Anda di halaman 1dari 61

MINI PROJECT

“UPAYA PERUBAHAN POLA MAKAN DENGAN RENDAH GARAM BAGI


PENDERITA HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN PENJARINGAN
KECAMATAN PENJARINGAN MARET-APRIL 2018”

Pembimbing :

dr. Fidya Yuslina Fuady

Oleh :

dr. Astri Yuniarsih Putranto

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN II

MEI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan mini project penelitian ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga mini project penelitian dengan judul “UPAYA
PERUBAHAN POLA MAKAN DENGAN RENDAH GARAM BAGI PENDERITA
HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN PENJARINGAN KECAMATAN PENJARINGAN
MARET-APRIL 2018” ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi para warga Kelurahan Penjaringan

Mini project penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan mini project penelitian ini.

Jakarta, 1 Mei 2018

dr. Astri Yuniarsih Putranto

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Hipertensi ditandai dengan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 130 per 80
mmHg. Masalah utama adalah hipertensi sebagai the “silent killer” karena sering kali
tanpa gejala. Tujuh juta orang di seluruh dunia meninggal tiap tahun akibat hipertensi.
Begitu juga di Indonesia, kasus ini masih menjadi masalah besar. Komplikasi hipertensi
yang utama adalah penyakit kardiovaskular, yang dapat berupa penyakit jantung koroner,
gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronik, kerusakan retina mata, maupun penyakit
vaskuar perifer. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia
terkena hipertensi. Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di
negara berkembang.
Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%, tertinggi
di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8%).
Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang
terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang
terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun
mendapatkan pengobatan.
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi
seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan. Stroke
(51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi.
Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada
besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak,
mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu
sendiri.

1
Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun
(11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya,
proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah (27,2%) dan menengah
(25,9%).
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi
dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua
umur.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu milyar orang
di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam
dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena
Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun,
dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita
Hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah berikut:

1. Tingginya prevalensi penderita hipertensi tidak terkontrol di Kelurahan Penjaringan


2. Rendahnya angka kontrol hipertensi pada penderita hipertensi di kelurahan
Penjaringan
3. Ketidakpiawaian warga dalam menerapkan modifikasi gaya hidup sebagai
tatalaksana penyakit hipertensi yang komprehensif

1.3. Tujuan
1.3.1. Umum
Turunnya prevalensi hipertensi serta meningkatkan pengetahuan mengenai
penggunaan diet garam sebagai terapi non medikamentosa bagi penderita hipertensi di
Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
1.3.2. Khusus
Meningkatkan pengetahuan warga RW 013 kelurahan Penjaringan mengenai
hipertensi dan cara penanggulangannya. Mengupayakan kemandirian masyarakat

2
kelurahan Penjaringan dalam penatalaksanaan hipertensi di lingkungan rumah dan
sekitarnya. Membiasakan penderita hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan
untuk menjalani modifikasi gaya hidup sehat yang sesuai bagi penderita hipertensi
Membina warga RW 013 Kelurahan Penjaringan penderita hipertensi dan keluarganya
untuk memeriksakan kesehatan secara teratur di pusat kesehatan masyarakat

1.4. Manfaat
1.4.1. Penulis
1. Berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan kader RW 013 Kelurahan
Penjaringan tentang hipertensi.
2. Membantu penderita hipertensi membiasakan diri dengan modifikasi gaya hidup
bagi penyakit hipertensi.
3. Membantu menurunkan angka penderita hipertensi yang tidak terkontrol di RW
013 Kelurahan Penjaringan
4. Dapat melengkapi salah satu tugas dokter internsip

1.4.2. Puskesmas
1. Menjadi salah satu program unggulan puskesmas dalam masalah hipertensi.
2. Menurunkan angka penderita hipertensi yang tidak terkontrol di RW 013
Kelurahan Penjaringan
3. Menjadi sumber masukan bagi Puskesmas dalam upaya penanganan pasien yang
menderita hipertensi, serta pencegahan pada pasien lainnya agar dapat terjadi
penurunan angka kejadian penderita hipertensi.

1.4.3. Masyarakat
1. Meningkatkan kesadaran pasien hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan
mengenai pentingnya diet garam dalam upaya pengobatan hipertensi
2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit dan terapi hipertensi.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-
duanya secara terus-menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan darah diastolik
berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di
antara dua denyutan.

Pada tanggal 13 November 2017, American Heart Association (AHA) dan


American College of Cardiology (ACC) mengeluarkan pedoman hipertensi terbaru.
Pedoman ini berisikan banyak perubahan besar dalam pengelolaan hipertensi. Salah
satu lompatan terbesar pedoman ini adalah perubahan klasifikasi atau bahkan definisi
hipertensi dimana sebelumnya hipertensi dinyatakan sebagai peningkatan tekanan
darah arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 Hgmm atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Pada pedoman hipertensi tersebut maka
hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 80 mmHg. Penurunan 10 poin pada tekanan darah sistolik dan diastolik
tersebut menyebabkan 103 juta penduduk Amerika Serikat mengalami hipertensi dan
harus menjalani diet, perubahan gaya hidup (berolahraga) dan mengkonsumsi obat
anti hipertensi. Seluruh hal tersebut harus dijalani untuk mengurangi risiko terhadap
kejadian serangan jantung dan stroke.

4
Tabel 1. Kategori Tekanan Darah Pada Dewasa

2.1.2. Epidemiologi
Risiko Populasi

1. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan hendaya terbesar di


seluruh dunia pada tahun 2010.
2. Di Amerika Serikat, hipertensi menyebabkan kematian akibat kardiovaskular
terbesar dibanding faktor risiko yang dapat diubah kardiovaskular lainnya.
3. National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan bahwa >50%
kematian karena penyakit jantung koroner dan stroke terjadi pada orang
hipertensi.
4. Tingginya prevalensi hipertensi berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular, stroke dan gagal ginjal stadium akhir.

2.1.3. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai
penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara
potensial.
a. Hipertensi primer (essensial). Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi
merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer).5 Literatur lain mengatakan,
hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa

5
mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis
hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun-temurun dalam suatu
keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang
peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila
ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan
poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan
natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang
merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron,
steroid adrenal, dan angiotensinogen.
b. Hipertensi sekunder. Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 2. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang
menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi
sekunder.

Tabel 2. Faktor Risiko Kardiovaskular yang Sering Ditemukan Pada Pasien dengan
Hipertensi

6
Tekanan darah dan Risiko Kardiovaskular

1. Penelitian observasional menunjukkan hubungan antara tekanan darah sistolik


dan diastolik tinggi dengan peningkatan risiko kardiovakular.
2. Meta analisis dari 61 penelitian prospektif menunjukkan bahwa
a. Risiko kardiovaskuler meningkat secara log-linier pada tekanan darah
sistolik <155 mmHg hingga > 180 mmHg dan tekanan darah diastolik < 75
mmHg hingga > 105 mmHg
b. Peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg dan diastolik 10 mmHg
berhubungan dengan peningkatan risiko stroke, penyakit jantung, dan
penyakit vaskular lainnya sebesar 2 kali lipat.
c. Lebih dari 1 juta pasien berusia ≥30 tahun yang mengalami peningkatan
tekanan darah juga memiliki hubungan terkait peningkatan insiden kejadian
kardiovaskular dan angina, infark miokard, gagal jantung, stroke, penyakit
arteri perifer.
d. Meskipun risiko relatif insiden kardiovaskular dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik sangat kecil pada usia tua, peningkatan tekanan darah
memiliki risiko absolut lebih besar pada usia ≥ 65 tahun.

