Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Ziki Rahmanda Putra

NPM : 18312016P
Bidang Skripsi : Farmasi Klinis dan Komunitas
Rancangan Judul : “Kajian Interaksi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal
Jantung Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pesawaran Periode Januari-Maret 2022”

A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah suatu keadaan patologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan (Tanto, dkk 2014) . Gagal jantung merupakan kondisi
abnormal jantung yang kompleks sehingga jantung tidak mampu memompa darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI) menguraikan tanda-tanda yang dialami oleh penderita gagal
jantung di antaranya sesak napas, kelelahan, dan berkurangnya pengeluaran cairan
(PERKI, 2015). Penyakit gagal jantung merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler yang saat ini merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia termasuk Indonesia (PERKI, 2015).
Prevalensi penyakit Congestive Heart Failure (CHF) berdasarkan data yang
diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54% dari total kematian
disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF) (WHO, 2016). Penelitian yang
telah dilakukandi Amerika Serikat menunjukkan bahwa resiko berkembangnya
Congestive Heart Failure (CHF) adalah 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan
kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)
selama beberapa dekade terakhir. Kejadian Congestive Heart Failure (CHF)
meningkat dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian untuk Congestive Heart
Failure (CHF) sekitar 50% dalam kurun waktu lima tahun (WHO, 2016).
Congestive Heart Failure (CHF) telah meningkat dan menjadi peringkat
pertama sebagai penyebab utama kematian di Indonesia. Prevalensi Congestive

1
Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2019 sebesar 0,3%
dari total jumlah penduduk di Indonesia (Riskesdas, 2019). Data prevalensi
penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada responden umur ≥ 15
tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus
yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung. Prevalensi Congestive Heart
Failure (CHF) di Nusa Tenggara Barat mencapai (0,4%) untuk yang terdiagnosis
dan (0,14%) untuk prevalensi gejala (Riskesdas, 2019).
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, hal ini ditunjukkan dengan kenaikan angka prevalensi
penyakit CHF pada data Riskesdas tahun 2020 yaitu tertinggi pada umur 65-74
tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis, menurun sedikit pada umur ≥ 75 tahun
(0,4%) tetapi untuk gejala tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (1,1%) (Riskesdas,
2020). Dari data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penyakit jantung,
sehingga aspek pengetahuan tentang diet jantung masih minim. Diet jantung yang
dianjurkan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) yaitu diet rendah garam,
diet rendah lemak, diet rendah kalium, kalsium, dan magnesium, diet rendah serat,
serta pembatasan konsumsi alkohol dan kopi.
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di provinsi Lampung berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah yaitu 9,7%. Sedangkan prevalensi hipertensi
provinsi Lampung berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 3,4%, (Profil
Kesehatan Lampung, 2018). Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2018
prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Provinsi Lampung menduduki
penyakit dengan peringkat ke empat yang diderita oleh masyarakat dengan jumlah
penderita sebanyak 545.625 orang. Prevalensi untuk kabupaten Mesuji sendiri
menempati urutan kelima setelah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung
Selatan, Kabupaten Lampung timur, dan Kabupaten Pringsewu dengan cakupan
sebesar 11.378 kasus Congestive Heart Failure (CHF) (Profil Kesehatan
Lampung, 2018).
Terjadinya gangguan fisiologis menyebabkan penderita gagal jantung
membutuhkan terapi farmakologis untuk meredakan gejala dan memperlambat
perburukan kondisi penyakit. Pemilihan terapi didasarkan pada tahapan kondisi
penyakit gagal jantung. Jenis obat-obatan yang digunakan untuk terapi gagal

2
jantung di antaranya penghambat sistem renin- angiotensin, penghambat
adrenoreseptor-β, diuretik, agen inotropik, vasodilator langsung, dan antagonis
aldosterone (tanto, dkk 2014). Pasien yang menderita penyakit gagal jantung
biasanya mendapat kombinasi lebih dari dua obat dan menderita lebih dari satu
jenis penyakit, sehingga kombinasi obat yang diberikan lebih banyak dan potensi
kejadian interaksi obat semakin besar. Pasien gagal jantung pada umumnya sudah
mengalami penurunan fungsi organ dan sudah mengalami komplikasi sehingga
membutuhkan beberapa obat yang dipakai secara bersamaan. Hal tersebut dapat
memacu kemungkinan terjadinya interaksi obat.
Pasien gagal jantung pada umumnya harus diberikan sedikitnya empat jenis
pengobatan yakni, inhibitor ACE (Angiostensin Converting Enzim), diuretik, β
blocker, dan digoksin. Beberapa pasien terkadang juga memerlukan perlakuan
tambahan seperti pemberian senyawa antagonis aldosteron, blocker reseptor
angiostensin dan hidralasin/isosorbid dinitrat. Pasien gagal jantung biasanya juga
menderita penyakit penyerta lain sehingga membutuhkan berbagai macam obat
dalam terapinya. Pemberian obat yang bermacam-macam tanpa
mempertimbangkan dengan baik dapat merugikan pasien karena dapat
mengakibatkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat mengakibatkan
perubahan efek terapi. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat
lainnya yang diberikan secara bersamaan (Stockley, 2008). Tingginya angka
kejadian interaksi obat pada pasien gagal jantung merupakan suatu masalah yang
mendorong adanya suatu pemecahan bersama, guna mengurangi terjadinya DRPs
(Drug Related Problem) (Stockley, 2008).
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani pasien yaitu Rumah
Sakit. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang menangani pasien baik
rawat jalan maupun rawat inap (Depkes RI, 2016). Menurut peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 pengertian Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (Depkes RI, 2016). Jenis pelayanan kesehatan di rumah sakit
salah satunya adalah pelayanan kefarmasian yang memiliki tujuan untuk
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam

3
rangka keselamatan pasien (patient safety) serta meningkatkan terapi pengobatan
pasien. Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran merupakan salah satu rumah sakit
di Kabupaten Pesawaran yang sudah terakreditasi dan merupakan rumah sakit tipe
C.
Penelitian yang dilakukan terhadap pasien gagal jantung kongestif di Rumah
Sakit Umum Tugurejo Semarang tahun 2008, menunjukkan bahwa dari 110 rekam
medik pasien rawat inap dan 127 resep rawat jalan menunjukan bahwa interaksi
obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien
rawat jalan (Widriyati, 2008). Sedangkan Page dan Lindenfer (2012) melakukan
penelitian terhadap pasien gagal jantung dan menemukan bahwa 40% penderita
gagal jantung mengalami 5 atau lebih kondisi kronis pada organ kardiovaskular
maupun non-kardiovaskular, dengan demikian penderita gagal jantung sangat
mungkin menderita penyakit lain. Selain itu, penderita gagal jantung juga
cenderung menerima polifarmasi atau terapi lebih dari 5 obat. Banyaknya obat
yang dikonsumsi oleh pasien akan meningkatkan probabilitas terjadinya interaksi
obat.
Berdasarkan uraian diatas, serta belum adanya penelitian mengenai potensi
interaksi obat di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran sehingga membuat
penulis ingin melakukan penelitian tentang “Kajian Interaksi Penggunaan Obat
Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pesawaran Periode Januari-Maret 2022”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kajian mengenai interaksi obat pada pasien gagal jantung rawat
jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-Maret 2022?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui kajian interaksi obat pada pasien gagal jantung rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-Maret 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, usia, dan

4
diagnosa pada pasien gagal jantung rawat jalan di Rumah Sakit Umum
Daerah Pesawaran periode Januari-Maret 2022.
b. Mengetahui karakteristik peresepan obat pada pasien gagal jantung
rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-
Maret 2022.
c. Mengetahui jumlah kejadian interaksi obat, mekanisme interaksi obat,
dan tingkat keparahan interaksi obat pada pasien gagal jantung gagal
jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-
Maret 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Bagi bidang Farmasi sebagai bahan acuan untuk pengembangan ilmu dalam
terapi pengobatan pada pasien gagal jantung.
2. Aplikatif
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian sehingga diharapkan mampu memberikan edukasi
yang benar bagi masyarakat khususnya terapi pengobatan terbaik untuk
penyakit gagal jantung.
b. Bagi Rumah Sakit sebagai bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
pengobatan yang sesuai standar dan kebutuhan pengobatan pasien.
c. Bagi peneliti lainnya sebagai acuan pustaka untuk penelitian
selanjutnya.

Metode Penelitian
1. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-Maret 2022.

5
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode Januari-Maret 2022
yang masuk kedalam kriteria inklusi.
c. Teknik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
2. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmojo, 2012). Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam
penelitian ini :
1) Pasien rawat jalan yang terdiagnosa gagal jantung dengan atau
tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran
periode Januari-Maret 2022.
2) Pasien yang mendapatkan terapi obat gagal jantung baik tunggal
maupun kombinasi.
3) Pasien rawat jalan terdiagnosa gagal jantung usia 26 tahun sampai
dengan > 65 tahun.
4) Pasien gagal jantung yang memiliki data rekam medik lengkap.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi dalam
penelitian ini :
1) Pasien yang mendapat obat gagal jantung dengan usia kurang dari
26 tahun.
2) Data rekam medik dan resep pasien yang tidak lengkap dan tidak
teridentifikasi.
3) Pasien rawat jalan terdiagnosa gagal jantung yang rujuk ke luar.

6
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian survei dengan pendekatan retrospektif. Pada penelitian ini dipilih
metode pengumpulan data dengan rekam medik dan resep pasien gagal
jantg rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran periode
Januari-Maret 2022.
Beberapa teknik yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain :
1) Pemeriksaan Data (Editing)
Hasil data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dilakukan proses
editing yaitu pengecekan hasil penelitian yang sesuai dengan variabel.
2) Coding
Setelah semua data diedit selanjutnya dilakukan coding, yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan.
3) Tabulasi
Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel atau Lembar
Pengumpulan Data (LPD) yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekam medik pasien,
resep yang diberikan kepada pasien gagal jantung yang menjalani rawat
jalan mendapatkan terapi pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pesawaran periode Januari-Maret 2022, buku farmakologi dan terapi, dan
aplikasi Medscape.com.
5. Analasis Data
Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai