Anda di halaman 1dari 36

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK RESPIRASI

“BATUK”

Kelompok A4

Ketua : Khaerunnisa Faradilla (1102018160)

Sekretaris : Ade Nurin Ramadhani (1102017001)

Anggota : Yoga Ardiansyah (1102018003)

Rayhan Ilyas perthama (1102018058)

Dea Aulyana (1102018121)

Hasna Rafikatami (1102018128)

Euis Camila Suhendar (1102018150)

Anita Rahmawati (1102018155)

Raditya Kusuma Wardani (1102018155)

Kanita Gunawan Putri (1102018169)

Fakultas kedokteran

Universitas Yarsi

2019/2020

Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


DAFTAR ISI

SKENARIO

KATA-KATA SULIT

BRAINSTORMING

HIPOTESIS

SASARAN BELAJAR

LO.1 Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi paru

1.1 Anatomi Makroskopis Paru

1.2 Anatomi Mikroskopis Paru

LO.2 Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pernafasan

LO.3 Mampu Memahami dan Menjelaskan mycrobacteium tuberculosis

3.1 Morfologi mycrobacteium tuberculosis

3.2 Klasifikasi mycrobacteium tuberculosis

3.3 Patogenesis mycrobacteium tuberculosis

LO.4 Mampu Memahami dan Menjelaskan TB paru

4.1 Definisi TB paru

4.2 Etiologi TB paru

4.3 Klasifikasi TB paru

4.4 Patofisiologi TB paru

4.5 Manisfestasi klinis TB paru


4.6 Diagnosis dan Diagnosis banding TB paru

4.7 Tatalaksana TB paru

4.8 Pencegahan TB paru

4.9 Komplikasi TB paru

4.0 Prognosis TB paru

LO.5 Mampu Memahami dan Menjelaskan Etika batuk dalam islam dan pandangan islam
terhadap penyakit menular

DAFTAR PUSTAKA
SKENARIO

Seorang perempuan, berusia 23 tahun, dating ke puskesmas dengan keluhan batuk berdarah 3 hari
yang lalu. Batuk sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan lain badan panas disertai berkeringat
terutama pada malam hari serta berat badan menurun.

Pemeriksaan fisik: komposmentis, TD 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 37°C.
Bentuk badan astenikus dengan BB 43 K. Apek paru kanan terdapat suara nafas bronkial dan ada ronki
basah kasar.

Untuk menegakkan diagnosis pasti maka dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan BTA 3 kali
sewaktu/pagi/sewaktu dan foto toraks.

Diagnosis sementara berdasarkan data yang ada adalah TB paru tersangka.


KATA-KATA SULIT

1. Komposmentis : Kondisi sadar sepenuhnya.

2. Asthenikus :Bentuk tubuh tinggi, kurus, dada rata/ cekung, otot-otot angulus
costae yang tumbuh dengan baik.

3. Ronki basah kasar : Suara seperti gelembung udara besar yang pecah (akibat secret
terkumpul disaluran nafas besar akibat batuk yang tidak ade kuat.

4. Batuk : Salah satu mekanisme pertahanan tubuh saat zat asing masuk.

5. Batuk berdarah : Ekspeturasi darah akibat dari pendarahan pada saluran nafas
bawah.

6. Tb paru : Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri


mycobacterium tuberculosis.

7. BTA : Bakteri yang tahan asam dan dekolonisasi dengan alcohol asam

8. Apex paru : Ujung atas kedua paru yang berbentuk melingkar


BRAINSTORMING

1. Mengapa pasien batuk berdarah?

Disebabkan oleh lisisnya alveolus akibat infeksi kuman.

2. Mengapa berkeringat terjadi pada malam hari?

Karena pada malam hari metabolism pada orang normal rendah, pada orang TB bakteri lebih aktif pada
malam hari.

3. Bagaimana bunyi suara nafas bronkial?

Berada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama daripada inspirasi dan terputus.

4. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan BTA?

Untuk mendeteksi bakteri penyebab RB dengan pengambilan darah.

5. Apa faktor resiko TB?

- Lingkungan

- Kurangnya pengetahuan tentang TB

- Sosial ekonomi

6. Kenapa ditemukan ronki basah halus di apex kanan atas?

Karena dindingnya mengandung asam lemak yang disusun oleh asam mikolat sehingga tahan alcohol

7. Bagaimana penularan penyakit TBC?

Terinfeksi oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang biasanya melalui inhalasi langsung (droplet).

