ABSTRACT
Stroke is an emergency contidion of focal and global neurological deficits caused by brain blood
vessel disorders, either in the form of blockages or rupture of blood vessels that are more than 24
hours. Antiplatelet therapy is one of the therapies used for ischemic sroke patients that works by
inhibiting platelet aggregation. The purpose of this study was to determine the pattern of antiplatelet
drug use and evaluate the use of antiplatelet drugs in ischemic stroke patients in terms of the patient’s
right parameters, the right drug, the right indication and the right dosage. This research was
conducted at the Tangerang District General Hospital in 2019 and is an observational study, with
retrospective and descriptive analysis. Sampling of 78 patients using purposive sampling method. The
results of the study evaluated the use of combination antiplatelet (aspilet and clopidogrel) 65,38%,
aspilet single therapy 30,76% and clopidogrel single therapy 3,84%. The evaluation of the patient was
right for the patient 96,15%, the right drug 96,15%, the right indication 100% and the right dose
100%. The conclusion of this study the most widely used antiplatelet use was the combination of
aspilet and clopidogrel. The use of antiplatelet has not met the correct medication and the patient’s
right.
Keywords: Ischemic Stroke, Antipletelet, Evaluation Of Drug Accuracy
PENDAHULUAN
Stroke adalah penurunan sistem syaraf besar, stroke dibagi dalam dua kelompok yaitu
utama secara tiba tiba yang berlangsung Stroke perdarahan (hemoragik) dan stroke non
selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari perdarahan (Stroke Iskemik). Stroke iskemik
pembuluh darah (Yulinah, 2008), secara garis adalah stroke yang disebabkan oleh
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 39
Sefi Megawati, Reni Rahmawati, Nuriyatul Fhatonah 2021
pembentukan thrombus atau emboli yang Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
menghambat arteri serebral (Junaidi, 2011) Tangerang Periode 2019.
Pada tahun 2020 diperkirakan sekitar 7,6
juta orang akan meninggal akibat stroke. Di METODE PENELITIAN
Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 800 – Alat
1.000 kasus stroke setiap tahunnya. Kasus Alat yang digunakan dalam penelitian ini
stroke hemoragik sekitar 15 – 30% dan yaitu berupa lembar pengumpulan data dan
stroke iskemik sekitar 70–85%, namun pada standar acuan yang terdiri dari PERDOSSI :
Negara berkembang di Asia untuk penyakit penatalaksanaan khusus stroke akut (2011)
stroke hemoragik terjadi sekitar 30% dan untuk evaluasi tepat pasien, tepat obat dan
70% untuk penyakit stroke iskemik (Junaidi, tepat indikasi, Dipiro untuk evaluasi tepat
2011). Prevalensi Stroke (Permil) berdasarkan dosis.
diagnosis pada penduduk umur ≥ 15 tahun
menurut provinsi, 2013-2018 naik dari 10,9% Bahan
menjadi 14,7% dan sekitar 7% untuk provinsi Bahan yang digunakan dalam penelitian
banten (Riset Kesehatan Dasar, 2018). ini berupa catatan rekam medik pasien.
Salah satu terapi yang digunakan untuk
penderita stroke iskemik adalah antiplatelet. Sampel
Antiplatelet adalah obat yang dapat Sampel yang digunakan dalam
menghambat agregasi trombosit sehingga penelitian ini adalah pasien stroke iskemik
menyebabkan terhambatnya pembentukan yang mendapatkan obat antiplatelet di instalasi
thrombus pada pembuluh darah (Douketis et rawat inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
al., 2012). Antiplatelet mempunyai manfaat Tangerang periode Januari-Deseber 2019.
yang besar dalam pencegahan stroke, namun Jumlah total pasien stroke iskemik yang
obat antiplatelet tetap memiliki resiko mengunakan antiplatelet adalah 346 pasien,
terjadinya pendarahan pada penggnaan yang kemudian dihitung dengan menggunakan
antilatelet ganda (Assaufi and Ardana, 2014). rumus slovin sehingga didapat jumlah sampel
Berdasarkan hasil penelitian yang sebanyak 78.
