BLOK KARDIOVASKULAR
SAKIT KEPALA
KELOMPOK B-05
KETUA
1102014158
SEKRETARIS
: NESYA IRYANI
1102014191
ANGGOTA
: RARAS MAYANG
1102010231
1102014154
1102014185
NUR AINI
1102014198
RAMZY KUSWIJAYANTO
1102014219
1102014260
TEGAR MAULANA
1102014263
1102014270
DAFTAR ISI
Daftar isi......1
Skenario.......2
Skenario
SAKIT KEPALA
Seorang laki laki berusia 50 tahun datang kedokter dengan keluhan sering sakit kepala
bagian belakang sejak 1 bulan, dan tidak berkurang meskipun sudah minum obat sakit kepala.
Ayahnya memang menderita hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
160/100 mmHg, batas jantung dan bunyi jantung I, II dalam batas normal. Dokter
menganjurkan pasien tersebut untuk melakukan diet dan minum obat anti hipertensi.
Kata Sulit
1. Hipertensi : Kondisi tekanan darah pada pembuluh darah arteri dengan jumlah lebih
tinggi dibandingkan tekanan darah normal.
2. Bunyi jantung 1 dan 2
Jantung 1 : untuk sistol
Jantung 2 : bunyi getaran disebabkan penutup katub aorta dan pulmonalis
Pertanyaan
1. Kenapa sering timbul sakit kepala?
2. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala bagian belakang, apa bisa mengenai bagian
yang lain?
3. Jenis makanan apa pemicu hipertensi?
4. Apa hubungan antara makanan dan hipertensi?
5. Penyebab dari hipertensi?
6. Klasifikasi hipertensi, dan pada skenario merupakan tipe hipertensi berapa?
7. Apa faktor-faktor risiko hipertensi?
8. Apa obat antihipertensi?
9. Apakah kondisi emosional bisa mempengaruhi hipertensi?
10. Efek samping dari obat antihipertensi?
Jawaban
1. Karena Sirkulasi sistemik terganggu sehingga O2 yang dialirkan ke kepala
berkurang
2. Karena Bagian otak target utama dialirkan darah dan berhubungan dengan sistem
saraf
3. Makanan yang mengandung tinggi lemak, natrium, dan minuman berakohol
4. Hubungan makanan dan hipertensi:
Resistensi Na sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatis
Meningkatkan Renin angiotensin oleh jaringan adiposa
Gangguan fungsi endotel
Mekanisme vaskular yang terkait resistensi insulin dan perubahan transport
ion.
5. Hipertensi Primer karena faktor genetik dan lingkungan
Hipertensi Sekunder, karen faktor penyakit dan obat-obatan
Normal
<120
<80
Pre hipertensi
120-139
80-89
Hipertensi 1
140-159
90-99
Hipertensi 2
>160
>100
7. Faktor risiko :
Pola hidup
Riwayat keluarga
Obesitas
Usia lanjut
Jenis kelamin
8. Obat:
ACE inhibitor (angiotensin converting enzyme)
Beta blocker
Calcium channel blocker
Diuretik
9. Karena adanya hormon Kortisol, kortek adrenal yang dapat memacu renin
sehingga kontraksi arteriol, vena dan terjadi curah jantung
10. Batuk kering, mengantuk, gatal-gatal, rasa sakit disekitar area ginjal.
Hipotesa
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang meningkat di atas normal,
klasifikasi sebagai berikut Pre Hipertensi, Hipertensi tipe 1, hipertensi tipe2, yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pola hidup, genetik,obesitas,usia
lanjut,dan jenis kelamin, gejala yang dapat terjadi sakit kepala karena
berkurangnya aliran O2 di bagian kepala untuk mencegah risiko dapat dihindari
dengan tidak mengkonsumsi minuman berakohol,makanan mengandung tinggi
NaCl, dan sering melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah dan profil lipid.
Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup
trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut
dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1. Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka,
maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid
berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun
katup.
2. Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui
trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri
yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus
pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila
ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3. Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel
kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan
membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh
tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah
darah
masuk
kembali
kedalam
ventrikel
kiri.
Vaskularisasi Jantung
Aorta Ascendens setelah keluar dari ventrikel kiri pada bagian pangkal, di atas katup
semilunaris aorta mempercabangkan dua buah pembuluh darah untuk mendarahi otot jantung.
Pada permukaan jantung terdapat tiga buah alur ( sulcus ) :
1. Sulcus coronarius : melingkari seluruh permukaan luar jantung, membagi jantung atas
dua bagian atrium dan ventricel. Pada alur tersebut dapat berjalan alat alat sebagai
berikut: A. Coronaria sinistra dan dextra, sinus coronarius, vena cordis parva.
2. Sulcus interventricularis anterior : pada alur ini berjalan A. Interventricularis anterior
dikenal dengan rami descendens anterior, cabang dari A. Coronaria sinistra dan vena
cordis magna. Sulcus ini memisahkan ventricel dextra dan sinistra.
3. Sulcus interventricular posterior: pada alur ini berjalan A. Interventricularis posterior
dikenal dengan rami descendens posterior cabang dari A. Coronaria dextra dan vena
cordis media.
Cabang cabang arteria coronaria sebagai berikut:
1. Arteria coronaria dextra dengan cabang:
i.
ii.
i.
ii.
1. Sirkulasi sistemik
Dimulai dari aliran darah yang telah mengandung oksigen dipompakan dari jantung (
ventrikel sinistra ) aorta ascendens arcus aorta melalui cabang cabang arteria
sedang pembuluh darah kecil sampai ke atriole untuk di bawa ke seluruh jaringan tubuh
melepaskan oksigen. Selanjutnya darah dikembalikan melalui kapiler vena sistem vena
kecil/sedang vena besar. Darah yang mengandung karbondioksida dikumpulkan melalui
vena cava superior dan inferior masuk ke jantung pada atrium dextra ventrikel dextra
dilanjutkan dengan sirkulasi sisyem pulmonal.
2. Sirkulasi pulmonal
Darah yang mengandung karbondioksida masuk lagi ke jantung dimulai dari ventrikel
dextra truncus pulmonalis arteria pulmonalis dextra dan sinistra paru masuk
oksigen. Melalui vena pulmonalis dilanjutkan kembali ke jantung (atrium sinistra)
ventrikel sinistra dilanjutkan kembali sirkulasi sistemik.
Persarafan Jantung :
Jantung dapat dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis berasal dari
ganglion cervicalis membentuk nervus cardiacus thoracus. Saraf parasimpatis berasal dari
nervus vagus dengan membentuk plexus cardiacus.
Fungsi saraf simpatis adalah untuk memperkuat kontraksi otot jantung dan vasodilatasi arteri
coronaria. Fungsi saraf parasimpatis adalah untuk memperlemah kontraksi otot jantung dan
vasokontriksi pada arteri coronaria.
1.2 Mikro
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
a. Endokardium
Terdiri dari lapisan endokardium dan subendokardium. Pada ventrikel di bagian sub
endokardium terdapat serat purkinje yang bergaris tengah lebih besar dibandingkan serat otot
jantung biasa dan relatif mengandung lebih banyak sarkoplasma. Dan di atrium terdapat
jaringan elastiko muskulosa. Permukaannya diliputi endotel yang bersinambung dengan
endotel buluh darah yang masuk dan keluar jantung. Lebih ke dalam terdapat lapisan yang
lebih kuat mengandung banyak serat elastin dan serat polos. Pada atrium lapisan
endokardiumnya lebih tebal dari pada ventrikel.
b. Miokardium
Terdiri atas otot jantung yang ketebalannya beragam pada tempat yang berbeda, yang paling
tipis terdapat pada kedua atrium dan yang paling tebal terdapat pada ventrikel sinistra. Di
dalam atrium serat otot cenderung bersusun dalam berkas yang membentuk jala jala. Di
permukaan dalam, berkas berkas otot menonjol membentuk banyak rabung tak beraturan
disebut muskulus pektinatus di dalam bagian aurikula atrium. Di dalam ventrikel, lembaran
otot tersusun dua lapis, permukaan dan dalam. Lapis permukaan berjalan spiral dari dasar
ventrikel ke apeks, tempat mereka masuk ke dalam untuk berakhir di dalam muskulus
papillaris.
c. Epikardium
Selubung luarnya (disebut juga perikardium viseral) berupa suatu membran serosa.
