1102019093
PBL B8
4. M. plantaris: Facies
poplitea femoris
(sebelah proximal
Condylus lateralis)
Persyaratan untuk musculus yang menyusun tendo Achilles adalah nervus tibialis. Nervus tibialis
merupakan percabangan dari nervus ischiadicus. Nervus ischiadicus berasal dari lumbal 4,
lumbal 5, Sakralis 1-3.
Tendo achiles secara mikroskopis terdiri dari jaringan ikat, berikut ini adalah gambaran
mikroskopik dari tendon
Pada gambar terlihat potongan memanjang dari tendo, dimana terdapat serat kolagen dalam
keadaan meregang dan relaks. Serat kolagen dikemas dalam satu bundel secara paralel. Diantara
susunan kolagen terdapat jaringan ikat longgar yang terdapat barisan fibroblast. Ketika tendon
meregang, tumpukan kolagen akan berbentuk lurus. Sedangkan saat tendon relaks, bentuknya
akan berubah menjadi bergelombang. Pada tumpukan serat kolagen juga terdapat jaringan ikat
interfascicular yang terdiri dari banyak pembuluh darah dan dapat juga ditemukan fibroblast.
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamen i. Ligamentum atau tendon
kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles (lembaran). Lembaran berisi
fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang merupakan sel-sel biologis yang
menghasilkan ligamen atau tendon. Ada karakterisitik struktural pada tingkat ini yang
memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp
merupakan struktur bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan
terhadap hubungan stress regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.
Serabut kolagen memiliki daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai padatendon,
ligamen, kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang. Bilakolagen direbus akan
menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh pepsindan enzim kolagenase. Paling
tidak telah dikenal 2 jenis serabut kolagen dengan variasi pada urutan asam amino dari rantai α
(alfa). Dari 20 jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang paling utama dan secara genetik berbeda.
Keenam tipe kolagen tersebut adalah :
Tipe I : Tipe kolagen yang paling banyak ditemukan. Terdapat pada jaringan ikat
dewasa, tulang, gigi dan sementum
Tipe II : Tipe kolagen ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama
penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyalin dan elastin
Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis jaringan
ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler
Tipe IV : Terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan
merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan dengan lamina tersebut
Tipe V : Terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I
Tipe VI : terdapat pada basal lamina
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe-I,tendon Achilles
yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III. Fibroblast dari tendon Achilles yang
putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-III pada kultur.Kolagen tipe-III kurang tahan
terhadap kekuatan tarikan dan karena itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan.
1.3. Kinesiologi
Articulatio tibiofibularis
Tulang : fascies articularis fibularis tibiae dengan fascies articularis capitis fibulae
Jenis sendi : diarthrosis untuk proksimalis dan distalis syndesmosis untuk batang tibia dan
fibula
Penguat sendi : ligamentum capitis fibulae anterius, ligamentum capitis fibulae posterius dan
Membrana interossea cruris
Gerak sendi : gerakan ke atas dan ke bawah
Articulatio talocruralis
Tulang : antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh maleoli ossa cruris
Jenis sendi : gynglimus
Penguat sendi : ligamentum mediale pars tibionavicularis, pars tibiocalcanea pars tibioantalaris
anterior, pars tibiotalaris posterior, ligamentum talofibulare anterius, ligamentum talofibulare
posterius, dan ligamentum calcaneofibulare.
Sumbu gerak : sumbu frontal yang berjalan mulai dari kraniomedialis ujung bawah malleolus
medialis sampai kaudolateralis ujung bawah malleolus lateralis. Sumbu ini membentuk sudut
terhadap bidang transversa sebesar 7o. Bila dilihat dari atas anteromedial ke posterolateral dan
membentuk sudut 13o dari bidang frontal.
Gerak sendi :
1. Fleksi dorsalis : M.tibialis anterior, M.digitorum longus, M. Peroneus tertius, M.extensor
hallucis longus
2. Fleksi plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis longus,
M.peroneus longus dan brevis M.tibialis posterior
2.2. Etiologi
Cedera biasanya dialami sebagai suatu snap yang dapat didengar saat tolakan kuat (plantar fleksi
dengan lutut ekstensi). Diikuti segera oleh nyeri betis mendadak dan dorsofleksi mendadak pada
kaki yang plantar fleksi.
Dorsofleksi yang tiba-tiba secara pasif pada keadaan kontraksi maksimal otot betis, dapat
menyebabkan ruptur total tendo achilles. Ruptur dapat juga terjadi pada saat berolahraga yaitu
pada waktu berlari, melompat atau bermain bulu tangkis. Dalam beberapa kasus putusnya tendo
Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Tendo juga dapat melemah
bergantung pada bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga bisa disebabkan oleh
peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur tendo Achilles lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Penyebab lainnya juga bisa karena:
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis(trauma langsung seperti luka laserasi
atau tembakan dapat merobek tendon Achilles).
2.4. Patofisiologi
Ruptur traumatik tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat perubahan posisi
kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi
kontraksi mendadak pada otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan
tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Ruptur tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau melompat.
Kondisi klinik ruptur tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang
hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan plantarfleksi,
dan respons ansietas pada klien. (Muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen. Stress
tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada
daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespon
secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon
tetap kurang dari 4% yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli
mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8%, serat kolagen mulai
meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih
besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena
kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah tendon Achilles dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah. Jika otot-
otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.
Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot.
Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak
seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.
Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang
yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Tendon Achilles
robek lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat
terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis
berkontraksi.
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot
yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.(Price, Sylvia
Anderson. 1995.)
Robekan tendo calcaneus terjadi pada saat berlari, melompat atau berolahraga seperti main tenis,
bola voli, bola basket, badminton. Tendo mulai mengalami perubahan degenerasi pada umur 25-
30 tahun. Robekan tendo calcaneus biasanya terjadi 5cm diatas insersionya atau tepat pada
perlekatannya di calcaneus, bisa bersifat total atau parsial. Robekan dapat pula tejadi hanya pada
M. Plantaris pada batas anatara otot dan tendo. Faktor mekanik salah satu faktor yang
menyebabkan mudahnya terjadi ruptur tendon Achilles adalah adanya intensitas aktivitas atau
olahraga berlebihan, mikrotrauma kronis, overpronasi tendon, dan insufisiensi otot
gastroknemius atau soleus. Pada kondisi normal, komposisi otot paling banyak adalah kolagen
tipe I. Namun, adanya stres dan trauma tendon menyebabkan kompensasi berupa peningkatan
kolagen tipe III yang kurang kuat jika meregang sehingga memudahkan terjadinya ruptur.
b. Thompson Test
Pertama kali ditemukan oleh Simmonds dan dipopulerkan oleh Thompson -
Doherty.Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas. Apabila tendo achilles
normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo Achilles. Namun apabila terjadi ruptur,
maka tidak ada pergerakan.
• Pasien berbaring diatas kasur dengan posisi kaki menghadap kebawah.
• Tungkai bawah agak menggantung dipinggir kasur.
• Kemudian otot gastrocnemius pasien diremas. Dilihat ada tidaknya gerakan plantar
fleksi pada tendo achiles.
• Uji Thompson (+) bila tak ada gerakan plantar fleksi kaki.
c. Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal dari calcaneus
dimasukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak
jarum seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila
jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur. Tidak
disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
d. Tes Sphygmomanometer
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian tengah sementara
pasien berbaring rawan. Manset mengembang hingga 100 milimeter merkuri (13,33
kilopascal) dengan kaki di fleksi plantar. Kaki kemudian dorso fleksi. Jika tekanan naik
sampai sekitar 140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit musculotendinous
dianggap utuh. Namun, jika tekanan tetap sekitar 100 milimeter merkuri (13,33
kilopascal), maka diagnosis ruptur tendon Achilles dapat ditegakkan.
e. Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket. Pergelangan kaki
dilakukan dorso fleksi secara pasif. Apabila tendo utuh, maka tekanan akan naik sekitar
35-60 mmHg. Namun bila tendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau
tidak bergerak sama sekali.
Maffuli mengevaluasi sensitivitas, spesifisitas dan prediktif dan nilai dari tes pijat betis,
jarak teraba, tes Matles, tes jarum O’Brien dan tes sphygmomanometer tes dari 174
ruptur tendon achilles lengkap. Semua tes menunjukan nilai prediksi positif tinggi,
namun tes pijat betis ( test Thompson ) dan tes Matles ternyata lebih sensitif ( 0,96 dan
0,88 ) dibandingkan tes lain.
