Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia dan sebagai

salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga disebut

sebagai penyakit tidak menular, karena hipertensi tidak ditularkan dari orang ke

orang. Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan ke

orang lain. Penyakit tidak menular masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang

menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan munculnya PTM secara

umum disebabkan oleh pola hidup setiap individu yang kurang memperhatikan

kesehatan (Riskesdas, 2018). Data yang dikeluarkan oleh WHO (2018) menujukkan

bahwa sekitar 26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan perbandingan

26,6% pria dan 26,1% wanita. Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi

berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data yang telah

dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain

meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi

penyebab kematian kedua setelah stroke.

Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau

26,4% mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2021 (Pratama, 2016). Diperkirakan setiap tahun ada 9,4

juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. 333 juta dari 972 juta

pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya berada di negara berkembang

salah satunya Indonesia (Pratama, 2016).

Menurut Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun

1
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang minum obat hipertensi

sebesar 9,5%. Sehingga terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah didiagnosis

hipertensi oleh tenaga kesehatan tetapi minum obat hipertensi. Prevelensi hipertensi

di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia >18 tahun sebesar

34,11% prevelensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,13% , Jawa Barat

sebesar 39,60% Kalimantan Timur sebesar 39,30% dan Kalimantan Barat sebesar

29,4%. Berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia > 18 tahun pravalensi

hipertensi yang terjadi di Bali sebesar 29,97%.

Di Provinsi Aceh Kasus hipertensi pada tahun 2018 mencapai 184.842. di

Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2017 berjumlah 1.382 penderita, dan meningkat

pada tahun 2018 berjumlah 8.062 penderita, dari data diatas dapat kita simpulkan

bahwa ada peningkatan jumlah penderita hipertensi setiap tahunnya di kabupaten

Bener Meriah. (Profil Dinas Kesehatan Aceh 2018).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalahnya adalah “ Bagaimanakah Gambaran Asuhan keperawatan pada pasien

Hipertensi di Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit

Cut Meutia Aceh Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian Asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi di

2
Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Hipertensi di Rumah

Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

c. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada pasien Hipertensi di

Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

d. Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada pasien Hipertensi di

Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

e. Mendeskrisikan evaluasi keperawatan pada pasien Hipertensi di Rumah

Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

D. Manfaat

1. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan

pada pasien Hipertensi.

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan inovasi dalam asuhan

keperawatan pada pasien Hipertensi.

3. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan suatu pemikiran bagi masyarakat dalam

menanggulangi penyakit hipertensi sebagai bentuk tindakan yang dapat

dilakukan secara mandiri dengan memperhatikan sisi positif dari Asuhan

Keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TIORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2019).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat

sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi terjadi karena

adanya peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup akibat

susunan saraf simpati sehingga terjadi peningkatan kontraktilitas serat-serat otot

jantung dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer. Jika hal ini terjadi

secara terus menerus otot jantung akan menebal (hipertropi) dan

mengakibatkan fungsi jantung sebagai pompa menjadi terganggu (Mutaqin and

Kumala, 2011).

2. Etiologi Hipertensi

Peningkatan kejadian hipertensi akan bertambah seiring dengan

pertambahan usia seseorang. Meskipun demikian, terjadinya hipertensi

bisa disebabkan oleh adanya penyakit seperti penyakit jantung kronis,

penyakit tiroid, obesitas, atau gangguan tidur (sleep apne). Konsumsi pil

pengontrol kelahiran, kehamilan, dan terapi hormon merupakan beberapa

penyebab terjadinya hipertensi. Wanita yang mengonsumsi pil pengontrol

4
kelahiran biasanya akan mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

ataupu diastolik. Sementara itu, terapi hormon untuk mengurangi gejala

menopause bisa menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah sistolik.

(Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014 ; 15).

Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi

adalah sebagai berikut :

a. Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Hal ini

dikarenakan arteri besar kehilangan kelenturannnya dan menjadi kaku,

sehingga tidak dapat mengembang ketika jantung memompa darah

melalu arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung

dipaksa unutk melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan

tekanan darah.

b. Jenis kelamin

Penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria dari pada

kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki lebih rentan

terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria cenderung emosi

dan mencari jalan pintas seperti merokok, minum-minum alkohol dan

pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darah cenderung

meningkat pada wanita setelah menopause, hal ini disebabkan karena

faktor psikologis dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut.

c. Ras

5
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada

yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras

kulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole

115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih,

dan 5,6 kali bagi wanita putih.

d. Pola hidup

Faktor seperti pendidikandan faktor pola hidup lain telah diteliti,

tanpa hasil yang jelas. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya

hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol dan lebih

sering berolahraga (Kivimaki, 2004 dalam Yuliarti, 2007 ). Tingginya

risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah kemungkinan

disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasien terhadap

kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi yang diberikan

oleh petugas sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup

sehat.

3. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi dbagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor yang tidak

dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

antara lain umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang dapat diubah

antara lain kebiasaan merokok, konsumsi serat, stres, aktivitas fisik, konsumsi

garam,

4. Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menampakkan gejala hingga

bertahun-tahun. Gejala yang paling sering muncul pada pasien hipertensi jika

6
hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati antara lain seperti sakit

kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur,

serta mengalami penurunan kesadaran (Nurarif, 2015).

5. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE

memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh

ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja

pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya

ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),

sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari

bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya

akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

7
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

tekanan darah (Smeltzer, 2015; Suling, 2018).

8
6. Pathway

Faktor predisposisi : usia, jenis Penurunan kapasitas adaptif


Beban kerja jantung meningkat
kelamin, merokok, stress, kurang intrakranial
olahraga, genetik, alkohol,
konsentrasi garam Hipertensi Tekanan darah iskemik meningkat
Koping tidak efektif
Perubahan situasi Krisis situasional
Kerusakan vaskular pembuluh darah
Ansietas

Informasi yang minim Defisit pengetahuan


Penyumbatan pembuluh darah Nyeri akut

Resistensi pembuluh darah Nyeri kepala Gangguan pola tidur


Vasokontriksi otak meningkat
Risiko perfusi jaringan serebral
Gangguan sirkulasi Otak Suplai darah o2 ke otak menurun tidak efektif

Ginjal Retina Pembuluh darah


Koroner
Vasokontriksi pembuluh darah Spasme arteriol Siskemik
Iskemia miokard
pada ginjal
Resiko cedera Vasokontriksi
Fatigue
Boold flow darah menurun
Penurunan curah jantung Afterload meningkat
Intoleransi aktivitas
Respon RRA Retensi Na
Merangsang aldosteron
Hipovolemia
Edema
9
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara

farmakologis dan non farmakologis diantaranya : (Smeltzer, 2015; Putri Dafriani,

2019; Nurrahmanto, 2021)

a. Terapi farmakologi

Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian

antihipertensi. Cara menurunkan tekanan darah dengan antihipertensi (AH)

telah terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler seperti

stroke, iskemia jantung, gagal jantung kongestif dan memberatnya hipertensi.

Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah diuretika, alfa-blocker,

beta-blocker, penghambat neuron, vasodilator, antagonis kalsium, dan

penghambat ACE (Putri Dafriani, 2019)

b. Terapi nonfarmakologi

1) Pola diet

Pola diet hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan DASH

(Dietary Approaches to Stop Hipertension), yaitu mengkonsumsi

makanan yang kaya akan buah, rendah lemak atau bebas lemak hewani.

Diet DASH menganjurkan mengkonsumsi makanan yang kaya akan

kalium, magnesium, kalsium dan serat serta menganjurkan untuk

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh,

kolesterol, daging merah, minuman yang tinggi gula dan garam.

2) Pemberian edukasi atau penyuluhan

Edukasi dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan masing-

masing pada penderita hipertensi sehingga penderita hipertensi memiliki

sikap dan perilaku patuh terhadap penatalaksanaan hipertensi.

