Anda di halaman 1dari 55

1

TUGAS MATA KULIAH

ALAT KESEHATAN & SPESIALITE

“PENYAKIT ASMA”

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Rizky Oktavia Jabeth Putri (2019 000 075)


2. Rusiana (2019 000 076)
3. Theresia Nuelita Rachel (2019 000 087)
4. Theronika Thennesius (2019 000 088)
5. Widi Azalea (2019 000 097)
6. Yeshika Krispansis (2019 000 102)
7. Nurhany (2019 000 118)

Kelas :C

Tanggal Perkuliahan : Kamis, 19 September 2019

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai
adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul, terutama pada
malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh
anak – anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang
sering muncul pada masa kanak – kanak dan usia muda, sehingga dapat menyebabkan
kehilangan hari – hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga menyebabkan
gangguan aktivitas social, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.1
Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumah kasusnya cukup
banyak ditemukan dalam masyarakat. Bahan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
100 – 150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah sebesari 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa
pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat
selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani lebih baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi pada masa yang akan
datang serta mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien.2
Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti
dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai negara yang
menunjukkan peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap, kesakitan dan
bahkan kematian karena asma. Berbagai argumentasi diketengahkan seperti perbaikan
kolektif data, perbaikan diagnosis dan deteksi perburukan dan sebagainya. Akan tetapi
juga disadari masih banyak permasalahan akibat keterlambatan penanganan baik
karena penderita maupun dokter (medis). Kesepakatan bagaimana menangani asma
dengan benar yang dilakukan oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung
3

and Blood Institute (NHLBI) bekerja sama dengan World Health Organization (WHO)
bertujuan memberikan petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk
melakukan penatalaksanaan asma yang optimal sehingga menurunkan angka kesakitan
dan kematian asma.3

B. Permasalahan
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran pernapasan yang
ditandai dengan adanya mengi episodic, batu, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran pernapasan, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Studi di Asia Pasifik pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tingkat
tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang
direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).2 Maka, dalam hal ini,
bagaimana dan sejauh apa peran Apoteker dalam pemahaman dan penanganan penyakit
asma?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam menangani kasus asma.
2. Mengetahui informasi penyakit asma.
3. Mengevaluasi terapi pengobatan dalam penatalaksanaan penyakit asma.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan4,5


Saluran pernapasan yaitu bagian sistempernapasan yang digunakan untuk jalannya gas-
gas yang terlibat dalam pernapasan tersebut. Anatominya sebagai berikut :
1. Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran ini bermuara
ke bagian dalam vestibulum hidung, yang dilapisi dengan epitelium bergaris yang
bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior ini memuat sejumlah kelenjar
sebaseus yang ditutupi bulu kasar .
2. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam ronga hidung. Dilapisi dengan epitelium
silinder dan sel epitel berambut yanag mengandung sel lendir. Sewaktu udara
masuk, disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di vestibulum, dank arena kontak
dengan permukaan lendir yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh
penguapan air dan permukaan selaput lendir menjadi lembab.
3. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di
belakang hidung (naso-faring), di belakang mulut (oro-faring) dan di belakang
laring ( faring-laringeal).
4. Laring terletak di depan bagian terendah farinx yang memisahkannya dari kolumna
vertebra, dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk trakea di
bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligament dan membrane. Yang terbesar ialah tulang rawan tiroid, dan di sebelah
depannya terdapat benjolan subktaneus yang disebut jakun. Tulang rawan lainnya
adalah tulang rawan aritenoid. Di puncak tulang rawan tidoir terdapat epiglottis
yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring saat menelan.
Laring dilapisi selaput lendir yang sama dengan di trakea, kecuali pita suara dan
bagian epiglottis yang dilapisi sel epitelium berlapis.
5

5. Trakea atau batang tenggorokan kira-kira 9 cm panjangnya, mulai dari laring


sampai ketinggian vertebra torakalis kelima dan bercabang menjadi 2 bronkus.
Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah
belakang trakea , dan juga memuat jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia dan sel lendir. Karena silia ini bergerak ke atas kea rah
laring, maka debu dan butir-butir halus lainnya yang masuk dapat dikeluarkan.
Tulang rawan yang gunanya mempertahankan agar trakea tetap terbuka.
6. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi dengan sel yang
sama. Bronkus-bronkus ini mengarah ke paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar daripada kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas, cabang kedua ada
setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berada di bawah arteri
pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang mengarah ke lobus atas
dan bawah.
7. Paru-paru ada 2, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada,
terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Berbentuk kerucut dengan apex di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari
kalvikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru di atas rongga toraks, di atas
diafragma.
8. Lobus paru-paru. Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru-paru kiri
mempunyai 2 lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil
masuk ke dalam setiap lobula dan bertambah bercabang, semakin tipis dan menjadi
kantong kecil-kecil, yang merupaka kantong-kantong udara paru-paru. Jaringan
paru-paru adalah elastic, berpori dan seperti spon. Di dalam air paru-paru
mengapung karena udara yang ada didalamnya.
Struktur paru-paru yaitu
- Arteri pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-
paru untuk diisi oksigen
- Vena pulmonalis, yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru-paru k
jantung
- Bronkus yang bercabang dan beranting merupakan jalan udara utama
6

- Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah arteri ke jaringan
paru-paru
- Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava
superior
- Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, yang masuk-keluar paru-paru
- Persyarafan berupa saraf vagus dan saraf simpati
- Pleura, terdapat pleura viseralis yang melapisi paru-paru. Pleura parietalis yang
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura diafragmatika yang melapisi
diafragma. 4

Dalam sistem pernapasan terdapat 4 peristiwa utama yang sangat fungsional yaitu :
1. Ventilasi paru yaitu keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru
2. Difusi oksigen dan karbon dioksida di antara alveoli dan darah
3. Transfor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dari cairan tubuh ked an dari sel
4. Pengaturan ventilasi dan hal lain dari pernapasan.
7

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan gas karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru oksigen dihirup melalui rongga hidung. Pada waktu
bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli dan erat
hubungannya dengan darah ke dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membran
yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah merah dan di bawah ke
jantung. Dari sini dipompa di arteri ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida slah satu hasil buangan metabolism, menembus membran alveolar kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, keluar melalui
hiung. 5

B. Definisi Asma1
Penyakit Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran
pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini
menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan
terjadinya bronkokontriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan
pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat
periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk – batuk terutama pada
malam hari atau dini hari (subuh). Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi,
yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau
tanpa pengobatan (GINA-Global Initiative for Asthma 2011).

C. Epidemiologi Asma1
Angka kejadian Asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan
bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya. National Health Interview Survey
di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri
itu mengidap bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan
setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk Asma. Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2002 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing –
masing terdiri dari infeksi paru 7,2%; PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%;
Tuberkulosis 3,0%; kanker paru/trakea/bronkus 2,1%; dan Asma 0,3%.
8

Saat ini penyakit Asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.


Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan
terdapat 300 juta orang menderita Asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien
Asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat Asma merupakan
penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup
masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderia Asma. Terdapat
sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan
jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-sedang. Data dari berbagai negara
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Asma berkisar antara 1-18% (GINA, 2011).
Sedangkan untuk nasional prevalensi penyakit Asma terlihat pada grafik berikut ini.

Prevalensi Asma* Menurut Provinsi Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional. Dari 18 provinsi
tersebut, 5 provinsi teratas adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI
Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit Asma di bawah angka nasional, dimana 5 provinsi
yang mempunyai prevalensi Asma terendah, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau,
Bengkulu, dan Lampung.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032.
Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14
9

tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang,
namun lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14
besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia.

D. Patofisiologi dan Mekanisme Terjadinya Asma2


Gejala asma yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus
yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus. Penyebab yang paling
sering terlihat pada penderita asma yaitu terjadinya hipereaktivitas pada bronkus.
Hipereaktivitas ini dicirikan dengan adanya kontraksi jalur otot polos, edema dan
inflamasi mukus, dan hipersekresi mukus. Besarnya hiperaktivitas bronkus ini dapat
diukur menggunakan parameter objektif secara tidak langsung, antara lain dengan uji
provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen, maupun inhalasi zat
nonspesifik.
Serangan asma dapat timbul apabila ada alergen, virus, dan iritan yang dapat
menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma dini (early asthma
reaction=EAR) dan reaksi asma lambat (late asthma reaction = LAR). Setelah reaksi
asma awal dan reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi
sub-akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya,
berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinophil dan monosit dalam jumlah besar
ke dinding dan lumen bronkus. Asma yang disebabkan oleh adanya reaksi alergi akan
mengakibatkan adanya aktivasi sel mast yang akan melepaskan mediator kimia sebagai
tanda adanya reaksi hipersensitivitas (histamine, leukotriene, faktor kemotaktis
eosinofil dan prostaglandin). Mediator kimia ini mampu mempersempit otot polos
bronkiolus, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, mengagregasi platelet, dan
menstimulasi reaksi Inflamasi.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang
kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak
ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran
basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel mast. Sel makrofag, eosinofil,
sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit, dan monosit juga dapat melepaskan
mediator.
Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus
vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan reflex
bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag
10

akan membuat epitel jalan napas lebih permeable dan memudahkan allergen masuk ke
dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi.
Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan
asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinophil, neutrophil, platelet dan limfosit.
Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotriens.
Tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma. Keadaan ini
menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus.

Mekanisme Dasar Kelainan Asma3

E. Patogenesis Asma3
Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat
asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan
pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma
yang dicetuskan aspirin.
1. Inflamasi Akut
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen,
virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi
asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.
a) Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi
degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed
mediator seperti histamin, protease dan newly generated mediator seperti
11

leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan kontraksi otot polos


bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.

b) Reaksi Fase Lambat


Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan
pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.

2. Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah
limfosit T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos
bronkus.
a) Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe Th2).
Limfosit T ini berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan
mengeluarkan sitokin antara lain IL3, IL-4,IL-5, IL-13 dan GM-CSF.
Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan bersama-sama
IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta GM-CSF
berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup
eosinophil.
b) Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita
asma. Sel epitel dapat mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi,
endothelin, nitric oxide synthase, sitokin, atau khemokin.
c) Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak
spesifik. Eosinofil yang ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah
dalam keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis
sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator
lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL-5 dan GM-CSF
meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup
eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein ialah eosinophil cationic
protein (ECP), major basic protein (MBP), eosinophil peroxidase (EPO) dan
eosinophil derived neurotoxin (EDN) yang toksik terhadap epitel saluran napas.
d) Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking
reseptor IgE dengan “factors” pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi
degranulasi sel mast yang mengeluarkan preformed mediator seperti histamin
dan protease serta newly generated mediators antara lain prostaglandin D2 dan
12

leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4,
IL-5 dan GM-CSF.
e) Makrofag merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik
pada orang normal maupun penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh
percabangan bronkus. Makrofag dapat menghasilkan berbagai mediator antara
lain leukotrin, PAF serta sejumlah sitokin. Selain berperan dalam proses
inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airway remodeling. Peran
tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factors untuk fibroblast, sitokin,
PDGF dan TGF-β.
13

Proses Remodeling

Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang
secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) berupa
regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri dengan jenis sel parenkim yang sama
dan pergantian jaringan yang rusak/injuri dengan jaringan penyambung yang
menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi dalam
proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui
dikenal dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan
proses yang sangat dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel
sebagaimana deposit jaringan penyambung dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau
perubahan struktur dan fungsi yang dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot
polos dan kelenjar mukus.

Pada asma terdapat saling ketergantungan antara proses inflamasi dan


remodeling. Infiltrasi sel-sel inflamasi terlibat dalam proses remodeling, juga
komponen lainnya seperti matriks ekstraselular, membran retikular basal, matriks
interstisial, fibrogenic growth factor, protease dan inhibitornya, pembuluh darah, otot
polos, kelenjar mucus.
14

F. Etiologi dan Faktor Resiko Terjadinya Asma 1,3


Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi),
hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi
individu dengan kecenderungan/predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,
menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan
kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status social ekonomi
dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan
melalui kemungkinan :
1. Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik
asma,
2. Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit
asma.
a. Faktor pejamu
Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai penelitian.
Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat/
kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan dengan asma,
dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif (hipereaktiviti bronkus,
kadar IgE serum) dan atau keduanya. Karena kompleksnya gambaran klinis
asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip
perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktiviti bronkus,
alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma.
Banyak gen terlibat dalam patogenesis asma, dan beberapa kromosom telah
diidentifikasi berpotensi menimbulkan asma, antara`lain CD28, IGPB5,
CCR4, CD22, IL9R,NOS1, reseptor agonis beta2, GSTP1; dan gen-gen yang
terlibat dalam menimbulkan asma dan atopi yaitu IRF2, IL-3,Il-4, IL-5, IL-13,
IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB,
TMOD dan sebagainya. Selain itu jenis kelamin dan ras/etnik juga berperan
penting dalam terjadinya penyakit asma.
15

b. Faktor lingkungan
1) Faktor lingkungan mempengaruhi berkembangnya asma pada individu
dengan predisposisi asma
a) Alergen di dalam ruangan
i. Mite domestic
ii. Alergen binatang
iii. Jamur (fungi, mold, yeast)
b) Alergen di luar ruangan
i. Tepung sari bunga
ii. Bahan di lingkungan kerja
iii. Jamur (fungi, mold, yeast)
iv. Asap rokok
v. Polusi udara
vi. Infeksi pernafasan
vii. Infeksi parasit
viii. Status sosioekonomi
ix. Diet dan obat
x. obesitas
2) Faktor lingkungan mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-
gejala asma menetap
a) Alergen di dalam dan di luar ruangan
b) Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
c) Infeksi pernafasan
d) Exercise dan hiperventilasi
e) Perubahan cuaca
f) Sulfur dioksida
g) Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna, makanan, obat-obatan)
h) Ekspresi emosi yang berlebihan
i) Asap rokok
j) Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
16

G. Diagnosis (Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang)2,3


Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani
dengan semestinya, mengi (whezzing) dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik
awal untuk menegakkan diagnosis.
Secara umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain :
a. Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
b. Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah
terpajan alergen atau polutan?
c. Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (commond cold) merasakan
sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
d. Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktifitas
atau olahraga?
e. Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat
pelega (bronkodilator)
f. Apakah ada batuk mengi sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca atau
suhu yang ekstrim (tiba-tiba)?
g. Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjuktivitas
alergi?
h. Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung,
saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya
kelainan. Perlu diperhatikan tanda tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda
asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien
asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga pada asma yang sangat
berat, mengi dapat tidak terdengar (silent chest), biasanya pasien dalam keadaan
sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal-
hal sebagai berikut sesuai derajat serangan.
17

a. Inspeksi
1) Pasien terlihat gelisah
2) Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi
epigastrum, retraksi suprasternal)
3) sianosis
b. Palpasi
1) Biasanya tidak ditemukan kelainan
2) Pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
c. Perkusi
1) Biasanya tidak ditemukan kelainan
d. Auskultasi
1) Ekspirasi memanjang
2) Mengi
3) Suara lendir

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma :
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
c. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
d. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperreaktivitas bronkus
e. Uji alergi (tes tusuk kulit/ skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi
f. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain
asma
18