2.1.4. Patogenesis
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi
jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

Gambar 1. Fisiologi pengaturan tekanan darah

7
Pengaturan tekanan darah sangat kompleks dan mencakup interaksi antara
berbagai faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua variabel
hemodinamik yakni curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung dipengaruhi
oleh volume darah yang sangat tergantung secara independen dengan konsentrasi
natrium serum. Resistensi perifer diatur pada tingkat arteriol dan dipengaruhi oleh
faktor neuronal dan hormonal. Tonus vaskulur normal dipengaruhi oleh zat
vasokonstriktor (angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (kinin, prostaglandin
dan nitrit oksida). Resistensi pembuluh darah diatur oleh autoregulasi dimana
peningkatan tekanan darah akan memicu vasokonstriksi untuk mencegah hiperperfusi
jaringan. Faktor lokal seperti pH dan hipoxi serta interaksi neuronal antara α dan β
adrenerdik juga terlibat.

Gambar 2 Autoregulasi tekanan darah oleh sistem RAAS

Ginjal dan kelenjar adrenal berperan penting pada regulasi tekanan darah dan
berinteraksi satu sama lain untuk mengatur tonus tekanan darah dan volume tekanan
darah. Ginjal mempengarhi resistensi perifer dan homeostasis natrium secara
langsung melalui sistem RAAS. Renin merupakan enzim proteolitik yang dihasilkan
di ginjal oleh sel jukstaglomerular di arterior aferen. Saat volume atau tekanan darah
turun terjadi penurunan tekanan pada arteriol aferen, penurunan GFR dan peningkatan
resorpsi natrium tubulus proksima sehingga terjadi konservasi natrium dan ekspansi
voume darah. Sel jukstaglomerular berespn dengan melepaskan renin. Renin
mengkatabolisme angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I yang kemudia

8
dikonversi menjadi angiotensin II oleh Angiotensin converting enzyme di perifer.
Angiotensin II meningkatkan tekanan arah dengan meningkatkan resistensi perifer
dengan merangsang kontraksi sel otot polos vaskular, meningkatkan volume plasma
dengan merangsang sekresi aldosteron pada adrenal, meningatkan reabsorbsi natrium
tubulus. Atrium jantung juga mensekresika atrial natriuretik peptita (ANP) sebagai
respon terhadap ekspansi volume jantung pada gagal jantung dan menghambat
reabsorbi natrium di tubulus ginjal dan menyebabkan vasodilatasi sistemik.
Hampir 95% hipertensi adalah idiopatik (hipertensi esensial) . Kebanyakan
pasien tetap stabil seumur hidup dan sebagian mengalami komplikasi infark miokard,
strokea tau komplikasi lain. Sisanya adalah hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyempitan arteri renalis biasanya oleh plak aterosklerosis (hipertensi renovaskular).
Yang jarang terjadi adalah hipertensi akibat penyakit adrenal seperti aldosteronisme
perifer, sindrom cushing, feokromositoma atau penyakit lain.
Sekitar 5% hipertensi menunjukkan peningkatan tekanan darah cepat yang jika
tidak terdeteksi dapat menyebaban kematian dalam 1-2tahun. Hipertensi maligna atau
accelerated secara klinis ditandai oleh hipertensi berat (DBP >120mmHg), gagal
ginjal, perdarahan retina dan eksudat dengan atau tanpa papiledema. Hipertensi
maligna dapat terjadi pada hipertensi yang sudah ada, esensial maupun
sekunder.Faktor resiko hipertensi mencakup faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik. Beberapa gen tunggal dapat menyebabkan hipertensi dengan
mempengaruhi reaborbsi natrium. Hipertensi juga dipengaruhi oleh polimorfisme
lokus angitensin. Pengaruh genetik dan ras pada sistem RAAS belum jelas namun
diduga melibatkan perbedaan pada regulasi tekanan darah mencakup loading natrium
ginjal, peningkatan reaktivitas vaskular terhadap vasoprotektor atau proliferasi otot
polos vaskular. Faktor lingkungan: modifikasi ekspresi genetik seperti stres obesitas,
merokok, inaktivitas fisik dan konsumsi garam. Hubungan antara diet tinggi natrium
dan prevalensi hipertensi berbeda pada populasi yang berbeda secara impresif.

9
2.1.5. Diagnosis
2.1.5.1. Anamnesis
Tujuan anamnesis pasien dengan hipertensi:
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
atau penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis
sehingga dapat memberi petunjuk dalam pengobatan
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskular
Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga,
2.1.5.2. Pemeriksaan Fisik
Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan darah.
Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol
ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi. Pemeriksaan fisik termasuk
pemeriksaan keadaan umum, pengukuran tekanan akurat, frekuensi nadi,
frekuensi napas, pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index)
yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi
arteri karotis, abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar
tiroid; pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen
untuk melihat pembesaran ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta
yang abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk melihat adanya edema dan
denyut nadi, serta penilaian neurologis.

10
Gambar 3. Diagnosis Hipertensi Menurut ACC AHA 2017

2.1.6. Penatalaksanaan
A. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan
tekanan darah dapat terlihat pada tabel 5 sesuai dengan rekomendasi dari ACC
AHA 2017. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang
kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat
badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke
pasien, dan dorongan moril.

11
Tabel 5. Rekomendasi untuk Intervensi Non Farmakologis

B. Terapi Medikamentosa
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini
berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau
serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Mengurangi resiko merupakan
tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna
oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.
Untuk inisiasi terapi disarankan menggunakan obat antihipertensi dengan agen
lini pertama seperti diuretik tiazid, Calcium Chanel Blocker (CCB) dan Angiotensin
Converting Enzym Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
Penggunaan ACE inhibitor, ARB, dan/atau inhibitor renin secara simultan
(bersamaan) berpotensi membahayakan dan tidak direkomendasikan untuk mengobati

12
orang dewasa dengan hipertensi. sesuai dengan rekomendasi ACC AHA 2017.dalam
tabel 6.

Tabel 6. Rekomendasi Untuk Pemilihan Medikasi Awal

Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum


dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik
masih tinggi. Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi belum
terkontrol, untuk itu perlu diberlakukan target dan follow up dalam penanganan
hipertensi seperti dalam tabel 7.

Tabel 7. Rekomendasi Untuk Target dan Follow up Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi

13
Kasus hipertensi banyak dijumpai pada fasilitas kesehatan pertama disertai
dengan penyakit atau keadaan lain sebagai penyertanya seperti hipertensi dengan
diabetes melitus, hipertensi pada lansia, hipertensi dalam kehamilan, hipertensi
emergency atau hipertensi urgency, untuk itu perlunya rekomendasi tatalaksana bagi
pasien sesuai dengan rekomendasi dari ACC AHA 2017 dalam tabel 8.

14
Tabel 8. Rekomendasi untuk tatalaksana hipertensi dengan penyakit atau keadaan
lainnya

15
2.1.7. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah
faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic
attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan
atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular
lain maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan
kardiovaskularnya tersebut.

16
BAB 3

IDENTIFIKASI MASALAH DAN METODE

3.1. PROFIL KOMUNITAS UMUM

Kelurahan Penjaringan merupakan bagian dari kecamatan Penjaringan, Jakarta


Utara. Kelurahan ini berpenduduk padat namun tertata. Wilayah Kelurahan
Penjaringan mempunyai luas total 395,43 Ha. Status tanah pada umumnya adalah
tanah negara, sedangkan pemilik tanah sebagian besar adalah penggarap, namun
demikian diantaranya sudah banyak yang sudah memiliki hak dengan
mensertifikatkan tanah secara perorangan maupun melalui prona.

