Anda di halaman 1dari 42

CASE REPORT SESSION

PIELONEFRITIS AKUT
Disusun oleh : Olifia Stemia / G1A216023

Pembimbing : dr. Fenny Febrianty, SpPD


PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi


yang sering ditemukan dalam masyarakat . Secara
epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya1.

Pielonefritis adalah infeksi saluran kemih ascending yang telah


mencapai pyelum (panggul) dari ginjal (nephros). Pielonefritis
umumnya disebabkan oleh Escherichia coli (bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di usus besar).

Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai faktor


seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih,
kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan, dan lain-lain. 1,2,3
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


 Nama : Tn. R
 Umur : 42 tahun
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Alamat : RT 21 Dusun III Desa Simpang
Mingkung Jaya
 Agama : Islam
 Status : Sudah menikah
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Petani
 MRS tanggal : 03-11-2017
 Tanggal Pemeriksaan : 06-11-2017
• Keluhan utama
• Demam ±5 hari SMRS.
anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan demam


mendadak tinggi sejak ±5 hari SMRS. Demam
dirasakan terus menerus, tidak naik turun dan
tidak ada fase bebas demam. Demam juga
disertai menggigil dan keringat dingin seluruh
badan.

Selain demam pasien juga mengeluhkan


pinggang kiri terasa sakit ±2 minggu SMRS
dan makin memberat ±5 hari SMRS . Sakit
dirasakan menjalar dari pinggang kiri ke
perut bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul
dan terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri tidak
hilang jika dibawa beristirahat.
Nyeri pinggang juga disertai dengan keluhan sakit saat berkemih,
dan kencing menjadi sangat keruh. Awalnya sakit dirasakan
seperti rasa terbakar pada perut bagian bawah, disertai keluhan
sering bolak-balik ke kamar mandi untuk berkemih dan rasa tidak
puas setelah berkemih. Pasien mengaku masih dapat menahan
untuk berkemih. Tidak ada keluhan kencing terputus-putus,
kencing bercampur darah, kencing berpasir dan nyeri pada ujung
kemaluan.

Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah ±5 hari SMRS.


Muntah ±3 kali perhari, muntah berisi makanan yang dimakan
sebanyak setengah gelas belimbing, tidak bercampur darah dan
tidak berwarna hitam. Keluhan tidak disertai munculnya bintik
perdarahan pada tubuh, keluhan juga tidak disertai dengan nyeri
menelan atau nyeri tenggorok serta batuk dan sesak sebelumnya.

Pasien sudah berobat ke bidan ±1 minggu SMRS tetapi keluhan


tidak berkurang dan diberikan obat paracetamol 3xsehari, serta
antibiotik, obat muntah dan penghilang rasa nyeri, pasien lupa
nama obat yang diberikan oleh bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada riwayat radang saluran • Keluarga tidak ada memiliki
pernafasan ±1 bulan sebelum gejala keluhan yang serupa
• Os belum pernah mengalami keluhan • Riwayat batu ginjal disangkal
yang serupa sebelumnya • Riwayat Hipertensi disangkal
• Riwayat penyakit batu ginjal disangkal • Riwayat diabetes mellitus
• Riwayat Hipertensi disangkal disangkal
• Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial
• Os merupakan seorang petani dan
memiliki satu orang istri yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan 2 orang
putri dengan kondisi sosial ekonomi
menengah kebawah.
• Os memiliki kebiasaan mengkonsumsi
rokok < 1 bungkus perhari sejak usia
pasien 20 tahun.
• Os mengaku menjaga higinitas setelah
buang air kecil dan tidak ada kebiasaan
untuk menahan buang air kecil.
• Os menyangkal aktifitas seksual rektal.
• Os mengaku mengonsumsi air putih
dalam jumlah yang cukup setiap hari ± 2
liter setiap hari.
Pemeriksaan Fisik