H. Klasifikasi Asma2,3

Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis Secara Umum pada


Orang Dewasa (Sebelum Pengobatan)3

Klasifikasi Derajat Asma pada Orang Dewasa (Dalam Pengobatan) 3


19

Klasifikasi Derajat Asma pada Anak2

Klasifikasi Asma Menurut Derajat Serangan2


20

I. Algoritma Penatalaksanaan Asma1


Algoritma Tata Laksana Asma Mandiri di Rumah

Algoritma Tata Laksana Asma di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


21

J. Penatalaksanaan – Pengobatan Asma Akut (Saat Serangan)2


Serangan akut merupakan perburukan pada asma yang harus diketahui pasien.
penatalaksanaan harus cepat dan sesuai dengan dengan derajat serangan. Penilaian
derajat serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan
sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat
dan cepat. Obat-obat yang digunakan pada serangan asma, yaitu:
1. Bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
2. Kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis kerja cepat dan sebaiknya
dalam bentuk inhalasi, bila tidak memungkinkan dapat diberika secara sistemik. Pada
dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral.
 Pada keadaan tertentu (seperti riwayat serangan berat sebelumnya) dapat diberikan
kortikosteroid oral (metilprednisolon) dalam waktu singkat 3-5 hari.
 Pada serangan sedang dapat diberikan 2 agonis kerja cepat dan metilprednisolon
oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV
(bolus/drip). Pada anak belum diberakan ipratropium bromida inhalasi maupun
aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV.
 Pada serangan berat pasien dirawat dan diberi oksigen, cairan IV, 2 agonis kerja
cepat (bila tidak tersedia dapat diganti dengan adrenalin subkutan), ipratropium
bromida inhalasi, kortikosteroid IV, aminofilin IV (bolus/drip).
 Pada serangan yang engancam jiwa langsung rujuk ke ICU.

K. Penatalaksanaan – Pengobatan Jangka Panjang2,3


Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol (kondisi stabil
minimal satu bulan) dan mencegah serangan asma. Dalam penetapan dan perencanaan
pengobatan jangka panjang untuk mencapai dan mempertahankan asma tetap
terkontrol, perlu dipertimbangkan 3 faktor, yaitu:
22

1. Medikasi (obat-obatan)
Ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pengontrol dan pelega. Obat pelega diberikan saat serangan asma, sedangkan obat
pengontrol diberikan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka
panjang dan terus menerus. Pada anak, control lingkungan harus dilakukan
sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan bila 2-3 bulan kondisi telah
terkontrol.

Jenis Obat Asma


Bentuk/Kemasan
Jenis Obat Golongan Nama Generik
Obat
Flutikason propionat IDT
Steroid inhalasi
Budesonide IDT, turbuhaler
Antileukokotrin Zafirlukast Oral (tablet)
Kortikosteroid Metilprednisolon Oral (injeksi)
sistemik Prednisolon Oral
Pengontrol Prokaterol Oral
Agonis 2 kerja
(Antiinflamasi) Formaterol Turbuhaler
lama
Salmeterol IDT
Kombinasi Flutikason+salmeter
steroid dan ol IDT
agonis 2 kerja Budesonide+formot Turbuhaler
lama erol
Oral, IDT,
Salbutamol
rotacap solution

Oral, IDT,
Terbutalin
Pelega Agonis 2 kerja turbuhaler,
(bronkodilator) cepat solution, ampul
(injeksi)

Prokaterol
IDT
Fenoterol
IDT, solution
23

Antikolinergik Ipratropium bromide IDT, solution


Teofilin
Oral
Aminofilin
Metilsantin Oral, injeksi
Teofilin lepas
Oral
lambat
Kortikosteroid Metilprednisolon Oral, inhaler
sistemik Prednisolone Oral

Ket:
IDT : Inhalasi Dosis Terukur = Metered Dose Inhaler/MDI, dapat digunakan
bersama dengan spacer
Solution : larutan untuk penggunaan nebulasi dengan nebulizer
Oral : dapat berbentuk sirup, tablet
Injeksi :dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv

2. Tahap pengobatan Asma


Pendekatan dalam memulai pengobatan jangka panjang harus melalui pemberian
terapi maksimum pada awal pengobatan sesuai derajat asma termasuk
glukokortikosteroid oral dan atau glukokortikosteroid inhalasi dosis penuh
ditambah dengan agonis beta-2 kerja lama untuk segera mengontrol asma. Setelah
asma terkontrol, dosis diturunkan bertahap sampai seminimal mungkin dengan
tetap mempertahankan kondisi asma terkontrol. Cara itu disebut stepdown therapy.
Pendekatan lain adalah step-up therapy yaitu memulai terapi sesuai berat asma dan
meningkatkan terapi secara bertahap jika dibutuhkan untuk mencapai asma
terkontrol.
24

Pengobatan berdasarkan derajat berat asma


25

Tujuan Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang

Indikator asma tidak terkontrol:


a) Asma malam, terbangun malam hari karena gejala-gejala asma
b) Kunjungan ke darurat gawat, ke dokter karena serangan akut
c) Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi pernapasan, atau
exercise-induced asthma)

3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)


Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi
kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Pengobatan asma jangka panjang
direncanakan sesuai kondisi penderita, realistik/memungkinkan bagi penderita
dengan maksud mengontrol asma. Bila memungkinkan perawat, farmasi, tenaga
fisioterapi pernapasan dan lain-lainnya untuk membantu memberikan edukasi dan
menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
Edukasi yang diberikan mencakup:
a) Kapan pasien berobat/mencari pertolongan
b) Mengenali gejala serangan asma secara dini
c) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
d) Mengenali dan menghindari factor pencetus
e) Control teratur
Alat edukasi untuk dewasa adalah pelangi asma, sedangkan pada anak digunakan
lembaran harian.
26

Pelangi Asma

L. Ciri – Ciri Tingkatan Asma2


27

M. Peranan Apoteker untuk Penanganan Penyakit Asma dan Bentuk Konseling yang
Dapat Diberikan oleh Apoteker2,3
1. Melakukan evaluasi terapi pengobatan yang diberikan pada pasien.
2. Melakukan optimalisasi pengobatan pada pasien.
3. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai prinsip pengobatan asma.
4. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara penggunaan inhaler dan
turbuhaler yang baik dan benar.
5. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pola hidup sehat yang harus dijalani
pasien.
6. Memberikan konseling kepada pasien mengenai informasi obat.
7. Melakukan konsultasi obat apa saja yang digunakan pasien ketika di rumah sakit dan
setelah keluar dari rumah sakit.
8. Melakukan monitoring pengobatan yang dijalani oleh pasien.
28

BAB III

DAFTAR PENGOBATAN PENYAKIT ASMA6,7

NAMA EFEK NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI KONTRAINDIKASI PERINGATAN PABRIK
GENERIK SAMPING DAGANG SEDIAAN

Kortikosteroid Inhalasi
 Aerosol Schering Semprot
inhalasi: 200 Digunakan hati- Aldecin Plough hidung 0,5
mcg 2 kali hati pada mcg
sehari atau tuberkulosis aktif
100 mcg 3-9 maupun tidak
kali sehari  Suara serak aktif, terapi
(pada dan sistemik mungkin
kondisi lebih kandidiasis diperlukan selama
Beklometason Profilaksis
1 berat dosis Hipersensitivitas mulut (pada periode stres atau
dipropionat asma
awal 600- dosis tinggi) jika obstruksi Beclomet Serbuk
800 mcg/hr)  Ruam jalan napas atau Easyhaler Actavis inhaler 200
 Anak : 50- (jarang) mukus mcg/dosis
100 mcg 2-4 menghambat
kali sehari masuknya obat ke
atau 100-200 saluran napas
mcg 2 kali yang kecil
sehari
 Turbuhaler:  Suara serak Budenofalk Darya varia Kapsul 3 mg
Hati-hati pada
dws 200- Asma dan
2 Budesonid Hipersensitivitas tuberkulosis,
1200 bronkial kandidiasi Serbuk Inhaler
kehamilan, laktasi Cycortide Combiphar
mcg/hari orofaring 200 mcg
29

terbagi  Bronkospas Aerosol 200


dalam 2-4 me mg/dosis
dosis paradoksikal Cairan inhaler
 Pemeliharaa  Osteoporosis 100 mcg/dosis
n 200-400  Glaukoma
mcg  Ansietas Cairan inhaler
2xsehari  Depresi 200 mcg/dosis
pada pagi  Gangguan
dan malam tidur dan
 Respule: perilaku
dws dan
anak > 12 th
Astra zeneca
1-2 mg 2x Pulmicort
per hari.
 Pemeliharaa
n 0,5-1 mg Cairan inhaler
2x per hari. 400 mcg/dosis
 Anak 3 bln-
12 thn: 0,5-1
mg 2x per
hari
 Pemeliharaa
n 0,25-0,5
mg 2x per
hari
 Dws : 2  Bersin
Infeksi nasal yang
inhalasi  Hidung
tidak ditangani,
(500 mcg) kering
Terapi pemakaian
2x sehari, (kadang-
pemeliharaan berkepanjangan Forrest
pagi dan kadang) Aerobid Aerosol 250
3 Flunisolid dan Hipersensitif pada anak, Pharmaceut
malam
profilaksis  Iritasi pengobatan icall
mcg/dosis
 Anak 6-15 hidung dan
asma terdahulu dg
thn : 2 tenggoroka kortikosteroid
inhalasi n
peroral, catatan
2xsehari  Epistaksis
30

 Gangguan medis
indra kecap tuberkulosis paru
 Reaksi
hipersensiti
fitas

Flixonase
Semprot
aquaeous
hidung 0,05%
nasal spray
 Suara serak
dan Cairan inhaler
kandidiasi 50 mcg
 Dewasa & orofaring
anak > 16 Cairan inhaler
 Bronkospas 125 mcg
thn : 500-  Hipersensitif
 Profilaksis me Hati-hati pada
2000 mcg 2x  KI Relatif : DM, tukak paradoksikal Glaxo Cairan inhaler
Flutikason asma tuberkulosis, Flixotide
4 perhari peptik, infeksi berat,  Osteoporosis welcome 250 mcg
propionat  Eksaserbasi kehamilan, dan
 Anak 4-16 hipertensi, gangguan
asma akut  Glaukoma menyusui Cairan inhaler
thn : 1000 kardiovaskuler
 Ansietas 0,5 mg
mcg 2x
perhari  Depresi Cairan inhaler
 Gangguan 2 mg
tidur dan
perilaku Serbuk inhaler
Flixotide 100 mcg
rotadisk Serbuk inhaler
250 mcg
 Dws &  Asma Tablet 4 mg
Hati-hati
anak : ≥ 12 bronkial  Supresi
digunakan pada
thn 4-48  Rinitis adrenal
Triamsinolin Pasien hipersensitifitas kehamilan, Amtocort Pharos
5 mg/hr alergi  Perubahan Injeksi 10 mg
asetonid terhadap obat tuberkulosis,
 Anak < 12  Urtikaria metabolism tukak lambung,
thn 416  Dermatitis e glukoa DM
mcg-1,7 atopik Injeksi 40 mg
31

mg/Kg/BB/  Dermatitis  Aktivasi Omenacort Tablet 4


hr kontak tukak Mutifa
mg
lambung
 Katabolism
e protein Triamcort Interbat Tablet 4 mg

 Batuk Aventis
Aerosol 2
 Bronkospa Tilade mint
indonesia
mg/dosis
Inhalasi sme farma
aerosol, sementara
dewasa dan
 Iritasi
anak di atas 6
tenggoroka
thn 4 mg (2
n Penggunaan
Nedokromil hirupan) 4x Profilaksis
6 Hipersensitif  Sakit dilakukan secara
sodium sehari, asma
kepala teratur
apabila telah Tempo
teratasi dosis  Mual Tilade
scan pacific
Aerosol 2
muntah syncroner mg/dosis
bisa dikurangi
menjadi 2x  Dispepsia
sehari  Nyeri pada
perut
32

NAMA KONTRA EFEK NAMA BENTUK


NO. DOSIS INDIKASI PERINGATAN PABRIK
GENERIK INDIKASI SAMPING DAGANG SEDIAAN
Kortikosteroid Sistemik Metilsantin
 Takikardia
 Palpitasi
Bronsolvan Kalbe Farma Sirup
 Mual dan
gangguan
 Dewasa: 130
saluran
-150 mg, jika cerna yang Penyakit
diperlukan lain jantung,
Euphyllin Pharos Kaplet salut
dapat hipertensi,
 Sakit retard Indonesia selaput
dinaikkan hipertiroidisme,
 Obstruksi kepala
menjadi 2 tukak lambung,
saluran  Stimulasi
kalinya. gangguan fungsi
napas  Hipersensitif sistem saraf
1. Teofilin  Anak: 6-12 hati (kurangi
reversibel  Porfiria pusat
tahun: 65-150 dosis), epilepsi,
 Asma  Insomnia
mg, kurang kehamilan,
dari 1 tahun:
akut berat  Aritmia menyusui,
Theobron Interbat Sirup
65-75 mg, 3-  Konvulsi lansia, demam,
4 kali sehari terutama hindari pada
sesudah bila porfiria.
makan diberikan
melalui Kaplet
injeksi Retaphyl Kimia Farma pelepasan
intravena lambat
cepat
 Takikardia Penyakit
Oral 100-300  Obstruksi
 Palpitasi jantung,
mg, 3-4 kali saluran  Hipersensitif Harsen Tablet salut
2. Aminofilin  Mual dan hipertensi, Decafil
sehari sesudah napas  Porfiria Indonesia selaput
gangguan hipertiroidisme,
makan reversibel
saluran tukak lambung,
33

 Asma cerna yang gangguan fungsi


akut berat lain hati (kurangi
 Sakit dosis), epilepsi, Erphafillin Erlimpex Tablet
kepala kehamilan,
 Stimulasi menyusui,
sistem saraf lansia, demam,
pusat hindari pada
 Insomnia porfiria. Cairan
Phaminov Phapros
 Aritmia injeksi
 Konvulsi
terutama
bila
diberikan
melalui
injeksi
intravena Phyllocontin Mahakam Tablet salut
cepat continus Beta Farna selaput
 Alergi
terhadap
etilendiami
n dapat
menyebabk
an
urtikaria,
Mahakam
eritema, Phyllocontin Tablet
Beta Farna
dan
dermatitis
eksfoliatif
34

NAMA KONTRA EFEK NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI PERINGATAN DAGANG
PABRIK
GENERIK INDIKASI SAMPING SEDIAAN

Agonis Beta-2 Kerja Lama (Inhalasi)