A. Pemeriksaan Penunjang
Plain Radiograph
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung robekan tendon Achilles.
Radiografi menggunakan sinar-Xuntuk menganalisis titik cedera. Hal ini tidak efektif
untuk mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron
energi tinggimenghantam sumber logam. Gambar sinar-X diperoleh dengan
memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda dari padat (misalnya kalsium dalam
tulang) dan kurang padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan dan
ditangkap di film. Sinar-X umumnyadipakai untuk mengoptimalkan visualisasi benda
padat seperti tulang, sementara jaringanlunak masih relatif tidak dibedakan di latar
belakang nya. Radiografi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon Achilles
dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah tulang kalkanealis.
Ultrasonografi
Dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan adanya robekan.
Bekerjadengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh
pasien. Beberapasuara dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan
jaringan lunak atau tulang.Gambar-gambar yang tercermin ini dapat dianalisis dan
dihitung ke dalam suatu gambar.Gambar-gambar ditangkap secara nyata dan dapat
membantu dalam mendeteksi pergerakantendon dan memvisualisasikan kemungkinan
cedera atau robek.Perangkat ini membuat pemeriksaan menjadi sangat mudah untuk
menemukan kerusakanstruktural jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk
mendeteksi jenis cedera. Alatmodalitas gambar ini tidak mahal, tidak melibatkan radiasi
pengion dan di tanganultrasonographer ahli, bisa diandalkan.
Foto Rontgen
Awalnya untuk memastikan ada tidaknya “Calcaneous spur”. Pada penderita plantar
fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua kali dari normal.
2.6. Diagnosis
Diagnosis
1. Anamnesis
- Nyeri di daerah pergelangan kaki, kadang hingga ke betis dan kaki
- Tidak dapat atau kurang mampu menggerakan kaki (terutama gerakan plantar fleksi)
- Kaku di pagi hari
2. Inspeksi
- Pembengkakan di daerah pergelangan kaki
- Deformitas / perubahan bentuk
3. Palpasi
- Terasa nyeri bila menekan tendo Achilles
- Temperatur local
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki akan
mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien
sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Gerak dan kekuatan otot akan
dievaluasi dan dibandingkan dengan yang sehat (Thompson/Simmonds Test).
Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke
bawah (Plantarfleksi) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki (Dorsofleksi).
Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui pemeriksaan
fisik). Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat melakukan tes MRI.
Pemeriksaan fisik :
Thompson test
Pertama kali ditemukan oleh Simmonds dan dipopulerkan oleh Thompson-Doherty.
Pasien berbaring diatas kasur dengan posisi kaki menghadap kebawah .
Tungkai bawah agak menggantung dipinggir kasur.
Kemudian otot gastrocnemius pasien diremas. Dilihat ada tidaknya gerakan plantar fleksi
pada tendo achiles.
Uji Thompson (+) bila tak ada gerakan plantar fleksi kaki.
Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal dari calcaneus
dimasukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum
seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum
tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk
dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket. Pergelangan kaki dilakukan
dorsofleksi secara pasif.Apabila tendo utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg.
Namun bila tendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.
Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi.
Pemeriksaan radiografi biasanya menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini
sangat tidak efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Gambar X-ray diperoleh
dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbentuk padat (misalnya kalsium dalam
tulang) Sinar-X umumnya mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara
jaringan lunak masih relatif sulit untuk diidentifikasi. Radiografi memiliki sedikit peran dalam
penilaian cedera tendon Achilles.
2. USG.
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon. Ia bekerja dengan mengirimkan
frekuensi suara yang sangat tinggi.Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara
cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang.
Gambar-gambar ini diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi
pergerakan tendon dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural untuk jaringan lunak, dan
metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
Diagnosis banding
1. Calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi Ciran yang di rancang untuk memahami gesekan. Ketika bursa ini
meradang di sebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah peradangan pada bursa di belakang
tulang tumit. Bursa ini biasanya membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di
belakang tumit meluncur turun naik.
2. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/berlari, tendoncitis
adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat trauma tendinnachilles dan betis.
3. Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada tendon achilles yang juga menyebabkan
degenerasi dan penebalan tendon.
2.7. Penatalaksanaan
Penanganan pada semua tendon yang putus mengikuti standar RICE (Rest, Ice, Compression,
Elevation) dilakukan sebelum mendapatkan tindakan medis.
a. Istirahatkan ekstremitas yang sedang sakit.
b. Aplikasikan es ke daerah yang terkena
-Terapkan es dalam kantung plastik dibungkus dengan handuk atau dengan kompres dingin.
-Jangan menerapkan es langsung ke kulit karena dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut jika
dibiarkan selama jangka waktu lama.
Fisioterapi, dengan kaki menggantung melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif,
yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke
posisi netral, dengan protokol ROM yang sama seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu,
pasien diizinkan untuk menanggung berat badanyang ditoleransi sambil mengenakan orthosis.
Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-
8, pasien diperbolehkan melepas orthosisdan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan
penguatan.
Terapi Operatif:
1. Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan melewati
ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus
maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan
mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril.
Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips
dilakukanselama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips
dengan elevasi tumit rendah.
Obat
a)Ibuprofen
Menghilangkan nyeri ringan sampai sedang
b)Asetaminofen
c)Pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, orang dengan gangguan GI tract bagian
atas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri, memiliki efek sedative
- Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan
kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus.
3. Teknik Krackow
b. Perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan besar, dan
menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan. Pembedahan mungkin tertunda selama
sekitar satu minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien
menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan sedikit,
perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan bedah
terbuka. Keduanya membutuhkan sekitar waktu 6 minggu untuk penyembuhan. 4 minggu untuk
mengembalikan panjang otot, 1-3 minggu untuk memulai pergerakan pertama.
- Perawatan non-bedah
Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya dilakukan
untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan
operasi. Sebuah cor atau penjepit dimasukkan ke kaki bawah untuk membantu menyembuhkan
tendon. Diharuskan memakai gips atau penjepit untuk setidaknya enam sampai delapan minggu.
Biasanya memakan waktu lebih lama untuk pulih dari ruptur tendon Achilles menggunakan
pengobatan ini, dibandingkan dengan operasi.
Tidak ada risiko infeksi dari jenis pengobatan dan itu cocok untuk orang yang mungkin memiliki
komplikasi selama operasi. Tendon dapat kembali pecah di sekitar 13 di setiap 100 orang yang
memiliki perawatan ini. Jika tendon sebagian pecah Anda lebih mungkin untuk diberi dituang
atau penjepit, bukan operasi.
- Setelah pengobatan
Setelah cast atau penjepit dihapus, dibutuhkan secara bertahap peningkatan aktivitas untuk
memperkuat tendon. Dokter, atau fisioterapis, akan memberi sejumlah latihan untuk
melakukannya, yang akan meningkatkan berbagai gerakan dan kekuatan di kaki. Fisioterapis
dapat mencoba berbagai teknik untuk mengurangi rasa sakit. Ini mungkin termasuk latihan dan
teknik jaringan lunak (pijatan). Dia juga akan menyarankan untuk kembali ke latihan. Namun, ini
mungkin memakan waktu lebih lama dan juga akan tergantung pada aktivitas tersebut.
2.8. Pencegahan
Pencegahan tidak dapat dilakukan setiap saat. Namun berikut cara pencegahannya:
• Obat-obatan kortikosteroid seperti prednison, harus dikonsumsi secara hati-hati dan
dosisnya jika bisa diturunkan. Tetapi, banyak juga kondisi dimana kortikosteroid sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup penderita.
• Antibiotik Quinolone harus dikonsumsi dengan hati-hati pada usia pasien diatas 60
tahun atau pasien yang memakai obat-obatan steroid.
• Memakai sepatu yang tepat dan sepatu olahraga.
• Pemanasan sebelum peregangan atau berolahraga.
• Regangkan antara pemanasan dan berolahraga, dan kemudian lagi setelah berolahraga.
• Sebagai bagian dari program peregangan, juga mempertimbangkan pijat.
• Jika Anda melakukan latihan aerobik dan penguatan pada hari yang sama, melakukan
latihan aerobik pertama.
• Memperkuat otot kaki, terutama otot betis.
• Uji cedera setelah berolahraga.