A. Definisi
B. Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan
tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan
angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur.
Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok,
peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor risiko
pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan
IMT tinggi,
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)
pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring
and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat
pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes,
Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan
Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa
biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun
2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari
prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi
dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan
penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa
sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional
(14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli
obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%).
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi.
Peningkatan tekanan darah akibat penyakit tertentu dengan penyebab diketahui mencakup
5 % dari kasus Hipertensi. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain
D. Manifestasi Klinis
1. Hipertrofi ventrikel kiri
Pembesaran bilik (ventrikel) kiri jantung. Pembesaran bilik kiri jantung ini biasanya
disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi.
2. Disfungsi diastolik
3. Disfungsi sistolik
Otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga proses penyaluran darah
yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu pad aventrikel
banyak tertampung darah karena tidak dapat keluar atau terjadi gangguan pada
sistolik/kontraksi.
E. Klasifikasi
F. Patofisiologi
Siklus ini disebut renin-angiotensin-aldosteron system atau bisa disingkat dengan RAAS.
RAAS ini berperan dalam regulasi tekanan darah, apabila RAAS ada kelainan maka akan
terjadi peningkatan dari tekanan darah karena regulasi tekanan darah berasal dari cardiac
output x tahanan perifer total (TPR). Cardiac output dipengaruhi oleh denyut jantung,
sedangkan TPR dipengaruhi oleh regulasi (RAAS, persarafan langsung, dan regulator
lokal).
Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung dalam
tembakau terutama nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu kerja
jantung lebih cepat sehingga peredaran darah mengalir lebih cepat dan terjadi
penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Hubungan rokok dengan hipertensi yaitu nikotin yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin didalam rokok diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
sehingga diedarkan oleh pembuluh darah ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal sehingga bisa melepas epinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah sehingga
jantung dipaksa bekerja lebih berat dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi.
G. Faktor Resiko
● Dapat dimodifikasi
1. Obesitas Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang badannya normal. Hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih.
2. Asupan sodium yang tinggi Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan tekanan
darah. Sekitar 60% kasus hipertensi (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam. Masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan rerata yang rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darah rerata lebih tinggi.
3. Konsumsi alkohol Efek alkohol terhadap tekanan darah baru Nampak apabila mengkonsumsi
alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.
5. kurang aktivitas fisik Olahraga teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.
6. merokok 19 Zat kimia seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok akan
memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
7. kalium rendah Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium dalam cairan
sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, maka natrium yang berlebihan didalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan sehingga resiko hipertensi meningkat.
8. psikososial dan stres Stress dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
1. Usia Menurut Riskesdas 2007 pada kelompok umur > 55 tahun prevalensi hipertensi mencapai
> 55%.
2. Ras
3. Jenis kelamin Pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup
yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada perempuan meningkat. Setelah usia 65 tahun, hipertensi pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan pria, akibat factor hormonal. Menurut Riskesdes 2007, prevalensi
hipertensi pada perempuan sedikit lebih tinggi disbanding pria.
4. Riwayat keluarga (genetik) Factor genetic juga berkaitan dengan metabolism pengaturan
garam dan renin membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
5. Penyakit yang menyertai
H. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat asimptomatik. Beberapa pasien
mengalami keluhan berupa nyeri dada, sesak napas, palpitasi, sakit kepala, dan penglihatan
kabur. Gejala yang menunjukkan hipertensi sekunder adalah Kelemahan otot/tetani, kram,
aritmia (hipokalemia/aldosteronisme primer), flash pulmonary edema (stenosis arteri ginjal),
berkeringat, jantung berdebar, sering sakit kepala (pheochromocytoma), mendengkur,
mengantuk di siang hari (obstructive sleep apnea ), gejala sugestif penyakit tiroid. Pada
anamnesis dapat pula digali mengenai faktor risiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas,
aktivitas fisik, alkohol, diabetes, dislipidemia, dan riwayat keluarga. Pada pemeriksaan fisik,
diambil nilai tekanan darah pasien dua kali atau lebih pengukuran pada setiap kali kunjungan ke
dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi
dapat ditegakkan. Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mencari adanya HOMD
(Hypertension mediated organ damage). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain Tes darah yaitu cek Natrium, kalium, kreatinin serum dan perkiraan laju filtrasi glomerulus
(eGFR). Jika tersedia, profil lipid dan glukosa puasa. Tes darah: Natrium, kalium, kreatinin
serum dan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR). Jika tersedia, profil lipid dan glukosa puasa.
Tes urin seperti Tes urin dipstik. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa
elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Tes lebih lanjut
untuk hipertensi sekunder jika dicurigai: rasio aldosteron-renin, meta nefrin bebas plasma,
kortisol saliva larut malam atau tes skrining lain untuk kelebihan kortisol.