Hati – hati pada
 Inhalasi serbuk, tirotoksikosis,
asma 4,5-9 mcg feokromositoma,
 Gangguan
1-2 aktuasi 1-2 obstruksi hipertrofi
SSP: sakit
kali sehari pagi kardiomiopati,
atau malam. kepala,
stenosis aorta
gangguan
 Ditambah hingga  Asma dan subvalvular
tidur, agitasi, Sediaan formoterol yang beredar di
18 mcg 2 kali PPOK idiopatik, hipertensi
lemah Indonesia tidak bersifat tunggal, tetapi
sehari pada  Tidak berat, aneurisme,
Formoterol  Gangguan merupakan kombinasi dengan
1 obstruksi saluran dianjurkan Hipersensitif penyakit jantung
Fumarat kardiovaskul kortikosteroid. Salah satu merek dagang
napas yang berat. sebagai iskemik,
ar: palpitasi, kombinasi Formoterol & Budesonide
 Dosis maksimum monoterapi takiaritmia, gagal
adalah Symbicort
takikardi,
4 atau 8 aktuasi. pada asma jantung,
spasme
 Dosis hyperkalemia,
bronkus, hiperglikemia pada
pemeliharaan tremor, kram
dapat penggunaan
oto
ditingkatkan bersama stimulasn
sesuai kebutuhan. adrenoreseptor beta
2, sirosis hati
Hati – hati pada
 Terapi tirotoksikosis,
(Kombinasi: Sakit kepala,
regular feokromositoma,
palpitasi, Astra
Budesonide/ untuk asma obstruksi hipertrofi
Kombinasi tremor, Zeneca
Formoterol dimana Hipersensitif kardiomiopati,
Formoterol kandidiasis Pharmaceuti Turbuhaler
Fumarat Dihidrat) diperlukan terhadap obat stenosis aorta
2 Fumarat oral, iritasi Symbicort cals-Sweden Serbuk
 Symbicort terapi & komponen subvalvular
Dihidrat + tenggorokan / Astra inhalasi
80/4.5 mcg kombinasi obat idiopatik, hipertensi
Budesonide yang bersifat Zeneca
 Symbicort kortikostero berat, aneurisme,
ringan, batuk, Indonesia)
160/4.5 mcg id inhalasi & gangguan
suara sesak
agonis beta kardiovaskular
berat, pasien
35

2 kerja dengan
panjang perpanjangan
 Terapi untuk interval QT, asma
PPOK berat akut berat
& adanya # Lakukan
riwayat pemantauan
eksaserbasi pertumbuhan anak
ulang pada terapi jangka
panjang; hamil &
laktasi; anak <6
tahun
 Oral:
 4 mg (lansia &
pasien yang
sensitive dosis Sakit kepala,
awal 2 mg) 3- agitasi, lemah,
4 kali sehari, bingung,
dosis tunggal, pusing, mual,
maksimal 8 gangguan tidur, Mungkin perlu
mg Asma & palpitasi, mengembalikan
 Anak di kondisi lain takikardi; terapi sistemik
bawah 2 tahun yang berkaitan tremor, keram; selama periode
200 mcg/kg dengan infeksi candida stress atau jika jalan Kimia
3 Salbutamol Asmacare Tablet
BB 4 kali obstruksi pada udara terganggu Farma
sehari saluran napas oropharing, atau mucus
 Anak 2-6 yang iritasi menghalangi akses
tahun 1-2 mg reversibel tenggorokan, obat ke jalan udara
3-4 kali sehari batuk, serak, yang lebih kecil
 Anak 6-12 spasme
tahun 2 mg bronkus,
 Injeksi subkutan / urtikaria,
intramuscular: pruritus
 500 mcg
diulang tiap 4
jam bila perlu
36

 Infus intravena
lambat:
 250 mcg,
diulang bila
perlu
 Infus intravena:
 Awal 5
mcg/menit,
lalu
disesuaikan
dengan
respons &
denyut
jantung,
lazimnya
antara 3-20
mcg/menit,
atau lebih bila
perlu
 Inhalasi aerosol:
 100-200 mcg
(1-2 hirupan)
 Inhalasi nebuliser
 Dewasa &
anak di atas 18
bulan 2,5 mg,
diberikan
sampai 4 kali
sehari, atau 5
kali bila perlu

 Inhalasi 50 mcg Asma,  Tremor, Hati-hati pada Sediaan Salmeterol yang beredar di
(2 hirupan) 2 kali obstruksi ketegangan, penyakit Indonesia tidak bersifat tunggal, tetapi
4 Salmeterol
sehari, hingga saluran napas sakit kepala, hipertiroid, merupakan kombinasi dengan
100 mcg (4 reversible lain kram otot, penyakit kortikosteroid
37

hirupan) 2 kali yang palpitasi, kardiovaskular,


sehari pada memerlukan takikardi, artimia, peka
obstruksi yang bronkodilator artimia, terhadap
lebih berat jangka vasodilatasi perpanjangan
 Untuk anak di panjang, perifer, interval QT,
bawah 4 tahun digunakan gangguan tidur hipertensi, DM
tidak dianjurkan dalam dan tingkah
 Untuk anak di kombinasi laku
atas 4 tahun 50 dengan  Bronkospasme
mcg (2 hirupan) 2 antiinflamasi paradoksikal,
kali sehari lain (misalnya urtikaria,
kortikosteroid) angioedema,
hipotensi
jarang terjadi.
 Dosis tinggi
menyebabkan
hipokalemia

Glaxo
Serak atau  Tidak untuk
Obstruksi Wellcome
disfonia, sakit meredakan gejala
(Kombinasi: saluran napas Sa-Spain / Cairan
kepala, asma akut, TB Seretide
Salmeterol/Flutica reversible Glaxo Inhalasi
kandidiasis paru, penyakit
sone Propionat) termasuk Wellcome
mulut & kardiovaskular
Salmeterol +  Seretide 50 asma, Indonesia
Hipersensitivit tenggorokan, berat (aritmia),
5 Fluticasone obstruksi paru Glaxo
 Seretide 125 as iritasi diabetes mellitus,
Propionat kronis, Operations
 Seretide 100 tenggorokan, hipokalemi,
termasuk Uk Ltd- Diskus
 Seretide 250 bronkitis
palpitasi, tirotoksikosis Seretide
England / (Serbuk
 Seretide 500 tremor,  Lakukan Diskus
kronis, dan Glaxo Inhaler)
bronkospasme pengawasan
emfisema Wellcome
paradoksikal, berkala pada anak
Indonesia
38

arthralgia, yang mendapat Glaxo


keram otot terapi jangka Group
panjang, hamil, & Limited-
Seretide
laktasi Spain / Inhaler
Inhaler
Glaxo
Wellcome
Indonesia

Cipla Ltd-
India /
Flutias Aerosol
Dankos
Farma

 Oral:
 2,5 mg 3 kali Otto
sehari selama Cairan
Nairet Pharmaceuti
1-2 minggu, Tidak untuk injeksi
Serak atau cals Inds.
kemudian meredakan gejala
disfonia, sakit
dinaikkan asma akut, TB paru,
kepala,
menjadi 5 mg penyakit
Asma & kandidiasis
3 kali sehari kardiovaskular
kondisi lain mulut & Neosma Ifars Kaptabs
 Anak 75 berat (aritmia),
yang berkaitan tenggorokan,
mcg/kg BB 3 diabetes mellitus,
Terbutalin dengan iritasi
6 kali sehari hipokalemi,
Sulfat obstruksi tenggorokan,
 7-15 tahun 2,5 tirotoksikosis. Pulmobro Mugi
saluran napas palpitasi, Tablet
mg 2-3 kali Lakukan n Laboratories
yang tremor,
sehari pengawasan berkala
reversibel bronkospasme
 Infus intravena: pada anak yang Novell
paradoksikal, Cairan
 Dalam larutan mendapat terapi Relivan Pharmaceuti
arthralgia, injeksi
yang jangka panjang, cal Lab.
keram otot
mengandung hamil, & laktasi
3-5 mcg/mL, Novell
1,5-5 Relivan Pharmaceuti Sirup
mcg/menit cal Lab.
39

selama 8-10 Corsa


menit Sedakter industries Tablet
 Dosis untuk ltd
anak lebih
kecil Corsa
 Inhalasi aerosol: Sedakter industries Sirup
 Dewasa & ltd
anak 250-500
mcg (1-2 Sampharind
hirupan), Sikasma Sirup
o Perdana
untuk gejala
persisten
sampai 3-4
kali sehari Tabas Meprofarm Sirup
 Inhalasi serbuk
 500 mcg (1
inhalasi)
Tabas Meprofarm Tablet
 Untuk gejala
persisten
hingga 4 kali Medikon
sehari Terasma Prima Tablet
 Inhalasi nebuliser Laboratories
 5-10 mg 2-4
kali sehari, Fahrenheit
dosis Yarisma Pratapa Sirup
tambahan Nirmala
mungkin
diperlukan Yarindo
untuk asma Yarisma Tablet
Farmatama
40

akut yang
berat
 Anak di
bawah 3 tahun Pharmacemi
2 mg Serbuk
Cybutol e Bv.-
 Anak 3-6 Netherlands
inhalasi
tahun 3 mg
 Anak 6-8
tahun 4 mg
 Anak lebih
dari 8 tahun 5
Novell
mg, 2-4 kali
Glitaven Pharmaceuti Sirup
sehari
cal Lab.