Permukaan luarnya diliputi selapis sel mesotel. Di bawah mesotel terdapat lapisan tipis
jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin. Suatu lapisan subperikardial terdiri atas
jaringan ikat longgar mengandung buluh darah, banyak elemen saraf, dan lemak, menyatukan
epikardium dengan miokardium.
Atrium Jantung :
Endokardium atrium lebih tebal dari endokardium ventrikel. Endokardium atrium terdiri
atas tiga lapisan, yaitu:
1. Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng yang terletak paling dalam
2. Lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus
3. Lapisan elastikmuskulosa yang mengandung banyak serat elastin dan serat otot polos
Di bawah endokardium adalah lapisan subendokardium. Setelah itu lapisan miokardium
terdiri atas otot jantung. Miokardium atrium lebih tipis dibandingkan dengan miokardium
ventrikel, serat otot jantung di sini tersusun dalam berkas yang membentuk jala jala.
Epikardium berupa suatu membran serosa yang permukaan luarnya diliputi selapis sel
endotel.
Ventrikel jantung
Dinding ventrikel lebih tebal dari dinding atrium, tetapi lapisan endokardium ventrikel lebih
tipis dari endokardium atrium. Endokardiumnya terdiri atas dua lapis, yaitu:
Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng
seluruhnya tersusun memanjang. Dijumpai adanya vasa vasorum berupa pembuluh darah
yang kecil.
Arteri kecil
a.
b.
c.
d.
Metarteriol
Yaitu arteri pra kapiler berupa peralihan antara arteri dan kapiler, mempunyai lumen lebih
lebar daripada kapiler dan serat otot polosnya tersebar di sana sini pada dindingnya.
Peralihan antara kapiler dan vena yaitu vena pasca kapiler, lumen lebih lebar daripada
kapiler, dindingnya selapis sel endotel dengan membran basal dan dibungkus oleh jaringan
ikat tipis yang mengandung perisit lebih banyak daripada yang terdapat pada kapiler.
Kapiler
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Venula
Lumen pembuluh ini biasanya tidak bundar, tetapi lonjong mengarah gepeng, dan lebih besar
dari arteriol yang setaraf. Tunika intimanya terdiri atas selapis sel endotel. Tidak ada tunika
elastika interna.
Tunika media terdiri dari beberapa lapis sel otot polos yang tersusun melingkar dengan serat
serat elastin dan kolagen di antaranya. Tidak terdapat tunika elastika eksterna. Tunika
adventitia lebih tebal dibandingkan keseluruhan dindingnya yang tipis
Vena sedang
Pembuluh ini mempunyai dinding tipis dari arteri yang setaraf. Lumennya lebih lebar dan
mirip ban kempis. Lapisan tunika intima yang tipis terdiri dari selapis sel endotel dan
lapisan subendotel tidak jelas. Tunika elastika interna membentuk lapisan yang tidak kontinu.
Tunika media terdiri atas berkas kecil sel otot polos yang tersusun melingkar, dipisahkan oleh
serat kolagen dan jalinan halus serat elastin. Tidak ada tunika elastika eksterna.
Tunika adventitia sangat berkembang dan membentuk sebagian besar dindingnya, terdiri atas
jaringan ikat longgar dengan berkas serat kolagen yang tersusun memanjang. Dijumpai
adanya vasa vasorum, juga pada lapisan yang lebih dalam.
Vena besar
Tunika intima terdiri dari lapisan endotel dengan lamina basal, dengan sedikit jaringan
penyambung subendotel dan otot polos. Batas tunika intima dan tunika media tidak jelas.
Tunika media relatif tipis dan mengandung otot polos, serat kolagen, dan fibroblas. Sel otot
jantung meluas dalam tunika media vena besar.
Tunika adventitia terdiri dari otot polos dengan serat kolagen, serat elastin, dan fibroblast.
LO2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi
2.1 Pengaturan Pusat Kardiovaskular center terhadap Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata
rata tekanan darah normal 120/80.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
1.Cardiac output, cardiac output dengan tekanan darah berbanding lurus
2.Tekanan perifer terhadap aliran darah. Berbanding terbalik dengan tekanan dalam
pembuluh. Beberapa faktor :
A.Viskositas darah, semakin banyak kandungan proteindan sel darah dalam plasma, semakin
besar tahanan terhadap aliran darah
B.Panjang pembuluh, semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran
darah
C.Radius pembuluh :
a.Jika radius pembuluh di gandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi, maka aliran darah
akan meningkat 16x, tekanan darah
b.Jika radius pembuluh terbagi 2, terjadi vasokontriksi, maka aliran darah 16x, tekanan darah
Tubuh mensuplai darah ke seluruh jaringan, sehingga mampu memberikan gaya
dorong berupa tekanan arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan
tersebut. Tekanan arteri rata-rata merupakan gaya utama yang mendorong darah ke jaringan.
Tekanan arteri rata- rata harus dipantau dengan baik karena apabila tekanan ini terlalu tinggi
dapat memperberat kerja jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta
terjadinya ruptur pada pembuluh-pembuluh darah halus. Tekanan arteri akan tetap normal
melalui penyesuaian jangka pendek (dalam hitungan detik) dan penyesuaian jangka panjang
(dalam hitungan menit sampai hari). Penyesuaian jangka pendek dilakukan dengan mengubah
curah jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh sistem saraf otonom pada
jantung, vena dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang dilakukan dengan menyesuaikan
volume darah total dengan cara menyeimbangkan garam dan air melalui mekanisme rasa haus
dan pengeluaran urin.
Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengaturan tekanan darah
untuk jangka pendek dan pengaturan tekanan darah untuk jangka panjang.
1) Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan pembuluh darah.
Kontrol ini bertujuan untuk mempengaruhi distribusi darah sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang spesifik, dan mempertahankan tekanan arteri ratarata yang adekuat dengan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem
saraf terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor, kemoreseptor, dan pusat otak tertinggi
(hipotalamus dan serebrum) (Mayuni, 2013). Menurut Sherwood (2006) refleks baroreseptor
merupakan sensor utama pendeteksi perubahan tekanan darah. Setiap perubahan pada tekanan
darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom,
seperti yang disajikan pada Sistem baroreseptor bekerja sangat cepat untuk mengkompensasi
perubahan tekanan darah. Baroreseptor yang penting dalam tubuh manusia terdapat di sinus
karotis dan arkus aorta. Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai
tekanan darah, dan secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
tekanan didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat,potensial aksi juga akan meningkat
sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron eferen yang bersangkutan juga ikut
meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan tekanan darah. Setelah
mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi
tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler merespon dengan mengurangi aktivitas simpatis dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut
jantung, menurunkan volume sekuncup, menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena serta
menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali
normal. Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal.
2) Kontrol kimia
Kadar oksigen dan karbondioksida membantu proses pengaturan tekanan darah melalui
refleks kemoreseptor. Beberapa kimia darah juga mempengaruhi tekanan darah melalui kerja
pada otot polos dan pusat vasomotor. Hormon yang penting dalam pengaturan tekanan darah
adalah hormon yang dikeluarkan oleh medula adrenal (norepinefrin dan epinefrin),
natriuretik atrium, hormon antidiuretik, angiostensin II, dan nitric oxide (Mayuni, 2013).