10
3) Aktivitas fisik

Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan

fisik sehari- hari atau berolahraga secara teratur seperti senam aerobik

atau jalan cepat selama 30-40 menit sebanyak 3 – 4 kali seminggu.

Olahraga meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang

dapat mengurangi hipertensi terkait aterosklerosis.

4) Penghentian konsumsi rokok dan alkohol

Pada kebanyakan kasus, merokok dan minum alkohol dapat

menaikkan tekanan darah sistolik. Nikotin yang terhirup dapat terserap

ke dalam tubuh dapat mengaktifkan hipofisis untuk mengaktifkan

kelenjer adrenal sehingga kelenjar adrenal mensekresikan epinefrin atau

adrenalin yang dapat membuat pembuluh darah mengalami vasokontriksi

sehingga menaikkan tekanan darah.

5) Penurunan stress

Kemampuan tubuh merespon stress akan menentukan status

kesehatan seseorang. Kadar hormon adrenalis yang tinggi akan

meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan fungsi pernapasan. Banyak

cara yang dapat dilakukan dalam tatalaksana stress seperti meditasi, yoga

atau hipnosis dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

6) Terapi herbal

Pengobatan dengan herbal menjadi pilihan karena murah, mudah

didapat dan efek samping yang minimal. Terapi herbal adalah terapi

komplementer menggunakan tumbuhan yang berkhasiat obat. Khasiat

11
antihipertensi yang dimiliki herbal diantaranya adalah kalium, memiliki

kandungan antioksidan, memiliki kandungan diuretik, antiandrenergik

dan vasodilator. Beberapa tanaman herbal yang bisa menurunkan

tekanan darah misalnya: bayam, biji bunga matahari, alpukat, mentimun,

bawang putih, daun seledri, belimbing, mengkudu, serta pegagan.

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:

hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

3) Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal.

b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

d. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan

ginjal.

e. Foto thorax : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung (Nisa, 2017).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

12
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,


penyakit serebrovaskuler.

Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,


berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis,
ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,


faktorstress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,


tangisanyang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).

e. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, lemakdan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,


glikosuria.

f. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan


pada satusisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia),
episode epistaksis.

Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman),

13
perubahan retinal optik.

g. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeriabdomen.

h. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,


dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.

Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi


napastambahan (krekles, mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.

Tanda : episode parestesia unilateral transien.

j. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormonlain, penggunaan obat / alkohol.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,

iskemia miokard.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan,kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita pasien.

14
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit.

3. Intervensi Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatanafterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,

iskemia miokard.

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

NOC : NIC :

Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care

Circulation StatusVital Sign - Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,

Status lokasi, durasi)

Kriteria Hasil: - Catat adanya disritmia jantung

- Tanda Vital dalam rentang - Catat adanya tanda dan gejala

normal (Tekanan darah, Nadi, penurunan cardiac putput

respirasi) - Monitor status kardiovaskuler

- Dapat mentoleransi aktivitas, - Monitor status pernafasan yang

tidak ada kelelahanTidak ada menandakan gagal jantung

edema paru, perifer, dan tidak - Monitor abdomen sebagai indicator

ada asites penurunan perfusi

- Tidak ada penurunan - Monitor balance cairan

kesadaran - Monitor adanya perubahan tekanan

darah

- Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

- Atur periode latihan dan istirahat untuk

15
menghindari kelelahan

- Monitor toleransi aktivitas pasien

- Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tekipneu dan ortopneu

- Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

- Catat adanya fluktuasi tekanan darah

- Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

- Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas

- Monitor kualitas dari nadi

- Monitor adanya pulsus paradoksus

- Monitor adanya pulsus alterans

- Monitor jumlah dan irama jantung

- Monitor bunyi jantung

- Monitor frekuensi dan irama pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola pernapasan abnormal

- Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

- Monitor sianosis perifer

16
- Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dankebutuhan oksigen.