Butasal Itrasal Kaptabs

Fahrenheit
Cairan
Fartolin Pratapa
inhalasi
Nirmala
200 mg 4 kali
sehari sebelum
makan. ANAK 2-
14 tahun 100 mg;
Batuk,
kapsul harus
bronkospasme
ditelan seluruhnya
Sodium sementara, dan
atau isi kapsul Profilaksis
7 (Natrium) iritasi
dilarutkan dalam asma
Kromoglikat tenggorokan,
air panas dan
karena inhalasi
diencerkan dengan
serbuk
air dingin sebelum
diminum. Dapat
ditingkatkan jika
perlu setelah 2-3
41

minggu hingga
maksimal 40
mg/kg bb sehari
dan kemudian
dikurangi sesuai
respons. Usia 14-
18 tahun, 200 mg 4
kali sehari, dapat
ditingkatkan jika
perlu setelah 2-3
minggu hingga
maksimal 40
mg/kg bb sehari
dan kemudian
dikurangi sesuai
respons.
42

NAMA KONTRA EFEK NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI PERINGATAN PABRIK
GENERIK INDIKASI SAMPING DAGANG SEDIAAN

Agonis β2 Kerja Singkat


 Takikardia
 Palpitasi
 Mual dan Harsen Tablet salut
Decafil
gangguan Indonesia selaput
saluran cerna
yang lain
 Sakit kepala
 Stimulasi Erphafillin Erlimpex Tablet
Penyakit
sistem saraf
jantung,
pusat
hipertensi,
 Insomnia hipertiroidisme,
 Obstruksi  Aritmia tukak lambung,
Oral 100-300 saluran  Konvulsi gangguan fungsi Cairan
mg, 3-4 kali napas  Hipersensitif terutama bila
Phaminov Phapros
injeksi
1. Aminofilin hati (kurangi
sehari sesudah reversibel  Porfiria diberikan dosis), epilepsi,
makan  Asma melalui kehamilan,
akut berat injeksi menyusui,
intravena lansia, demam,
cepat hindari pada
 Alergi porfiria. Phyllocontin Mahakam Tablet salut
terhadap continus Beta Farna selaput
etilendiamin
dapat
menyebabkan
urtikaria,
eritema, dan Mahakam
Phyllocontin Tablet
dermatitis Beta Farna
eksfoliatif
43

NAMA KONTRAI NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI EFEK SAMPING PERINGATAN PABRIK
GENERIK NDIKASI DAGANG SEDIAAN

Leukotriens Modifier
 Asma. 10
mg/hari pada
malam hari. Gangguan psikiatrik,
 Bronkokonst anak <15 tahun, terapi  Tablet 10
Bloktiene Actavis
riksi akibat serangan asma akut, mg
Profilaksis
berolahraga eosinofilia, ruam
dan
10 mg ISPA, diare, mual, vaskulitis, gejala paru-
pengobatan
diminum 2 muntah, paru yang memburuk,
asma kronis,
jam sblm Hipersensiti peningkatan kadar komplikasi jantung,
1 Montelukas termasuk
berolahrag vitas serum transaminase neuropati, intoleran
pencegahan
 Dosis bronkokonst
(ALT, AST), ruam, galaktosa,
tambahan pireksia kekurangan Lapp
riksi akibat
lactase atau Merck  Tablet
tidak boleh berolahraga
malabsorpsi glukosa- Singulair Sharp & kunyah 4
diminum
galaktosa, kehamilan Dohme mg
dalam 24
jam dari dan menyusui.
dosis
sebelumnya.
lansia, gangguan
fungsi ginjal
gkehamilan, Gangguan
 20 mg dua Profilaksis
fungsi hati, disarankan  Tablet
kali sehari, asma dan gangguan gangguan saluran
untuk mencari AstraZenec salut
2 Zifirlukast  Anak < 12 th penatalaksa fungsi hati, cerna, sakit kepala, Accolate
pertolongan medis a selaput 20
tidak naan asma menyusui insomnia, malais.
apabila muncul gejala- mg
dianjurkan kronik
gejala seperti mual,
muntah,
malaise atau jaundice.
44

NAMA KONTRAIN EFEK NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI PERINGATAN PABRIK
GENERIK DIKASI SAMPING DAGANG SEDIAAN

Antihistamin generasi kedua (antagonis-H1)


gangguan hati, sindrom
QT kongenital,
hipokalemia, pasien yang
insiden mendapat obat obat
sedasi dan antiaritmia, antipsikotik,
 10 mg/hari gejala
antimuskarin antidepresan trisiklik,
alergi
 Anak < 6 th tidak kehamilan, ik rendah. terfenadin dan eritromisin  Tablet 10
1 Astemizol seperti hay Zumanal Sandos
dianjurkan, menyusui. Aritmia yang ternyata interval QT mg
fever,
 6-12 th 5 mg/hari urtikaria.
ventrikuler nya memanjang; hindari
pada dosis juga pemakaian bersama
besar. obat yang menimbulkan
gangguan keseimbangan
elektrolit, misalnya
diuretik.
 Tablet 10
mg
Alloris Sanbe Farma
 Sirup
 Dewasa dan anak 5mg/5mL
> 12 th: gejala
bayi prematur
Lesu, nyeri  Tablet 10
dan bayi baru Sunthi mg
10 mg/hari alergi kepala, Anhissen
2 Loratadin  Anak 2-12 th, < seperti hay
lahir, asma
sedasi dan hamil, menyusui Sepuri  Sirup
akut, 5mg/5mL
30 kg, 5 mg/hari; fever, mulut
kehamilan
> 30 kg, 10 urtikaria
dan menyusui
kering  Tablet 10
mg/hari. Anlos Sandoz
mg

 Tablet 10
Clarihis Lapi
mg
45

 Tablet 10
mg
 Tablet
effervescent
Merck Sharp
Claritin 10 mg
& Dohme
 Sirup 1
mg/mL
 Sirup 5
mg/5mL
 Dewasa dan
Anak > 6 th: 5
mg/hari, Pharos  Tablet Salut
 Anak <6 th Avocel
gejala Indonesia Selaput 5 mg
dimungkinan
alergi yang
penyesuaian
berkaitan
dosis. Hipersensiti,
dengan
 Lansia: rhinitis
penderita
hati-hati penggunaan pada
penyesuaian gangguan
alergi anak usia di bawah 6
dosis ginjal berat sakit kepala,
seasonal tahun, pengguna alkohol,
dimungkinkan dengan mengantuk,
(termasuk pasien dengan masalah
3 Levocetrizin pada lansia klirens mulut kering,
gejala intoleransi galaktosa
dengan gangguan kreatinin <10 kelelahan,
okular), herediter, defisiensi
ginjal sedang mL/menit, astenia UCB  Kabtabs
rhinitis laktase atau malabsorbsi
sampai berat, kehamilan Xyzal Farchim SA- salut selaput
alergi glukosa-galaktosa.
gangguan ginjal dan Switzerland 5 mg
menahun,
dan hati. Tidak menyusui
urtikaria
diperlukan idiopati
penyesuaian kronis.
dosis pada
penderita
gangguan hati
saja.
46