tampak
Keadaan umum
sakit
sedang 28 X/i Pernafasan

GCS GCS 15
Suhu 40,3

110/80
Tekanan Darah
mmHg 65kg/16
BB/TB
5 cm

Nadi 94 X/i
23,8
IMT kg/m
Status Lokalis Mata :
Kepala : Simetris Ki/Ka, cekung -/-
• Ekspresi wajah : normal. Alis : normal
• Bentuk dan ukuran : normal. Exopthalmus (-/-).
• Rambut : hitam, distribusi merata, Ptosis (-/-)
tidak mudah dicabut. Nistagmus (-/-)
• Edema (-). Strabismus (-/-)
• Hiperpigmentasi (-). Udema palpebra (-/-)
• Nyeri tekan kepala (-). Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemia (-/-).
Sklera: ikterus (-/-), hiperemia (-/-), pterigium
(-/-).
Pupil : isokor, bulat, miosis (-/-), midriasis (-/-
).
Kornea : normal.
Lensa : normal, katarak (-/-).
Pergerakan bola mata ke segala arah :
normal
Telinga : Mulut :
• Bentuk : normal simetris antara Simetris
kiri dan kanan. Bibir : sianosis (-), stomatitis (-)
• Lubang telinga : normal, sekret (- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
/-). Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-),
• Nyeri tekan (-/-). lidah berselaput (-), kemerahan di
• Peradangan pada telinga (-) pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
• Pendengaran : normal Gigi : caries (-)
Mukosa : normal.
Hidung : Faring : T1-T1 normal
• Simetris, deviasi septum (-/-).
• Napas cuping hidung (-/-). Leher :
• Perdarahan (-/-), sekret (-/-). Kaku kuduk (-).
• Penciuman normal Pembesaran KGB (-).
Trakea : di tengah.
JVP : 5-2 cmH2O.
Pembesaran otot
sternocleidomastoideus (-).
Pembesaran thyroid (-)
Thorax • Palpasi :
Pulmo : • Posisi mediastinum : trakea
• Inspeksi : digaris tengah
• Bentuk: simetris. • Pergerakan dinding dada :
• Ukuran: normal simetris
• Pergerakan dinding dada : simetris. • Fremitus raba :
• Permukaan dada : petekie (-), • Lobus superior : D/S sama
purpura (-), ekimosis (-), massa (-), • Lobus medius dan lingua: D/S
sikatrik (-) hiperpigmentasi (-). sama
• Iga dan sela antar iga: sela iga • Lobus inferior : D/S sama
melebar (-), retraksi (-). • Nyeri tekan (-), edema (-),
• Tipe pernapasan torakoabdominal, krepitasi (-).
frekuensi napas 28 kali per menit. • Perkusi :
• Sonor (+/+).
• Nyeri ketok (-).
• Batas paru hepar : ICS 6
• Auskultasi :
• Suara napas vesikuler (+/+).
• Suara tambahan rhonki (-/-).
• Suara tambahan wheezing (-/-).
Cor :
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil (-).

Perkusi :
Batas kanan atas jantung : ICS II linea parasternal dextra
Batas kiri jantung : ICS VI linea midklavikula sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III lineaparasternal sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
• Inspeksi :
• Bentuk : distensi (-),
• Permukaan Kulit : sikatrik (-),
pucat (-), sianosis (-), petekie
(-), purpura (-), ekimosis (-),
luka bekas operasi (-),
hiperpigmentasi (-).
• Auskultasi :
• Bising usus (+) normal
• Metallic sound (-)
• Bising aorta (-)
• Palpasi :
• Turgor : normal
• Tonus : normal
• Nyeri tekan epigastrik (-) ,
Nyeri tekan suprapubis (+)
• Hepar/lien tidak teraba
• Renal tidak teraba,
ballotement (-/-), tidak teraba
pembesaran ginjal
• Perkusi :
• Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
• Redup beralih (-)
• Nyeri ketok CVA: -/+
Extremitas :
Ekstremitas atas :
• Akral hangat : +/+
• Deformitas : -/-
• Edema: -/-
• Sianosis : -/-
• Ptekie: -/-

Ekstremitas bawah:
• Akral hangat : +/+
• Deformitas : -/-
• Edema: -/-
• Sianosis : -/-
• Ptekie: -/-
1.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Darah Lengkap :