8. Apa saja jenis OAT?

a. OAT primer:
- Isoniazid

- Rifampisin

- Etambutol

b. OAT sekunder:

- Aminosalisilat

- Rifambutin

- Betalaktam

- Ethionamide

9. Apa saja gejala penyakit TBC?

- Batuk berdarah

- Batuk jangka panjang (>3minggu)

- Demam

- Penurunan BB

- Berkeringat pada malam hari

- Peningkatan frekuensi nafas

- Nyeri dada

10. Kenapa bentuk badan asthenikus?

Karena adanya penurunan BB dan nafsu makan.

11. Bagaimana etika batuk?

Menutup mulut menggunakan tangan/ lengan baju jadi bakteri tidak menyebar dan menular ke orang lain.

12. Jenis BTA apa yang menyebabkan TB?


Mycobacterium tuberculosis

a. Tipe bovin: dari susu sapi yang tidak di masak, menyebabkan TB usus

b. Tipe human: sebagian besar menyebabkan TB paru. Penularan melalui inhalasi langsung
(droplet).

13. Berapa lama pemberian OAT?

Minimal 6 bulan secara oral.

14. Apa saja pemeriksaan penunjang TB?

- Foto rontgen thoraks

- Tes mantoux atau tubercullin skin test

- Pemeriksaan sputum BTA

15. Apa saja pencegahan TB?

- Memakai masker

- Menggunakan barang sendiri

- Deteksi dini TB

- Gaya hidup sehat


HIPOTESIS

TB paru adalah Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis dan disebarkan secara inhalasi langsung (droplet). Gejalanya berupa batuk berdarah, batuk
jangka panjang (>3minggu), demam, penurunan BB, berkeringat pada malam hari, peningkatan frekuensi
nafas serta nyeri dada yang memiliki faktor-faktor penyebab diantaranya yaitu lingkungan, kurangnya
pengetahuan tentang TB serta sosial dan ekonomi. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis TB paru diantaranya yaitu pemeriksaan sputum BTA, foto rontgen toraks, dan tes mantoux
atau tuberculin skin test. Tb paru dapat dicegah dengan menggunakan masker, menggunakan barang
sendiri, melakukan screening untuk mendeteksi TB sejak dini, dan menjaga gaya hidup sehat.

SASARAN BELAJAR
LO.1 Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi paru

1.1 Anatomi Makroskopis Paru

PULMO DAN PLEURA

Organ paru mempunyai 2 bagian penting:

1. Bagian apeks yang ditutupi cupula pleura


2. Bagian basal yang ditutupi oleh pleura diafragma

Pulmo terbungkus oleh jaringan ikat kuat yaitu pleura, lapisan luar yang
melapisi dinding dada yang terletak di bawah fascia endothoracica dinamakan
“pleura parietalis” dan bagian yang melekat ke jaringan paru disebut “pleura
visceralis” diantara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan yang disebut cavum
pleura (cavitas pleuralis). Cavum pleura mengandung sedikit cairan pleura yang
dihasilkan oleh lapisan pleura parietalis yang berfungsi sebagai pelumas untuk
mengurangi friksi antara kedua pleura.

Pleura parietalis berdasarkan letaknya terbagi:

a. Pleura costalis: terdapat pada daerah iga-iga

b. Plera diafragma: pada daerah diafragma

c. Pleura mediatinalis: pada daerah mediastinum

d. Pleura cervicalis: pada daerah apeks paru

Recessus pleura adalah kantung pleura yang terdapat pada lipatan pleura
parietalis, disebabkan paru tidak sepenuhnya mengisi cavum pleura. Fungsinya
pada waktu inspirasi paru akan mengembangkan akan mengisi recessus tersebut.

Hillus pulmonalis suatu daerah lipatan pleura pada facies mediastinalis, dimana
terjadinya peralihan dari pleura parietalis menjadi pleura visceralis, daerah
lipatan tersebut membatasi keluar masuknya vasa, nervus, dan bronchus. Pada
hilus kedua paru, kedua lapisan pleura saling berhubungan dan bergantung
longgar di atas hilus dan disebut juga dengan “ligamentum pulmonale”, yang
berfungsi untuk mengatur pergerakan alat dalam hillus pulmonalis selama proses
respirasi.

Pulmo dalam cavum thorax diisi mediastinum ada 2 buah, pulmo dextra dan
pulmo sinistra:

1. Pulmo dextra terdiri dari 3 buah lobus: lobus superior, lobus media, dan
lobus inferior
2. Pulmo sinistra terdiri dari 2 buah lobus: lobus superior, dan lobus
inferior. Antara lobus superior terdapat fisura horizontal dan antara
lobus media dengan inferior terdapat fisura oblique.