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

NOC : NIC :

Energy conservation Energy Management

Self Care : ADLs - Observasi adanya pembatasan klien

Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas

- Berpartisipasi dalam aktivitas - Dorong anal untuk mengungkapkan

fisik tanpa disertai peningkatan perasaan terhadap keterbatasan

tekanan darah, nadi dan RR - Kaji adanya factor yang menyebabkan

- Mampu melakukan aktivitas kelelahan

sehari hari (ADLs) secara - Monitor nutrisi dan sumber energi yang

mandiri adekuat

- Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan

- Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas

- Monitor pola tidur dan lamanya

17
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

- Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik dalam merencanakan

progran terapi yang tepat.

- Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten

yang sesuai dengan kemampuan fisik,

psikologi dan social

- Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan

- Bantu untuk mendpatkan alat bantuan

aktivitas seperti kursi roda, krek

- Bantu untu mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

- Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

- Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

- Sediakan penguatan positif bagi yang

aktif beraktivitas

- Bantu pasien untuk mengembangkan

18
motivasi diri dan penguatan

- Monitor respon fisik, emoi, social dan

spiritual

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekananvaskuler serebral

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

NOC : NIC :

Pain level, Pain management

Pain control, - lakukan pengkajian nyeri secara

Comfort level komprehensif termasuk lokasi,

Kriteria Hasil : karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

- mampu mengontol nyeri dan faktor presipitasi

(tahu penyebab nyeri, mampu - obsevasi reaksi nonverbal dari

menggunakan teknik ketidaknyamanan

nonfarmakologi untuk - gunakan teknik komunikasi terapeutik

mengurangi nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri

bantuan) pasien

- melaporkan bahwa nyeri - kaji kultur yang mempengaruhi respon

berkurang dengan nyeri

menggunakan manajemen - evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

nyeri - evaluasi bersama pasien dan tim

- mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang ketidakefektifan

(skala, intensitas, frekuensi dan kontrol nyeri masa lampau

tanda nyeri) - bantu pasien dan keluarga untuk

- menyatakan rasa nyaman

19
setelah nyeri berkurang mencari dan menemukan dukungan

- tanda vital dalam rentang - kontrol lingkungan yang dapat

normal mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan

- ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

- Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

- Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic Administration

- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

- Cek riwayat alergi

- Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

- Tentukan pilihan analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

- Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal

- Pilih rute pemberian secara IV, IM

untuk pengobatan nyeri secara teratur

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

20
- Berikan analgesik tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan

gejala (efek samping

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi

yang diderita pasien.

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

keperawatan selama 3 x 24 - Gunakan pendekatan yang

jam, cemas pasien berkurang menenangkan

dengan kriteria hasil: - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

Anxiety Control pelaku pasien

Coping - Jelaskan semua prosedur dan apa yang

Vital Sign Status dirasakan selama prosedur

- Menunjukan teknik untuk - Temani pasien untuk memberikan

mengontrol cemas keamanan dan mengurangi takut

- teknik nafas dalam - Berikan informasi faktual mengenai

- Postur tubuh pasien rileks dan diagnosis, tindakan prognosis

ekspresi wajah tidak tegang - Dorong keluarga untuk menemani anak

- Mengungkapkan cemas - Lakukan back / neck rub

berkurang - Dengarkan dengan penuh perhatian

TTV dbn - Identifikasi tingkat kecemasan

TD = 110-130/ 70-80 mmHg - Bantu pasien mengenal situasi yang

21
RR = 14-24 x/ menit menimbulkan kecemasan

N = 60 -100 x/ menit - Dorong pasien untuk mengungkapkan

S = 36-37 derajat celsius perasaan, ketakutan, persepsi

- Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi

- Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

NOC : NIC :

Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process

Kowledge : health Behavior - Berikan penilaian tentang tingkat

Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses

- Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik

menyatakan pemahaman - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini berhubungan dengan

prognosis dan program anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

pengobatan tepat.

