KELOMPOK IX
AGUMILAR BAGUS B
G0013009
AMAZIA AURORA
G0013023
G0013031
G0013051
G0013073
FARAH AMANI
G0013089
G0013123
G0013139
MUHAMMAD MUSTHAFA H
G0013159
NURUL FADILAH
G0013183
G0013229
TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO :
BAB II
LAH (Left Atrium Hipertrofi) : atrium kiri jantung membesar, akan menggangu terjadinya
proses systole
8. Sianosis: warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan
jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak terikat oleh oksigen). Biasanya tidak diketahui
sebelum jumlah absolute Hbtereduksi mencapai 5 gram per 100 ml atau lebih pada
seseorang dengan konsentrasi Hb normal (saturasi oksigen <90%). Normal Hb tereduksi
dalam jaringan kapiler 2,5 gram per 100 ml. Pada orang dengan konsentrasi Hb yang
normal sianosis akan pertama kali terdeteksi pada saturasi oksigen kira-kira 75% dan PaO2
50mmHg atau kurang.
Sianosis sentral : insufisiensi oksigenasi Hb dalam paru, paling mudah diketahui pada
wajah, bibir, cuping telinga, bagian bawah lidah.
Sianosisperifer : bila aliran darah banyak berkurang dengan menurunkan saturasi darah
vena, dan akan menyebabkan suatu daerah menjadi biru. Pada insufisiensi jantung,
sumbatan pada aliran darah, vasokonstriksi pembuluh darah.
Apa hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan keluhan (epidemiologi)
2. Mengapa pasien :
a. Jantung berdebar
b. Tidak sesak napas
c. Nyeri sendi berpindah
3. Hubungan RPS (pernah mengalami penyakit serupa) dan RPD (sekarang batuk
Langkah
Apa hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan keluhan (epidemiologi,
etiologi, patogenesis, patofisiologi)
Pada kasus ini, kami mencurigai bahwa pasien mengalami penyakit jantung rematik.
Maka pada pembahasan ini kami sedikit mengulas tentang penyakit jantung rematik.
Demam Reumatik
a Definisi Demam Reumatik
Demam reumatik merupakan penyakit autoimun yang menyerang
multisistem akibat infeksi dari Streptococcus -hemoliticus grup A pada faring
(faringitis) yang biasanya menyerang anak dan dewasa muda. Demam reumatik
menyebabkan peradangan yang biasanya terjadi pada jantung, kulit dan jaringan
ikat.
b Epidemiologi
Angka kesakitan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) di Amerika
Serikat pada tahun 1996, dilaporkan hamper mencapai 60 juta penderita, dimana
1,8 juta di antaranya menderita PJR. (Ulfah A., 2000) Statistik rumah sakit di
Negara berkembang pada tahun 1992 menunjukkan sekitar 10%-35% dari
penderita penyakit jantung yang masuk ke rumah sakit adalah penderita DR dan
PJR (Afif A., 2008).
Insidens PJR tertinggi dilaporkan terjadi pada suku Samoan di Kepulauan
Hawaii sebesar 206 penderita per 100.000 penduduk pada periode tahun 19801984. (Boestan I.N., 2007) Prevalens PJR di Ethiopia (Addis Ababa) tahun 1999
adalah 6,4 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5-15 tahun (Asdie A.H.,
2000) Dari klasifikasi PJR, yakni stenosis mitral, ditemukan perempuan lebih
sering terkena daripada laki-laki dengan perbandingan 7:1 (Chandrasoma P, 2006).
gambaran
diplococcus.
Terdapat
sekitar
dua
puluh
spesies
Streptococcus.
e Manifestasi Klinis Demam Reumatik
Manifestasi Mayor Demam Reumatik
1 Karditis
Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada demam reumatik akut
dan menyebabkan mortalitas paling seing selama stadium akut penyakit. 4060% pasien demam reumatik akut berkembang menjadi penyakit jantung
reumatik. Karditis mempunyai gejala non-spesifik meliputi mudah lelah,
anoreksia, demam ringan, mengeluh nafas pendekm nyeri dada dan athralgia.
Pemeriksaan dasar, termasuk elektrokardiografi dan ekokardiografi harus
selalu dilakukan.