Sistem saraf yang mengatur sirkulasi diatur oleh sistem saraf otonom yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Serabut-serabut saraf vasomotor simpatis
meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal thoraks satu atau dua saraf
spinallumbal pertama (T1-L3) yang kemudian masuk ke dalam rantai spinalis yang
berada di tiap sisi korpus vertebra. Serabut ini menuju sirkulasi melalui dua jalan,
yaitu melalui saraf simpatis spesifik yang mempersyarafi pembuluh darah organ bisera
interna dan jantung dan serabut saraf lainnya mempersarafi pembuluh darah perifer.
Inervasi arteri kecil dan arteriol menyebabkan rangsangan simpatis untuk meningkatkan
tahanan aliran darah yang akan menurunkan laju aliran darah yang melalui jaringan.
Sedangkan inervasi pembuluh darah besar, terutama vena, memungkinkan rangsangan
simpatis untuk menurunkan volume pembuluh darah. Hal ini dapat mendorong darah
masuk ke jantung dan dengan demikian berperan penting dalam pengaturan pompa
jantung. Inervasi serabut sarafsimpatis juga mempersarafi jantung secara langsung yang
jika terangsang akan meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung
dan menambah kekuatan serta volume pompa jantung.
2.3 Pengaruh sirkulasi perifer terhadap tekanan darah dan siklus jantung
1. Middiastol ventrikel
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan diastol, karena
aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium
sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemah, karena
perbedaan tekanan ini katup AV terbuka dan darah mengalir langsung dari atrium ke
dalam ventrikel akibatnya volume ventrikel meningkat bahkan sebelum atrium
berkontraksi. Pada akhir diastol SA Node mencapai ambang dan membentuk potensial
aksi.
2. Depolarisasi atrium
Menimbulkan kontraksi atrium dan memeras lebih banyak darah ke ventrikel.
Sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium selama kontraksi atrium, tekanan
atrium tetap sedikit lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel sehingga katup AV
terbuka.
3. Akhir diastol ventrikel
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi. Ventrikel pada saat ini kontraksi
atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir
diastol dikenal sebagai EDV = 135 ml.
4. Eksitasi Ventrikel
Keadaan ketika tekanan ventrikel menurun dari tekanan atrium sehingga katup AV
tertutup.
5. Kontraksi ventrikel isovolumetrik
Ketika kontraksi ventrikel dimulai tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium.
Perbedaan tekanannya terbalik mendorong katup AV tertutup. Setelah tekanan
ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV telah tertutup, tekanan tersebut
belum melebihi tekanan aorta untuk membuka katup aorta dengan demikian terdapat
periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan penutupan katup aorta
sehingga ventrikel menjadi suatu bilik tertutup, karena semua katup tertutup, tidak ada
darah yang masuk ataupun keluar ventrikel.
6. Ejeksi ventrikel
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta katup aorta dipaksa membuka dan
darah mulai menyemprot kurva tekanan aorta meningkat ketika darah dipaksa
berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat dari pada darah mengalir ke
pembuluh pembuluh yang lebih kecil di ujung yang lain. Volume ventrikel
berkurang secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar.
7. Akhir sistole ventrikel
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna dalam penyemprotan saat ejeksi
ventrikel. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel disebut sebagai volume sistolik akhir
= 65 ml. Dan volume darah yang keluar ke aorta disebut isi sekuncup.
8. Relaksasi volume isovolumetrik
Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi tekanan ventrikel di bawah
tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan
gangguan pada kurva tekanan aorta. Yang dikenal sebagai takik dikrotik. Tidak ada
lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah
tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi
dari atrium dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat
yang disebut sebagai relaksasi ventrikel isovolumetrik.
1. 99% otot jantung adalah sel kontraktil yang melakukan kerja mekanis, yaitu
memompa. Sel sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan suatu
potensial aksi
2. Sebagian kecil sisanya merupakan suatu sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
mengkhususkan diri untuk mencetuskan dan menghantarkan suatu potensial aksi yang
bertanggung jawab untuk kontraksi sel sel pekerja.