dilakukan oleh Kurniasari, D. Rizki (2017)
antiplatelet yang digunakan adalah aspilet
72,91%; klopidogrel 18,75%; kombinasi aspilet
dan klopidogrel 8,33%. Hasil kerasionalan
terhadap pengobatan stroke iskemik
menggunakan antiplatelet yaitu 100% tepat
indikasi; 97,91% tepat pasien; 87,50% tepat
obat; 87,50% tepat dosis dan rasionalitas
87,50%. Pada pengobatan suatu penyakit
harus dilakkan secara rasional, karena pada
pengobatm dapat menimbulkan dampak yang n = besar sampel
negatif diantaranya dampak pada mutu N = besar populasi pasien stoke iskemik di
pengobatan dan pelayanan, mutu ketrsediaan RSU Kabupaten Tangerang tahun 2019
obat dan psikososial, biaya pengobatan, d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan
meningkatnya mortinitas dan orbiditas 90% sehingga presentasi kesalahan
(Roveny, 2015). pengambilan sampel yaitu 10% (0,1)
Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang merupakan salah satu Rumah Metode
Sakit tipe B yang memberikan pelayanan Penelitian ini termasuk dalam jenis
keperawatan stroke iskemik di poli penyakit penelitian observasional dengan pengambilan
dalam. di dapatkan populasi pasien stroke dari data dilakukan secara retrospektif dan
Januari sampai Desember 2019 sebanyak dianalisis secara deskriptif dalam bentuk
346. presentase masing-masing kejadian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka ketidaktepatan penggunaan obat. Kriteria
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Inklusi Pasien stroke iskemik dengan atau
tentang Evaluasi Penggunaan obat antiplatelet tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat
pada Pasien stroke iskemik di instalasi Rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang 2019, Pasien dewasa > 17 tahun, berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 64
Pasien yang mendapatkan obat antiplatelet pasien (66,67%) dibandingkan dengan yang
Pasien dengan data rekam medik yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32
lengkap. Kriteria Eksklusi Data rekam medik pasien (33,33%). Salah satu penyebabnya
yang tidak lengkap. adalah faktor hormonal, laki-laki tidak memiliki
hormon yang dapat meningkatkan kadar HDL
HASIL DAN PEMBAHASAN darah sedangkan perempuan memiliki hormon
Evaluasi penggunaan obat antiplatelet estrogen yang dapat meningkatkan kadar HDL
pada pasien stroke iskemik di Instalasi rawat dalam darah yang dapat mencegah terjadinya
inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2019 atherosklerosis akibat terbentuknya plak-plak
dilihat dari kesesuaian mengenai tepat pasien, pada pembuluh darah (Heart and Stroke
tepat indikasi, tepat obat dan tepat dosis yang Foundation, 2010). Laki-laki juga memiliki
diresepkan. Data yang diperoleh dari Instalasi risiko yang lebih tinggi terserang penyakit
rekam medik yaitu profil pasien, penggunaan stroke iskemik dibandingkan dengan
obat antiplatelet, diagnosa, riwayat penyakit, perempuan karena kebiasaan buruk laki-laki
dan dosis yang terdapat dalam data rekam yang sering merokok atau minum alkohol yang
medik pasien stroke iskemik ke dalam lembar bisa meningkatkan risiko terjadinya stroke
catatan untuk dianalisis. Analisis data hasil iskemik (Junaidi, 2011).
penelitian yang dilakukan dengan meliputi
karakteristik pasien, pola penggunaan obat 2. Karakteristik pasien berdasarkan usia
serta ketetapan penggunaan obat antiplatelet Karakteristik pasien stroke iskemik
pada pasien stroke iskemik. berdasarkan usia yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data ditunjukan oleh gambar
1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis 2
kelamin
Karakteristik pasien stroke iskemik
berdasarkan jenis kelamin yang di peroleh Karakteristik pasien stroke
dari hasil pengumpulan data ditunjukan iskemik berdasarkan usia
pada gambar 1
40% 28.20% 32.05%
26.92%
20% 8.98%
Karakteristik pasien stroke 3.85%
iskemik berdasarkan jenis 0%
kelamin 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 > 65
60%
55.12%
40%
44.88%
laki laki 43 Gambar 2. Karakteristik pasien stroke iskemik
pasien
berdasarkan Usia di instalasi rawat inap RSU
20% perempuan 35
pasien
Kabupaten Tangerang Tahun 2019
0%
Laki-laki Perempuan Gambar 2. menjelaskan bahwa
karakteristik pasien berdasarkan usia, yaitu
Gambar 1. Karakteristik pasien stroke iskemik kategori usia 26-35 tahun terdiri dari 3
berdasarkan jenis kelamin di instalasi rawat pasien (3,84%) kategori usia 36-45 tahun
inap RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2019 terdiri dari 7 pasien (8,97% ), kategori usia
46-55 tahun terdiri dari 22 pasien (28,20%),
Gambar 1. menjelaskan bahwa kategori usia 56-65 tahun terdiri dari 25
karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, pasien (32,05%), kategori usia > 65 tahun
yaitu kategori laki-laki terdiri dari 43 pasien terdiri dari 21 pasien (26,92%) dari jumlah
(55,12%) dan kategori perempuan terdiri dari sampel yang diambil yaitu 78 pasien.
35 pasien (44,87%). Karakteristik pasien Pada dasarnya stroke dapat terjadi
berdasarkan jenis kelamin terjadi paling pada usia berapa saja bahkan pada usia
banyak pada kategori laki-laki. Hal ini sesuai muda sekalipun. Terjadinya stroke di usia
dengan penelitian yang dilakukan oleh muda lebih disebabkan karena pola hidup,
(Kurniasari, D Rizki, 2017) yang menunjukan terutama pola makan tinggi kolestrol, atau
hasil bahwa lebih banyak pasien stroke kesibukan kerja yang membuat seseorang
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 41
Sefi Megawati, Reni Rahmawati, Nuriyatul Fhatonah 2021
jarang olahraga, kurang tidur, dan stress tunggal dan kombinasi. Pemberian
berat yang juga jadi faktor penyebab stroke antiplatelet bisa sebagai obat tunggal
(Dourman, 2013). Akan tetapi pola penyakit maupun kombinasi dengan
stroke lebih cenderung terjadi pada mempertimbangkan keuntungan dan
golongan umur lebih tua. Hasil penelitian ini kerugian sesuai dengan kondisi pasien
menunjukan pasien stroke iskemik terjadi (Dipiro et al., 2008). Antiplatelet yang paling
paling banyak pada kategori umur antara banyak digunakan di instalasi rawat inap
56-65 tahun yang disebabkan karena stroke RSU Kabupaten Tangerang tahun 2019
menyerang usia produktif dan usia lanjut adalah kombinasi aspilet dan klopidogrel
yang menjadi salah satu faktor terjadinya (Gambar 3).
stroke (PERDOSSI,2011). Hal ini sesuai dengan penelitian
Hal ini sesuai dengan penelitian (Conwit et al., 2019) bahwa kombinasi
(Kurniasari, D Rizki, 2017) yang aspirin dan klopidogrel memiliki resiko lebih
menunjukan bahwa stroke paling banyak rendah untuk kejadian stroke mayor. Pasien
terjadi pada usia antara 56-65 tahun yaitu mendapatkan obat kombinasi aspilet dan
45,83%. Resiko yang dimiliki oleh klopidogrel ketika dirawat inap. Banyaknya
seseorang untuk menderita stroke penggunaan obat kombinasi dibandingkan
bertambah dua kali lipat setelah usia 55 penggunaan tunggal ini juga karena
tahun, karena stroke merupakan penyakit penelitian ini hanya mengambil data rekam
yang terjadi akibat gangguan aliran pada medis dari pasien rawat inap saja karena
pembuluh darah. Pembuluh darah pada setelah pulang sebagian besar pasien
orang yang lebih tua cenderung mengalami hanya diresepkan aspilet 80 mg atau
perubahan secara degeneratif dan mulai klopidogrel 75 mg saja. Hal ini dikarenakan
terlihat dari proses asterosklerosis penggunaan aspilet dan klopidogrel tidak
(Goldstein et al., 2011). boleh digunakan jangka panjang karena
kombinasi ini meningkatkan resiko
3. Karakteristik pasien berdasarkan jenis perdarahan (Dipiro et al., 2008).
obat
Pola penggunaan antiplatelet yang 4. Evaluasi penggunaan obat berdasarkan
diberikan pada pasien stroke iskemik tepat pasien
Jumlah dan presentase pasien stroke Evaluasi ketepatan penggunaan obat
iskemik di instalasi rawat inap RSU berdasarkan tepat pasien dapat dilihat pada
Kabupaten Tangerang pada tahun 2019 gambar 4.
yang menerima obat antiplatelet dapat
dilihat pada gambar 3.
Evaluasi Ketepatan Pasien
120%
100%
80%
Tepat Pasien : 75
60% Pasien
96.15%
40%
Tidak Tepat
20%
Pasien : 3 Pasien
0% 3.84%
Tepat pasien Tidak Tepat
Pasien