, kesadaraan

composmentis, pernapasan 30 x/menit, paru-paru pasien

terdengar bunyi ronchi dan bunyi napas pasien mengi.

Pengetahuan orang tua, ibu pasien tidak tahu tentang penyakit


asma, ibu pasien tampak bingung dan tidak bisa menajwab

pertanyaan perawat seputar penyakit asma.

2. Diagnosa keperawatan yang di temukan dalam kasus An. N.

A ada dua, yaitu: 1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan penumpukan sekret; 2) Defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

3. Intervensi keperawatanyang telah dibuat dilakukan dengan

baik, pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan penumpukan sekret intervesi yang

dilakukan atur posisi pasien, ajar teknik batuk efektif, monitor

vital sign, latih napas dalam. Pada diagnosa keperawatan

defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

intervensi yang dilakukan beri penyuluhan kesehatan.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. N. A di

Ruang Kenanga semuanya sesuai dengan intervensi yang

sudah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada An. N. A di

Ruang Kenanga adalah : ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan penumpukan sekret belum teratasi, dan

diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

infomasi masalah teratasi.

B. Saran ;

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan sebagai saran untuk menerapkan

ilmu dalam bidang keperawatan tentang asuhan keperawatan


pada Anak dengan Asma.

2. Bagi Institusi

Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur

perpustakaan dalam bidang keperawatan anak.

3. Bagi Institusi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan

gambaran untuk setiap permasalahan yang terjadi pada pasien.

Tenaga kesehatan khususnya perawat perlu menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan tepat dan fokus, dan

memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit yang di alami.

Anda mungkin juga menyukai