Aktivitas Pemacu sel otot otoritmik
Sel sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel sel tersebut
memperlihatkan suatu pace maker, yaitu membran mereka secara perlahan mengalami
depolarisasi, atau bergeser antara potensial potensial aksi sampai tercapai ambang, pada
saat membran mengalami potensial aksi.
Penyebab pergeseran ke potensial membran ke ambang mapotensial potensial aksi,
masih belum diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa hal tersebut terjadi karena
penurunan siklus fluks positif K+ ke luar yang berlangsung bersamaan dengan kebocoran
Na+ ke dalam. Di sel sel otoritmik jantung, antara potensial potensial aksi, karena saluran
K+ diinaktifkan yang mengurangi aliran ion kalsium positif mengikuti penurunan gradien
konsentrasi mereka. Karena bagian dalam secara bertahap berkurang kenegatifannya, yaitu
membran secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah
ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan
saluran Ca++ dan influks Ca++ kemudian. Fase turun disebabkan karena efluks K+ yang
terjadi karena peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial
aksi usai, inaktifasi saluran saluran K+ ini mengawali depolarisasi berikutnya.
Sel sel jantung yang mampu mengalami ototrimitas ditemukan di lokasi lokasi berikut ini:
1. Nodus Sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang
vena cava superior
2. Nodus Atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel otot jantung khusus di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas HIS (Berkas Atrioventrikel), suatu jaras sel khusus yang berasal dari
atrioventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan dan kiri
yang berjalan ke bawah septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke
atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat purkinje, serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan menyebar ke
seluruh miokardium ventrikel seperti ranting ranting pohon.
Normal
<120
<80
Pre hipertensi
120-139
80-89
Hipertensi 1
140-159
90-99
Hipertensi 2
>160
>100
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole (mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Atau
90-99
Atau
100
Hipertensi
Dan
< 90
sistol 140
terisolasi
Hipertensi maligna
Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat berkembang. Hipertensi
maligna sangat cepat untuk merusak organ dalam tubuh. Jika dalam lima tahun
hipertensi maligna tidak diobati, konsekuensinya adalah kematian yang disebabkan
oleh kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi jenis ini dapat
diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.
Seseorang yang menderita hipertensi jenis ini merasakan kebas di sekujur tubuh,
penglihatan kabur, kecemasan, dan sangat kelelahan.
3.3 Etiologi
Faktor-faktor risiko hipertensi antara lain :
1. Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi) :
* Usia : Hipertensi umumnya berkembang antara 35 55 tahun.
Tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai
faktor seperti faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua variabel
hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi perifer total ,Curah jantung merupakan
faktor yang menentukan nilai tekanan darah sistolik dan resistensi perifer total menentukan
nilai tekanan darah diastolik. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi akibat kenaikan
curah jantung dan/atau kenaikan resistensi perifer total .
Renin yang dihasilkan oleh sel justaglomerulus ginjal mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin-1, kemudian angiotensin-1 diubah menjadi angiotensin-2 oleh angiotensin
converting enzyme (ACE). Angiotensin-2 dapat berikatan dengan reseptor angiotensin-2 tipe
1 (AT1) atau reseptor angiotensin-2 tipe 2 (AT2). Stimulasi reseptor AT1 dapat
meningkatkan tekanan darah melalui efek pressor dan volume darah .
Efek pressor angiotensin-2 meliputi vasokonstriksi, stimulasi pelepasan katekolamin dari
medula adrenal, dan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik.
Selain itu, angiotensin-2 menstimulasi sintetis aldosteron dari korteks adrenal yang
menyebabkan retensi natrium dan air. Retensi natrium dan air ini mengakibatkan kenaikan
volume darah, kenaikan resistensi perifer total, dan akhirnya kenaikan tekanan darah .