Perdarahan organ paru

Yang mendarahi organ paru adalah a. brochialis cabang aorta thoracalis dan vena
bronchialis mengalirkan darah ke v. azygos dan v. hemiazygos.

Persarafan paru

Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus symphaticus (th
3,4,5) dan serabut parasymphaticus dari n. vagus.

1. Serabut symphaticus: truncus symphaticus kanan dan kiri memberikan


cabang-cabang pada paru membentuk “plexus pulmonalis” yang
terletak di depan dan di belakang bronchus primer. Fungsi saraf
symphatis untuk relaksasi tunica muscularis dan menghambat sekresi
bronchus. Biasa diberikan pada penderita asthma bronchiale karena
menyempitkan lumen bronchus.
2. Serabut parasymphaticus: nervus vagus kanan dan kiri juga
memberikan cabang-cabang pada plexus pulmonalis ke depan dan ke
belakang. Fungsi saraf parasimpatis untuk kontraksi tunica muscularis
akibatnya lumen menyempit dan merangsang sekresi bronchus.

Alat – alat penting yang terdapat pada hillus pulmonis :

1. Alat-alat yang masuk pada hillus pulmonis :

Bronchus primer, A. Pulmonalis, A. Bronchialis, dan syaraf.

2. Alat-alat yang keluar dari hillus pulmonis :

2 buah vena pulmonalis,vena bronchialis, dan limfonodus.

Pada jaringan paru bagian posterior didapatkan alur :

1. impresio cardiaca.

2. sulcus vena cava.

3. sulcus aorta thoracalis.


4. sulcus oesophagia
1.2 Anatomi Mikroskopis Paru

Bronchus

Bronchus yang belum masuk ke dalam pulmonal disebut bronchus extrapulmonal,


bentuknya sama seperti trachea dimana cincin tulang rawannya mengelilingi
seluruh lumen hanya saja diameternya lebih kecil.
Bronchus yang sudah masuk ke dalam pulmonal disebut bronchus intrapulmonal.
Pada bronchus ini masih terdapat tulang rawan (yang sebelumnya masih
berbentuk cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan dan
lebih tidak teratur), epitelnya bertingkat torak bersilia dengan sel goblet. Pada
bronchus terdapat kelenjar campur di lamina propia dan otot polos mengelilingi
bronchus.

Bronchiolus

Pada bronchiolus dindingnya tidak lagi mempunyai kerangka tulang rawan dan pada
lamina propia tidak lagi terdapat kelenjar, melainkan diisi oleh serat otot polos
dan serat elastin. Pada bronchiolus besar, mukosa dilapisi oleh epitel bertingkat
torak dengan silia dan sel goblet. Makin keujung sel bersilia semakin jarang,
dengan itu sel gobletpun menghilang dan sel epitel semakin rendah. Pada
bronchiolus kecil, mukosa dilapisi oleh sel-sel kuboid atau torak rendah, tidak
terdapat sel bersilia dan tidak terdapat sel goblet. Diantar sel epitel terdapat sel
torak tidak bersilia berbentuk kubah yang disebut juga sel clara, memiliki
granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat
juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.

Bronchiolus Terminalis

Pada bronchiolus terminalis, mukosa dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada lamina
propianya dapat terlihat serat-serat otot polos.
Bronchiolus Respiratorius

Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus


terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus sehingga
epitelnya putus-putus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel
kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus
menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin
bertambah banyak dan silia semakin jarang atau tidak dijumpai. Terdapat otot
polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Ductus Alveolarius

Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara
alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus
alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang
semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat
elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan
dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi
muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus
mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi
secara normal, mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan
pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.
Atria, Saccus Alveolaris, dan Alveolus

Duktus alveolaris bermuara ke atria, berupa ruang tidak beraturan yang berhubungan
degan alveolus dan saccus alveolaris. Dari tiap atria muncul 2 atau lebih saccus
alveolaris. Dari saccus alveolaris terbuka pintu yang menuju ke setiap alveolus.

Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan


karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua
alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis
dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus,
fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas
dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang
berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2)
dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1
dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan
dari jaringan ke ruang udara.

Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat
melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran
basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri
dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang
berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus
paru.

Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang


bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli
dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

LO.2 Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pernafasan

Proses fisiologi pernapsan yaitu proses O 2 dipindahkan dari udara ke jaringan-


jaringan,dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagai menjadi tiga
stadium, yaitu ventilasi,transportasi, dan repirasi sel.

1) Ventilasi

Merupakan gerak udara masuk paru yang terjadi karena adanya


perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam
rongga dada yang diperkuat oleh otot-otot pernapasan. Tekanan intrapleura
menjadi lebih negatif selama inspirasi dan kurang negatif selama ekspirasi.
Udara bergerak ke dalam paru selama inspirasi bila tekanan alveolus lebih
rendah daripada tekanan atmosfir, dan udara keluar dari paru selama ekspirasi
bila tekanan atmosfir.

2) Transportasi
a) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan. Penggerak kekuatan difusi gas melewati
membran alveolokapiler terdiri dari perbedaan tekanan parsial antara darah dan
rongga alveolar. Perbedaan tekanan parsial untuk difusi O 2 relatif besar : O2
alveolar kira-kira 100 mmHg dan sekitar 40 mmHg dalam darah kapilar paru
venosa campuran. Difusi CO2 dari darah ke alveolus membutuhkan perbedaan
tekanan parsial yang lebih kecil daripada O 2 karena CO2 lebih dapat larut dalam
lipid.

b) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan


distribusi udara dalam alveolus-alveolus. Hal ini berkaitan dengan hubungan
antara ventilasi(dalam paru)-perfusi(aliran darah dalam kapiler). Idealnya,
efisiensi pertukaran gas yang optimal akan diberikan melalui distribusi dan
perfusi sehingga ventilasi-perfusi hampir seimbang (pada orang normal).
Keseluruhan V/Q normal adalah 0,8(4L/menit : 5L/menit). Karena gaya
gravitasi aliran darah pulmonal, V/Q pada apex paru lebih tinggi dari 0,8 (V
lebih tinggi dari Q), sedangkan V/Q pada basis paru lebih rendah dari 0,8(V
lebih rendah dari Q). Ketidaksamaan V/Q yang menyebabakan hipoksemi
terjadi pada kebanyakan penyakit pernapasan.

1. Unit untung rugi (V/Q > 0,8), ventilasi normal tanpa perfusi (pada embolisme
paru)

2. Unit pirau (V/Q <0,8), tanpa ventilasi perfusi normal (pada edema paru,
pneumonia)

3. Unit diam, tanpa ventilasi dan perfusi

a) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.

1. Transpor O2 dalam darah

Hampir semua O2 yang dibawa ke jaringan dalam darah terikat pada


hemoglobin , dan hanya sedikit jumlah yang larut dalam plasma (karena O 2 tidak
larut dalam plasma). Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi , namun sekitar
75% Hb masih berikatan dengan O2 pada waktu Hb kembali ke paru dalam
bentuk darah vena campuran. Jadi hanya 25% O 2 dalam darah arteri yang
digunakan untuk keperluan jaringan.
2. Transpor CO2 dalam darah

Transpor CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga cara:

· Sekitar 10% CO2 secara fisik larut dalam plasma,

· Sekitar 20% CO2 berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam eritrosit.

· Sekitar 70% CO2 diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma

1) Respirasi sel

Merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk


mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel.

LO.3 Mampu Memahami dan Menjelaskan mycrobacteium tuberculosis

3.1 Morfologi mycrobacteium tuberculosis

• Tipikal Organisme: Dalam jaringan, basil tuberkel adalah basil berbentuk batang
lurus dengan ukuran sekitar 0,4–3 μm. Pada media buatan, bentuk kokoid dan
filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Mikrobakteria tidak dapat
dikelompokkan dalam gram positif. Segera setelah diwarnai dengan pencelup dasar,
mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol; tanpa memperhatikan pengobatan denga
iodine. Basil tuberkel yang benar ditandai dengan “pencepat asam”—misalnya 95% etil
alkohol yang berisi 3% asam hidroklorat (asam alkohol) mendekolorisasi semua bakteri
dengan cepat kecuali mikobakteria. Pencepat asam tergantung pada integritas lilin
pembungkus. Pewarnaan teknik Ziehl-Neelsen digunakan untuk bakteri cepat asam.
Dengan pemulasan sputum atau jaringan, mikobakteria dapat ditunjukkan dengan
flourescen kuning-oranye setelah pewarnaan dengan flourokrom (yaitu auramin,
fodamine).

• Biakan: Media untuk membiakkan mikobakteria adalah media nonselektif dan


selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan
bakteri dan fungi yang berlebihan.

3.2 Klasifikasi mycrobacteium tuberculosis


Mycobacterium, genus bakteri berbentuk batang dari keluarga
Mycobacteriaceae (order Actinomycetales), spesies yang paling penting di
antaranya, M. tuberculosis dan M. leprae, masing-masing menyebabkan
tuberkulosis dan kusta, pada manusia. M. bovis menyebabkan TBC pada sapi dan
manusia.

3.3 Patogenesis mycrobacteium tuberculosis

Infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup Myobacterium


tuberculosis. Setelah melalui barier mukosilier saluran napas, kuman TB akan
mencapai alveoli. Kuman akan mengalami multiplikasi di paru, yang disebut
sebagai focus Gohn. Melalui aliran limfe, kuman TB akan mencapai kelenjar
limfe hilus. Fokus Gohn dan limfadenopati hilus membentuk kompleks primer
TB. Melalui kompleks primer, kuman TB akan menyebar melalui pembuluh darah
ke seluruh tubuh.

Respon tubuh terhadap infeksi kuman TB berupa respon imun seluler


hipersensitifitas tipe lambat yang terjadi 4-6 minggu setelah terinfeksi. Banyaknya
kuman TB serta kemampuan daya tahan host menentukan perjalanan penyakit
selanjutnya. Pada sebagian besar kasus, respon imun tubuh dapat menghentikan
multiplikasi kuman, sebagian kecil kuman dorman. Pada penderita dengan daya
tahan tubuh buruk, respon imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman
sehingga host akan sakit beberapa bulan kemudian

LO.4 Mampu Memahami dan Menjelaskan TB paru

4.1 Definisi TB paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis (MTB). Tuberkulosis umumnya menyerang paru-paru, tetapi
juga bisa mempengaruhi bagian tubuh lainnya. Sebagian besar infeksi tidak memiliki
gejala, dalam hal ini dikenal sebagai TB laten. Sekitar 10% dari infeksi laten berkembang
menjadi penyakit aktif yang, jika tidak diobati, membunuh sekitar setengah dari mereka
yang terkena. Gejala TB aktif adalah batuk kronis dengan lendir yang mengandung darah,
demam, keringat malam, dan penurunan berat badan.
4.2 Etiologi TB paru

Mikobakterium memiliki bentuk batang langsing yang tahan asam. Mudah


mengikat pewarnaan ziehl-neelsen atau karbon fukhsin dan sulit di dekolorisasi. M.
tuberculosis hominis adalah penyebab sebagian besar TB. Sedangkan M. bovis memiliki
hospes reservoir sapi. TB dari M. bovis dapat menular ke manusia jika meminum susu
sapi perah yang tidak dipasteurisasi. M. avium-intracellulare merupakan penyebab TB
yang jarang menyebabkan sakit pada pasien imunokompeten. Hanya 10%-30% pada
pasien AIDS yang dapat menyebabkan sakit.

4.3 Klasifikasi TB paru

Klasifikasi secara patologis:


· TB Primer (Childhood TB)
· TB Sekunder (Adult TB)
Klasifikasi secara radiologis:
· Koch Pulmonum (TB) Aktif
· Koch Pulmonum (TB) Non-Aktif
· Koch Pulmonum (TB) Quiscent (bentuk aktif yang mulai sembuh)
Klasifikasi secara luas radiologis:
· TB Minimal
Ada sedikit lesi infiltrate pada satu atau kedua paru tapi tidak sampai satu lobus.
· Moderately Advanced TB
Ada kavitas dengan diameter 4 cm dan bayangan infiltrate kurang dari satu
bagian paru.
· Far Advanced TB
Infiltrate dan kavitas melebihi tipe moderately advanced TB.