- Pasien dan keluarga mampu - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

melaksanakan prosedur yang muncul pada penyakit, dengancara yang

dijelaskan secara benar tepat

- Pasien dan keluarga mampu - Gambarkan proses penyakit, dengan

menjelaskan kembali apa yang

22
dijelaskan perawat/tim cara yang tepat

kesehatan lainnya - Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepatSediakan

informasi pada pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat

- Hindari harapan yang kosong

- Sediakan bagi keluarga atau SO

informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

- Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

- Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

- Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion dengan

cara yang tepat atau diindikasikan

- Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

- Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara yang

23
tepat

24
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ainsyah Nyak Gam
Tempat / Tanggal Lahir : 01 Juli 1949
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir :
Agama : Islam
Suku : Aceh
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Alamat : Desa tanjong mulieng, Baktiya Barat
Diagnosa Medik : Hipertensi + Syndrome Geatri
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nurjannah
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Hubungan dgn pasien : Anak
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat : Desa tanjong mulieng, Baktiya Barat
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
1) Riwayat penyakit saat ini : Hipertensi + Syndrome Geatri
2) Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri dibagian tengkuk sejak 2
hari disertai pusing, lemas, mual muntah, dan nafsu makan
berkurang
b. Riwayat kesehatan yang lalu :
Pasien juga pernah merasakan nyeri tengkuk 3 bulan terakhir ini.

25
4. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
1) Cara makan : Oral
2) Frekuensi : 1 kali/hari
3) Jenis diet : MB
4) Nafsu makan : Tidak ada nafsu nakan
5) Porsi makan :¼
6) Alasan : Mual muntah
7) Perubahan BB selama sakit : Turun 2 kg
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar
a) Frekuensi : 1 kali/hari
b) Waktu : Dipagi hari
2) Buang air kecil
a) Frekuensi : 4 kali/hari
b) Jumlah :-
c. Pola tidur dan istirahat
1) Waktu tidur : jam 22.00 sampai dengan jam 05.00
2) Lama tidur : 8 jam/hari
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas pasien : Pasien melakukan makan, eliminasi dan
ganti pakaian dibantu oleh anak yang sedang menjaga.
2) Aktivitas ibadah pasien selama di rawat di rumah sakit : pasien melakukan
ibadahnya di tempat tidur pasien.
e. Personal hygiene
1) Rambut : Bersih
2) Mulut/gigi geligi : bersih
3) Kulit : bersih
4) Kuku : Pendek dan bersih
5) Genetalia : Tidak dikaji
5. Aspek psikologis
1) Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa tubuhnya lemas

26
b) Ideal diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya sangat bersemangat untuk
sembuh
c) Harga diri : Pasien tidak merasakan malu akan penyakitnya
d) Peran diri : Pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang yang masih
memiliki tugas untuk berdakwah
e) Identitas : Pasien adalah seorang kepala keluarga dikarenakan suaminya suda
meninggal
6. Aspek spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam, biasanya pasien melakukan
ibadahnya lima kali dalam sehari
2) Kegiatan ibadah : Selama dirawat di rumah sakit, pasien hanya bisa berdoa
kepada Allah agar diberi kesembuhan
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu Tubuh : 36 °C
2) Tekanan Darah : 200/100 mmHg
3) Nadi : 122 x/menit
4) Pernafasan : 23 x/menit
5) Tinggi badan : 169 cm
6) Berat badan : 74 kg
b. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala

Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka,
tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.

2) Mata

Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik,


pupil isokor, penglihatan sedikit kabur, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri
dan tidak ada benjolan.

3) Hidung

27
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.

4) Mulut dan Tenggorokan

Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak
ompong, mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat
menelan.

5) Telinga

Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan,
tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada
benjolan, pendengaran masih bagus

6) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan
vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku
kuduk).

7) Dada

Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.

8) Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.

9) Genetalia

Tidak terkaji

10) Ekstremitas

Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4

11) Integument

Kebersihan cukup baik, warna kulit putih, lembab, tidak ada gangguan pada
kulit.

