TENDON
Pengertian dari tendon sendiri adalah sebuah pita jaringan ikat (fibrosa)
yang melekat pada otot dan ujung yang lain berinsersi ke dalam tulang.
Tendon memiliki sedikit elastisitas.
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel
Fungsi dasar:
1. Tendon membawa kekuatan tarik dari otot ke tulang
2. Tendon membawa kekuatan tekan ketika membungkus tulang seperti
katrol
Struktur:
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)
Blood Supply
1. Pembuluh darah di perimysium (meliputi tendon)
2. Pada periosteol insertion
3. Jaringan sekitarnya
Nervus
Persyarafan untuk musculus yang menyusun tendo Achilles adalah
nervus tibialis. Nervus tibialis merupakan percabangan dari nervus
ischiadicus. Nervus ischiadicus berasal dari lumbal 4, lumbal 5, Sakralis
1-3.
img.webmd.com
Serat kolagen terdapat pada semua jenis jaringan ikat yang terdiri atas
protein-protein kolagen. Dalam keadaan segar, kolagen berwarna putih.
Diameternya berkisar antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung
menjadi berkas serabut yang lebih besar. Dalam keadaan segar bersifat
lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen bergelombang,
karenannya bersifat lentur.
Benang serabut kolagen yang paling halus yang dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya adalah fibril dengan tebal kurang lebih 0,3 sampai 0,5
µm. Selanjutnya fibril ini disusun oleh satuan serabut yang lebih kecil
yang disebut miofibril dengan diameter 45 sampai 100nm. Miofibril ini
hanya terlihat dengan mikroskop elekron dan tampak mempunyai garis
melintang khas dengan periodisitas 67 nm.
3. M. soleus: Caput
fibulae, Facies
posterior dan
Margo posterior
fibulae (sepertiga
bagian proximal),
Facies posterior
tibiae (pada dan di
bawah linea
musculi solei),
Arcus
tendineusmusculi
solei
4. M. plantaris:
Facies
popliteafemoris
(sebelah proximal
Condyluslateralis)
Articulatio talocruralis
Tulang: antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh malleoli issa
cruris.
Jenis sendi: gynglimus.
Gerak sendi:
Fleksi dorsalis: M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M.
peroneus tertius, dan M. extensor hallucis longus.
Fleksi plantar: M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor
hallucis longus, M. peroneus longus dan brevis, M. tibialis posterior.
2. MM Drop Foot
2.1 Definisi
Ketidakmampuan mengangkat baagian depan kaki, yang merupakan
pertanda dari masalah saraf atau otot pada kaki. Dan drop foot bukanlah suatu
penyakit.
2.2 Etiologi
Cedera saraf. Penyebab utama foot drop adalah kompresi saraf pada kaki
yang mengendalikan otot yang berperan untuk mengangkat kaki. Saraf ini juga
dapat cedera saat operasi penggantian panggul atau lutut, yang dapat
menyebabkan foot drop. Cedera akar saraf (“pinched nerve”) pada tulang
belakang juga dapat menyebabkan foot drop. Orang-orang dengan diabetes
lebih rentan terhadap kelainan saraf, yang terkait dengan foot drop.
Kelainan otot atau saraf. Berbagai jenis dari distrofi otot, penyakit turunan
yang menyebabkan kelemahan otot progresif, dapat berkontribusi terhadap foot
drop. Kelainan lain, seperti polio atau Charcot-Marie-Tooth disease, juga dapat
menyebabkan foot drop.
Kelainan otak dan saraf tulang belakang. Kelainan yang mempengaruhi saraf
tulang belakang atau otak – seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), multiple
sclerosis atau stroke – dapat menyebabkan foot drop.
Ruptur tendo Achilles adalah putusnya tendo Achilles atau cedera yang
mempengaruhi fungsi dari bagian bawah belakang kaki. Kerobekan
tendon Achilles merupakan cedera yang parah dan menyebabkan
kecacatan. Kerobekan biasanya terjadi pada beberapa inchi diatas
perbatasan antara tendon dan tulang tumit. Ini secara khas terjadi ketika
seseorang mengontraksikan, atau menegangkan, otot betis dan secara
mendadak mendorongkan kakinya, seperti pada olahraga bola basket.
Ruptur tendon achilles merupakan pecahnya atau terpisahnya serabut
tendon sehingga tendon achilles tidak dapat lagi menjalankan fungsinya.
(Bleakney RR, White LM, Maffuli N. Imaging of the Achilles tendon.
Available from http://www.springer.com/978-1-84628-628-5)
B.Faktor eksternal
1. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya
2. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit
tinggi)
3. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai,
pelebaran sisi sepatu, berkurangnya fleksibilitas kaki)
4. Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki
dengan bebas).
#TAMBAHAN
Memahami dan menjelaskan klasifikasi rupture tendo Achilles
• Tipe 1 : ruptur parsial (tanpa operasi)
• Tipe 2 : ruptur total dengan jarak tendo yang putus sampai dengan 3 cm
• Tipe 3 : ruptur total dengan jarak tendo yang putus 3-6 cm
• Tipe 4 : ruptur total dengan jarak tendo yang putus > 6 cm
Pasien dengan ruptur tendon achilles memiliki riwayat nyeri sifatnya tiba-
tiba tanpa gejala sebelumnya. Sering dilaporkan pasien merasa seolah-olah
telah dipukul sesuatu dari belakang. Pada kasus tertentu, diagnosis sangat
jelas. Diagnosis berdasarkan klinis adanya celah yang teraba di daerah
ruptur selama minggu pertama disertai kemampuan fleksi plantar di
pergelangan kaki tidak ada atau sangat lemah.
(Olsson N. Acute achilles tendon rupture: outcome, prediction and
optimized treatment. 2013. Gothenburg, Sweden)
1. Tes Simmonds
Gerakan atau tes dengan meremas otot betis dari sisi yang terkena
sementara pasien berbaring rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki
menggantung longgar di hasil tidak ada gerakan (tidak ada plantar flexion
pasif) kaki, sementara gerakan diharapkan dengan Tendon Achilles yang
utuh dan harus diamati pada manipulasi dari betis tidak terlibat.Nilai
Prediksi benar 13,7 sedangkan nilai prediksi salah kira-kira <0,1
2. Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak
dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi
pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum tidak
bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur. Tidak
disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
3. Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo utuh,
maka tekanan akan naik sekitar 35- 60 mmHg. Namun bila tendo
mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama
sekali.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Dengan Sinar X
Citra sinar X yang biasa memiliki peran yang terbatas dalam
pemeriksaan pasien dengan rasa sakit pada tendo achilles. Kadang-
kadang adanya penonjolan yang tampak dan berlebihan pada
calcaneus perlu diperhatikan. Hal ini mungkin saja merupakan faktor
yang menimbulkan dan menambah retro calnaceal bursitis semakin
parah. Pemeriksaan secara ultrasound dapatmembantu membedakan
antara tendinitis, paratendinitis, degenerasi focal, dan putus sebagian
(partial tear). Pemeriksaan secara ultrasound harus dilakukan saat luka
pada tendo Achilles tidak bereaksi terhadap cara tradisional. MRI juga
dapat membantu pemeriksaan cedera pada tendo achilles.
Ultrasonografi
a. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki, berkonsentrasi
pada area tertentu sebagai berikut:
· Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau
jeda yang teraba di tendon.
· Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantarflex
pergelangan kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan
akan lemah. Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
· Lutut fleksi test:
Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk rawan dan
pasien 90 °. Kehilangan tegangan normal soleus istirahat gastrocnemius
akan memungkinkan pergelangan kaki untuk menganggap posisi yang
lebih dorsiflexed dari itu di sisi terluka.
d. Radiografi
Untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah tuberositas
calcaneal dan avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya
menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat tidak
efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray
diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda
padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan jaringan kurang padat
(misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan terekam dalam
film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat
seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif undifferentiated di
latar belakang. Radiografi memiliki sedikit peran dalam penilaian cedera
tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan luka lain
seperti patah tulang calcaneal.
e. USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan
kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang dipantulkan
kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau
tulang. Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke
dalam gambar. Gambar-gambar ini diambil secara real time dan dapat
sangat membantu dalam mendeteksi pergerakan tendon dan
memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural untuk
jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera
ini.
f. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi
tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis,
tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang
kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan melalui tubuh.
proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio yang mengetuk
beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton ini kembali
mereka memancarkan gelombang radio sendiri yang unik yang dapat
dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat gambar penampang tajam
dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi
dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat tinggi sehingga
mudah bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.1
g. Musculoskeletal ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan
ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan
mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh Anda.
Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan
interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin
dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil
secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan
tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata.
Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan
struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk
mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan
radiasi pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat
handal.
(Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta)
Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika
berjalan/ berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang
dapat membuat trauma tendon achilles dan betis.
Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk,
jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika
pergelangan kaki berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian
dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong subkutan.
Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril Setelah
itu, pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan
gips dilakukan selama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat
dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.
Pengobatan lainnya
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular,
neuropati, atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk
memilih pengobatan non-operative karena risiko yang signifikan dari
pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence perbaikan,
komplikasi perioperatif).
• Gips kaki pendek dipasang pada kaki yang terkena, sementara
pergelangan kaki ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).
Dengan menjaga kaki dalam posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih
baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama sekitar 6-10 minggu.
Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki secara
bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode
imobilisasi (~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau
pergelangan kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan
menggunakan cor diperbolehkan saat masa tersebut. Setelah pelepasan
cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab dipakai selama 2-4 bulan.
Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai.
• Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak
ada (misalnya, kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera
neurovaskular), biaya rumah sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas
lebih rendah, dan tidak ada paparan anestesi.
• Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi
rerupture (hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain
itu, tepi tendon dapat menyembuhkan dalam posisi memanjang karena
celah di ujung tendon yang mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar
dan daya tahan.
Postoperative Course
• Latihan beban fungsional dan ROM ,dengan melakukan ini, durasi waktu
perawatan dapat menurun, pasien pun dapat lebih cepat berolahraga
• Pemasangan gips
• Fisioterapi
• Pemakaian orthosis
• Tendon akan tersambung dalam 4-8 minggu taetapi pasien tidak
berolahraga berat selama 6 bulan
Rehabilitasi pasca operatif antara lain pemasangan long leg cast dengan
posisi plantar flesksi dan sedikit fleksi lutut untuk 3 minggu. Untuk
mencegah atrofi otot soleus, kaki harus dalam posisi dorsifleksi maksimal
dengan memperhatikan integritas tendon Achilles. Selanjutnya gips
diperpendek atau diganti dengan AFO untuk 3 minggu berikutnya. Setelah
imobilisasi, kedua tungkai harus disesuaikan dengan tumit terangkat dan
beban mulai diberikan sampai didapat pola jalan yang normal. Elevasi
tumit dapat dikurangi dan latihan peregangan dapat dimulai. Peregangan
harus dimulai dengan plantar fleksi ringan dan secara bertahap
ditambahkan tahanan sampai bisa berdiri dengan jari kaki tanpa nyeri.
Bila diagnosis terlambat diketahui mungkin diperlukan tandur
tendon. Pada satu penelitian, mobilisasi awal pasca operatif, tidak
meningkatkan kejadian ruptur. Dan 64 pasien dapat berkatifitas normal
dalam waktur rata-rata 3,3 bulan. Programnya terdiri dari latihan
menggunakan alat bantu kaki selama 4-6 minggu dalam 0-15 derajat
dorsifleksi dan dilatih selama 10 minggu. Yang harus dilakukan hati-hati
adalah pada pasien lebih dari 30 tahun.
(Lattermann C., Armfield D., Wukich DK., Current Diagnosis &
Treatment in Sports Medicine, 1st Ed. McGraw-Hill, 2007)
4. MM Informconsent
4.1 Hak & Kewajiban Dokter
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.