3.1.1. Data Geografis

Sebelah utara Kelurahan Penjaringan berbatasan dengan Pantai Laut


Jawa dan Jalan Raya Pluit Selatan, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan
Alur Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kali Opak. Kemudian untuk sebelah
Selatan berbatasan dengan Jalan Bandengan Utara dan Rel Kereta Api dan
untuk sebelah barat berbatasan dengan sepanjang Waduk Pluit sebelah Barat
Kali Muara Katang dan Jalan Jembatan Tiga
Sedangkan sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Penjaringan
yakni : rumah sakit umum (2), rumah bersalin milik pemerintah (1), rumah
bersalin swasta (2), Puskesmas (1), Poli klinik pemerintah (2), Poli klinik
swasta (4), Puskesmas (1), Dokter Umum (14), Dokter Gigi (4), Dokter
Kandungan (1), Dokter THT (1), Dokter penyakit kulit dan kelamin (1),
Praktek Dokter Anak (1), Praktek Bidan (3), dukun bayi (3), Apotek (4), Depo
Obat (2), Posyandu (25) dan Klinik KB (2). Akses menuju Puskesmas
Kelurahan Penjaringan relatif mudah dicapai. Jalan menuju puskesmas sudah
beraspal, cukup luas untuk dilalui oleh motor, sepeda ataupun mobil.
Puskesmas terletak di tengah-tengah rumah penduduk dan pasar yang mudah
dijangkau.

17
Gambar 3. Peta Wilayah Kelurahan Penjaringan

3.1.2. Data Demografik


Kelurahan Penjaringan mempunyai luas wilayah 395,43 Ha yang
terbagi menjadi 17 RW serta memiliki 238 RT. Kelurahan Penjaringan masuk
dalam wilayah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Pada akhir tahun 2016
Kelurahan Penjaringan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 105.812 jiwa
dengan 41.984 KK, terdiri dari 55.129 orang laki-laki dan 50.683 orang
perempuan.
Pelaksanaan intervensi program akan dilakukan di wilayah RW 013
Kelurahan Penjaringan. Luas wilayah RW 013 sebesar 35.391 m2 dengan
batas wilayah utara adalah jalan tol Ir. Wiyoto, sebelah selatan adalah rel
kereta api, sebelah timur adalah Kali Opak, sebelah barat adalah RW 014.
Kepadatan penduduk sebesar 171 jiwa per Ha. Jumlah penduduk RW 013
terdiri dari 4.285 jiwa dengan jumlah 12 RT. Jumlah kepala keluarga 1.400
KK, terdiri dari 1.037 KK laki-laki dan 363 KK perempuan. Total penduduk
dewasa laki-laki 1.129 jiwa dan perempuan dewasa 841 jiwa. Jumlah anak
laki-laki 501 jiwa dan anak perempuan 414 jiwa.
Jumlah per rt?.

18
3.1.3. Data epidemiologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas, diperoleh kunjungan


10 Penyakit terbanyak pada bulan Januari 2017-Februari 2018 adalah :

1. Nasofaringitis (5350 Kunjungan)


2. Hipertensi (2786 Kunjungan)
3. Gastritis duodenitis (1262 Kunjungan)
4. Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (737 Kunjungan)
5. Diare dan disentri (640 Kunjungan)
6. Faringitis Akut (571 kunjungan)
7. Diabetes melitus tipe 2 NIDDM (559 Kunjungan)
8. Dermatitis kontak alergi (346 Kunjungan)
9. Rhinitis alergika (200 Kunjungan)
10. Tuberkolosis paru (145 kunjungan)

346 200 145


Nasofaringitis

559 Hipertensi
571

640 Gastritis duodenitis

5350
737 Penyakit pada sistem otot dan
jaringan pengikat
Diare dan disentri
1262
Faringitis Akut

Diabetes melitus tipe 2


2786 NIDDM
Dermatitis kontak alergi

Gambar 4. Kunjungan 10 Penyakit Terbanyak Tahun Januari 2017-Februari 2018


PUSKESMAS Kelurahan Penjaringan II
Sumber : Laporan LB1 Tahun 2017 dan 2018

19
Kunjungan dengan nasofaringitis merupakan kunjungan terbanyak setiap
tahun, ini dikarenakan lingkungan yang belum sehat, proses penularan lebih mudah
kerena kuman menyebar lewat udara, pengetahuan tentang etika batuk yang kurang,
belum membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat seperti membiasakan mencuci
tangan memakai sabun setiap sebelum dan setelah melakukan aktivitas.

Usaha menguranginya petugas sering melakukan penyuluhan Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan (baik lingkungan Puskesmas, lingkungan
masyarakat, maupun lingkungan sekolah)

Kunjungan 10 penyakit terbanyak bulan Januari 2017 hingga bulan Februari


2018 didominasi dengan kunjungan Penyakit Tidak Menular seperti hipertensi,
diabetes mellitus, stroke dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat.
Penyakit tidak menular banyak muncul disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,
perilaku konsumtif dan kurangnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Untuk itu
Puskesmas Kelurahan Penjaringan 2 selain gencar melakukan penyuluhan kesehatan
pada setiap kegiatan lapangan, juga menambah jumlah Posbindu ( Pos Pembinaan
Terpadu ).

Pada penelitian intervensi data diperoleh dari hasil pendataan Dokter Internsip
Puskesmas Kelurahan Penjaringan 2 pada Januari-Februari 2018. Hasil pendataan
yang dilakukan menunjukkan bahwa 865 orang menderita hipertensi.

Presentase Penderita Hipertensi di RW


013 Kel. Penjaringan

31%
Hipertensi
Tidak Hipertensi
69%

Gambar 5. Presentase Penderita Hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan

20
3.1.4. Pelayanan Kesehatan (Puskesmas Kelurahan Penjaringan II)
3.1.4.1 Sarana
Bangunan terdiri dari satu lantai dengan luas tanah 300 M2 , sarana yang ada
didalamnya adalah air PAM, listrik, telephone, komputer, printer, AC, Kipas Angin,
motor, dental unit, ruang menyusui, bilik sampah dan kamar mandi umum.

Puskesmas ini juga dilengkapi dengan alat-alat kesehatan dan sarana


pelayanan lainnya untuk menjamin peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasan
konsumen.

Puskesmas Kelurahan Warakas beralamat di Jl. Rawa bebek Pasar Royal


Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia dengan nomor telpon
(021) 66696407

3.1.4.2 Kebijakan Mutu

1. Mencapai kepuasan pelanggan melalui jasa pelayanan kesehatan yang


profesional, ramah, efektif dan efisien.
2. Memberikan pelatihan untuk pengembangan kualitas SDM
3. Melakukan upaya perbaikan secara konsisten dan berkesinambungan
4. Melaksanakan 5R (Ringkas, Rapi, Rawat, Resik dan Rajin) di
lingkungan Puskesmas.
5. Berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
cakupan wilayah Puskesmas.

21
3.1.4.3 Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas

dr. Fidya Yuslina Fuady

TU

Amirullah

BPG BPU & MTBS APOTIK KESLING


dr.Fidya Yuslina Luh Made Fanny
drg.Adhina Soraya Yulistiana Akbar,
Fuady
Dewi A.Md. Far

LANSIA
Agus Sutopamungkas
Haryati

KIA/ KB/Imunisasi LOKET GIZI


UKS TB
Bidan Elida Sipayung Haryati Haryati Imas
Bidan Elida Sipayung
Bidan Evi Fauzia Meidayanti
Bidan Evi Fauzia

3.1.5. Identifikasi Masalah Menggunakan Paradigma BLUM

1. Genetik:

a. Tidak dinilai

2. Medical Care Sevices:

a. Penyuluhan mengenai hipertensi pada kader masih kurang.

22
b. Pengetahuan kader mengenai hipertensi masih kurang.

3. Lifestyle:

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh para kader RW 013 didapatkan:

a. Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi perlu diberikan terapi

b. Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi dapat menyebabkan komplikasi


berat.

c. Masyarakat tidak mengerti berapa lama seseorang dengan hipertensi harus


minum obat

d. Masyarakat tidak mengerti jika penyakit hipertensi harus rutin kontrol

e. Masyarakat tidak mengerti mengenai pola makan yang baik pada penyakit
hipertensi

f. Masyarakat tidak mengerti mengenai aktifitas fisik yang berhubungan dengan


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

4. Lingkungan:

1. Fisik: Rumah warga dekat dari jalan utama, dan masih cukup dekat dengan
Puskesmas kelurahan Penjaringan II.
2. Non Fisik:
a. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai
hipertensiSosio-ekonomi-budaya:

b. Status ekonomi sebagian besar keluarga di RW 013 adalah menengah ke


bawah.

c. Kesadaran warga dalam penanganan hipertensi masih rendah dikarenakan


kebiasaan kurang tepat dalam masyarakat yang saling mengikuti satu sama
lain

23
GENE
TIK

UPAYA PENINGKATAN
PENGETAHUAN
MENGENAI HIPERTENSI
Environment BAGI PENDERITA
HIPERTENSI DI RW 013 Medical Service
- Fisik: KELURAHAN
- Rumah warga dekat dari jalan utama, PENJARINGAN
dan masih cukup dekat dengan
 Penyuluhan mengenai
Puskesmas kelurahan Penjaringan II.
hipertensi pada kader masih
- Non Fisik:
kurang.
- Pengetahuan dan kesadaran masyarakat
yang masih rendah mengenai  Pengetahuan kader mengenai
hipertensiSosio-ekonomi-budaya: hipertensi masih kurang.

- Status ekonomi sebagian besar keluarga Life


di RW 013 adalah menengah ke bawah. Style

- Kesadaran warga dalam penanganan


hipertensi masih rendah dikarenakan
kebiasaan kurang tepat dalam - Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi perlu diberikan terapi
masyarakat yang saling mengikuti satu - Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi dapat menyebabkan stroke
sama lain
- Masyarakat tidak mengerti berapa lama seseorang dengan hipertensi
harus minum obat
- Masyarakat tidak mengerti jika penyakit hipertensi harus rutin kontrol
- Masyarakat tidak mengerti mengenai pola makan yang baik pada
penyakit hipertensi
- Masyarakat tidak mengerti mengenai aktifitas fisik yang berhubungan
dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

Gambar 6. Paradigma BLUM masalah kesehatan penyakit hipertensi di RW 013 Kelurahan


Penjaringan

24
BAB 4

IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF

PEMECAHAN MASALAH

4.1. Identifikasi Masalah Penyebab

Permasalahan yang akan diidentifikasi adalah lifestyle, environment dan medical


services warga RW 013 kelurahan Penjaringan. Pencarian penyebab masalah dilakukan
dengan teknik fishbone.

1. Medical Care Sevices:

a. Penyuluhan mengenai hipertensi pada kader masih kurang.

b. Pengetahuan kader mengenai hipertensi masih kurang.

2. Lifestyle:

d. Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi perlu diberikan terapi

e. Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi dapat menyebabkan komplikasi


berat.

f. Masyarakat tidak mengerti berapa lama seseorang dengan hipertensi harus


minum obat

g. Masyarakat tidak mengerti jika penyakit hipertensi harus rutin kontrol

h. Masyarakat tidak mengerti mengenai pola makan yang baik pada penyakit
hipertensi

i. Masyarakat tidak mengerti mengenai aktifitas fisik yang berhubungan dengan


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

3. Lingkungan:
a. Fisik: Rumah warga dekat dari jalan utama, dan masih cukup dekat dengan
Puskesmas kelurahan Penjaringan II.
b. Non Fisik:
1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai
hipertensi

25
2. Status ekonomi sebagian besar keluarga di RW 013 adalah menengah ke
bawah.
3. Kesadaran warga dalam penanganan hipertensi masih rendah dikarenakan
kebiasaan kurang tepat dalam masyarakat yang saling mengikuti satu
sama lain

4.2. Penentuan Prioritas Masalah


Setelah menemukan beberapa masalah yang ada selanjutnya ditentukan
prioritas masalah yang perlu diintervensi berdasarkan metode scoring menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) sebagaimana tertera di tabel berikut:

Tabel 21. Scoring prioritas masalah menggunakan USG


No
. Prioritas Masalah U S G Total
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih

1 rendah mengenai hipertensi 4 4 4 12


Masyarakat tidak mengerti bahwa hipertensi dapat

2 menyebabkan komplikasi berat. 3 4 4 11


Masyarakat tidak mengerti jika penyakit hipertensi

3 harus rutin kontrol 3 3 3 9


Masyarakat tidak mengerti mengenai pola makan yang

4 baik pada penyakit hipertensi 5 5 5 15


Masyarakat tidak mengerti mengenai aktifitas fisik yang
berhubungan dengan penurunan tekanan darah pada

5 penderita hipertensi 4 4 5 13

Dari hasil scoring, dipilih 3 masalah yang akan diintervensi, yakni:

1. Masyarakat tidak mengerti mengenai pola makan yang baik pada penyakit
hipertensi
2. Masyarakat tidak mengerti mengenai aktifitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

26
3. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai
hipertensi

3.3. Alternatif Pemecahan Masalah

Solusi bagi masalah yang telah dikemukakan adalah penyuluhan yang


menyeluruh mengenai penyakit hipertensi kepada kader RW 013 dan penderita
hipertensinya, serta menjelaskan nilai tekanan darah yang normal, gejala hipertensi,
pola olahraga yang ideal, pola makan rendah garam, himbauan untuk mengurangi
makan makanan yang mengandung garam serta MSG seperti makanan olahan,
makanan yang diawetkan dan jajanan.

Untuk permasalahan tidak patuhnya minum obat dan kontrol, dinilai bahwa
solusi bagi tidak patuhnya minum obat dan kontrol adalah melalui buku kontrol yang
diberikan untuk penderita hipertensi.

Untuk permasalahan ketidaktahuan mengenai pola hidup yang baik bagi


penyakit hipertensi, maka akan diperkenalkan pola makan rendah garam bagi
penderita hipertensi sebagai salah satu modalitas dalam modifikasi gaya hidup
penyakit hipertensi, terutama pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol yang
menempati prosentase lebih tinggi dibanding yang terkontrol.

27
Pengetahuan dan kesadaran Masyarakat tidak mengerti bahwa Masyarakat tidak mengerti
masyarakat yang masih rendah hipertensi dapat menyebabkan jika penyakit hipertensi harus
mengenai hipertensi komplikasi rutin kontrol
berat.hipertensi.hipertensi

Banyaknya informasi keliru Masy. Hanya berobat jika mengalami keluhan


beredar di masyarakat RW 013
Rendahnya pendidikan masyarakat RW
Masyarakat menganggap hipertensi
013 Kelurahan Penjaringan penyakit biasa
Rendahnya pengetahuan dalam
masayarakat RW 013
ANGKA
Mayoritas masyarakat hanya Mayoritas masyarakat hanya sekolah hingga
Kurangnya edukasi tentang kontrol PENDERITA
sekolah hingga sekolah dasar sekolah dasar
hipertensi secara rutin kepada pasien HIPERTENSI
RW 013,
Kurangnya edukasi kepada pasien tentang Masy. Tidak mengetahui olahraga untuk
diet rendah garam pada penderita hipertensi penderita hipertensi
KEL.
PENJARING
AN
Masy. Menganggap aktifitas sehari-hari
Masy. Tidak memahami dampak dari pola
sama dengan olahraga
makan yang tidak sehat (asin)

Masy. Mementingkan rasa enak di lidah saja Masy. tidak berolahraga

Masyarakat tidak menerapkan Masyarakat tidak menerapkan aktifitas fisik yang


mengenai pola makan yang baik berhubungan dengan penurunan tekanan darah pada
pada penyakit hipertensi penderita hipertensi

Gambar 7.Diagram Fishbone Identifikasi Akar Masalah Hipertensi

28
BAB 5

PERENCANAAN INTERVENSI

5.1. Penyusunan Intervensi


5.1.1. Program pola makan rendah garam pada penderita hipertensi di RW 013
Kelurahan Penjaringan:
a) Kegiatan: Aplikasi metode pembatasan konsumsi garam dalam keseharian
kepada penderita hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan, yakni 1/2
sendok teh garam untuk makanan dan minuman sehari semalam
Dasar:
1. Tingginya angka hipertensi tidak terkontrol pada warga.
2. Ketidakpiawaian warga penderita hipertensi dalam melakukan
modifikasi gaya hidup sebagai tatalaksana hipertensi yang komprehensif
b) Sasaran: Para penderita hipertensi tidak terkontrol di RW 013 Kelurahan
Penjaringan yang terdata di pendataan hipertensi Puskesmas.
c) Tempat: Rumah Kantor RW 013
d) Indikator penilaian:
1. Memiliki riwayat hipertensi
2. Terdata pada data hipertensi Puskesmas Kelurahan Penjaringan
3. 50% dari peserta hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan yang
mengikuti program menggunakan plastik takar yang berisi ½ sdt garam
untuk pembatasan konsumsi garam dalam keseharian dari akhir bulan
Maret hingga akhir bulan April 2018.

29
5.2. Time Table Kegiatan

Tabel 22. Time Table Target Intervensi Hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan

Tujuan
Kegiatan /
Input Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(1 bulan) (1 tahun) (5 tahun)

Men  Kader RW 013 Pengenalan Peningkatan Para Menurunkan


Kel. dan pengetahuan penderita angka
Penjaringan pembiasaan para penderita hipertensi hipertensi
 Dokter terhadap hipertensi RW dapat tidak
internsip pembatasan 013 Kelurahan mengelola terkontrol
konsumsi Penjaringan gaya hidup dan
Money  -
garam pada mengenai yang baik komplikasi
Material  Plastik sealable
penderita tatalaksana bagi hipertensi di
ukuran kecil
hipertensi hipertensi yang penyakitnya RW 013
 Spidol dengan dapat dilakukan sehingga Kelurahan
 Kartu kontrol memberika dirumah yang tekanan darah Penjaringan.
konsumsi n plastik diukur melalui dalam target
garam takar yang kepatuhan normal.
Method  Sosialisasi berisi 1/2 penderita
program sdt garam hipertensi dalam
pembatasan mengikuti
konsumsi program.
garam per hari
 Memantau
penggunaan
plastik takar
 Memantau
tekanan darah
penderita

30
5.3. Planning Of Action (POA)
5.3.1. Planning

Tabel 23. Planning Rencana Intervensi Hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan.

Tujuan dan Rencana


Kegiatan Sasaran Tempat Waktu Pelaksana
target Penilaian
Pemilihan kasus Menemukan Warga RW Puskesmas 9 -15  Dr. Astri

 Menganalisis Diagnosis 013 Kelurahan Maret Yuniarsih

data Komunitas Kelurahan Penjaringan 2018 Putranto

epidemiologi yang akan Penjaringan II  Dr.

dan 10 diintervensi . Hendris

penyakit Utama

terbanyak di Citra

Puskesmas Wahyudin

Kelurahan
Penjaringan.
 Berdiskusi
antar
anggota
kelompok

Penetapan Mendapatkan Warga RW Puskesmas 16 Maret Dr. Astri


masalah yang masalah yang 013 Kelurahan 2018 Yuniarsih
akan akan Kelurahan Penjaringan Putranto
diintervensi diintervensi Penjaringan II
serta rencana
intervensi yang
akan dilakukan

Meminta izin Mendapat izin Kepala Puskesmas 19 Maret  Dr. Astri


kepala kepala Puskesmas Kelurahan 2018 Yuniarsih
Puskesmas Puskesmas Kelurahan Penjaringan Putranto
Kelurahan Kelurahan Penjaringan II dan  Dr.

31
Penjaringan II, Penjaringan II, II dan Kantor RW Hendris
penanggung penanggung Ketua RW 013 Utama
jawab program jawab program 013 Kelurahan Citra
hipertensi, hipertensi Kelurahan Penjaringan Wahyudin
ketua RW 013 untuk Penjaringan
dan ketua kader melakukan .
Kelurahan intervensi
Penjaringan.

Sosialisasi Para Kantor RW 23 April  Dr. Astri


program perwakilan 013 2018 Yuniarsih
pembatasan Panduan kader RW Kelurahan Putranto
konsumsi garam program dan 013 Penjaringan  Dr.
kepada kader penjelasan- . Hendris
dan warga RW nya. Utama
013 Citra
Wahyudin
Pertemuan Menjelaskan Kantor RW 23 April  Dr. Astri
dengan program, 013 2018 Yuniarsih
Para
penderita menanyakan Kelurahan Putranto
penderita
hipertensi dan kesediaan Penjaringan  Dr.
hipertensi
pemberian megikuti . Hendris
tidak
plastik sealable program dan Utama
terkontrol
sebagai plastik memulai Citra
RW 013
takar yang program Wahyudi
Kelurahan
berisi garam 1/2 aplikasi  Ibu
Penjaringan
sdt pembatasan Haryati
.
konsumsi  Kader RW
garam 013
Monitoring Melihat Para Kantor RW 29  Dr. Astri Plastik
program kepatuhan penderita 013 Maret, 6, Yuniarsih takar
penderita hipertensi Kelurahan 12, dan Putranto garam

32
terhadap RW 013 Penjaringan 20 April  Dr. digunakan
program Kelurahan . 2018 Hendris dan
Penjaringan Utama aplikasi
. Citra berjalan
Wahyudin
Evaluasi akhir Melihat Para Kantor RW 20 April  Dr. Astri Kartu
program kepatuhan dan penderita 013 2018 Yuniarsih pemakain
aplikasi hipertensi Kelurahan Putranto garam
pembatasan RW 013 Penjaringan  Dr. dikumpulk
konsumsi Kelurahan . Hendris an,
garam mulai Penjaringan Utama aplikasi
menjadi . Citra berjalan
kebiasaan Wahyudin

33
5.4. Timeline (Gantt Chart)

Tabel 24. Rencana Kegiatan Intervensi Hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan.

NO. Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Perencanaan

Identifikasi kasus di puskesmas

Penetapan kasus yang akan diintervensi

Identifikasi faktor penyebab

Penetapan indikator keberhasilan

Perencanaan intervensi

2. Pengorganisasian

Pembagian tugas

Meminta izin kepala puskesmas, pemegang


program hipertensi, dan kepala RW 013
Kelurahan Penjaringan

3. Pelaksanaan

Mengadakan program pembatasan konsumsi


garam pada penderita hipertensi tidak
terkontrol RW 013 Kelurahan Penjaringan

4. Pengawasan

Monitoring

5. Evaluasi

Evaluasi akhir ke penderita hipertensi tidak


terkontrol mengenai plastik takar dan konsumsi
garam

34
BAB 6

PELAKSANAAN INTERVENSI

6.1. Flowchart Kegiatan


6.1.1. Flowchart Seluruh Kegiatan

Berdiskusi dengan kepala


puskesmas serta
menganalisis data
Mencari Data epidemiologi mengenai
tingginya peningkatan
prevalensi di RW 013
Kelurahan Penjaringan

Meminta izin kepala Survei lokasi yang


Menyusun rencana
puskesmas, akan dijadikan
intervensi berupa
pembimbing, dan tempat penyuluhan
penyuluhan kepada
kepala RW 013 kader RW 013
kader RW 013
Kelurahan Kelurahan
Kelurahan Penjaringan.
Penjaringan Penjaringan

Sosialisasi program dan


Bertemu dengan
pemberian plastik takar ke
warga RW 013
penderita hipertensi dan Monitoring.
Kelurahan
warga yang hadir di RW
Penjaringan
013 Kelurahan Penjaringan

Input dan Lapor kepala


Evaluasi pengelolahan data puskesmas dam
hasil intervensi pembimbing.