Parameter 03/11/2017 Normal

WBC 8,08 4-10 103 mm3

RBC 5,86 3.50-5.50 106 mm3

HGB 16,3 11.0-16.0 g/dl

HCT 48,1 36.0-48.0 %

PLT 130 100-300 103mm3

PCT 0.147 0.10 - 0.28 %

MCV 82,1 80-99 µm3

MCH 27,8 26 -32 pg

MCHC 339 320-360 g/dl


Pemeriksaan Urin Rutin :
3 November 2017

Urinalisa Hasil Nilai Rujukan

Warna Kuning muda Kuning muda s/d tua

Kejernihan Keruh Jernih

PH 8.0 4,6 – 8,5

Bobot jenis 1.010 1003 - 1030

Protein Negatif Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Sedimen

Leukosit 25 – 30 / lpb 0-5/lpb

Eritrosit 4-6 /lpb 0-3/lpb

Epitel 2-3 /lpb (+)/lpb


Pemeriksaan Kimia Darah

Parameter 03/11/2017 Normal

Ureum 29 mg/dl 15-39


Kreatinin 1,0 mg/dl 0,6-1,1

Pemeriksaan Eletrolit

Elektrolit Nilai Nilai normal


Natrium 137,81 ( 135 – 148 )
Kalium 4,45 ( 3,5 – 5, 3 )
Klorida 99,73 ( 98 – 110 )
Kalsium 1,16 ( 1,19 – 1,23 )
1.5 DIAGNOSIS KERJA
Pielonefritis Akut

1.6 DIAGNOSIS
BANDING
• Nefrolithiasis
• Cystitis Akut
• Glomerulonephritis
1.7 PENATALAKSANAAN

Usulan Terapi
Medikamentosa:
• IVFD RL 20 tetes / menit + Ketorolac
drip 2ml
• Infus Ciprofloxacin 0,2% 2 x 200mg
• Paracetamol tab 3x 500mg
• Injeksi Omeprazole 1 x 40 mg
• Sucralfat syr 3x1cth

Non Medikamentosa:
• Tirah baring.
• Pasien dan keluarga diberi edukasi
mengenai penyakit yang diderita pasien
dan penatalaksanaannya serta
pencegahannya.
• Konsumsi asupan cairan yang cukup
±2,5 liter perhari.
Usulan pemeriksaan :
• Pemeriksaan
kristal urine
• Uji resistensi
kuman
• USG
Abdomen
• BNO-IVP

PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsional : Bonam
Quo ad Sanasionam : Bonam
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
07-11-2017 Demam (-) Nyeri KU : tampak sakit sedang, CM
pinggang kiri (-), Nyeri TD : 110/80
perut bagian bawah (-) RR : 24 x/i
berkurang , mual (+) HR : 82x/i
muntah (-), BAK keruhSuhu : 37,0
(+) Kepala : CA -/- ,
SI -/-
Thorax : vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
BJ I-II reguler
Abdomen : perut datar, BU (+) N.
NT suprapubic (+)
Nyeri ketok ginjal (-/+) Ekstremitas : Pielonefritis akut Inf RL 20 Tpm + ketorolac
oedem (-)
Dd/ drip 2ml
• Nefrolitiasis Inf. Ciprofloxacin 0,2% 2 x
• Cystitis 200mg (H-4)
• glomerulonephritis Paracetamol 3 x 500mg tab
(j/p)
Inj. Omeprazol 1 x 40mg
Sucralfate syr 3x1 cth
08-11-2017, Demam (-) Nyeri pinggang KU : tampak sakit sedang,
kiri (-), Nyeri perut bagian CM
bawah (-) berkurang , mual TD : 120/80
(+) muntah (-), BAK keruh RR : 24 x/i
(+) HR : 80x/i
Suhu : 36,8
Kepala : CA -/- ,
SI -/-
Thorax : vesikuler, rhonki (-
/-), wheezing (-/-)
BJ I-II reguler
Abdomen : perut datar, BU
(+) N. NT suprapubic (-)
Nyeri ketok ginjal (-/-) Pielonefritis akut Inf RL 20 Tpm
Ekstremitas : oedem (-)
Dd/ Inf. Ciprofloxacin 0,2% 2 x
• Nefrolitiasis 200mg (H-5)
• Cystitis Paracetamol 3 x 500mg tab
• Glomerulonephritis (j/p)
Inj. Omeprazol 1 x 40mg
Sucralfate syr 3x1 cth

 Pasien Diijinkan pulang.


