PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain,
kebutuhan metabolisme jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal
jantung kiri menyebabkan overload tekanan serta gagal jantung kanan (Aaronson &
Ward, 2010).
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks terjadi akibat kerusakan
strukur atau fungsi jantung sehingga kemampuan pengisian dan pemompaan ventrikel
penimbangan berat badan yang rutin, penilaian status volume cairan tubuh,
Akibat bendungan di berbagai organ dan low output, pada kasus gagal jantung
akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi: dyspnea, orthopnea,
1
2
gejala low output seperti: takikardia, hipotensi dan oliguri, beserta gejala-gejala
penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pektoris pada infark
miokard akut. Pada keadaan sangat berat akan terjadi syok kardiogenik (Kabo, 2012).
ini menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru sehingga
oksigenasi darah di paru berkurang dan terjadi peningkatan CO2 pembentukan asam
di dalam darah. Selain itu, salah satu konsekuensi serius dari gagal jantung khususnya
kiri adalah kurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini menimbulkan reaksi ginjal untuk
meretensi air dan Na. Oleh karena itu pada gagal jantung terjadi hipervolemi dan juga
Edema.
(Goodman & Gilman, 2011). resiko terjadinya gagal jantung semakin meningkat
sepanjang waktu. Sekitar 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular
pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan
gangguan kadiovaskular (WHO, 2013). Lebih dari 80% kematian akibat gangguan
2013).
Mortalitas 1 tahun pada pasien dengan gagal jantung cukup tinggi (20-60%)
rata-rata sebesar 30% bila semua pasien dengan gagal jantung dikumpulkan bersama,
dan lebih dari 60% pada New York Heart Association (NYHA). Maka kondisi ini
3
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada sebagian besar kanker. Kematian
pasien dengan gagal jantung terjadi karena gagal jantung progresif atau secara
untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal
jantung selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan
bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5
tahun (Yancy, 2013). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal
Di Indonesia prevalensi penyakit gagal jantung tahun 2013 sebesar 0,13% atau
sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Estimasi jumlah penderita
penyakit gagal jantung di Provinsi Jawa Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%)
Pada studi awal peneliti mengamati pada bulan April 2019 didapatkan dari 8
bahwa 1 pasien lama dengan kondisi sering kambuh diakibatkan karena memang
derajat penyakit sudah sedang-berat, 2 pasien kambuh mengeluh sesak lagi karena
tidak mau/ tidak patuh membatasi minum sesuai dengan advis dokter, 3 pasien yang
dirawat kembali di rumah sakit terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang
Peran serta perawat untuk melakukan program salah satu mencegah kekambuhan
pada gagal jantung, melalui program yang sudah dilakukan promosi kesehatan yaitu
gagal jantung dan pengobatan,akan tetapi masyarakat belum tahu dan kurang
mengerti tentang faktor penyebab gagal jantung. Karena masyarakat tidak mengikuti
aturan atau saran dari petugas kesehatan akibatnya masyarakat masih mengalami
kekambuhan dari penyakit gagal jantung. Apabila gagal jantunng tidak di obati atau
dihilangkan penyebabnya, maka akan menyebabkan gagal jantung lebih parah yaitu
dari akut kekronis. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
D. MANFAAT PENELITIAN
Keluarga Surabaya
E. METODE PENELITIAN
Bagian pertama berisi data demografi (nama inisial, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat saat ini). Bagian kedua berisi faktor-faktor yang
diet yaitu termasuk intake cairan, kecukupan aktivitas dan istirahat dengan