:
-
pada EKG)
- Kardiomegali pada foto thoraks
- Gagal jantung kongestif
Arthritis
Merupakan manifestasi yang paling sering ditemukan pada demam reumatik,
terjadi pada sekitar 70% pasien demam reumatik. Arthritis menunjukkan
adanya radang sendi aktif yang ditandai nyeri hebat, bengkak, eritema dan
demam. Nyeri saat istirahat yang menghebat pada gerakan aktif dan pasif
merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi
besar sperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku dan pergelangan tangan.
Arthritis bersifat asimetris dan berpindah-pindah (poliarthritis migrans).
Peradangan sendi ini dapat sembuh spontan beberapa jam sesudah serangan,
Chorea sydenham terjadi pada 13-34% kasus demam reumatik dan dua kali
lebih sering terjadi pada perempuan. Manifestasi ini mencerminkan
keterlibatan proses radang pada susunan saraf pusat, ganglia basal dan nucleus
caudatus otak.
Periode laten dari chorea sydenham ini cukup lama, sekitar 3 minggu sampai 3
bulan setelah infeksi Streptokokkus dan pada waktu seluruh manifestasi DR
lainnya mereda.. Gejala awal biasanya emosi yang labil dan iritabilitas. Lalu
diikuti dengan gerakan tidak sengaja, tidak bertujuan dan inkoordinasi
muskular. Semua otot dapat terkena, namun otot wajah dan ekstremitas adalah
4
melibatkan wajah.
Manifestasi Minor Demam Reumatik
Demam hampir selalu terjadi pada poliarthritis reumatik. Suhunya jarang
mencapai 40 derajat Celciuss dan biasanya kembali normal dalam waktu 2-3
minggu walau tanpa pengobatan.
Nyeri abdomen dapat terjadi pada demam reumatik akut denngan gagal jantung
oleh karena distensi hati. Anoreksia, mual dan muntah juga sering muncul.
Pada penderita yang belum diobati, biakan usapan faring sering positif bakteri
Streptococcus hemoliticus. Titer anti streptolisin-O (ASTO) akan meningkat.
Kadar antibodi akan mencapai puncak sekitar satu bulan pasca infeksi dan
menurun sampai normal setelah sekitar 2 tahun. Laju endap darah juga hampir
selalu meningkat.
Pada pemeriksaan EKG, sering menunjukkan sinus takikardia, namun terkadang
dapat dijumpai normal. Pemanjangan interval P-R terjadi pada 28-40% pasien.
tersebut,
maka
dalam
laporan
ini
akan
dibahas
mengenai
PJB,
DD & Dx
10
Dirujuk ke Sp.JP
Mengapa pasien :
a. Jantung berdebar
b. Tidak sesak napas
c. Nyeri sendi berpindah
Hubungan RPS (pernah mengalami penyakit serupa) dan RPD (sekarang batuk pilek,
cepat lelah, bibir tidak biru)
4.
11
Langkah VII : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh
1
Mengapa pasien :
d. Jantung berdebar
e. Tidak sesak napas
f.
Penjelasan :
a. Jantung berdebar
Pada penderita yang mengalami demam reumatik dapat timbul jaringan
fibrosa pada katup jantungnya sehingga terjadi stenosis katup jantung, terutama
yang paling sering terjadi adalah pada katup mitral. Terjadinya stenosis pada katup
mitral jantung, akan menyebabkan katup tersebut akan kehilangan elastisitasnya
dan akan sulit membuka pada saat fase diastolik yaitu proses pengisian ventrikel
dari atrium.
Manifestasi klinis yang timbul pada pasien merupakan mekanisme
kompensasi. Jantung berdebar atau takikardia ini akan mengurangi lama diastolik.
Takikardia yang terjadi menyebabkan lama pengisian ventrikel menurun, curah
jantung berkurang dan kongesti paru meningkat.
Demam rematik akut memiliki gejala dan tanda yang tidak khas, dapat
berupa demam, arthritis yang berpindah-pindah, artralgia, ruam kulit, korea dan
takikardia. Takikardi merupakan sebuah keadaan ketika kecepatan denyut jantung
melebihi 100 denyut per menit. Demam rematik akut merapakan sekuele faringitis
akibat streptokokus B hemolitikus grup A. Faringitis atau sakit tenggorokan
merupakan perasaan tidak enak, nyeri pada tenggorokan. Kadang menyebabkan
sakit atau bengkak dan disebabkan karena flu atau pilek. Biasanya dijumpai pada
masa anak dan awal masa remaja. Katup jantung adalah salah satu jaringan yang
paling rentan dalam hal ini. Di sepanjang tepi-tepi yang meradang di katup jantung
yang terkena terbentuk lesi-lesi besar hemoragik fibrosa, menyebabkan katup
12
menjadi kaku, menebal, dan terbentuk jaringan parut. Insiden tertinggi pada katup
mitral kemudian katup aorta. Dua perubahan hemodinamik yang disebabkan oleh
kerja kurang dapat ditoleransi pada stenosis mitralis, yaitu : takikardi dan
peningkatan atrium kiri. Takikardi menyebabkan lama pengisian ventrikel
menurun, curah jantung berkurang, dan kongesti paru- paru meningkat.
b. Tidak sesak napas
Pada pasien tidak terjadi sesak napas, hal ini menunjukkan bahwa pada
pasien belum terjadi kongesti paru yang berarti.
Proses terjadinya kongesti paru, memiliki hubungan dengan terjadinya
stenosis pada katup mitral. Adanya stenosis katup mitral, menyebabkan atrium
berkontraksi lebih kuat untuk mengalirkan darah ke ventrikel. Dengan
meningkatnya kontraksi pada atrium, menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan di dalam atrium, sehingga berdampak terjadinya kongesti pada paru.
Akumulasi darah pada paru menyebabkan pasien merasakan sesak napas, dispnea.
c. Nyeri pada persendian yang berpindah-pindah
Hal ini menunjukkan terjadi reaksi silang pada antibodi spesifik yang telah
dibentuk oleh tubuh. Antibodi yang terbentuk bereaksi dengan jaringan tubuh yang
memiliki kemiripan struktur dengan bakteri Streptococcus sp. salah satunya adalah
cairan sinovial yang terdapat pada persendian. Terjadinya reaksi silang ini memicu
terjadinya reaksi peradangan dimana pada pasien dirasakan sebagai rasa nyeri pada
persendian yang berpindah-pindah.
2 Hubungan RPS (pernah mengalami penyakit serupa) dan RPD (sekarang batuk
13
seperti keluhan pasien skenario ini, akan tetapi pada penyakit ini pemeriksaan fisik
akan didapatkan splitting bunyi jantung II (walaupun tidak selalu ada), bising sistolik
tipe injeksi pada daerah pulmonal, bising mid diastolik pada daerah trikuspid, pada
pemeriksaan EKG menunjukkan axis ke kanan (menunjukkan adanya pembesaran
atrium dan ventrikel kanan). Pembesaran ruang jantung kiri (ventrikel dan atrium kiri)
akan terjadi apabila derajat penyakit sudah parah.
Kelainan Insufisiensi Mitral (Mitral Regurgitation) mempunyai bising yang khas
yang merupakan tanda utama kelainan ini, yaitu bising holosistolik/pansistolik yang
meliputi bunyi jantung I sampai bunyi jantung II, murmur ini biasanya bersifat blowing
akan tetapi juga bisa bersifat kasar. Punctum maximum bising tersebut terdengar di
apeks dan menjalar ke aksila. Hal ini sama dengan hasil pemeriksaan fisik di skenario
dimana punctum maximum di SIC VI linea axillaris anterior kiri, namun bunyi murmur
nya berbeda.
Penderita VSD dengan aliran pirau yang besar biasanya terlihat takipneu, aktivitas
ventrikel yang meningkat dan dapat teraba thrill sistolik, komponen pulmonal bunyi
jantung kedua mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal. Pada pemeriksaan
auskultasi akan terdengar bising pansistolik/holosistolik yang terdengar keras (punctum
maximum) di SIC III-IV parasternal kiri yang menyebar sepanjang parasternal dan
apeks.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kami mencurigai pasien memiliki riwayat penyakit
jantung bawaan yang gambaran klinisnya mirip seperti keadaan sekarang. Adanya
penyakit jantung bawaan tersebut juga menyebabkan pasien mudah terkena infeksi.
Ketika sudah dewasa pasien terkena infeksi Streptococcus -hemoliticus grup A yang
kemudian berlanjut menjadi penyakit jantung rematik dan memperparah penyakit
jantung bawaan yang pasien miliki.
3 Interpretasi pemeriksaan fisik
14
Tipe ejeksi ( ejection systolic ) : timbul akibat aliran darah yang dipompakan
(ejected) melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistolik,
15
sianosis. Sianosis yang sering terjadi umumnya pada kuku, lidah, bibir, maupun
membran mukosa.
4
muncul.
Peningkatan streptokinase
g. Pemeriksaan patologi:
o Lesi veruka pada daun katup yang bocor
o Pada perikard terdapat eksudat fibrinosa dan serofibrinosa
o
di
Axis Jantung
Sesuai dengan sistem konduksi elektiknya, jantung mempunyai axis. Axis
jantung adalah arah dari konduksi elektrik jantung, yang kita cari adalah resultan dari
gaya listrik. Hal ini digunakan misalnya untuk menedeteksi hipertrofi jantung, letak
dari nodus SA, nodus AV, bundle HIS, dan serabut Purkinje berubah. Apabila letaknya
berubah maka arah resultan gayanya juga berubah. Mengetahui axis jantung
bermanfaat untuk melihat apakah ada pergeseran letak jantung. Bisa juga bergeser
karena jantung bertambah besar, atau bisa juga bergeser karena ada tumor di
mediastinum. Axis jantung yang normal adalah -30/d 110. Cara identifikasi axis ada
beberapa macam, yang pertama identifikasi axis dengan cara membentuk gambaran
resultan gaya antara Lead I dengan aVF.
Misalkan leadaVF defleksi positif (ke atas /titik R) sebanyak 5 kotak kecil dan defleksi
negatif (ke bawah /titik S) 10 kotak kecil. Jadi di leadaVF didominasi defleksi negatif
(-10 kotak )- (+5 kotak) = -5 kotak. Sedangkan di lead I misalkan defleksi positif 11
kotak kecil dan defleksi negatif 2 kotak kecil. Jadi di lead I dominasinya defleksi
positif ---> (+11 kotak) - (2 kotak) = + 9mm. Setelah itu, buat garis pada kotak strimin
untuk menentukan resultan gayanya
5 kotak kearah negatif leadaVF, dan 9 kotak kearah positif lead I. Setelah itu tentukan
titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan
titik pusat. Terus carilah sudutnya menggunakan busur derajat.
Cara identifikasi axis yang lain adalah sebagai berikut:
1. Pertama carilah dulu lead yang isoelektrik (R/S = 1).
2. Jika tidak ada lead yang isoelektrik, maka carilah yang paling mendekati.
3. Kemudian carilah lead yang tegak lurus dengan lead tersebut.
4. Karena kemungkinan ada dua lead yang tegak lurus dengan leadisoelektrik, maka
harus dipilih yang paling sesuai dengan arah gaya kompleks QRS.
17
Kriteria CORNELL
S di V3 + R di aVL> 28 kotak kecil (pada laki-laki)
S di V3 + R di aVL> 20 kotak kecil (pada perempuan)
Adanya left atrial enlargement
Kriteria lead
R di V1 + S di V5 (atau V6) 10 kotak kecil
Rasio R/S di V1 > 1 kotak kecil atau rasio R/S di V6 > 1 kotak kecil
R di V5 atau V6 < 5 kotak kecil S di V5 atau V6 > 7 kotak kecil
18
Amplitudo gelombang P > 2,5 kotak kecil di Lead II dan atau > 1,5 kotak kecil di
V1
Adanya RAD
Adanya morfologi QR, Qr, qR, atau qRS pada lead V1 (tanpa adanya penyakit
jantung koroner)
Voltase QRS di V1 < 5 kotak kecil dan rasio voltase V2/V1 > 6
A. Demam Rematik
Demam rematik disebabkan oleh infeksi grup A streptococcus beta
haemolyticus yang biasanya akan timbul sebagai caries dentis atau infeksi
tenggorokan. Faktor faktor yang mendukung terjadinya demam rematik antara lain
adalah:
Gizi buruk
19
Usia 5 15 tahun
Poliartritis migrains
Chorea sidenham
Eritema marginatum
Subkutaneus nodul
Demam
Artralgia
PR interval memanjang
Anemia
Lekositosis
LED meningkat
CRP positif
Streptococcus adalah bakteri gram positif yang ciri khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Secara morfologi, Streptococcus
merupakan bakteri berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai
yang membentuk gambaran diplococcus. Terdapat sekitar dua puluh spesies
Streptococcus, termasuk Streptococcus pyogenes (grup A), Streptococcus
20
Terdapat tiga hal yang berperan penting dalam terjadinya demam reumatik,
yaitu agen penyebab penyakit yakni Streptococcus -hemoliticus grup A, host
(manusia) dan faktor lingkungan.
a. Streptococcus akan menyerang sistem pernafasan atas dan akan melekat pada
jaringan faring. Adanya protein M menyebabkan organisme ini mampu
menghambat fagositosis sehingga bakteri ini dapat bertahan pada faring
selama 2 minggu, sampai anti bodi spesifik terhadap Streptococcus selesai
dibentuk.
b. Protein M, faktor virulen yang terdapat pada dinding sel Streptococcus, secara
immunologi memiliki kemiripan dengan struktur protein yang terdapat dalam
tubuh manusia seperti miokardium (miosin dan tropomiosin), katup
jantung (laminin), sinovial (vimentin), kuliy (keratin) juga subtalamus dan
nucleus caudatus yang terdapat di otak. Adanya kemiripan pada struktur
molekul inilah yang mendasari terjadinya respon autoimu pada demam
reumatik. Kelainan respon ini didasarkan pada reaktivitas silang antara protein
21
22
Arthritis
Merupakan manifestasi yang paling sering ditemukan pada demam
reumatik, terjadi pada sekitar 70% pasien demam reumatik. Arthritis
menunjukkan adanya radang sendi aktif yang ditandai nyeri hebat, bengkak,
eritema dan demam. Nyeri saat istirahat yang menghebat pada gerakan aktif
dan pasif merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi-sendi besar sperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku dan pergelangan
tangan. Arthritis bersifat asimetris dan berpindah-pindah (poliarthritis
migrans). Peradangan sendi ini dapat sembuh spontan beberapa jam sesudah
serangan, namun muncul pada sendi yang lain.
Korea sydenham
Korea sydenham terjadi pada 13-34% kasus demam reumatik dan dua kali
lebih sering terjadi pada perempuan. Manifestasi ini mencerminkan
keterlibatan proses radang pada susunan saraf pusat, ganglia basal dan nucleus
caudatus otak.
Periode laten dari korea sydenham ini cukup lama, sekitar 3 minggu
sampai 3 bulan dari terjadinya demam reumatik. Gejala awal biasanya emosi
yang labil dan iritabilitas. Lalu diikuti dengan gerakan tidak sengaja, tidak
bertujuan dan inkoordinasi muskular. Semua otot dapat terkena, namun otot
wajah dan ekstremitas adalah yang paling mencolok.
Eritema marginatum
Merupakan ruam khas pada demam reumatik yang terjadi kueang dari
10% kasus. Ruam ini tidak gatal, makular, berwarna merah jambu atau
kemerahan dengan tepi eritema yang menjalar dari satu bagian ke bagian lain.
Lesi ini berdiameter sekitar 2,5 cm dengan bagian tengan yang terlihat lebih
pucat, muncul paling sering pada batang tubuh dan tungkai proksimal namun
tidak melibatkan wajah.
Manifestasi Minor Demam Reumatik
o Demam hampir selalu terjadi pada poliarthritis reumatik. Suhunya jarang
mencapai 40 derajat Celciuss dan biasanya kembali normal dalam waktu 2-3
23
24
dengan sindrom down mengalami CHD. CHD mengenai 8-10 kasus per 1000 anak
lahir hidup dengan gender yang seimbang. Mayoritas kasus menunjukkan bahwa
tidak ada faktor genetik tertentu sebagai penyebab, tetapi faktor yang berisiko tinggi
untuk terjadinya penyakit jantung bawaan ini diantaranya maternal rubela diabetes,
alcoholism, konsumsi obat-obatan selama hamil seperti phenitoin dan warfain.
Keparahan penyakit tergantung dari hemodinamik lesi. Gangguan aliran darah
disebabkan oleh abnormalitas struktur atau defek obstruktif yang mengakibatkan
shunting aliran darah.
Ada 2 golongan besar, yaitu sianotik dan asianotik. Karena di scenario pasien
asianotik maka kami hanya focus pada PJB asianotik. Dibagi menjadi 2 yaitu:
PJB dengan lesi atau lubang sehingga terjadi aliran pirau dari kiri ke kanan.
Misalnya VSD, ASD dan PDA.