4.4 Patofisiologi TB paru

Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan


membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru
disebut Fokus Primer GOHN. Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe
ke lokasi fokus primer.Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak
di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe
parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah
kelenjar paratrakeal.
Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe
regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang
(limfangitis).Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Masa inkubasi TB
biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman umbuh hingga mencapai jumlah 103-104,
yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. Selama berminggu-
minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kumanTB sehingga jaringan
tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberkulin,mengalami perkembangan
sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB primer
dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas erhadap
tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin.
Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer
terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar
individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler
berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat
tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang
masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler terbentuk,
fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk
fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar
limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya
biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup
dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat disebabkan oleh fokus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru
dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis
perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus
sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau
paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena
reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus
akibat tekanan eksternaldapat menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami
inflamasi dan nekrosis perkijuandapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus,
sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat
menimbulkan obstruksi komplit padabronkus sehingga menyebabkan gabungan
pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebutsebagai lesi segmental kolaps-
konsolidasi.
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran
hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit
sistemik. Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaranhematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman
TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan
gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh.
Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik,
misalnya otak, tulang, ginjal, dan parusendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru.
Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman
sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya. Di dalam
koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas
seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Fokus ini umumnya tidak langsung
berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus
potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahun-tahun kemudian, bila
daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi
penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.
Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut ( acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB
diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi.
Timbulnya penyakitbergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
frekuensi berulangnyapenyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak
adekuatnya sistem imun pejamu(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acutegeneralized hematogenic spread
dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan
mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran
lesidiseminata yang menyerupai butir padi-padian/jewawut ( millet seed). Secara patologi
anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi
merupakangranuloma. Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah
protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan
menyebar ke saluran vaskular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan
beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat
dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread.

4.5 Manisfestasi klinis TB paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batukdapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas,badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam haritanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain tb,
sepertibronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB diIndonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK
dengan gejalatersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB,
dan perlu dilakukanpemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dangejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratorik

a. batuk-batuk lebih dari 2 minggu


b. batuk darah

c. sesak napas

d. nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yangcukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak
ada gejalabatuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun.
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,


misalnya padalimfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat
gejala meningitis, sementara padapleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas
& kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

4.6 Diagnosis dan Diagnosis banding TB paru

Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukan M.tuberculosis pada


pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal (CSS), cairan pleura,
atau biopsy jaringan.Gunakan nasogastric tube (NGT). Diagnosis TB anak
ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji
teberkulin, foto toraks, dan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan fisik
Ditemukan konjungtiva mata atau kulit pucat karena anemia, suhu demam
badan kurus atau menurun.Tempat kelainan lesi TB paru yang dicurigai adalah
bagian apeks (puncak) paru.Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka
didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial.Akan
didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring.Bila
terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau
timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.Ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot intercostal.Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi
mediastinum.

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif
adalah:

1. Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah

2. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular

3. Bayangan bercak milier

4. Efusi pleura unilateral atau bilateral

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB inaktif meliputi:

1. Fibrotik

2. Kalsifikasi

3. Schwarte atau penebalan pleura


Lokasi lesi umumnya didaerah apeks paru (segmen apical lobus atas atau
segmen apicallobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah ( bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis
endobronkial). Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang
pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan
batas-batas yang tidak tegas.Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
terlihat berupa bulatan dengan batas tegas.Lesi ini dikenal sebagai
tuberkuloma.Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipis.Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal.Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis.Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.Pada atelektasis terlihat
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi padasebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru.Gambaran tuberculosis milier terlihat
berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh
lapangan paru. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru
adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan di bagian bawah paru (efusi
pleura/empiema), bayangan hitamradio-lusen di pinggir paru/pleura
(pneumotoraks). Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam
bayangan sekaligus (pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-
garis fibrotic, kalsifikasi, kavitas (nonsklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan
emfisema. Tuberculosis sering memberikan yang aneh-aneh, terutama gambaran
radiologis,sehingga dikatakan tuberculosis is the greatest imitator.

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia,


mikosis paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis.Gambaran kavitas
sering diartikan sebagai abses paru.Di samping itu perlu diingat juga faktor
kesalahan dalam membaca foto.Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25%.Oleh
sebab itu untuk diagnostik radiologik sering dilakukan juga foto lateral, top
lordotik, oblik, tomografi dan fotodengan proyeksi densitas keras.Adanya
bayangan (lesi) pada foto dada, bukanlah menunjukkan adanya aktivitas penyakit,
kecuali suatu infiltrate yang betul-betul nyata.Lesi penyakit yang sudah non-aktif,
sering menetap selama hidup pasien. Lesi yang berupa fibrotic, kalisifikasi,
kavitas, schwarte, sering dijumpai pada orang-orang yang sudah tua.Pemeriksaan
khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk
melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberculosis.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila pasien akan menjalani pembedahan
paru. Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dapat menggunakan
Computed Tomography Scanning (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI).

Pemeriksaan Laboratorium

Darah

Lekosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.


Limfosit masih dibawah normal. LED meningkat. Hasil pemeriksaan darah
didapatkan:

1. anemia ringan dengan gambaran normokrom dan normositer

2. gama globin meningkat

3. kadar natrium darah menurun

Pemeriksaan serologis yang banyak dipakai peroksidase anti peroksida


(PAP-TB), tapi kurang bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal untuk
diagnosis TB. Prinsip dasarnya, menentukan adanya antibody IgG yang spesifik
terhadap antigen M. tuberculosae.