 Kabtabs
Cerini Sanbe Farma salut selaput
10 mg
 Dewasa dan  Drops
anak > 6 th: 10mg/mL
sakit kepala, Cetinal Kalbe Farma
10mg/hari pada Hipersensitif, hati-hati pada hipertrofi  Sirup
rinitis pusing,
malam hari kehamilan, prostat, retensi urin,
menahun, mengantuk, 5mg/5mL
bersama dengan anak <2 th pasien dengan risiko
rinitis agitasi, mulut  Tablet salut
makanan tidak galukoma sudut sempit,
alergi kering, rasa Cetrixal Sandoz selaput 10
 Anak 3-12 th, hay seasonal,
dianjurkan
tidak nyaman
obstruksi pyloroduodenal,
mg
4 Setirizin HCl faver: 5 mg/hari kecuali atas penyakit hati dan epilepsi.
konjungtivi di perut, Galenium
atau 2,5 mg pada tis, pruritus, petunjuk
reaksi
Dosis mungkin perlu  Tablet 10
dokter dan diturunkan pada gangguan Cetymin pharmasia
pagi dan malam urtikaria hipersensitif mg
tidak boleh ginjal. Anak dan lansia Laboratories
hari idiopati seperti reaksi  Tablet salut
 Insufisiensi kronis
digunakan
kulit dan
lebih mudah mendapat
pada neonatus efek samping. selaput 10
ginjal, ½ kali angioudem. mg
dosis Gracia
rekomendasi Estin  Sirup
pharmindo
5mg/5mL
 Drops
10mg/mL
hipersensitif, sedasi, mulut
 hay fever, rhinitis hati-hati pada hipertrofi
menyusui., kering.
alergi: 60 prostat, retensi urin,
hindari Jarang:
mg/hari, naikkan gejala pasien dengan risiko
penggunaan aritmia,
bila perlu sampai alergi galukoma sudut sempit,
bersama rambut  Suspensi
5 Terfenadin 120 mg/hari; seperti hay obstruksi pyloroduodenal, Rhinofed Dexa Medica
astemizol. rontok.
dosis tunggal atau fever, penyakit hati dan epilepsi.
Hindari pada gangguan
dosis terbagi dua. urtikaria Dosis mungkin perlu
gangguan hati saluran
 Alergi kulit: 120 yang jelas, cerna, nyeri
diturunkan pada gangguan
mg/hari dosis ginjal. Anak dan lansia
hipokalemia kepala,
47

tunggal atau dosis atau diduga insomnia, lebih mudah mendapat


terbagi dua. terjadi erupsi kulit. efek samping
 Anak (hay fever, pemanjangan
rhinitis alergi interval QT,
atau alergi kulit) pemakaian
3-6 tahun: 15 mg bersama obat  Tablet 60
2 kali/hari; 6-12 obat Forrhin Tropica Mas mg
tahun 30 mg 2 aritmogenik
kali sehari. dan obat yang
menimbulkan
gangguan
keseimbangan
elektrolit

 Tablet salut
takikardi, Merck sharp
Aerus selaput 5 mg
mulut kering, & dohme
pusing, efikasi dan keamanan
 Anak 6-11 th: 5 gejala yang
hiperaktif pada anak dibawah 2
mL (2,5 mg) berkaitan
psikomotor, tahun belum diketahui,
sirup 1x/hr dengan hipersensitif
faringitis, penurunan fungsi ginjal
 anak 2-5 th: 2,5 rinitis terhadap
6 Deslotaridin mL (1,25 mg) alergi seaso desloratadin,
anoreksia, berat, pasien dengan  Tablet
konstipasi, masalah intoleransi Aerus Merck sharp dispersible
sirup 1x/hr nal (SAR), kehamilan,
sakit kepala, fruktosa herediter, reditabs & dohme 2,5 mg
 dewasa dan anak urtikaria menyusui.
letih, malabsorbsi glukosa-
> 12 th: 10 mL (5 idiopatik
insomnia, so galaktosa atau penurunan
mg) sirup 1x/hr kronis.
mnolence , fungsi sukrosa-isomaltase.
gangguan
tidur, gugup;  Sirup
Aleros Actavis 0,5mg/mL
48

NAMA KONTRA- NAMA BENTUK


No DOSIS INDIKASI EFEK SAMPING PERINGATAN PABRIK
GENERIK INDIKASI DAGANG SEDIAAN

Agonis β2 Kerja Panjang & Antikolinergik


1. Salmeterol Obstruksi obstruksi Hipersensitif Tremor di bagian Tidak untuk gejala Flutias Dankos Kombinasi
saluran napas saluran napas terhadap tangan, ketegangan, asma akut, pharma dengan
kronis : 12 tahun reversibel salmeterol sakit kepala, kram otot bronkodilator yang Flutikason
keatas : 2 termasuk dan dan palpitasi. Efek bekerja cepat dan propionat
inhalasi 25 mcg asama. flutikason samping lain termasuk singkat, tidak boleh (Aerosol 25
salmeterol dan Obstruksi takikardia, aritmia, dihentikan secara mcg +50
50 mcg paru kronis vasodilatasi perifer, mendadak, mcg, 25
flutikason atau 2 termasuk gangguan tidur dan tuberculosis paru, mcg +125
inhalasi 25 mcg bronkritis tingkah laku. Juga suara penyakit mcg)
salmeterol dan kronis dan serak dan kandidiasis di kardiovaskular berat
250 mcg emfisema mulut atau di (aritmia), diabetes Cairan
flutikason. tenggorokan, reaksi mellitus, hipokalemi, Seretide inhalasi 25
Obstruksi paru hipersensitif pada kulit, tirotoksikosis, mcg+50
kronis : 2 jarang ditemukan udema menyusui. mcg, 25
inhalasi 25/125- wajah dan ororfaringeal, Glaxo mcg+ 125
25/250 dua kali mungkin menyebabkan Wellcome mcg, 25
sehari ; tidak efek sistemik supresi mcg + 250
perlu adrenal, pertumbuhan mcg
penyesuaian terhambat pada anak-
dosis pada anak, menurunkan
lansia dan densitas mineral pada Seretide Serbuk
pasien dengan tulang, katarak, Diskus inhaler 50
gangguan ginjal glaukoma. mcg+100
atau hati. mcg, 50
mcg+ 250
mcg, 50
mcg + 500
mcg
49

Seretide Inhaler
Inhaler padat 50
mcg, 125
mcg, 250
mcg

2. Bambu- 20 mg 1 kali Asma dan - Tremor di bagian Gangguan fungsi - - Tablet


terol hirdo- sehari pada kondisi lain tangan, ketegangan, ginjal, gangguan fungi
klorida malam hari bila yang sakit kepala, kram otot hati (hindari apabila
pasien berkaitan dan palpitasi. Efek berat), kehamilan.
mempunyai dengan samping lain termasuk Hati-hati pada
riwayat toleransi obstruksi takikardia, aritmia, hipertiroidisme,
terhadap saluran napas vasodilatasi perifer, penyakit
stimulant yang gangguan tidur dan kardiovaskular,
adrenoseptor reversible. tingkah laku. aritmia, kepekaan
beta-2 ; pasien Bronkospasme terhadap perpanjangan
lain, dosis awal paradoksikal, urtikaria, interval QT dan
10 mg 1 kali angioedema, hipotensid hipertensi. Diabetes
sehari pada an kolaps juga telah mellitus, perlu
malam hari, bila dilaporkan. Agonis pemantauan kadar
perlu dinaikkan reseptor beta-2 glukosa darah.
sesudah 1-2 menyebabkan
minggu menjadi hipokalemi pada dosis
20 mg 1 kali tinggi. Nyeri dapat
sehari ; tidk terjadi pada pemberian
dianjurkan intramuscular.
untuk anak.
3. prokaterol Dewasa: 1 tablet Asma Hipersensitif Palpitasi, muka Penggunaan beta- Meptin Otsuka Tablet 50
sebelum tidur bronkial, terhadap kemerahan, merasa stimulan berlebihan mcg
atau 2 kali bronchitis prokaterol demam, tremor, sakit dapat menyebabkan Sirup 25
sehari. kronis, kepala, bingung, mual henti janutng, mcg/5 ml x
Anak 6 tahun nronkitis muntah. pemberian harus hati- 60 ml
keatas : sirup, 5 akut, hati pada hipertiroid,
ml sebelum emfisema hipertensi, sakit
tidur atau sehari paru jantung, pemberian
50