I. Tatalaksana Medikamentosa
- ACE inhibitor
- Angiotensin dua reseptor blocker
- Renin inhibitor
- Diuretic
- Beta-blocker
- Sentral simpatolitik atau adrenergik ataupun
- Calcium channel blocker
Obat antihipertensi dibagi menjadi empat bagian berdasar mekanisme kerjanya, yaitu:
- Renin inhibitor
Langsung menghambat renin sehingga sistem RAAS tidak bekerja, efek kerja juga
lebih cepat dari ACE inhibitor maupun ARB. Namun penggunaan tidak boleh
dikombinasikan dengan ACE inhibitor atau ARB. Untuk efek sampingnya
meliputi diare pada dosis tinggi; batuk kering; dan angioedema, namun lebih
ringan dari ACE inhibitor, serta teratogenic.
2. Diuretik
b. Loop diuretic
c. Thiazide
Merupakan obat yang bekerja dengan menghambat ko-transpor Na+ - K atau Cl-
di tubulus kontortus distal, sehingga reabsorpsi ion natrium dan klorin terhambat
dan curah jantung serta resistensi pembuluh darah perifer menurun. Untuk contoh
obatnya ada hidroklorotiazid, klortalidon.
Bekerja melalui dua cara yaitu dengan menghambat transportasi natrium ke ginjal
bagian bawah seperti obat amiloride dan triamteren dan antagonis reseptor
aldosterone seperti obat spironolactone dan eplerenone.
e. Diuretik osmotik
Alfa bloker bekerja dengan memblok reseptor Alfa secara kompetitif sehingga
terjadi vasodilatasi dan berujung pada penurunan tekanan darah. Untuk contoh
obatnya prazosin, dosazosin, terazosin.
Sentral simpatolitik atau agonis alfa-2 yang terdiri atas dua jenis obat yang
pertama clonidine merupakan penghambat pusat vasomotor simpatis yang
mengurangi arus simpatis dan resistensi pembuluh darah ke perifer sehingga
terjadi penurunan tekanan darah. Obat ini biasa digunakan pada hipertensi yang
tidak berkurang dengan multi terapi atau disertai gangguan fungsi ginjal. Efek
sampingnya meliputi mengantuk, mulut kering, konstipasi, dan reborn
hypertension, jika dihentikan mendadak.
Untuk jenis obat yang kedua ada metildopa, merupakan obat yang mengurangi
arus adrenergik dari sistem saraf pusat dan merupakan obat yang paling aman
untuk hipertensi gestasional. Untuk efek sampingnya mengantuk.
a. Phenylalkylamine
b. Benzodiazepines
Untuk contoh obatnya adalah diltiazem, memiliki efek vasodilatasi pada sel otot
polos pembuluh darah yang lebih besar daripada ke sel otot jantung.
c. Dihydropyridine
J. Tatalaksana Non-medikamentosa
Selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu diberikan terapi dietetik dan
perubahan gaya hidup. Terapi diet yang diberikan adalah diet rendah garam (RG) dengan
tujuan menurunkan tekanan darah menuju normal. Penatalaksanaan diet RG juga
ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih,
tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Selain itu, perlu
diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung,
ginjal dan diabetes mellitus. Prinsip diet untuk penderita hipertensi adalah makanan
beraneka ragam, jenis dan komposisi makanan memenuhi gizi seimbang dan disesuaikan
dengan kondisi penderita serta jumlah garam dibatasi sesuai dengan tingkat hipertensi
dengan jenis makanan yang terdapat dalam daftar diet. Garam yang dimaksud disini
adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang terutama
berasal dari hewan, makanan olahan dan bumbu. Garam dapur merupakan salah satu
sumber utama garam natrium. Oleh karena itu, konsumsi garam dapur dan makanan yang
mengandung natrium perlu dibatasi. Belakangan ini, muncul diet untuk penyakit
hipertensi selain diet RG yang disebut Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension). Tidak seperti diet populer untuk menurunkan BB yang belum banyak
diuji secara klinis diet DASH yang bertujuan untuk mengurangi tekanan darah tinggi
telah lebih banyak diteliti.7 Diet DASH adalah pola makan yang kaya buah-buahan,
sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, dan susu rendah lemak. Makanan ini
memiliki tinggi zat gizi penting, seperti kalium, magnesium, kalsium, serat, dan protein.
Diet DASH dapat menurunkan tekanan darah karena akan mengurangi garam dan gula
dalam diet ini. Diet DASH juga menghindari minuman manis, lemak, daging merah, dan
daging olahan. Yang membedakan antara diet DASH dengan diet Rendah garam ialah
diet DASH mengutamakan konsumsi banyak sayur, buah, dan makanan atau produk
rendah lemak serta mengurangi konsumsi makanan atau produk lemak jenuh. Sedangkan,
diet RG hanya mengurangi konsumsi garam (natrium) dengan tidak lebih dari 100 mmol
sehari atau setara dengan 2,4 g natrium atau 6 gram garam dapur.9 Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang bervariasi tentang penerapan diet DASH terhadap penurunan
tekanan darah pasien hipertensi. Disamping diet yang tepat, pasien tetap harus
berolahraga yang rutin, itirahat yang cukup, berhenti merokok, dan juga mengurangi
asupan kafein. Pasien juga dapat melakukan pengobatan tradisional dengan
mengkonsumsi daun salam, mentimun, blewah, atau mengkudu.
K. Komplikasi
Hipertensi merupakan factor utama dalam terjadinya penyakit gagal ginjal, otak, gagal
jantung, dan penglihatan. Peningkatan tekanan darah yang tinggi umumnya
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi tersebut. Pada sebagian besar penderita
hipertensi yang gejalanya tidak tampak, langkah pengobatan pun juga terkendala untuk
dilakukan sehingga mengakibatkan perluasan penyakit termasuk pada organ tubuh
lainnya. Dimana hal tersebut meningkatkan angka mortilitas akibat penyakit hipertensi
ini.
a. Gangguan penglihatan
Tekanan darah yang meningkat secara terus menerus dapat mengakibatkan pada
kerusakan pembuluh darah pada retina. Semakin lama seseorang mengidap hipertensi
dimana tekanan darah yang terjadi meningkat maka kerusakan yang terjadi pada retina
juga semakin berat. Selain itu, gangguan yang bisa terjadi akibat hipertensi ini juga
dikenal dengan iskemik optic neuropati atau kerusakan saraf mata. Kerusakan parah
dapat terjadi pada penderita hipertensi maligna, dimana tekanan darah meningkat secara
tiba-tiba.
b. Gagal ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Kerusakan glomerulus ini berakibat
pada darah yang mengalir ke unit 21 fungsional ginjal terganggu. Kerusakan pada
membrane glomerulus juga berakibat pada keluarnya protein secara menyeluruh melalui
urine sehingga sering dijumpai edea sebagai akibat dari tekanan osmotic koloid plasma
yang berkurang. Gangguan pada ginjal umumnya dijumpai pada penderita hipertensi
kronik.
c. Stroke
Stroke terjadi ketika otak mengalami kerusakan yang ditimbulkan dari perdarahan,
tekanan intra karnial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
darah non otak yang terpajan pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
mengalirkan suplai darah ke otak mengalami hipertropi atau penebalan.
d. Gangguan jantung
Gangguan jantung atau yang dikenal dengan infark miokard terjadi ketika arteri koroner
mengalami arteriosklerosis. Akibat dari ini adalah suplay oksigen ke jantung terhambat
sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dengan baik sehingga menyebabkan
terjadinya iskemia jantung (Nuraini, 2015).
L. Pencegahan
Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, padahal
hipertensi menjadi kontributor tunggal utama penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap hipertensi harus segera dilakukan. Menurut
kemenkes, pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan istilah “CERDIK”, yaitu Cek
kesahatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang,
Istirahat cukup, dan Kelola stress. Cek kesehatan secara rutin sangat penting karena
masih byk kasus pasien datang hanya untuk periksa kesehatan, tetapi dinyatakan
hipertensi. Oleh karena itu, harus segera dicegah dgn pemeriksaan agar kedepannya
masyrakat dapat mengontrol tekanan darah dengan baik. Enyahkan asap rokok karena di
dalam rokok terkandung zat nikotin yang dapat mengecilkan diameter pembuluh
sehingga menyebabkan peningkatan pada tekanan darah. Rajin aktivitas fisik, aktivitas
fisik wajib dilakukan minimal 3-5 hari/minggu selama 30-45 menit/hari. Aktivitas fisik
ini bukan hanya dilakukan apabila penderita memiliki berat badan yang berlebih, namun
yang memiliki berat badan normal juga sangat penting. Aktivitas fisik yang dapat
dilakukan bisa dari olahraga ringan, seperti berjalan atau bersepeda. Diet seimbang,
khusunya pada konsumsi garam yang harus dikonsumsi maksimal 1 sdt/hari dan juga
mengontrol konsumsi makanan berlemak. Karena terkadang, seseorang merasa dirinya
memiliki tekanan darahnya normal sehingga bebas mengonsumsi makanan secara
berlebih dan akhirnya menyebabkan hipertensi. Istirahat cukup juga sangat penting
diperhatikan karena sekarang sudah banyak anak-anak yang mudah terkena hipertensi
dikarenakan kurangnya waktu istirahat apalagi sekarang sudah ada gadget yang
digunakan. Kurang dari 5-6 jam/hari bisa menyebabkan hipertensi. Kelola stres juga hal
terpenting karena stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf
simpatis yg mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Seseorang yg stres, hormon adrenalinnya akan dilepas dan meningkatkan tekanan darah
melalui kontraksi arteri sehingga menyebabkan denyut jantung meningkat. Kalau
seseorang sering stres, tekanan darah akan menjadi tinggi.
M. Prognosis