Renin
Angiotensin I
Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
Angiotensin II
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Volume darah
Tekanan darah
Volume darah
Tekanan darah
Tekanan darah juga diregulasi oleh sistem saraf adrenergik yang dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi dan relaksasi pembuluh darah. Stimulasi reseptor -2 pada sistem saraf
simpatik menyebabkan penurunan kerja saraf simpatik yang dapat menurunkan tekanan
darah. Stimulasi reseptor -1 pada perifer menyebabkan terjadinya vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Stimulasi reseptor -1 pada jantung menyebabkan kenaikan
denyut jantung dan kontraktilitas, sedangkan stimulasi reseptor -2 pada arteri dan vena
menyebabkan terjadinya vasodilatasi .
3.6 Diagnosis dan diagnosis banding
Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggimempunyai beberapa tujuan :
a) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
b) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskula
c) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yangmenyertainya
d) Mencari kemungkinan penyebabnya.
Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu
a) pencatatan riwayat penyakit (anamnesis)
b) pemeriksaan fisik (sphygomanometer)
c) pemeriksaan laboraturium (data darah,urun,kreatinin serum,kolesterol). Kesulitan
utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh mana pemeriksaan harus
dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidak cukup dapat diterima
karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang dipilih dapat
memberikan implikasi yang serius untuk pasien(Padmawinata, 2001).
Prosedur dan Kriteria Diagnosis
Cara pemeriksaan tekanan darah, yaitu :
Anamnesis
-Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang, sewaktu bangun
tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami ketegangan.
- Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau sesak terutama sewaktu
melakukan aktivitas isomerik)
-Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur,migrain, mudah
tersinggung, dll)
-Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan.
-Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telah dipakai, hasil kerjanya
dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan.
-Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya atau
mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid,analgesik, anti inflamasi, obat flu yang
mengandung pseudoefedrinatau kafein, dll), Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik,dll.
-Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan keduaovarium atau monopause.
Pemeriksaan Fisik
-Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubungvariabilitas tekanan darah.
Posisi terlentang, duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri.
-Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis.
-Adanya pembesaran jantung, irama gallop.
-Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
-Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis.
Penilaian organ target dan faktor-faktor resiko
-Funduskopi, untuk mencari adanya retinopati keith wagner i-v.
-Elektrokardiografi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri,abnormalitas atrium kiri,
iskemia atau infark miokard.
-Foto thoraks, untuk melihat adanya pembesaran jantung dengankonfigurasi hipertensi
bendungan atau edema paru.
-Laboratorium : DL, UL, BUN, kreatin serum, asam urat, gula darah,profil lipid K + dan N+
serum
Diagnosis banding
1. Penyakit Jantung Hipertensi
Adanya riwayat hipertensi, kesan pembesaran jantung (perkusi), dan pada foto rontgen
terlihat pembesaran ventrikel kiri. Kemudian dengan faktor resiko umur yang rentan terkena
penyakit hipertensi dan penyakit jantung, dan juga tingkat stressor di lingkungan kerja
khususnya.
2. Hipertensi Pulmonal
Gejala yang dominan adalah tidak toleran terhadap kerja ; kadang-kadang ada nyeri dada
prekordial, pusing, sinkop atau nyeri kepala. Kadang disertai tungkai dingin, penderita
tampak abu-abu disertai curah jantung rendah. Pada gambaran foto rontgen terdapat
pembesaran jantung (seperti nenas) bagian kiri dan kanan.
3. Hipertensi Sekunder
Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Misalnya : disebabkan oleh penyakit
ginjal (glomerulonefritis akut), penyakit endokrin (hipertiroid), tumor, karsinoid, kelainan
neurologis (ensefalitis, keracunan timah), stres akut dan lain-lain.
4. Koarktasio Aorta
Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya anomali jantung
yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidalis. Sebagian besar keluhan bersifat
asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas dingin. Keluhan dapat berupa nyeri kepala yang
hebat serta epitaksis yang hilang timbul. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
3.7 Komplikasi
Berdasarkan Target organ:
ORGAN
PENYAKIT
Serebrovaskular
Mata
Retinopati hipertensif
Kardiovaskular
Ginjal
Nefropati hipertensif,albuminuria,penyakit
ginjal kronis
Diuretik bekerja dengan mengurangi jumlah air dalam sirkulasi darah, melalui efek diuresis
(peningkatan produksi urin). Dari sini diharapkan beban jantung dan tekanan darah dapat
berkurang. Umumnya bersama dengan pengeluaran air, keluar pula ion natrium dan sejumlah
ion lainnya. Contoh obat: hydrochlorothiazide, spironolactone, furosemide.Diuretik thiazide
biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi.