Sputum

Penting dengan ditemukannya kumas BTA, diagnosis tuberculosis dapat


dipastikan.Bila sputum susah diperoleh bisa dengan cara bronkos-kopi diambil
engan brushing atau bronchial washing atau BAL (broncho alveolar lavage). Bisa
juga dari bilasan lambung.
Kriteria sputum BTA + adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.Diperlukan 5000 kuman dalam
1 mL sputum.

Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan:

- pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa


- pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan
khusus)
- pemeriksaan dengan biakan (kultur)
- pemeriksaan terhadap resistensi obat.

Teknik PCR dapat dideteksi DNA kuman TB dalam waktu yang lebih
cepat atau mendeteksi M. tuberculosae yang tidak tumbuh pada sediaan
biakan.Dari hasil biakan biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi
obat dan identifikasi kuman.

Kalo hasil BTA positif tapi biakan negative, itu namanya fenomena dead
bacilli atau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan panduan OAT
jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.

Uji tuberculin

- Tuberculin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat


antigenic yang kuat.
- Disuntikan secara intrakutan.
- Bisa terjadi indurasi karena vasodilatasi local, edema, endapan fibril dan
terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan.
- Nilai diagnostic tinggi. Tersedia di Indonesia adalah PPD RT-23 2TU
- Uji tuberculin cara mantoux dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Di
palpasi untuk memeriksanya untuk menentukan tepi indurasi, kemudian
diameter transversal diukur. Jika tidak timbul sama sekali indurasinya
berari negative. Positif kalau indurasi >10 mm
- Bisa terjadi reaksi local yang cukup kuat bagi individu tertentu, berupa
vesikel, bula hinggal ulkus kinjungtivitis fliktenularis bahkan efusi pleura
yang dapat disertai demam walaupun jarang terjadi.
- Uji tuberculin (+), saat

1. Infeksi TB alamiah
i. Infeksi TB tanpa sakit TB

ii. Infeksi TB dan sakit TB

iii. TB yang telah sembuh

2. Imunisasi BCG

3. Infeksi mikrobakterium atipik

- Uji tuberculin (–), saat

1. tidak ada infeksi TB

2. dalam masa inkubasi infeksi TB

3. anergi (keadaan penekanan system imun tubuh yang tidak


memberikan reaksi terhadap tuberculin walapun terinfeksi TB).

Gambaran Patologi Anatomi TB Paru :

Jaringan paru mengandung tuberkel-tuberkel terdiri atas sel epiteloid yang


pada bagian sentral mengalami nekrosis perkijuan, infiltrasi sel-sel radang
menahun dan sel datia langhans. Alveoli mengandung cairan edema.

Diagnosis Banding

1.Bronkopneumonia : Gejala awal : Rinitis ringan, Anoreksia, Gelisah, jika


berlanjut sampai Demam, Malaise, Nafas cepat dan dangkal.

2.Kanker paru : Kanker paru-paru stadium dini seringkali tidak menunjukkan


gejala apapun. Tapi dengan bertumbuhnya kanker, gejala yang umum terjadiantara
lain:

1. Batuk yang terus bertambah berat atau tidak kunjung sembuh


2. Kesulitan bernafas, misalnya sesak nafas
3. Nyeri dada yang terus menerus
4. Batuk darah
5. Suara serak
6. Infeksi paru-paru yang sering, misalnya pneumonia
7. Selalu merasa sangat letih
8. Kehilangan berat badan
9. Pneumonia
10. Abses paru
11. Bronkiektasis
12. Pneumonia aspirasi

4.7 Tatalaksana TB paru

Pengobatan

Tuberkulosis ditularkan melalui kontak langsung dengan pasien pada


waktu pasien batuk / bersin. Pasien menularkan kuman lewat udara dalam bentuk
percikan dahak.

Dalam satu tahun pederita TB dapat menularkan penyakitnya pada 10-15


orang di sekitarnya. Penularannya tergantung dari : jumlah kuman, lama kontak
dan daya tahan tubuh seseorang. TB dapat disembuhkan dengan minum obat
secara teratur minimal 6 bulan. Dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, praktek dokter umum, dokter ahli
paru, dll.

Obat TB diminum teratur sampai dinyatakan sembuh, pada umumnya 6-8


bulan. 2 bulan pertama obat diminum setiap hari (Fase Intensif). 4 bulan
berikutnya diminum seminggu 3 X atau setiap hari (Fase Lanjutan). Sebaiknya
obat diminum sebelum makan atau sebelum tidur.

Obat TB menimbulkan efek samping mulai dari gejala ringan sampai


berat. Gejala ringan berupa : mual, pusing, sakit perut, sakit pinggang, kesemutan
dan rasa terbakar. Apabila muncul gejala tersebut mintalah pertolongan kepada
petugas kesehatan. Gejala berat berupa kulit kemerahan/gatal-gatal, vertigo,
penglihatan terganggu, mata kuning, urine/air kencing berwarna kuning
keruh/kecoklatan. Apabla timbul gejala tersebut, hentikan pengobatan dan segera
mintalah pertolongan ke petugas kesehatan terdekat.
Tujuan pengobatan dimaksudkan untuk menyembuhkan pasien, mencegak
kematian, mencegah kekambuhan, menurunkan resiko penularan dan mencegah
kebal obat. Apabila kuman TB kebal kuman akan tumbuh dan berkembang lebih
banyak. Sehingga pengobatannya butuh obat yang lebih ampuh, biaya yang lebih
besar dan waktu pengobatan yang lebih lama. Guna mencapai kesembuhan bagi
pasien TB sangatlah mudah. Hanya diperlukan keteraturan dan ketekunan
mengambil dan minum obat pada tanggal yang telah ditentukan. Langkah kedua
adalah pemeriksaan dahak ulang, pada :

1. akhir bulan ke-2 pengobatan

2. akhir bulan ke-5 pengobatan

3. akhir bulan ke-6 pengobatan

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak,


tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak
menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan
bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10
mg/kgbb/hari.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,


Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih


dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan
dengan obat-obat ini.

b. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,


Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

4.8 Pencegahan TB paru


Dalam pencegahan penyakit TB paru dilakukan dengan cara sebagai berikut :

A. Cara pencegahan penularan penyakit TB adalah:

1. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan


hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan.
2. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut
bila batuk dan bersin.
3. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi
lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah.
4. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.
5. Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.
6. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya,
terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.

B. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB:

1. Meningkatkan gizi.
2. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.
3. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak
mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang
menderita TB Paru BTA positif.

Pencegahan (profilaksis) primer :

· Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).


· INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
· Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau
sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.

Pencegahan (profilaksis) sekunder:

· Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala
sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

4.9 Komplikasi TB paru


Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

1. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s


arthropathy.

2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada
TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita stadium lanjut adalah
hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya

4.10 Prognosis TB paru

Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu, keadaan


immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Pada suatu
penelitian TB di Malawi, 12 dari 199 orang meninggal, dimana faktor risiko terjadinya
kematian diduga akibat BMI yang rendah, kurangnya respon terhadap terapi dan
keterlambatan diagnosa (Herchline, 2013). Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai
pada kasus non-MDR dan nonXDR TB, ketika regimen pengobatan selesai. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan sistem DOTS memiliki tingkat
kekambuhan 0-14 %. Pada negara dengan prevalensi TB yang rendah, kekambuhan
biasanya timbul 12 bulan setelah pengobatan selesai dan biasanya diakibatkan oleh
relaps. Hal ini berbeda pada negara dengan prevalensi TB yang tinggi, dimana
kekambuhan diakibatkan oleh reinfeksi (Herchline, 2013).

LO.5 Mampu Memahami dan Menjelaskan Etika batuk dalam islam dan pandangan islam
terhadap penyakit menular

Kebiasaan batuk yang salah


a. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
b. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk dan bersin.
c. Membuang ludah sudah batuk disembarang tempat.
d. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
e. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

Cara batuk yang benar :

1. Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan
mulut anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan
dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau
bersin.
2. Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
3. Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
4. Gunakan masker

Ada sebagian kecil kaum muslimin percaya bahwa wabah atau penyakit menular
tidak ada. Hal ini mereka dasarkan pada hadits:

‫ب األفحأأحل ال ص‬
‫صاَّللحح‬ ِ‫ حوأألح ب‬, ‫ حولح لطيححرةح‬,َ‫ لح حعأدحوى‬: ‫ قحاَّحل النصبَّبِي‬: ‫حعأن أحبلأي هأحرأيحرةح قحاَّحل‬

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada penyakit menular
dan thiyarah (merasa sial dengan burung dan sejenisnya), dan saya menyukai
ucapan yang baik”.

Anda mungkin juga menyukai