PJB dengan lesi obstruktif tanpa aliran pirau. Misalnya Aortal stenosis, pulmonal
stenosis dan Coartatio Aorta (CoA).
VSD (Ventricular Septal Deffect)
Besarnya aliran pirau tergantung dari besarnya lubang dan tahanan vaskuler
paru. Pada bayi baru lahirdimana maturasi belum sempurna, tahanan vaskuler paru
masih tinggi akibatnya aliran pirau dari kiri ke kanan terhambat, walaupun lubang
yang ada cukup besar. Tetapi saat usia 2-3 bulan dimana proses maturasi paru mulai
baik, terjadi penurunan tahanan vaskuler paru maka terjadi pirau dari kiri ke kanan.
Pada VSD yang kecil umumnya asimptomatik. Bila lubangnya sedang, keluhan
muncul saat usia 2-3 bulan saat tahanan vaskuler paru menurun. Gejalanya antara
lain bayi mengalami penurunan aktivitas fisik, tidak mampu menghisap susu dengan
kuat dan banyak serta penambahan berat badan berlangsung lambat.
ASD (Atrial Septal Deffect)
Terjadi aliran pirau dari kiri ke kanan menyebabkan aliran darah ke paru
menjadi berlebihan, sehingga beban jantung kanan bertambah. Keluhan baru
25
muncul saat usia dewasa. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung 2 terpisah lebar.
Bila alirannya deras akan terdengar bising diastolic di SIC 4 linea parasternalis
sinistra akibat aliran deras melalui katup tricuspid.
PDA (Patent Ductus Arteriaosus)
PDA yang kecil umumnya asimptomatik dan jantung tidak membesar. Sering
ditemukan secara kebetulan dengan adanya bising yang khas seperti suara mesin
(machinery murmur) di area pulmonal yaitu SIC 2 linea parasternalis sinistra.
Penutupan PDA secara spontansegera setelah lahir sering tidak terjadi pada bayi
premature karena otot polos duktus belum terbentuk sempurna sehingga tidak
responsive terhadap vasokontriksi dan kadar PGE2 masih tinggi. Pada bayi
premature, otot polos vaskuler paru belum sempurna sehingga proses penurunan
tahanan vaskuler paru lebih cepat diabnding bayi aterm.
BAB III
KESIMPULAN
Pada skenario kedua, pasien seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam lalu tanpa sesak nafas. Selain itu, pasien juga
sering merakasan nyeri sendi yang berpindah-pindah. Nyeri sendi berpindah kemungkinan
diakibatkan oleh PJR Melalui anamnesis juga diperoleh riwayat penyakit dahulu pasien
bahwa sebelumnya pernah mengalami penyakit yang serupa beberapa tahun lalu, sejak
kecil sering batuk pilek dan cepat lelah, bibir pasien tidak tampak kebiruan. Nafsu makan
sedikit terganggu dan menurut ibunya anak tersebut lahir prematur. Berdasarkan keterangan
tersebut, pasien dapat dicurigai memiliki penyakit jantung bawaan (PJB).
Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, didapatkan tekanan darah pasien normal.
Denyut nadi 140x/menit, irregular menandakan terjadinya aritmia. Pada pasien juga tidak
terdapat barrel chest. Pada palpasi ictus cordis teraba di SIC VI 2 cm lateral linea
medioclavicularis kiri, tidak teraba thrill. Pada batas jantung kiri di SIC VI 2 cm lateral
linea medioclavicularis kiri. Pada auskultasi jantung terdengar sistolik murmur dengan
punctum maximum di SIC VI linea axillars anterior kiri. Hal ini, mengindikasikan adanya
26
gangguan pada katup mitral jantung yang menandakan adanya hipertrofi atrium ventrikel
kiri
pasien yang didukung oleh hasil pemeriksaan foto thorax yang menunjukkan
pergeseran apeks ke arah lateral bawah serta tampak LVH dan LAH pada pemeriksaan
ECG.
Pasien kemudian dirujuk ke dokter spesialis jantung untuk pemeriksaan lebih lanjut
sehingga dapat diketahui diagnosis kelainan yang dialami pasien, apakah berasal dari
penyakit jantung bawaan maupun penyakit jantung rematik
BAB IV
SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Asikin., dkk. 1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Rilantono LI. 2013. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/05/pustaka_unpad_perawatan_dental_p
ada_anak.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44522/3/BAB_II.pdf
28