Gambar 8. Flowchart Seluruh Kegiatan Intervensi

35
6.1.2. Intervensi : Program Aplikasi Pembatasan Konsumsi Garam Bagi RW 013
Kelurahan Penjaringan.
6.1.2.1. Deskripsi Proses Intervensi Secara Detail

Intervensi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pengenalan


modifikasi gaya hidup terutama pola makan rendah garam yang baik bagi
penderita hipertensi terutama hipertensi tidak terkontrol.
Pelaksanaan program ini dimulai dengan sosialisasi program plastik
takaran pembatasan garam ke warga penderita hipertensi yang telah didata, di
lingkungan rumah penderita. Dokter internsip dan kader RW 013 Kelurahan
Penjaringan.bertemu dengan warga, termasuk penderita hipertensi di RW 013
Kelurahan Penjaringan yang terdata di dalam laporan di Kantor RW 013
Kelurahan Penjaringan.
Kemudian pemberian plastik takaran berlabel garam untuk dipakai
setiap hari. Penderita dijelaskan mengenai program, yakni penggunaan 1/2
sendok teh garam dapur yang ditempatkan di dalam plastik takar untuk
dipakai di masakan dan makanan lain dalam sehari. Tidak diperkenankan
menambah garam kedalam masakan selain dari yang telah diisi di dalam
plastik takar. Jika garam yang ada di dalam plastik takar sudah habis, maka
penderita tidak boleh mengonsumsi garam dan gula lagi untuk hari tersebut.
Diperoleh tekanan darah pada sosialisasi yang di monitor setiap
minggu bersama dengan keluhan dan proses ikut serta program. Kemudian
evaluasi akhir aplikasi program melalui pemeriksaan tekanan darah dan
pengecekan plastik takaran dilakukan pada minggu IV bulan April 2018.

6.1.2.2. Perolehan Izin untuk Melakukan Intervensi

Setelah berdiskusi dan sepakat mengenai rencana intervensi yang akan


dilakukan, kemudian berdiskusi dan meminta izin kepada kepala puskesmas
dan dokter penanggung jawab di RW 013 Kelurahan Penjaringan. Setelah itu
menemui ketua RW 013 Kelurahan Penjaringan guna menjelaskan rencana
intervensi dan meminta izin. Selanjutnya bertemu penderita hipertensi bersama
dengan kader.

36
6.1.2.3. Aplikasi program pembatasan konsumsi garam pada penderita hipertensi
tidak terkontrol di RW 013 Kelurahan Penjaringan.

Sosialisasi program kepada kader dilakukan pada tanggal 23 April


2018 pukul 09.00 WIB hingga selesai, yang bertempat di Kantor RW 013
Kelurahan Penjaringan oleh dokter Astri Yuniarsih Putranto dengan sasaran
para kader RW 013 Kelurahan Penjaringan bertujuan untuk memberi
pemahaman lebih dahulu kepada kader yang akan turut berperan selama
program berlangsung. Pada tanggal 29 April 2018, langsung dilakukan
pertemuan pertama dengan warga di RW 013 Kelurahan Penjaringan. Kasus
tercatat sebanyak 865 penderita hipertensi di Kel. Penjaringan, 29 orang
menjadi peserta intervensi dari wilayah RW 013. Rincian dari hasil intervensi
dapat dilihat pada bab hasil. Monitoring dilakukan 4 kali selama bulan Maret
dan April, yaitu tanggal 29 Maret, 4, 12, dan 20 April 2018, dan evaluasi akhir
pada tanggal 20 April 2018.

6.1.3. Monitoring
6.1.3.1. Jadwal Monitoring dan Pelaksanaan
a. Monitoring dilakukan secara rutin selama 1 kali tiap minggu berturut-turut
selama bulan Maret-April 2018.
b. Terlaksana pada tanggal 29 Maret, 4, 12 dan 20 April 2018 dan 1 kali
evaluasi akhir pada tanggal 20 April 2018

6.1.3.2. Kendala yang Dihadapi


a. Jadwal monitoring yang berubah karena bersamaan jadwal kegiatan lain di
Puskesmas.
b. Beberapa peserta tidak datang saat monitoring sehingga data yang di dapat
tidak spesifik
c. Beberapa peserta tidak dapat melaksanakan program dikarenakan faktor
usia atau kurangnya kepatuhan dalam menjalankan program.

37
6.1.3.3. PDCA Cycle – Perbaikan yang Dilakukan

• Memperkenalkan program pola makan rendah garam kepada penderita


PLAN hipertensi tidak terkontrol

• Sosialisasi program
• pemberian plastik takar untuk diisi garam 1/2 sendok teh
DO • Monitoring 3 kali di bulan Maret dan April 2018, 1 kali evaluasi akhir

• jumlah peserta 29 orang


CHECK • kepatuhan aplikasi metode pembatasan konsumsi garam

• Memberikan penyuluhan mengenai pola makan rendah garam yang baik


untuk hipertensi
ACT • monitoring 4 kali setiap bulan
• memeriksa tekanan darah setiap penderita hipertensi

Gambar 9. Diagram PDCA Kepada Kader dan Warga RW 013 Kelurahan Penjaringan

38
BAB 7

HASIL INTERVENSI

7.1. Pengolahan Data

Data diperoleh melalui kepatuhan peserta di RW 013 Kelurahan Penjaringan


dan nilai dari tekanan darah pada setiap monitoring.

7.2. Penyajian Data


Kasus tercatat sebanyak 865 penderita hipertensi di Kel. Penjaringan, 29 orang
menjadi peserta intervensi dari wilayah RW 013. Pada hasil intervensi didapatkan,
dari 20 orang warga RW 013 Kelurahan Penjaringan yang terdata memiliki hipertensi,
29 orang menjalankan program pembatasan konsumsi garam dapur yang dilaksanakan
selama bulan Maret-April 2018 yang membentuk presentase lebih dari 50% peserta
adalah penderita hipertensi di RW 013 Kelurahan Penjaringan.

39
Nama Alamat Monitoring Monitoring Monitoring Monitoring Keterangan:
(RT) tgl: tgl: tgl: tgl: Alasan/ terapi medikamentosa
29/03/18 06/04/18 12/04/18 20/04/18
Ny.R 014 140/90 120/80 130/80 120/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Proram masih Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih berjalan. senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. Melakukan hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan senam Evaluasi
takar senam hipertensi terakhir.
diberikan. hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny.T 010 150/80 140/70 130/70 120/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi .
Melakukan
senam
hipertensi
Ny.SM 016 130/70 140/80 130/80 120/70 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan Pasien

40
senam mengaku
hipertensi kurang
beristirahat
dalam
beberapa hari
terakhir

Ny.A 016 140/70 110/70 120/80 120/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny.S 016 130/80 130/70 125/70 130/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi

41
Ny.S 007 140/80 140/70 140/70 140/70 Plastik takar tidak dipakai sesusai
(W) Program Program Program Program aturan setiap hari, obat diminum tidak
mulai di masih garam belum belum di teratur. Senam dilakukan setiap
jalankan. dijalankan. di jalankan jalankan minggunya. Program berjalan tidak
Plastik Melakukan setiap hari. setiap hari. teratur
takar senam Melakukan Melakukan
diberikan. hipertensi senam senam
Melakukan hipertensi hipertensi.
senam Evaluasi
hipertensi terakhir
Ny. T 010 150/80 120/80 120/70 110/70 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny.M 010 160/90 120/70 130/70 140/70 Plastik takar tidak dipakai sesusai
(W) Program Program Program Program aturan setiap hari, obat diminum tidak
mulai di masih masih belum di teratur. Melakukan senam hipertensi
jalankan. dijalankan. dijalankan. jalankan setiap minggunya
Plastik Melakukan Melakukan setiap hari.
takar senam senam Melakukan
diberikan. hipertensi hipertensi senam
Melakukan hipertensi.
senam Evaluasi
hipertensi terakhir

42
Ny.S 010 140/80 120/80 120/80 150/70 Plastik takar tidak dipakai sesusai
(W) Program Program Program Program aturan setiap hari, obat diminum tidak
mulai di masih masih belum di teratur. Melakukan senam hipertensi
jalankan. dijalankan. dijalankan. jalankan setiap minggunya
Plastik Melakukan Melakukan setiap hari.
takar senam senam Melakukan
diberikan. hipertensi hipertensi senam
Melakukan hipertensi.
senam Evaluasi
hipertensi terakhir
Ny. R 010 120/80 120/80 110/70 110/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. N 005 120/80 N/A 120/80 120/80 Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Melakukan Melakukan
mulai di senam senam
jalankan. hipertensi hipertensi
Plastik
takar
diberikan.
Melakukan
senam
hipertensi

43
Ny.T 10 140/85 130/80 130/70 130/80 Minum obat teratur. Plastik takar
(W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. C 010 140/80 N/A 120/70 110/70 Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Melakukan Melakukan
mulai di senam senam
jalankan. hipertensi hipertensi
Plastik
takar
diberikan.
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. H 002 120/80 N/A N/A 150/90 Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Melakukan
mulai di senam
jalankan. hipertensi
Plastik
takar
diberikan.
Melakukan
senam
hipertensi

44
Ny. S 010 120/80 130/80 N/A N/A Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Program
mulai di masih
jalankan. dijalankan.
Plastik Melakukan
takar senam
diberikan. hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. S 003 150/90 125/80 N/A 110/70 Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Program Melakukan
mulai di masih senam
jalankan. dijalankan. hipertensi
Plastik Melakukan
takar senam
diberikan. hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. 003 140/80 130/80 130/80 130/70 Minum obat teratur. Plastik takar
TGL Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
(W) mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi

45
Ny.M( 010 150/80 130/80 110/80 120/70 Minum obat teratur. Plastik takar
W) Program Program Program Melakukan garam digunakan sesuai takarannya
mulai di masih masih senam dan melakukan senam hipertensi.
jalankan. dijalankan. dijalankan. hipertensi. Program berjalan teratur
Plastik Melakukan Melakukan Evaluasi
takar senam senam terakhir.
diberikan. hipertensi hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi
Ny. J 015 130/80 130/80 N/A N/A Program tidak berjalan. Gagal.
(W) Program Program
mulai di masih
jalankan. dijalankan.
Plastik Melakukan
takar senam
diberikan. hipertensi
Melakukan
senam
hipertensi

46
BAB 8

EVALUASI KEGIATAN

8.1. Metode Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir yang diperoleh dengan indikator
yang sudah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan cara Pendekatan Sistem.

LINGKUNGAN

MASUKAN PROSES KELUARAN DAMPAK

UMPAN BALIK

Gambar 18. Diagram Metode Evaluasi Dengan Pendekatan Sistem.

47
8.2. Hasil Evaluasi

Tabel 26. Evaluasi input


INPUT

Tolak Ukur Pencapaian Kesenjangan

Man  Kader RW 013  5 orang  5 orang  Tidak ada


 Dokter internsip  2 orang  2 orang  Tidak ada
 Peserta RW 013  30 orang
Money  -  -  -  Tidak ada

Material  Plastik sealable  30 lembar  30 lembar  Tidak ada


ukuran kecil
 Spidol marker  1 buah  1 buah  Tidak ada
 Buku Kontrol
 1 buah  1 buah
Hipertensi dan kartu  Tidak ada
konsumsi garam
Method  Sosialisasi program  1 kali di  1 kali di awal  Tidak ada
pembatasan awal program
konsumsi garam program
sehari
 1 kali setiap  Tidak ada
 Memantau  1 kali setiap
minggu
penggunaan plastik minggu
selama bulan
takar selama
Maret dan
bulan
April
Maret-April
 Tidak ada
 Memantau tekanan  1 kali setiap
 1 kali setiap
darah penderita minggu
minggu
selama
selama bulan
bulan
Maret-April
Maret-April

48
Tabel 27. Evaluasi Proses
PROSES
Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Perencanaan  Pemilihan kasus  Dilakukan  Dilakukan  Tidak ada
berdasarkan data
10 penyakit
terbanyak di
Puskesmas
Kelurahan
Penjaringan II  Dilakukan  Dilakukan  Tidak ada
dan pendataan
kasus hipertensi
 Perencanaan
intervensi
Organizing  Membentuk 2 tim  Terben-  Dilakukan  Tidak ada
dalam tuk 2 tim
pelaksanaan tiap
program terdiri monitor-
atas 1 orang ing
dokter internsip
dan minimal 1
kader dalam
masing-masing
tim.
Actuating  Sosialisasi  Dilakukan  Dilakukan  Tidak ada
program pola
makan rendah
garam

49
 Pemberian  Dilakukan  Dilakukan  Tidak ada
sealable plastik
sebagai plastik
takar yang berisi ½
sendok teh garam

Controlling  Monitoring 1 kali  Dilakukan  Dilakukan  Tidak ada


setiap minggu,
menanyakan
plastik takar dan
ukur tekanan darah

Tabel 28. Evaluasi Output Program


Output
Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
50% dari penderita  Tercapai 50 %  Tercapai 50 %  Tidak
hipertensi di RW 013 ada
Kelurahan Penjaringan
menggunakan plastik
takar yang berisi ½ sdt
garam untuk pembatasan
konsumsi garam dalam
keseharian hingga akhir
April 2018.

50
Tabel 29. Tabel Evaluasi Lingkungan, Feedbask, dan dampak dari intervensi

LINGKUNGAN
Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
 Fisik
Akses ke Kantor RW 013  Jalan kaki  Ada  Tidak ada

 Non Fisik
Dukungan moril anggota  Para penderita  Beberapa  Ada
keluarga dan antar peserta hipertensi tidak anggota keluarga
terkontrol di RW dan antar peserta
013 Kelurahan penderita
Penjaringan hipertensi
memiliki keluarga mendukung dan
dan antar peserta bahkan enggan
yang mendukung menjalankan
program program
 Pengetahuan  Para penderita  Para penderita  Ada
hipertensi tidak hipertensi tidak
terkontrol mengerti memahami
tentang hipertensi penyakit
hipertensi secara
menyeluruh
UMPAN BALIK
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
 Penderita hipertensi di RW  Dapat melakukan  Ada beberapa  Ada
013 Kel. Penjaringan program dengan orang tidak
baik dapat
menjalankan
program

51
DAMPAK
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
 Angka prevalensi hipertensi  Menurun  Belum dapat  Belum
di RW 013 Kelurahan dinilai dapat
Penjaringan dinilai
 Angka prevalensi hipertensi  Menurun  Belum dapat  Belum
di wilayah kerja Puskesmas dinilai dapat
kelurahan Penjaringan dinilai

52
8.3. Diskusi
Prevalensi hipertensi di Kelurahan Penjaringan selalu menjadi salah satu
kunjungan tertinggi kasus penyakit tidak menular di Puskesmas Kelurahan
Penjaringan II, diketahui oleh karena rendahnya tingkat pendidikan mayoritas
masyarakat, kurangnya edukasi tentang kontrol hipertensi secara rutin, kurangnya
eduaksi kepada pasien tentang diet rendah garam pada penderita hipertensi dan
mayoritas masyarakat tidak mengetahui adanya olahraga untuk penderita
hipertensi. Sehingga menyebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit hipertensi dan komplikasi yang dapat ditimbulakn dari penyakit tersebut.
Rendahnya angka kontrol untuk penyakit hipertensi, rendahnya penerapan pola
makan yang baik sesuai dan minimnya aktifitas fisik yang bermanfaat pada terapi
non farmakologi hipertensi.
Sesuai untuk penderita hipertensi, dengan alur penatalaksanaan yang
dianjurkan oleh JNC VIII, modifikasi gaya hidup merupakan tahapan awal pada
penatalakanaan penyakit hipertensi. Salah satu modalitas dalam modifikasi gaya
hidup pada penyakit hipertensi adalah membatasi asupan garam dapur sebanyak ¼
hingga ½ sendok teh per hari. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
dengan tipe diet (konsumsi) tinggi garam. Konsultasi gizi seringkali diberikan
kepada penderita hipertensi, tetapi tekanan darah penderita hipertensi tetap tidak
terkontrol. Sesuai dengan tinjauan pustaka, untuk membentuk perilaku,
dibutuhkan aplikasi dari pengetahuan yang didapat sehingga pemahaman yang
benar dan adaptasi terhadap modifikasi gaya hidup hipertensi dapat dicapai
dengan lebih baik.
Intervensi dalam bentuk upaya perubahan pola makan rendah garam ini
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan warga penderita
hipertensi agar lebih memahami tatalaksana penyakit hipertensi dan
keuntungannya sehingga terbentuk perilaku yang sehat terutama dalam menangani
penyakit hipertensi yang diderita.
Pada awal intervensi, dari data yang didapatkan, diketahui bahwa banyak
penderita hipertensi di wilayah RW 013 belum melaksanakan modifikasi gaya
hidup untuk menerapkan pembatasan konsumsi garam sehingga kembali diberikan
penyuluhan terkait hipertensi dan tatalaksana komprehensifnya dan lalu

53
menjelaskan program pelatihan pembatasan konsumsi garam menggunakan
plastik takar kepada 29 orang. Selama program 9 orang tidak rutin mengikuti
program. Sehingga jumlah penderita hipertensi yang yang mengikuti program dari
awal hingga akhir adalah 20 orang.
Pada saat monitoring, penderita yang mengikuti program memperlihatkan
keterbiasaan dalam menggunakan hanya ½ sendok teh garam dapur untuk
kebutuhan makanan sehari semalam. Hal ini bersamaan dengan turunnya tekanan
darah yang sebelumnya tidak stabil atau diatas 130/80 menjadi lebih rendah dan
stabil. Monitoring dilakukan melalui wawancara dan memperlihatkan plastik takar,
namun tidak dapat dilihat proses saat pembuatan makanan menggunakan garam
dalam plastik takar. Hal ini disebabkan karena pertemuan kami dengan penderita
hipertensi tidak dilakukan di rumah penderita melainkan di Kantor RW 013.
Kesulitan lainnya adalah kebiasaan penderita membeli makan diluar, sehingga
garam yang sudah ditakar tidak terpakai dan konsumsi garam tidak terukur.
Pada akhir intervensi, didapatkan tekanan darah pada beberapa orang
meningkat, bersamaan dengan berhentinya penderita dan ketidakpatuhan pasien
mengonsumsi obat serta pemberhentian pelaksanaan program intervensi. Pada
peserta yang tetap menjalankan program tersebut menghasilkan tekanan darah
yang stabil dalam batas normal.
Kami menyadari bahwa hasil yang didapatkan dari intervensi ini masih
jauh dari cukup untuk disebut sebagai intervensi yang valid, dari data awal yang
tidak valid, kurangnya jumlah sampel dan kurang efektifnya metode monitoring.
Tetapi, hasil dari intervensi ini dianggap cukup untuk meningkatkan pengetahuan
dan perilaku warga RW 013 penderita hipertensi mengenai hipertensi dan
tatalaksananya, serta keuntungan melaksanakannya.

54
BAB 9

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. SIMPULAN
Hasil intervensi menggambarkan bahwa tingkat kesadaran dan minat warga RW
013 Kelurahan Penjaringan mengenai hipertensi dan tatalaksana komprehensifnya baik
dan penerapan program pembatasan konsumsi garam dapur sebanyak ½ sendok teh
sehari sebagian besar dapat dilakukan penderita untuk membiasakan diri dengan salah
satu metode tatalaksana komprehensif untuk hipertensi yaitu mengurangi konsumsi
garam dapur. Intervensi ini juga dapat membantu menurunkan angka menjadi terkontrol
dan menjadi bantuan dalam membiasakan penderita dalam modifikasi gaya hidup yang
baik untuk penderita hipertensi.

9.2. SARAN
9.2.1. Untuk Warga Penderita Hipertensi Tidak Terkontrol
a. Tetap melakukan pola makan rendah garam untuk menstabilkan tekanan darah
dan membantu untuk melakukan gaya hidup sehat.
b. Aktif mengikuti penyuluhan dan kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai hipertensi, terutama tentang tatalaksana hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah.
c. Kontrol meminum obat antihipertensi secara teratur dan mulai melakukan
modifikasi gaya hidup lainnya, seperti olahraga dan penurunan berat badan.
d. Rajin mengontrol tekanan darah setiap bulannya ke puskesmas atau posyandu.

9.2.2. Untuk Petugas Kesehatan


a. Diharapkan intervensi terhadap modifikasi gaya hidup bagi penderita hipertensi
bisa lebih dilakukan secara istiqomah (aktif dan terus-menerus).
b. Diharapkan untuk melakukan intervensi dengan metode yang lebih baik dan
efektif, serta memastikan kembali data sekunder dengan data primer sebelum
melakukan intervensi.

55
c. Pembentukan tim petugas kesehatan atau tim dari masyarakat untuk
mempromosikan modifikasi gaya hidup yang baik, terutama bagi penderita
hipertensi.

56
DAFTAR PUSTAKA

1. 2003 World Health Organization (WHO) / International Society of Hypertension


Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
2. Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of
Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA 2003;290:199-206
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Puskesmas Kelurahan Penjaringan. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan
Penjaringan Tahun 2016. Jakarta: PKM Kelurahan Penjaringan, 2016.
5. Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology:
From cells to systems) ; Edisi II, Jakarta, EGC.
6. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of Health and
Human Services. 2003.
7. Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam
Pract 2001;50:707-712
8. Vasan RS et al, Impact of High Normal Blood Pressure on the Risk of Cardiovascular
Disease, NEJM 2001;345:1291-1297
9. James, Paul et al. 201 Evidence based guideline for the managementof high blood
presure in adults report from the panel members appointed to the english joint
national commitee (JNC 8). JAMA 2014;311(5):507-520
10. Mancia et al. 2013 ESC/ESH guideline for the management of arterial hypertension.
Journal of Hypertension 2013; 31:1281-1357
11. Sacks FM et al. Effects On Blood Pressure Of Reduced Dietary Sodium And The
Dietary Approaches To Stop Hypertension (Dash) Diet. DASH Collaborative
Research Group. NEJM 2001;344:3-10
12. Myceek, MJ et al. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. 2001. Jakarta: Widya
Medika.

57
13. Notoatmodjo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2007,
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta

58
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

59

Anda mungkin juga menyukai