28
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologya
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 12.72 g/dl 12.0-16.0

Eritrosit (RBC) 4.53 juta/uL 3.8-5.8

Hematokrit (HCT) 38.15 % 37.0-47.0

MCV 84.16 fL 79-99

MCH 28.05 pg 27.0-31.0

MCHC 33.33 g/dl 33.0-37.0

Leukosit (WBC) 10.76 ribu/uL 4.0-11.0

Trombosit (PLT) 262 ribu/Ul 150-450

RDW-CV 11.34 % 11.5-14.5

Hitung Jenis Lekosit


Basophil 0.30 % 0-1.7

Eosinophil 3.44 % 0.60-7.30

Nitrofil Segmen 61.06 39.3-73.7


28.24 % % 18.0-48.3
Limfosit
6.97 % % 4.40-12.7
Monosit
2.16 Cutoff 0-3.13
NLR
3038.62 Juta/L 0-1500
ALC
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum
25 mg/dl <50
Kreatinin
0.76 mg/dl 0.5-0.9
Asam Urat
5.4 mg/dl 2.4-5.7
Glukosa Darah
Gula Stik
281 mg/dL 70-125

9. Program pengobatan

Infus Rl + Aminofluid 20 tts/menit + 10 tts/menit

29
Injeksi - Ondancetron 1 amp/12 j
- Santagesik 1 amp/12 j
- Citicolin 250 mg/12 j
- Ceftriaxone 1 gr/12 j
Oral - Amlodipin 1x10 mg
- Valsatran 1x80 mg
- Betahistin 2x1
- Plunarizin 1x1
- Diazepam 2 mg 1x1

Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. Ds : Nyeri dibagian Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri dibagian tengkuk
tengkuk
Do :
- TD : 200/100 mmHg
- Pols : 122 x/menit
- RR : 23 x/menit
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 5
- Mual
2. Ds : Faktor psikologis Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan merasa mual,
muntah dan tidak ada nafsu makan
Do :
- Muntah
- Nafsu makan berkurang
- Porsi makan ¼ dihabiskan
- Berat badan turun 2 kg selama sakit
3. Ds: Kelemahan Intoleransi

30
- Pasien mengatakan merasa lemah Aktivitas
- Pasien mengeluh lelah
- Pasien mengatakan sebagian
aktivitasnya dibantu keluarga
Do :
- Pasien hanya duduk dan berbaring
ditempat tidur
- Lemah
- Lelah
- TD : 200/100 mmHg
- Pols : 122 x/menit
- RR : 23 x/menit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

31
32
3. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

HARI KE-1

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan
`1. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Observasi S:
dengan agen pencedera Setelah dilakukan intervensi 1. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan nyeri
fisiologis keperawatan selama 3x24 jam Terapeutik dibagian tengkuk
maka Tingkat nyeri menurun 2. Memberikan teknik O:
dengan nonfarmakologis untuk - TD : 200/100 mmHg
Kriteria Hasil : mengurangi rasa nyeri - Pols : 122 x/menit
- Keluhan nyeri menurun - RR : 23 x/menit
Edukasi
- Meringis menurun - Pasien tampak meringis
3. Menjelaskan penyebab,
- Frekuensi nadi membaik - Skala nyeri 5
periode, dan pemicu nyeri
- Pola nafas membaik 4. Menjelaskan strategi - Mual
- Tekanan darah membaik meredakan nyeri A : Masalah belum teratasi
Intervensi : 5. Menganjurkan memonitor P : Intervensi dilanjutkan
Observasi nyeri secara mandiri 1. Identifikasi skala nyeri
1. Identifikasi skala nyeri 6. Mengajarkan teknik 2. Anjurkan memonitor nyeri
Terapeutik nonfarmakologis untuk secara mandiri
1. Berikan teknik mengurangi rasa nyeri 3. Ajarkan teknik

33
nonfarmakologis untuk Kolaborasi nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 7. Berkolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
Edukasi analgetik 4. Kolaborasi pemberian
1. Jelaskan penyebab, periode, analgetik
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Defisit nutrisi Tujuan : Observasi S:
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Mengindentifikasi status 1. Pasien mengatakan sering
faktor psikologis keperawatan selama 3x24 jam nutrisi muntah dan tidak ada nafsu
maka Status nutrisi membaik 2. Mengindentifikasi kebututan makan
dengan kalori dan nutrien O:
Kriteria Hasil : 3. Memonitor asupan makanan 2. Muntah
- Porsi makanan yang dihabiskan 4. Memonitor berat badan 3. Nafsu makan berkurang
4. Porsi makan tidak

34
meningkat Terapeutik dihabiskan
- Berat badan membaik 5. Memberikan makanan tinggi 5. Berat badan turun 2 kg
- Nafsu makan membaik kalori dan tinggi protein selama sakit
Intervensi 6. Memberikan suplemen A : Masalah belum teratasi
Observasi makanan P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi status nutrisi Kolaborasi 1. Monitor asupan makanan
2. Indentifikasi kebututan kalori 7. Berkolaborasi dengan ahli 2. Monitor berat badan
dan nutrien gizi untuk menentukan 3. Berikan makanan tinggi
3. Monitor asupan makanan jumlah kalori dan jenis kalori dan tinggi protein
4. Monitor berat badan nutrien yang dibutuhkan 4. Berikan suplemen
Terapeutik makanan
1. Berikan makanan tinggi kalori 5. Kolaborasi dengan ahli
dan tinggi protein gizi untuk menentukan
2. Berikan suplemen makanan jumlah kalori dan jenis
Kolaborasi nutrien yang dibutuhkan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
3. Intoleransi aktivitas Tujuan : Observasi S:
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi gangguan fungsi - Pasien mengatakan merasa

35
kelemahan keperawatan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan lemah
maka Toleransi aktivitas kelelahan - Pasien mengeluh lelah
membaik dengan Terapeutik - Pasien mengatakan sebagian
Kriteria Hasil : 2. Lakukan latihan rentang gerak aktivitasnya dibantu keluarga
- Frekuensi nadi meningkat pasif atau pasif O:
- Keluhan lelah menurun 3. Berikan aktivitas distraksi - Pasien hanya duduk dan
- Tekanan darah membaik yang menenangkan berbaring ditempat tidur
- Frekuensi nafas membaik Edukasi - Lemah
Intervensi 4. Anjurkan tirah baring - Lelah
Observasi 5. Ajarkan strategi koping untuk - TD : 200/100 mmHg
1. Identifikasi gangguan fungsi mengurangi kelelahan
- Pols : 122 x/menit
tubuh yang mengakibatkan Kolaborasi
- RR : 23 x/menit
kelelahan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik tentang cara meningatkan
P : Intervensi dilanjutkan
1. Lakukan latihan rentang gerak asupan makanan
1. Lakukan latihan rentang
pasif atau pasif gerak pasif atau pasif
2. Berikan aktivitas distraksi yang 2. Berikan aktivitas distraksi
menenangkan yang menenangkan
Edukasi 3. Anjurkan tirah baring
1. Anjurkan tirah baring 4. Kolaborasi dengan ahli
2. Ajarkan strategi koping untuk gizi tentang cara

36
mengurangi kelelahan meningatkan asupan
Kolaborasi makanan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningatkan
asupan makanan

HARI KE-2

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan
`1. Nyeri akut berhubungan Observasi S:
dengan agen pencedera 1. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan nyeri
fisiologis Edukasi dibagian tengkuk sudah mulai
2. Menganjurkan memonitor sedkit berkurang
nyeri secara mandiri O:
3. Mengajarkan teknik - TD : 140/90 mmHg
nonfarmakologis untuk - Pols : 70 x/menit
mengurangi rasa nyeri - RR : 20 x/menit
Kolaborasi - Pasien tampak sedikit meringis
4. Berkolaborasi pemberian
- Skala nyeri 2
analgetik
- Mual sudah mulai sedikit

