Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi merupakan kondisi yang paling sering ditemukan di pelayanan
primer yang dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler, infark miokard, stroke,
gagal ginjal, atau kematian apabila tidak dideteksi dini dan tidak diterapi dengan
tepat.1 Hipertensi terjadi bila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
atau diastolik ≥ 90 mmHg.2
Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan sekitar
7,5 juta kematian (12,8% dari seluruh kematian). Peningkatan tekanan darah
merupakan penyakit yang berbahaya karena merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit jantung koroner dan stroke hemoragik. Risiko penyakit kardiovaskuler
meningkat 2 kali lipat untuk setiap kenaikan 20/10 mmHg (dimulai dari 115/75).
Risiko penyakit lain yang mungkin terjadi adalah gagal jantung, penyakit vaskuler
perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina, dan gangguan visual.3
Secara global, peningkatan tekanan darah di usia 25 tahun ke atas sekitar 40%
pada tahun 2008. Populasi yang terus bertambah dan penuaan, membuat kasus
hipertensi semakin banyak. Jumlah penderita hipertensi yang tidak terkontrol
meningkat dari 600 juta kasus pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar penderita
pada tahun 2008.3 Kebiasaan merokok terutama perokok sangat berat dan indeks
massa tubuh obesitas juga berhubungan dengan kejadian hipertensi.4
Di wilayah Asia Tenggara, sekitar 35% populasi dewasa memiliki hipertensi
yang memberikan kontribusi pada 1,5 juta kematian per tahun. Data nasional dari
berbagai negara di Asia Tenggara menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi meningkat dari tahun 1995 sebesar 8% menjadi 32%
pada tahun 2008. Dari WHO STEP di negara India, Indonesia, Maldives, dan Nepal
kurang dari 50% yang mengetahui bahwa mereka memiliki hipertensi dan hanya
kurang dari setengahnya yang mendapatkan terapi. Dari subyek yang mendapatkan
terapi, hanya kurang dari setengahnya yang memiliki tekanan darah di bawah 140/90.5
Prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia diatas 15 tahun ke atas
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 34,9% dari 643.300
individu. Menurut data Riskesdas tahun 2007, hipertensi banyak terjadi pada
kelompok usia 45-54 tahun sejumlah 49.226 jiwa, diikuti oleh kelompok usia 35-44
tahun sejumlah 47.224 jiwa. Namun bila dilihat secara keseluruhan, prevalensi
hipertensi terbesar, yaitu 70,2% terjadi pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
Hipertensi di daerah pedesaan cenderung lebih tinggi.4 Studi yang dilakukan Misbach
berupa survei hipertensi di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan
dari total 40,4% kasus hipertensi yang ditemukan, terdapat 33,5% yang tidak
mendapat terapi dan 31,5% yang mendapat terapi. Proporsi penderita penyakit
kardiovaskuler yang dirawat di rumah sakit di Indonesia terus meningkat dari 2,1% di
tahun 1990 menjadi 6,8% di tahun 2001.6
Pengendalian hipertensi hingga kini belum memuaskan, bahkan di negara maju.
Di banyak negara, pengendalian hipertensi baru mencapai 8% karena berbagai
kendala mulai dari faktor penderita, hingga sarana pelayanan yang tersedia.
Pengendalian hipertensi di Indonesia mencakup pencegahan, penemuan dini,
diagnosis, dan terapi. Pencegahan meliputi perubahan gaya hidup dan pemeriksaan
berkala untuk keperluan identifikasi hipertensi. Penemuan dini bisa dilakukan dengan
skrining pada populasi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terutama mereka
yang berisiko.6 Di Puskesmas Cipinang Muara, upaya ini belum terlaksana
sepenuhnya dikarenakan pengertian masyarakat mengenai lansia masih kurang karena
mereka masih menganggap bahwa peristiwa sakit pada masa lansia merupakan hal
yang alami dan biasa. Lansia banyak yang berobat ke praktek swasta sehingga tidak
terdata. Selain itu, kelompok lansia juga kurang bisa memanfaatkan posyandu lansia
dan kurangnya kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya.
Penemuan kasus hipertensi di masyarakat oleh tenaga kesehatan maupun upaya
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi perlu ditingkatkan karena
sebagian besar penderita hipertensi tidak menunjukkan keluhan. Untuk itu diperlukan
kombinasi upaya mandiri dan aktif oleh individu dan masyarakat serta dukungan oleh
kader dan petugas program pelayanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit.
A. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Prevalensi Penderita Hipertensi di wilayah Kerja

Puskesmas Kampus Provinsi Sumatera Selatan.

B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana profil penyakit hipertensi di wilayah kerja puskesman kampus

Palembang tahun 2017 ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Profil Penderita Hipertensi di Puskesmas Kampus

Provinsi Sumatera Selatan.

2. Tujuan Khusus

Diketahuinya Profil Penderita Hipertensi di Puskesmas Puskesmas

Kampus Provinsi Sumatera Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat
Mengupayakan masyarakat yang sehat dan menurunkan prevalensi penyakit
dan atau komplikasi penyakit hipertensi.
2. Bagi Puskesmas
Memungkinkan manajemen hipertensi yang tepat laksana sehingga tepat
sasaran dan tepat guna.

3. Bagi kesehatan Bangsa Indonesia


Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit tidak menular
khususnya hipertensi sehingga meningkatkan angka harapan hidup dan
taraf kesehatan Bangsa Indonesia.
.

Anda mungkin juga menyukai