“PENYAKIT ASMA”
Kelas :C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai
adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul, terutama pada
malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh
anak – anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang
sering muncul pada masa kanak – kanak dan usia muda, sehingga dapat menyebabkan
kehilangan hari – hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga menyebabkan
gangguan aktivitas social, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.1
Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumah kasusnya cukup
banyak ditemukan dalam masyarakat. Bahan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
100 – 150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah sebesari 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa
pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat
selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani lebih baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi pada masa yang akan
datang serta mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien.2
Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti
dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai negara yang
menunjukkan peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap, kesakitan dan
bahkan kematian karena asma. Berbagai argumentasi diketengahkan seperti perbaikan
kolektif data, perbaikan diagnosis dan deteksi perburukan dan sebagainya. Akan tetapi
juga disadari masih banyak permasalahan akibat keterlambatan penanganan baik
karena penderita maupun dokter (medis). Kesepakatan bagaimana menangani asma
dengan benar yang dilakukan oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung
3
and Blood Institute (NHLBI) bekerja sama dengan World Health Organization (WHO)
bertujuan memberikan petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk
melakukan penatalaksanaan asma yang optimal sehingga menurunkan angka kesakitan
dan kematian asma.3
B. Permasalahan
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran pernapasan yang
ditandai dengan adanya mengi episodic, batu, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran pernapasan, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Studi di Asia Pasifik pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tingkat
tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang
direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).2 Maka, dalam hal ini,
bagaimana dan sejauh apa peran Apoteker dalam pemahaman dan penanganan penyakit
asma?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam menangani kasus asma.
2. Mengetahui informasi penyakit asma.
3. Mengevaluasi terapi pengobatan dalam penatalaksanaan penyakit asma.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah arteri ke jaringan
paru-paru
- Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava
superior
- Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, yang masuk-keluar paru-paru
- Persyarafan berupa saraf vagus dan saraf simpati
- Pleura, terdapat pleura viseralis yang melapisi paru-paru. Pleura parietalis yang
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura diafragmatika yang melapisi
diafragma. 4
Dalam sistem pernapasan terdapat 4 peristiwa utama yang sangat fungsional yaitu :
1. Ventilasi paru yaitu keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru
2. Difusi oksigen dan karbon dioksida di antara alveoli dan darah
3. Transfor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dari cairan tubuh ked an dari sel
4. Pengaturan ventilasi dan hal lain dari pernapasan.
7
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan gas karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru oksigen dihirup melalui rongga hidung. Pada waktu
bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli dan erat
hubungannya dengan darah ke dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membran
yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah merah dan di bawah ke
jantung. Dari sini dipompa di arteri ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida slah satu hasil buangan metabolism, menembus membran alveolar kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, keluar melalui
hiung. 5
B. Definisi Asma1
Penyakit Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran
pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini
menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan
terjadinya bronkokontriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan
pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat
periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk – batuk terutama pada
malam hari atau dini hari (subuh). Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi,
yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau
tanpa pengobatan (GINA-Global Initiative for Asthma 2011).
C. Epidemiologi Asma1
Angka kejadian Asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan
bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya. National Health Interview Survey
di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri
itu mengidap bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan
setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk Asma. Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2002 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing –
masing terdiri dari infeksi paru 7,2%; PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%;
Tuberkulosis 3,0%; kanker paru/trakea/bronkus 2,1%; dan Asma 0,3%.
8
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional. Dari 18 provinsi
tersebut, 5 provinsi teratas adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI
Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit Asma di bawah angka nasional, dimana 5 provinsi
yang mempunyai prevalensi Asma terendah, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau,
Bengkulu, dan Lampung.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032.
Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14
9
tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang,
namun lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14
besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia.
akan membuat epitel jalan napas lebih permeable dan memudahkan allergen masuk ke
dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi.
Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan
asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinophil, neutrophil, platelet dan limfosit.
Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotriens.
Tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma. Keadaan ini
menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus.
E. Patogenesis Asma3
Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat
asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan
pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma
yang dicetuskan aspirin.
1. Inflamasi Akut
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen,
virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi
asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.
a) Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi
degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed
mediator seperti histamin, protease dan newly generated mediator seperti
11
2. Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah
limfosit T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos
bronkus.
a) Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe Th2).
Limfosit T ini berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan
mengeluarkan sitokin antara lain IL3, IL-4,IL-5, IL-13 dan GM-CSF.
Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan bersama-sama
IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta GM-CSF
berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup
eosinophil.
b) Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita
asma. Sel epitel dapat mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi,
endothelin, nitric oxide synthase, sitokin, atau khemokin.
c) Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak
spesifik. Eosinofil yang ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah
dalam keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis
sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator
lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL-5 dan GM-CSF
meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup
eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein ialah eosinophil cationic
protein (ECP), major basic protein (MBP), eosinophil peroxidase (EPO) dan
eosinophil derived neurotoxin (EDN) yang toksik terhadap epitel saluran napas.
d) Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking
reseptor IgE dengan “factors” pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi
degranulasi sel mast yang mengeluarkan preformed mediator seperti histamin
dan protease serta newly generated mediators antara lain prostaglandin D2 dan
12
leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4,
IL-5 dan GM-CSF.
e) Makrofag merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik
pada orang normal maupun penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh
percabangan bronkus. Makrofag dapat menghasilkan berbagai mediator antara
lain leukotrin, PAF serta sejumlah sitokin. Selain berperan dalam proses
inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airway remodeling. Peran
tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factors untuk fibroblast, sitokin,
PDGF dan TGF-β.
13
Proses Remodeling
Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang
secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) berupa
regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri dengan jenis sel parenkim yang sama
dan pergantian jaringan yang rusak/injuri dengan jaringan penyambung yang
menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi dalam
proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui
dikenal dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan
proses yang sangat dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel
sebagaimana deposit jaringan penyambung dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau
perubahan struktur dan fungsi yang dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot
polos dan kelenjar mukus.
b. Faktor lingkungan
1) Faktor lingkungan mempengaruhi berkembangnya asma pada individu
dengan predisposisi asma
a) Alergen di dalam ruangan
i. Mite domestic
ii. Alergen binatang
iii. Jamur (fungi, mold, yeast)
b) Alergen di luar ruangan
i. Tepung sari bunga
ii. Bahan di lingkungan kerja
iii. Jamur (fungi, mold, yeast)
iv. Asap rokok
v. Polusi udara
vi. Infeksi pernafasan
vii. Infeksi parasit
viii. Status sosioekonomi
ix. Diet dan obat
x. obesitas
2) Faktor lingkungan mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-
gejala asma menetap
a) Alergen di dalam dan di luar ruangan
b) Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
c) Infeksi pernafasan
d) Exercise dan hiperventilasi
e) Perubahan cuaca
f) Sulfur dioksida
g) Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna, makanan, obat-obatan)
h) Ekspresi emosi yang berlebihan
i) Asap rokok
j) Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
16
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya
kelainan. Perlu diperhatikan tanda tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda
asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien
asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga pada asma yang sangat
berat, mengi dapat tidak terdengar (silent chest), biasanya pasien dalam keadaan
sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal-
hal sebagai berikut sesuai derajat serangan.
17
a. Inspeksi
1) Pasien terlihat gelisah
2) Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi
epigastrum, retraksi suprasternal)
3) sianosis
b. Palpasi
1) Biasanya tidak ditemukan kelainan
2) Pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
c. Perkusi
1) Biasanya tidak ditemukan kelainan
d. Auskultasi
1) Ekspirasi memanjang
2) Mengi
3) Suara lendir
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma :
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
c. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
d. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperreaktivitas bronkus
e. Uji alergi (tes tusuk kulit/ skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi
f. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain
asma
18
H. Klasifikasi Asma2,3
1. Medikasi (obat-obatan)
Ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pengontrol dan pelega. Obat pelega diberikan saat serangan asma, sedangkan obat
pengontrol diberikan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka
panjang dan terus menerus. Pada anak, control lingkungan harus dilakukan
sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan bila 2-3 bulan kondisi telah
terkontrol.
Oral, IDT,
Terbutalin
Pelega Agonis 2 kerja turbuhaler,
(bronkodilator) cepat solution, ampul
(injeksi)
Prokaterol
IDT
Fenoterol
IDT, solution
23
Ket:
IDT : Inhalasi Dosis Terukur = Metered Dose Inhaler/MDI, dapat digunakan
bersama dengan spacer
Solution : larutan untuk penggunaan nebulasi dengan nebulizer
Oral : dapat berbentuk sirup, tablet
Injeksi :dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv
Pelangi Asma
M. Peranan Apoteker untuk Penanganan Penyakit Asma dan Bentuk Konseling yang
Dapat Diberikan oleh Apoteker2,3
1. Melakukan evaluasi terapi pengobatan yang diberikan pada pasien.
2. Melakukan optimalisasi pengobatan pada pasien.
3. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai prinsip pengobatan asma.
4. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara penggunaan inhaler dan
turbuhaler yang baik dan benar.
5. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pola hidup sehat yang harus dijalani
pasien.
6. Memberikan konseling kepada pasien mengenai informasi obat.
7. Melakukan konsultasi obat apa saja yang digunakan pasien ketika di rumah sakit dan
setelah keluar dari rumah sakit.
8. Melakukan monitoring pengobatan yang dijalani oleh pasien.
28
BAB III
Kortikosteroid Inhalasi
Aerosol Schering Semprot
inhalasi: 200 Digunakan hati- Aldecin Plough hidung 0,5
mcg 2 kali hati pada mcg
sehari atau tuberkulosis aktif
100 mcg 3-9 maupun tidak
kali sehari Suara serak aktif, terapi
(pada dan sistemik mungkin
kondisi lebih kandidiasis diperlukan selama
Beklometason Profilaksis
1 berat dosis Hipersensitivitas mulut (pada periode stres atau
dipropionat asma
awal 600- dosis tinggi) jika obstruksi Beclomet Serbuk
800 mcg/hr) Ruam jalan napas atau Easyhaler Actavis inhaler 200
Anak : 50- (jarang) mukus mcg/dosis
100 mcg 2-4 menghambat
kali sehari masuknya obat ke
atau 100-200 saluran napas
mcg 2 kali yang kecil
sehari
Turbuhaler: Suara serak Budenofalk Darya varia Kapsul 3 mg
Hati-hati pada
dws 200- Asma dan
2 Budesonid Hipersensitivitas tuberkulosis,
1200 bronkial kandidiasi Serbuk Inhaler
kehamilan, laktasi Cycortide Combiphar
mcg/hari orofaring 200 mcg
29
Gangguan medis
indra kecap tuberkulosis paru
Reaksi
hipersensiti
fitas
Flixonase
Semprot
aquaeous
hidung 0,05%
nasal spray
Suara serak
dan Cairan inhaler
kandidiasi 50 mcg
Dewasa & orofaring
anak > 16 Cairan inhaler
Bronkospas 125 mcg
thn : 500- Hipersensitif
Profilaksis me Hati-hati pada
2000 mcg 2x KI Relatif : DM, tukak paradoksikal Glaxo Cairan inhaler
Flutikason asma tuberkulosis, Flixotide
4 perhari peptik, infeksi berat, Osteoporosis welcome 250 mcg
propionat Eksaserbasi kehamilan, dan
Anak 4-16 hipertensi, gangguan
asma akut Glaukoma menyusui Cairan inhaler
thn : 1000 kardiovaskuler
Ansietas 0,5 mg
mcg 2x
perhari Depresi Cairan inhaler
Gangguan 2 mg
tidur dan
perilaku Serbuk inhaler
Flixotide 100 mcg
rotadisk Serbuk inhaler
250 mcg
Dws & Asma Tablet 4 mg
Hati-hati
anak : ≥ 12 bronkial Supresi
digunakan pada
thn 4-48 Rinitis adrenal
Triamsinolin Pasien hipersensitifitas kehamilan, Amtocort Pharos
5 mg/hr alergi Perubahan Injeksi 10 mg
asetonid terhadap obat tuberkulosis,
Anak < 12 Urtikaria metabolism tukak lambung,
thn 416 Dermatitis e glukoa DM
mcg-1,7 atopik Injeksi 40 mg
31
Batuk Aventis
Aerosol 2
Bronkospa Tilade mint
indonesia
mg/dosis
Inhalasi sme farma
aerosol, sementara
dewasa dan
Iritasi
anak di atas 6
tenggoroka
thn 4 mg (2
n Penggunaan
Nedokromil hirupan) 4x Profilaksis
6 Hipersensitif Sakit dilakukan secara
sodium sehari, asma
kepala teratur
apabila telah Tempo
teratasi dosis Mual Tilade
scan pacific
Aerosol 2
muntah syncroner mg/dosis
bisa dikurangi
menjadi 2x Dispepsia
sehari Nyeri pada
perut
32
2 kerja dengan
panjang perpanjangan
Terapi untuk interval QT, asma
PPOK berat akut berat
& adanya # Lakukan
riwayat pemantauan
eksaserbasi pertumbuhan anak
ulang pada terapi jangka
panjang; hamil &
laktasi; anak <6
tahun
Oral:
4 mg (lansia &
pasien yang
sensitive dosis Sakit kepala,
awal 2 mg) 3- agitasi, lemah,
4 kali sehari, bingung,
dosis tunggal, pusing, mual,
maksimal 8 gangguan tidur, Mungkin perlu
mg Asma & palpitasi, mengembalikan
Anak di kondisi lain takikardi; terapi sistemik
bawah 2 tahun yang berkaitan tremor, keram; selama periode
200 mcg/kg dengan infeksi candida stress atau jika jalan Kimia
3 Salbutamol Asmacare Tablet
BB 4 kali obstruksi pada udara terganggu Farma
sehari saluran napas oropharing, atau mucus
Anak 2-6 yang iritasi menghalangi akses
tahun 1-2 mg reversibel tenggorokan, obat ke jalan udara
3-4 kali sehari batuk, serak, yang lebih kecil
Anak 6-12 spasme
tahun 2 mg bronkus,
Injeksi subkutan / urtikaria,
intramuscular: pruritus
500 mcg
diulang tiap 4
jam bila perlu
36
Infus intravena
lambat:
250 mcg,
diulang bila
perlu
Infus intravena:
Awal 5
mcg/menit,
lalu
disesuaikan
dengan
respons &
denyut
jantung,
lazimnya
antara 3-20
mcg/menit,
atau lebih bila
perlu
Inhalasi aerosol:
100-200 mcg
(1-2 hirupan)
Inhalasi nebuliser
Dewasa &
anak di atas 18
bulan 2,5 mg,
diberikan
sampai 4 kali
sehari, atau 5
kali bila perlu
Inhalasi 50 mcg Asma, Tremor, Hati-hati pada Sediaan Salmeterol yang beredar di
(2 hirupan) 2 kali obstruksi ketegangan, penyakit Indonesia tidak bersifat tunggal, tetapi
4 Salmeterol
sehari, hingga saluran napas sakit kepala, hipertiroid, merupakan kombinasi dengan
100 mcg (4 reversible lain kram otot, penyakit kortikosteroid
37
Glaxo
Serak atau Tidak untuk
Obstruksi Wellcome
disfonia, sakit meredakan gejala
(Kombinasi: saluran napas Sa-Spain / Cairan
kepala, asma akut, TB Seretide
Salmeterol/Flutica reversible Glaxo Inhalasi
kandidiasis paru, penyakit
sone Propionat) termasuk Wellcome
mulut & kardiovaskular
Salmeterol + Seretide 50 asma, Indonesia
Hipersensitivit tenggorokan, berat (aritmia),
5 Fluticasone obstruksi paru Glaxo
Seretide 125 as iritasi diabetes mellitus,
Propionat kronis, Operations
Seretide 100 tenggorokan, hipokalemi,
termasuk Uk Ltd- Diskus
Seretide 250 bronkitis
palpitasi, tirotoksikosis Seretide
England / (Serbuk
Seretide 500 tremor, Lakukan Diskus
kronis, dan Glaxo Inhaler)
bronkospasme pengawasan
emfisema Wellcome
paradoksikal, berkala pada anak
Indonesia
38
Cipla Ltd-
India /
Flutias Aerosol
Dankos
Farma
Oral:
2,5 mg 3 kali Otto
sehari selama Cairan
Nairet Pharmaceuti
1-2 minggu, Tidak untuk injeksi
Serak atau cals Inds.
kemudian meredakan gejala
disfonia, sakit
dinaikkan asma akut, TB paru,
kepala,
menjadi 5 mg penyakit
Asma & kandidiasis
3 kali sehari kardiovaskular
kondisi lain mulut & Neosma Ifars Kaptabs
Anak 75 berat (aritmia),
yang berkaitan tenggorokan,
mcg/kg BB 3 diabetes mellitus,
Terbutalin dengan iritasi
6 kali sehari hipokalemi,
Sulfat obstruksi tenggorokan,
7-15 tahun 2,5 tirotoksikosis. Pulmobro Mugi
saluran napas palpitasi, Tablet
mg 2-3 kali Lakukan n Laboratories
yang tremor,
sehari pengawasan berkala
reversibel bronkospasme
Infus intravena: pada anak yang Novell
paradoksikal, Cairan
Dalam larutan mendapat terapi Relivan Pharmaceuti
arthralgia, injeksi
yang jangka panjang, cal Lab.
keram otot
mengandung hamil, & laktasi
3-5 mcg/mL, Novell
1,5-5 Relivan Pharmaceuti Sirup
mcg/menit cal Lab.
39
akut yang
berat
Anak di
bawah 3 tahun Pharmacemi
2 mg Serbuk
Cybutol e Bv.-
Anak 3-6 Netherlands
inhalasi
tahun 3 mg
Anak 6-8
tahun 4 mg
Anak lebih
dari 8 tahun 5
Novell
mg, 2-4 kali
Glitaven Pharmaceuti Sirup
sehari
cal Lab.
Fahrenheit
Cairan
Fartolin Pratapa
inhalasi
Nirmala
200 mg 4 kali
sehari sebelum
makan. ANAK 2-
14 tahun 100 mg;
Batuk,
kapsul harus
bronkospasme
ditelan seluruhnya
Sodium sementara, dan
atau isi kapsul Profilaksis
7 (Natrium) iritasi
dilarutkan dalam asma
Kromoglikat tenggorokan,
air panas dan
karena inhalasi
diencerkan dengan
serbuk
air dingin sebelum
diminum. Dapat
ditingkatkan jika
perlu setelah 2-3
41
minggu hingga
maksimal 40
mg/kg bb sehari
dan kemudian
dikurangi sesuai
respons. Usia 14-
18 tahun, 200 mg 4
kali sehari, dapat
ditingkatkan jika
perlu setelah 2-3
minggu hingga
maksimal 40
mg/kg bb sehari
dan kemudian
dikurangi sesuai
respons.
42
Leukotriens Modifier
Asma. 10
mg/hari pada
malam hari. Gangguan psikiatrik,
Bronkokonst anak <15 tahun, terapi Tablet 10
Bloktiene Actavis
riksi akibat serangan asma akut, mg
Profilaksis
berolahraga eosinofilia, ruam
dan
10 mg ISPA, diare, mual, vaskulitis, gejala paru-
pengobatan
diminum 2 muntah, paru yang memburuk,
asma kronis,
jam sblm Hipersensiti peningkatan kadar komplikasi jantung,
1 Montelukas termasuk
berolahrag vitas serum transaminase neuropati, intoleran
pencegahan
Dosis bronkokonst
(ALT, AST), ruam, galaktosa,
tambahan pireksia kekurangan Lapp
riksi akibat
lactase atau Merck Tablet
tidak boleh berolahraga
malabsorpsi glukosa- Singulair Sharp & kunyah 4
diminum
galaktosa, kehamilan Dohme mg
dalam 24
jam dari dan menyusui.
dosis
sebelumnya.
lansia, gangguan
fungsi ginjal
gkehamilan, Gangguan
20 mg dua Profilaksis
fungsi hati, disarankan Tablet
kali sehari, asma dan gangguan gangguan saluran
untuk mencari AstraZenec salut
2 Zifirlukast Anak < 12 th penatalaksa fungsi hati, cerna, sakit kepala, Accolate
pertolongan medis a selaput 20
tidak naan asma menyusui insomnia, malais.
apabila muncul gejala- mg
dianjurkan kronik
gejala seperti mual,
muntah,
malaise atau jaundice.
44
Tablet 10
Clarihis Lapi
mg
45
Tablet 10
mg
Tablet
effervescent
Merck Sharp
Claritin 10 mg
& Dohme
Sirup 1
mg/mL
Sirup 5
mg/5mL
Dewasa dan
Anak > 6 th: 5
mg/hari, Pharos Tablet Salut
Anak <6 th Avocel
gejala Indonesia Selaput 5 mg
dimungkinan
alergi yang
penyesuaian
berkaitan
dosis. Hipersensiti,
dengan
Lansia: rhinitis
penderita
hati-hati penggunaan pada
penyesuaian gangguan
alergi anak usia di bawah 6
dosis ginjal berat sakit kepala,
seasonal tahun, pengguna alkohol,
dimungkinkan dengan mengantuk,
(termasuk pasien dengan masalah
3 Levocetrizin pada lansia klirens mulut kering,
gejala intoleransi galaktosa
dengan gangguan kreatinin <10 kelelahan,
okular), herediter, defisiensi
ginjal sedang mL/menit, astenia UCB Kabtabs
rhinitis laktase atau malabsorbsi
sampai berat, kehamilan Xyzal Farchim SA- salut selaput
alergi glukosa-galaktosa.
gangguan ginjal dan Switzerland 5 mg
menahun,
dan hati. Tidak menyusui
urtikaria
diperlukan idiopati
penyesuaian kronis.
dosis pada
penderita
gangguan hati
saja.
46
Kabtabs
Cerini Sanbe Farma salut selaput
10 mg
Dewasa dan Drops
anak > 6 th: 10mg/mL
sakit kepala, Cetinal Kalbe Farma
10mg/hari pada Hipersensitif, hati-hati pada hipertrofi Sirup
rinitis pusing,
malam hari kehamilan, prostat, retensi urin,
menahun, mengantuk, 5mg/5mL
bersama dengan anak <2 th pasien dengan risiko
rinitis agitasi, mulut Tablet salut
makanan tidak galukoma sudut sempit,
alergi kering, rasa Cetrixal Sandoz selaput 10
Anak 3-12 th, hay seasonal,
dianjurkan
tidak nyaman
obstruksi pyloroduodenal,
mg
4 Setirizin HCl faver: 5 mg/hari kecuali atas penyakit hati dan epilepsi.
konjungtivi di perut, Galenium
atau 2,5 mg pada tis, pruritus, petunjuk
reaksi
Dosis mungkin perlu Tablet 10
dokter dan diturunkan pada gangguan Cetymin pharmasia
pagi dan malam urtikaria hipersensitif mg
tidak boleh ginjal. Anak dan lansia Laboratories
hari idiopati seperti reaksi Tablet salut
Insufisiensi kronis
digunakan
kulit dan
lebih mudah mendapat
pada neonatus efek samping. selaput 10
ginjal, ½ kali angioudem. mg
dosis Gracia
rekomendasi Estin Sirup
pharmindo
5mg/5mL
Drops
10mg/mL
hipersensitif, sedasi, mulut
hay fever, rhinitis hati-hati pada hipertrofi
menyusui., kering.
alergi: 60 prostat, retensi urin,
hindari Jarang:
mg/hari, naikkan gejala pasien dengan risiko
penggunaan aritmia,
bila perlu sampai alergi galukoma sudut sempit,
bersama rambut Suspensi
5 Terfenadin 120 mg/hari; seperti hay obstruksi pyloroduodenal, Rhinofed Dexa Medica
astemizol. rontok.
dosis tunggal atau fever, penyakit hati dan epilepsi.
Hindari pada gangguan
dosis terbagi dua. urtikaria Dosis mungkin perlu
gangguan hati saluran
Alergi kulit: 120 yang jelas, cerna, nyeri
diturunkan pada gangguan
mg/hari dosis ginjal. Anak dan lansia
hipokalemia kepala,
47
Tablet salut
takikardi, Merck sharp
Aerus selaput 5 mg
mulut kering, & dohme
pusing, efikasi dan keamanan
Anak 6-11 th: 5 gejala yang
hiperaktif pada anak dibawah 2
mL (2,5 mg) berkaitan
psikomotor, tahun belum diketahui,
sirup 1x/hr dengan hipersensitif
faringitis, penurunan fungsi ginjal
anak 2-5 th: 2,5 rinitis terhadap
6 Deslotaridin mL (1,25 mg) alergi seaso desloratadin,
anoreksia, berat, pasien dengan Tablet
konstipasi, masalah intoleransi Aerus Merck sharp dispersible
sirup 1x/hr nal (SAR), kehamilan,
sakit kepala, fruktosa herediter, reditabs & dohme 2,5 mg
dewasa dan anak urtikaria menyusui.
letih, malabsorbsi glukosa-
> 12 th: 10 mL (5 idiopatik
insomnia, so galaktosa atau penurunan
mg) sirup 1x/hr kronis.
mnolence , fungsi sukrosa-isomaltase.
gangguan
tidur, gugup; Sirup
Aleros Actavis 0,5mg/mL
48
Seretide Inhaler
Inhaler padat 50
mcg, 125
mcg, 250
mcg
resiko
eksaserbasi
berulang,
pada pasien
yang
mempunyai
gejala yang
mengikuti
penggunaan
bronkodilator
kerja
panjang.
5. Ipratr- Terapi serangan Bronkospas Kardio- Sakit kepala, iritasi Insufiensi hati atau Combiv-ent Boehring- Cairan
opium akut : 1 unit me reversible miopati tenggorokan, batuk, ginjal, segera udv er inhaler
bromide dosis, pada yang onstruktif, mulut kering, gangguan konsultasi ke dokter Ingelheim
kasus yang berkaitan hipertropi, motilitas saluran cerna, jika mengalami
parah, jika dengan takiaritmia, mual dan pusing, reaksi perburuan dyspnea
serangan tidak penyakit hipersensitifi anafilaktik, akut, pemberian
dapat diredakan paru tas hipersensitifitas, inhalasi disarankan
dengan obstruksi dan hypokalemia, gugup, melalui mulut, pasien
pemberian satu serangan gangguan mental, yang memiliki
unit dosis, asma akut tremor, pusing, kecenndrungan
mungkin perlu 2 yang gangguan akomodasi glaucoma harus
unit dosis pada membutuhka mata, edema kornea, diperingatkan untuk
kasus tersebut, n terapi lebih glaucoma, peningkatan melindungi matanya
pasien harus dari tekanan intaokular, secara khusus ketika
segera bronkodilator midriasis, penglihatan pemakaian, pada
berkonsultasi tunggal kabur, nyeri mata, kondisi diabetes
dengan dokter hyperemia konjungtiva, mellitus diperlukan
atau menuju RS iskemia miokard, dosis lebih tinggi,
terdekat, terapi aritmia, fibrilasi atrial, infark miokard,
pemeliharaan : 1 palpitasi, edema kelainan jantung dan
unit dosis 3 atau faringeal, ruam, pruritis, vascular yang parah,
4 kali sehari bronkospasme, kram hipertiroid, glaucoma
sudut sempit,
52
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
6. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pusat Informasi Obat Nasional. Available at:
http://pionas.pom.go.id/.
7. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia. (2008).