37
berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjuttkan
1. Identifikasi skala nyeri
2. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Defisit nutrisi Observasi S:
berhubungan dengan 1. Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan muntah
faktor psikologis 2. Memonitor berat badan sudah sedikit berkurang dan
Terapeutik nafsu makan sudah mulai
3. Memberikan makanan tinggi meningkat
kalori dan tinggi protein O:
4. Memberikan suplemen - Muntah sedikit berkurang
makanan - Nafsu makan sudah mulai
Kolaborasi sedikitmeningkat
5. Berkolaborasi dengan ahli - ½ Porsi makan dihabiskan
gizi untuk menentukan - Berat badan turun 2 kg
jumlah kalori dan jenis selama sakit
nutrien yang dibutuhkan A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor asupan makanan

38
2. Monitor berat badan
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen
makanan
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3. Intoleransi aktivitas Terapeutik S:
berhubungan dengan 1. Lakukan latihan rentang gerak - Pasien mengatakan lemah
kelemahan pasif atau pasif sedikit berkurang
2. Berikan aktivitas distraksi - Pasien mengatakan lelah sedikit
yang menenangkan berkurang
Edukasi - Pasien mengatakan sebagian
3. Anjurkan tirah baring aktivitasnya belum sepenuhnya
Kolaborasi bisa dilakukan sendiri
4. Kolaborasi dengan ahli gizi O:
tentang cara meningatkan - Pasien hanya duduk dan
asupan makanan berbaring ditempat tidur
- Lemah sedikit berkurang

39
- Lelah sedikit berkurang
- TD : 140/90 mmHg
- Pols : 70 x/menit
- RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Lakukan latihan rentang
gerak pasif atau pasif
2. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningatkan asupan

HARI KE-3

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi


`1. Nyeri akut berhubungan Observasi S:
dengan agen pencedera 5. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan nyeri dibagian
fisiologis Edukasi tengkuk sudah mulai berkurang

40
6. Menganjurkan memonitor nyeri O:
secara mandiri - TD : 120/80 mmHg
7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis - Pols : 60 x/menit
untuk mengurangi rasa nyeri - RR : 20 x/menit
Kolaborasi - Skala nyeri 0
8. Berkolaborasi pemberian analgetik - Mual sudah mulai berkurang
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Defisit nutrisi berhubungan Observasi S:
dengan faktor psikologis 1. Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan muntah sudah
2. Memonitor berat badan berkurang dan nafsu makan sudah
Terapeutik mulai meningkat
3. Memberikan makanan tinggi kalori O:
dan tinggi protein - Muntah berkurang
4. Memberikan suplemen makanan - Nafsu makan sudah mulai
Kolaborasi meningkat
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - 1 Porsi makan dihabiskan
menentukan jumlah kalori dan jenis - Berat badan naik 2 kg
nutrien yang dibutuhkan A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Intoleransi aktivitas Terapeutik S:

41
berhubungan dengan 5. Lakukan latihan rentang gerak pasif - Pasien mengatakan lemah sedikit
kelemahan atau pasif berkurang
6. Berikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan lelah sedikit
menenangkan berkurang
Edukasi - Pasien mengatakan sebagian
7. Anjurkan tirah baring aktivitasnya belum sepenuhnya bisa
Kolaborasi dilakukan sendiri
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang O:
cara meningatkan asupan makanan - Pasien hanya duduk dan berbaring
ditempat tidur
- Lemah berkurang
- Lelah lelah berkurang
- TD : 120/80 mmHg
- Pols : 60 x/menit
- RR : 20 x/menit
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

42
43
BAB 1V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan Riwayat penyakit Hipertensi
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. A


Pasien menderita penyakit hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, sejak mengalami hipertensi
pasien telah mengonsumsi obat sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter.
b. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. A dengan hipertensi disesuaikan dengan
teori dan kondisi pasien pada saat itu berjumlah 3 diagnosa keperawatan yaitu
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan hipertensi dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
d. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama satu hari pasien dinyatakan
sembuh.
2. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

6yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

44
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC, Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition. Oxford:
Oxford University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all . 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk, 2007 Ilmu Penyakit Dalam, Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

45

Anda mungkin juga menyukai