 Kontrol poli tanggal 10
nov 2017
 USG abdomen 10 nov
2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang


ginjal dimana terjadi reaksi inflamasi pada pielum dan
parenkim ginjal yang sifatnya akut maupun kronis.

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang


dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik. 5
Epidemiologi

Prevalensi
infeksi
Prevalensi asimtomatik
selama meningkat
periode mencapai
sekolah 30% pada
25-35% (School girls) laki-laki dan
perempuan 1% meningkat perempuan
dewasa pernah menjadi 5 % jika disertai
mengalami ISK selama faktor
selama periode aktif predisposisi1
Prevalensi hidupnya. secara
bakteriuria seksual.
asimtomatik lebih
sering ditemukan
pada
perempuan.
Sumber: Smith’s General urology 17th edition, 2008, halaman 194
Etiologi

Sumber: Nefrologi Klinik, edisi III. 2006, hal.33


Tabel 2.3 Faktor Virulensi E.coli
Penentu virulensi Alur
Fimbriae  Adhesi
 Pembentuk jaringan ikat (scarring)

Kapsul antigen K  Resistensi terhadap pertahanan tubuh


 Perlengketan (attachment)

Lipopolysaccharide side
chains (O antigen)  Resistensi terhadap fagositosis

Lipid A (endotoksin)  Inhibisi peristalsis ureter


 Proinflamatori

Membran protein lainnya  Kelasi besi


 Antibiotika resisten
Hemolysin  Kemungkinan perlengketan

 Inhibisi fungsi fagosit


 Sekuestrasi besi

Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010
Tabel 2.4 Faktor predisposisi (pencetus) ISK

Faktor predisposisi (pencetus) ISK


 Litiasis
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Nekrosis papilar
 DM pasca transplantasi ginjal
 Nefropati analgesik
 Penyakit Sickle-cell
 Senggama
 Kehamilan dan peserta KB dengan
tablet progesteron
 Kateterisasi

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, halaman 1009
Manifestasi Klinis

Tabel 2.5 Simtomatologi ISK

Lokal Sistemik

 Disuria  Panas badan


 Polakisuria sampai menggigil
 Stranguria  Septicemia dan
 Tenesmus syok
 Nokturia
 Enuresis nocturnal
Perubahan urinalisis
 Prostatismus
 Inkontinesia  Hematuria
 Nyeri uretra  Piuria
 Nyeri kandung  Chylusuria
kemih  Pneumaturia
 Nyeri kolik
 Nyeri ginjal

Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 37


Pemeriksaan Penunjang Diagnosis

Analisis urin rutin4

Uji Biokimia4

Mikrobiologi4

Renal Imaging Procedures1


Terapi

Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 1

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA)


memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotik parenteral minimal 48 jam.

The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu


dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-
72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon,
amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum
luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Komplikasi1

ISK sederhana (uncomplicated)


ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.

ISK tipe berkomplikasi (complicated)


ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien
dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan
risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).
Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait
spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien
DM.

Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM


(47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).
BAB III
ANALISIS MASALAH
DAFTAR MASALAH

Demam mendadak tinggi sejak ±5 hari SMRS.

Nyeri kolik renal

Disuria, polakisuria, dan urgensi

Sedimen leukosit 25 – 30 / lpb


BAB III
ANALISIS MASALAH

• Pasien datang dengan keluhan demam mendadak tinggi sejak ±5 hari


SMRS. Demam dirasakan terus menerus, tidak naik turun dan tidak ada fase
bebas demam. Demam juga disertai menggigil dan keringat dingin seluruh
badan.

• Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala lokal,


sistemik dan perubahan urinalisis.

• Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5°C-


40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang1. Sedangkan pada cystitis
demam bukan merupakan gejala utama penderita, melainkan perubahan
dari urinalisis meliputi disuria, polakisuria dan urgensi.
Selain demam pasien juga mengeluhkan
pinggang kiri terasa sakit ±2 minggu SMRS dan
makin memberat ±5 hari SMRS . Sakit
dirasakan menjalar dari pinggang kiri ke perut
bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa
seperti tertusuk-tusuk, nyeri tidak hilang jika
dibawa beristirahat.