2 kali 5 ml. bayi pada kehamilan harus


5 tahun atau dipertimbangkan.
kurang : 1-1,25
mg/kg BB/kali
pemberian.
4. Formo- Asma : dewasa : Terapi asma Hipersensitif Sakit kepala, agitasi, Asma yang diterapi Symbicort Astra Kombinasi
terol 80/4,5 mcg 1-2 jika tidak terhadap obat lemah, bingung, pusing, dengan adrenoseptor zeneca formoterol
inhalasi 2 kali sepenuhnya dan mual, gangguan tdiru, beta-2 yang menerima fumarat
sehari atau teratasi oleh komponen palpitasi, takikardia, antiinflamasi dihidrat 4,5
160/4,5 mcg 1-2 inhalasi obat termor, kram, infeksi kortikosteroid , mcg
inhalasi 2 kali kortikosteroi candida pada orofaring, tirotoksikosis, dengan
sehari d dan masih iritasi tenggorokan, freokromositoma, Budenosid
Anak (6 keatas) membutuhka batuk, serak, spasme obstruksi hipertropi 80 mcg
dosis rendah n stimulant bronkus, urtikaria, kardiomiopati, stenosis (Serbuk
untuk anak 6-11 adrenoseptor pruritus. aortic subvalvular inhaler)
tahun; secara beta-2 atau idiopati, hipertensi
teratur pasien yang cukup berat, penyakit jantung
harus dinilai terkontrol iskemi, takiaritmia,
ulang oleh oleh gagal janutng berat,
dokter untuk kortikosteroi hiperkalemi,
mendapatkan d dan hiperglikemi pada
dosis inhaler stimulant pasien yang
yang optimal adrenoseptor menggunakan
Obstruksi paru beta-2 stimulant adrenoseptor
kronis : deawsa Obstruksi beta-2, sirosis hati
2 inhalasi 2 kali paru kronis berat dan tuberculosis
sehari; pada terapi aktif atau diam.
lansia tidak simtomatis
memerlukan pada
penyesuaian penderita
dosis. obstruksi
paru kronis
(VEV1 < 50
% dari
normal) dan
51

resiko
eksaserbasi
berulang,
pada pasien
yang
mempunyai
gejala yang
mengikuti
penggunaan
bronkodilator
kerja
panjang.
5. Ipratr- Terapi serangan Bronkospas Kardio- Sakit kepala, iritasi Insufiensi hati atau Combiv-ent Boehring- Cairan
opium akut : 1 unit me reversible miopati tenggorokan, batuk, ginjal, segera udv er inhaler
bromide dosis, pada yang onstruktif, mulut kering, gangguan konsultasi ke dokter Ingelheim
kasus yang berkaitan hipertropi, motilitas saluran cerna, jika mengalami
parah, jika dengan takiaritmia, mual dan pusing, reaksi perburuan dyspnea
serangan tidak penyakit hipersensitifi anafilaktik, akut, pemberian
dapat diredakan paru tas hipersensitifitas, inhalasi disarankan
dengan obstruksi dan hypokalemia, gugup, melalui mulut, pasien
pemberian satu serangan gangguan mental, yang memiliki
unit dosis, asma akut tremor, pusing, kecenndrungan
mungkin perlu 2 yang gangguan akomodasi glaucoma harus
unit dosis pada membutuhka mata, edema kornea, diperingatkan untuk
kasus tersebut, n terapi lebih glaucoma, peningkatan melindungi matanya
pasien harus dari tekanan intaokular, secara khusus ketika
segera bronkodilator midriasis, penglihatan pemakaian, pada
berkonsultasi tunggal kabur, nyeri mata, kondisi diabetes
dengan dokter hyperemia konjungtiva, mellitus diperlukan
atau menuju RS iskemia miokard, dosis lebih tinggi,
terdekat, terapi aritmia, fibrilasi atrial, infark miokard,
pemeliharaan : 1 palpitasi, edema kelainan jantung dan
unit dosis 3 atau faringeal, ruam, pruritis, vascular yang parah,
4 kali sehari bronkospasme, kram hipertiroid, glaucoma
sudut sempit,
52

otot, myalgia, retensi feokromositoma,


urin, asthenia. jantung iskemi, gagal
jantung, segera ke
dokter. Mengalami
gangguan motilitas
saluran cerna, monitor
kadar kalium,
kehamilan
53

NAMA KONTRA EFEK NAMA BENTUK


No. DOSIS INDIKASI PERINGATAN PABRIK
GENERIK INDIKASI SAMPING DAGANG SEDIAAN
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum
tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain), Adrenalin.
40-
50mg/hari Fahrenheit
Infeksi sistemik Dispepsia, Lupred Tablet 5 mg
paling Penurunan dosis Pratapa Nirmala
(kecuali kalau diberi tukak
sedikit 5 hari harus bertahap
pengobatan lambung
1-2 mg/kg asma akut pada asma yang
microbial spesifik), (dengan
BB 1x1 sukar
1. prednisolon hindari pemberian perforasi)
selama 3-5 dikendalikan
vaksin hidup pada abdominal Yung Shin
hari (dosis untuk mengurangi
pemberian dosis distention, Predxol Pharmaceutical Tablet 5 mg
maks 40 mg) kemungkinan
(respon serum pankreatitis Indonesia
30 mg/hari relaps yang serius
antibodi berkurang) akut,
selama 7-14 PPOK
hari
1 mg/mL
2. Epinefrin secara iv Phinev phapros
sentral
Dibawah 6 Inacain Indofarma
bulan (0,05
Hipertiroidism,
mL) Terapi darurat
diabetes militus, Pehacain Phapros
6 bulan – 6 anafilaksis akut,
hipertensi, Cairan
tahun (0,12 angioedema,
Lidocaine penyakit jantung injeksi
3. mL) resusitasi
compositum iskemik, pasien
6-12 tahun kardiopulmonar
usia lanjut
(0.25 mL) Xylestesin 3M Health Care
Remaja dan A Limited
dewasa (0,5
mL)
54

BAB IV

KESIMPULAN

1. Penanganan asma harus sesuai dengan penatalaksanaan terapi


2. Apoteker sebagai tenaga kesehatan wajib menjujung tinggi proses penyembuhan asma
pada pasien
3. Apoteker harus mampu memberikan konseling kepada pasien terkait pengobatan yang
diterima pasien
4. Masyarakat harus mengetahui cara-cara pencegahan penyakit asma dan mengenali tanda
atau gejalanya
5. Setiap penderita asma harus mematuhi pengobatan yang diberikan oleh dokter.
55

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia, K. K. R. Infodatin Asma.

2. Indonesia, K. K. R. Keputusan Menteri Kesehatan No 1023/MENKES/SK/XI:


Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. 4–16 (2008).

3. Indonesia, P. D. P. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma di Indonesia. (2003).

4. Irianto, K. Anatomi dan Fisiologi. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012).

5. C.Pearce, E. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. (Jakarta: PT Gramedia, 2008).

6. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pusat Informasi Obat Nasional. Available at:
http://pionas.pom.go.id/.

7. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia. (2008).

Anda mungkin juga menyukai