Beta blockers
Jantung memiliki reseptor saraf otonom simpatis tipe 1, yang sifatnya selektif dan hampir
hanya ditemukan pada jantung. Perangsangan simpatis berlebihan pada jantung dapat
menstimulasi jantung untuk berkontraksi lebih kuat, sehingga penghambatan terhadap
kontraksi jantung yang terlalu kuat diharapkan dapat menurunkan tekanan darah. Contoh
obat: bisoprolol, metoprolol, propanolol, atenolol, carvedilol.
Ion kalsium berfungsi untuk kontraksi otot jantung. Selama jantung mengalami kontraksi,
obat golongan ini menghambat ion kalsium memasuki sel otot jantung, sambil juga
membantu vasodilatasi pembuluh darah koroner. Contoh obat: nifedipine, amlodipine,
verapamil, diltiazem, nicardipine.
ACE Inhibitors
Bekerja pada RAAS ; obat golongan ini memiliki sifat sebagai inhibitor kompetitif dengan
enzimAngiotensin Converting Enzyme (ACE). Dengan pemberian obat ini, enzim ACE yang
tadinya berfungsi mengubah angiotensin I (inaktif) menjadi angiotensin II (aktif), tidak
berfungsi lagi. Dengan demikian hormon aldosteron, yang merupakan produk akhir
angiotensin II yang dapat meningkatkan tekanan darah, akan berkurang kadarnya. Contoh
obat: captopril, ramipril, enalapril, imidapril, perindopril.
Mekanisme kerjanya juga melibatkan RAAS, namun obat ini bekerja langsung pada reseptor
angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat memperlihatkan efek vasokonstriksinya
terhadap pembuluh darah. Contoh obat: irbesartan, candesartan, losartan, telmisartan,
valsartan.
ginjal,
Efek / Lama
Kerja
0,25-10 mg / kg / langsung/2-3
menit
sebagai menit setelah
infus IV
infus
Bronkokonstriksi,
blok
jantung, hipotensi ortostatik
Takikardi,
hipotensi,
gangguan koroner
Perhatian khusus
Nitrogliserin
500-100
mg
sebagai infus IV
Nicardipine
5-15 mg / jam
sebagai infus IV
Klonidin
Diltiazem
Nitrogliserin,
nicardipine
Edema paru
Nitroprusside,
labetalol
Gangguan Ginjal
Fenoldopam,
nitroprusside,
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside
Subarachnoid
Nitroprusside,
nimodipine,
hemorrhage
nicardipine
Stroke Iskemik
Nicardipine
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.
Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit untuk berolahraga sebanyak 2-3 kali
seminggu
Perbanyak jalan kaki daripada mengemudi atau menggunakan kendaraan
Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan bergula tinggi
Konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang
Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar
Mengolah makanan dengan cara merebus atau memanggang. Hentikan kebiasaan
merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Bebaskan pikiran dari stres dan tekanan pikiran buruk lainnya
Istirahat 5-10 menit di tengah rutinitas
Minum air 7-8 gelas setiap hari
Tidur cukup di malam hari selama 7-8 jam
3.9 Prognosis
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia,
intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit
hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama
kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani.
Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki
dan wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti
hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses
aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia,
ras dan jenis kelamin.
Dengan pengobatan yang adekuat, dapat mendekati normal tetapi dapat timbul di waktu lain
karena telah mempunyai riwayat hipertensi sebelumnya
Daftar Pustaka
Sherwood L. (2015). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sel. Edisi 8. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Ganong, William.2008. Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC
Sudoyo A W, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna
publishing
Seputar Dunia Kesehatan, 2008, Darah Tinggi,
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi DiFiore. Ed 11. Jakarta : EGC