Nyeri yang dirasakan tajam dan hilang timbul


merupakan nyeri kolik renal. Kolik renal dapat
terjadi akibat adanya sumbatan atau spasme
otot polos pada saluran ginjal atau saluran
kencing.

Pada proses infeksi parenkim ginjal nyeri yang


dirasakan bukanlah nyeri kolik renal yang
bersifat tajam dan hilang timbul, melainkan nyeri
yang dihasilkan akibat adanya peradangan pada
parenkim ginjal sehingga nyeri yang ditimbulkan
tidak bersifat tajam.
Nyeri pinggang juga disertai dengan keluhan sakit saat berkemih, dan
kencing menjadi sangat keruh. Awalnya sakit dirasakan seperti rasa
terbakar pada perut bagian bawah, disertai keluhan sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk berkemih dan rasa tidak puas setelah berkemih.

Pielonefritis merupakan infeksi saluran kencing bagian atas yang


biasanya didahului oleh infeksi saluran kencing bagian bawah yang
menyebar secara vertikal ke parenkim ginjal

Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti disuria, polakisuria, dan


urgensi sering ditemukan pada hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK
akut.4
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan adanya peningkatan suhu
tubuh yaitu 40,3oC dimana pasien dengan pielonefritis akut suhu tubuh dapat
mencapai (39.5°C-40,5°C), disertai dengan keluhan menggigil.
Pemeriksaan fisik bermakna pada pasien ini adalah adanya nyeri
tekan pada suprapubis, yang merupakan tanda terjadinya inflamasi pada
kandung kemih. Pada perkusi ginjal tidak ditemukan adanya tanda
pembesaran ginjal, ballotement (-/-), dan pada perkusi ditemukan adanya
nyeri ketok costovertebrae angle pada ginjal sebelah kiri.
Nyeri ketok dapat bernilai positif baik pada infeksi parenkim ginjal
maupun pada kejadian batu ginjal. Maka dari itu diperlukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan adanya batu pada pasien ini.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah USG abdomen.
Maka dari hasil anamnesis yang didapatkan adalah
adanya tanda peradangan akut dengan keluhan demam
mendadak tinggi disertai menggigil dan adanya keluhan
nyeri pinggang disertai perubahan pola urinalisis

pada pemeriksaan fisik bermakna yang ditemukan adanya


peningkatan suhu tubuh >38,5°C, adanya nyeri tekan
suprapubis dan adanya nyeri ketok CVA kiri,

hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya


sedimen leukosit yang meningkat pada pemeriksaan kultur
urin,

PIELONEPHRITIS AKUT
Pengobatan yang diberikan pada pasien meliputi intake cairan, pemberian
antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum
adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau
tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Pada pasien dianjurkan tirah baring, konsumsi air yang cukup ±2,5 L per
hari, pemberian hidrasi cukup dengan pemberial IVFD RL 20tpm, antibiotik yang
diberikan adalah golongan fluorokuinolon generasi kedua yaitu ciprofloxacin. Terapi
simptomatis berupa analgetik ketorolac drip, dan injeksi PPI omeprazole. Edukasi
yang diberikan pada pasien adalah agar menjaga hieginitas saluran kemih dan
mengkonsumsi air yang cukup setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
2. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and Pyelonephritis). In
Kasper, et all ed. Harrison’s Manual of Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 2005:724
3. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch J.W. ed. Smith’s
General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2008: 193-195
4. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E. Nefrologi Klinik
Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
5. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition. Philadelpia: FA Davis
Company. 2007: 420-432
6. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California: Lippincott Williams &
Wilkins. 2006: 83-16
7. Ronald A.R & Nicollé L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney
and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2001: 1687
8. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In In Schrier R.W, ed.
Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2007: 817-826
9. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential Urology, A Guide to
Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallach’s Interpretation of Diagnostic Test
9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731
11. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from: http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf (diakses
pada 8 november 2017)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai