Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-
vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena
hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna
timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah
luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik vena hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan
perasaan yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal,
terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya hanya memerlukan
perawatan ringan dan perubahan gaya hidup.

1
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Guyangan, RT 3, RW 3. Bangsri Jepara
Pekerjaan : Tukang mebel
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Masuk RS : 27 Juni 2019
Pemeriksaan : 28 Juni 2019
II. Anamnesis
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
 Tanggal : 27 Juni 2019
 Tempat : Anggrek 2, Kamar 19, B.3
 DPJP : dr. Felasufa Noor, Sp. B

A. Keluhan Utama
Benjolan di anus yang menetap sejak 4 hari SMRS
B. Keluhan Tambahan
Buang air besar disertai darah
C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan benjolan di anus yang menetap sejak 4


hari SMRS. Benjolan yang selalu keluar saat pasien buang air besar
dirasakan pasien sejak 2 tahun yang lalu, namun biasanya benjolan
tersebut dapat masuk kembali secara spontan setelah pasien selesai buang
air besar, kemudian sekitar 1 tahun yang lalu setiap kali benjolan keluar
saat buang air besar tidak bisa langsung masuk kembali dengan spontan,
namun harus dibantu dengan cara didorong dengan menggunakan ibu jari
pasien. Benjolan awalnya hanya keluar saat pasien buang air besar saja,

2
namun sejak 4 hari SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien dan
tidak dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan ibu jari pasien.
Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari pada pagi hari.
Setiap kali buang air besar terkadang disertai darah. Darah berwarna
merah segar dan tidak bercampur dengan feses. Menurut pasien darah
yang keluar tidak sampai mewarnai air toilet.
Dua tahun yang lalu, pasien tidak lancar buang air besar. Pasien buang
air besar 2 hari sekali. Saat buang air besar pasien merasa sangat kesulitan,
sehingga untuk buang air besar pasien harus mengedan dan membutuhkan
waktu agak lama di WC untuk buang air besar.
Selama dua tahun ini, pasien sudah pernah memeriksakan keluhan
benjolan pada anus dan buang air besar berdarah di klinik, namun hanya 2
kali saja. Selebihnya pasien hanya mendiamkannya saja, karena pasien
berpikir penyakit ini tidak membahayakannya.
Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti
buang air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah
yang keluar saat buang air besar tidak disertai lendir. Pasien mampu
menahan rasa ingin buang air besarnya.
Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih
dan tidak nyeri saat berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien.
Pasien tidak merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan
pasien juga tidak mengalami perubahan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat Alergi : Disangkal
o Riwayat Hipertensi : Disangkal
o Riwayat Stroke : Disangkal
o Riwayat DM : Disangkal
o Riwayat Jantung : Disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat Hipertensi : Disangkal
o Riwayat DM : Disangkal

3
o Riwayat Penyakit Serupa : Bapak pasien punya keluhan serupa
o Riwayat Penyakit jantung : Disangkal
o Riwayat Stroke : Disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak suka mengkonsumsi air
sayuran dan buah-buahan. Pasien juga mengatakan jarang minum, pasien
hanya minum 1 hari sekitar 3 gelas air putih.
Pasien mengatakan sangat jarang berolahraga, karena pasien tidak
suka olahraga. Aktivitas pasien sehari-hari lebih sering duduk, jongkok
saat sedang bekerja di depan rumahnya.
G. Keadaan Sosial Ekonomi
Pasien berobat dengan status pasien umum. Kesan ekonomi : cukup.
III. Pemeriksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan : 27 Juni 2019
Tempat Pemeriksaan : Ruang Anggrek 2

A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS E4 V5 M6).
Gizi : Kesan cukup.
B. Vital Sign
Tekanan Darah : 130/70 mmHg.
Nadi : 80x/menit.
Respirasi : 16x/menit.
Suhu Tubuh : 36,2o C.
SpO2 : 99%.
C. Status Generalis

- Kepala/leher : Normosefali, deformitas (-), bengkak (-)


: Pembesaran KGB -/-
: Pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata : Reflek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-

4
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Telinga/hidung : Normotia, sekret -/-
: Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-
- Mulut/faring : Oral hygine baik, faring tidak hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
- Thorax
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal dan simetris
: Gerak napas tertinggal (-)

Palpasi : Pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,


fremitus raba dada kanan sama dengan dada kiri
Perkusi : Bunyi sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, wheezing -/-, ronki -/-
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung normal

Batas jantung :
Batas jantung kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : ICS VI 2 cm lateral linea medio
klavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-)
- Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, bekas luka (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani, Pekak beralih (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrik (-)

5
: Hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Punggung : Nyeri punggung bawah (-)
- Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
C. Status Lokalis

Regio Anus
 Inspeksi : Perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus,
terdapat bagian yang hiperemis, ukuran ± 3 x 3 cm,
ekskoriasi (-), luka (-), tanda radang (+), darah (-).
Palpasi : Nyeri saat di sentuh (+), konsistensi kenyal, mudah di
gerakkan.
Rectal Toucher : Tidak dilakukan
IV. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laborat

TTanggal 28 Juni 2019


Laborat Pagi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Haemoglobin 14,0 gr % 14 – 18
Leucoccyt 8.390 mm 3 4000 – 10000
Trombocyt 261.000* mm 3 150000 - 400000
Hematokrit 37,4* % 40 – 48
Golongan Darah - O – Rh (+)
Waktu Pembekuan (CT) 4’ 10’ Menit 2–6
Waktu Perdarahan (BT) 2’ 00’ Menit 1–3

6
Laborat Pagi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
GDS 152* mg % 80 - 150
Ureum 32,6 mg % 10 - 50
Creatinin 0,8 mg/dl 0,6 - 1,1
Uric Acid 5,7 mg % 3,4 - 7
Natrium 141,2 Mmol / L 135 – 155
Kalium I Potasium 4,82 mmol / L 3,5 - 5,5
Calsium 8,7 mg % 8,1 - 10,4
Chlorida 108,6* mmol / L 95 – 105
Magnesium 2,0 mmol / L 1,9 - 2,5
HBSag (-) Negatif
Tanggal 29 Juni 2019
Laborat Pagi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Haemoglobin 12,9 gr % 14 – 18
Leucoccyt 15.980* mm 3 4000 – 10000
Trombocyt 315.000 mm 3 150000 - 400000
Hematokrit 34,6* % 40 – 48
Laborat Pagi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
GDS 82 mg % 80 - 150

7
B. Pemeriksaan EKG

Hasil EKG :
Irama : Normal Sinus Rhythm
Heart Rate : 65 x/menit
V. Diagnosa Kerja
Hemorrhoid Interna Grade IV dengan Trombosis
VI. Diagnosa Banding
- Prolaps Recti
- Ca Recti
- Ca Ani
- Abses Perianal
VII. Intial Planning
Rencana Anuscopy + Hemorrhoidectomy hari sabtu Tanggal 29 Juni 2019
VIII. Penatalaksanaan
- Infus Futrolit 500 cc
20 Tpm
Infus Ring AS 1000 cc
- Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam (IV)
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam (IV)
- Injeksi Kalnex 500 mg/8 jam (IV)
- Rendam dubur dengan larutan MgSO4
IX. Penatalaksanaan Post OP
- Infus Futrolit 500 cc
Infus Ring AS 1000 cc 20 Tpm

8
Infus D5% 500 cc
- Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
- Injeksi Kalnex 500 mg/8 jam
- Rendam dubur dengan larutan MgSO4
- Aff tampon hari minggu
X. Follow Up
Tanggal S O A P

28/06/2019 Mengeluh TD : 130/80 Hemorrhoid - Infus Futrolit 500


nyeri di anus RR : Interna Grade cc
20x/menit IV dengan Infus Ring AS
HR : Trombosis 1000 cc (20 Tpm)
80x/menit - Injeksi Ketorolac
Suhu : 36,20C 30 mg/8 jam
- Injeksi Ranitidin
50 mg/12 jam
- Injeksi Kalnex
500 mg/8 jam
- Rendam dubur
dengan larutan
MgSO4
29/06/2019 Post OP TD : 130/80 Hemorrhoid - Infus Futrolit 500
mengeluh RR : Interna cc
nyeri di anus 18x/menit Grade IV Infus Ring AS
dan masih HR : dengan 1000 cc
BAB darah 80x/menit Trombosis Infus D5% 500 cc
Suhu : 36,70C Post OP (20 Tpm)
H+1 - Injeksi Ketorolac
30mg/8 jam
- Injeksi Ranitidin
50mg/12 jam

9
- Injeksi Kalnex
500 mg/8 jam
- Rendam dubur
dengan larutan
MgSO4
30/06/2019 Mengeluh TD : 110/70 Hemorrhoid - Infus Futrolit 500
nyeri di anus RR : Interna Grade cc
16x/menit IV dengan Infus Ring AS
HR : Trombosis 1000 cc
78x/menit Post OP H+2 Infus D5% 500 cc
Suhu : 36,30C (20 Tpm)
- Injeksi Ketorolac
30mg/8 jam
- Injeksi Ranitidin
50mg/12 jam
- Injeksi Kalnex
500 mg/8 jam
- Rendam dubur
dengan larutan
MgSO4
- Aff tampon
01/07/2019 Mengeluh TD : 120/70 Hemorrhoid - Infus Futrolit 500
nyeri di anus, RR : Interna Grade cc
Nyeri saat 18x/menit IV dengan Infus Ring AS
BAB, BAB HR : Trombosis 1000 cc
berdarah 80x/menit Post OP H+3 Infus D5% 500 cc
Suhu : 37,10C (20 Tpm)
- Injeksi Ketorolac
30mg/8 jam
- Injeksi Ranitidin
50mg/12 jam
- Injeksi Kalnex

10
500 mg/8 jam
- Rendam dubur
dengan larutan
MgSO4
02/07/2019 Mengeluhkan TD : 120/90 Hemorrhoid Obat Pulang :
nyeri di anus RR : Interna Grade - Asam Mefenamat
dan Nyeri saat 18x/menit IV dengan 3X500 mg
BAB HR : Trombosis - Cefadroxil 2x500
80x/menit Post OP H+4 mg
Suhu : 37,10C - Kalnex 3x500 mg
- Rendam MgSO4

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang
tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau
penyulit diperlukan tindakan.
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal
inferior dan superior .
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid
interna adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan
depan, kanan belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil
terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian
distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus .
3.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali
seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60
tahun, dan juga sering terjadi pada wanita hamil .
3.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

12
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun
dan sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.
3.4 Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan
sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid
tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis.
Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari
hematoma akut.

Hemorrhoid interna dan hemorrhoid externa

13
Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke
luar kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau
dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu
dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini
rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark.
3.5 Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan
menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid
interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri per rektum selama atau
setelah defekasi. Gejala yang muncul pada hemoroid interna dapat berupa:
 Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan
awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya
tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya
perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena
prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami kongesti oleh
sphincter ani.
 Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat
masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh
tangan.
 Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura,
abses dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang

14
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya
tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter ani (strangulasi).
 Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi
lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan
menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah
anus.
2. Hemoroid Eksterna
 Rasa terbakar
 Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
 Gatal atau pruritus anus.
3.6 Patogenesis

15
3.7 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini akan
membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.

Jenis Penyakit Nyeri Perdarahan Massa Lainnya


Fisura Anal + + - Terdapat skin tag
atau umbai kulit
(radang
Kronik dengan
bendungan limfe dan
fibrosis pada kulit)
Karsinoma - + + Pembengkakan KGB
Anal sekitar
Abses + - - Demam, leukositosis,
Anorektal penderita tidak dapat
duduk di sisi bokong
Hematom + + + Sering terjadi pada
Perianal orang yang
Ulseratif mengangkat barang
berat, leukositosis.
Prolaps Polip - + + Adanya gejala mual,
Kolorektal muntah,dan
konstipasi
yang parah (jika
ukurannya besar)
Karsinoma - + + Karsinoma rektum
Rektum

3.8 Diagnosis

Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang.

16
1. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya
darah segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan
bisa juga keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain
itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus.
Serta keluhan adanya massa pada anus dan membuatnya merasa tidak
nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat II dan hemoroid eksterna.
Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid interna derajat IV dan
hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna
yang sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai
menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan
perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi
tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau
perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan
vena yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang
sudah mengalami prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid
interna akan terlihat adanya mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk
mengedan. Jika pasien mengeluhkan perdarahan kemungkinan bisa
menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari konjungtiva
palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. Daerah
perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula,
polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan
tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid
interna karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Rectal toucher juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan

17
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk
menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid.
Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya
terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien
diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan
dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain
sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan kanker.
3.9 Penatalaksanaan
Non Invasive Treatment
Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat


ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang
makan.Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur
dan buah-buahan.Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
berlebihan. Pasien juga harus mendapat edukasi agar jangan mengedan
terlalu lama, membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda, dan minum air
putih 8 gelas sehari
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.Hemoroid interna yang
mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali
secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan.Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri. Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan
dikatakan dapat mengurangi edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan
Hesperidin (ardium) yang bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi
dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan stasis pada vena dan
memperbaiki permeabilitas kapiler. Ardium diberikan 3x2 tab selama 4 hari
kemudian 2x2 selama 3 hari dan selanjutnya1x1 tab.

18
Ambulatory Treatment
A. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabatiatau larutan quinine dan urea
5%.Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
parut.Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan
jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan. Terapi ini cocok untuk
hemorrhoid interna grade I yang disertai perdarahan Kontra indikasi teknik
ini adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi portal,
kondisi immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis
hemorrhoid yang prolaps. Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat
penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu
tempat.Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa,
kadang bisa menimbulkan abses.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II,
tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.
B. Ligasi dengan gelang karet
Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang
tidak menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga
dilakukan pada hemorrhoid derajat III. Hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut
Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang
karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat

19
satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam
jarak waktu 2 – 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena
terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut
ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat
pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.
C. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali.
Jika digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas
hemoroid pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil
yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak
ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang
bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat
praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa
yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk
terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.
D. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan
hemoroid tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan
jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.
E. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis
pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Sinar koagulator infra merah (IRC)
menembus jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas,
menimbulkan inflamasi, destruksi jaringan di daerah tersebut. Cara ini
baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.
Daerah yang akan dikoagulasi diberi local anestesi terlebih dahulu.
Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada
daerah yang tidak tepat.

20
F. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal
dari baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid
interna.
G. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu
menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang
digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik
berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa
sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi
tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk
hemoroid interna yang mengalami perdarahan.
Terapi Bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh
dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat
IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi
yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi
sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan

21
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama.
Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun
1973. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.Suatu
incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari
jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila
diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena
dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa
dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur
sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada
satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi
tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik
mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah
itu.Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan
klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no
2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem, sesudah itu klem dilepas dan
jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan
karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.

22
A. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan
konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser
memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak
mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal.Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa
nyeri ikut terpatri.Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah
konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat
memo tong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak
mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak
terbuka.Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14
watt.Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan
antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini
bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
B. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan namaProcedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang
bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di
Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang
digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air
besar.Kerjasama jaringan hemoroid dan m sfinter ani untuk melebar dan
mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari
dubur.Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini

23
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan


alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa
dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari
stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi
jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih
masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada
ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat
sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di

24
rumah sakit semakin singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki
resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan


mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga
pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit
untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa
masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis

Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi


merupakan trombosis vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan di
daerah kanalis analis.Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di
vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang berat, batuk, bersin,
mengejan, atau partus.Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit
sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini
dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan
ada/tidaknya hemoroid interna, kadang terdapat lebih dari satu trombus.

Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit


kanalis analis yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan,
berukuran dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis
tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler
atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis
adventitiia menutupi darah yang membeku.

Pada awal timbulnya trombosis, terasa sangat nyeri, kemudian


nyeri berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan

25
berkurangnya udem akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan
perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua
sampai empat hari.

Terapi

Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan


larutan hangat, salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi
nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat
tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi
lengkap secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus
sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah
bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali trombus dibawahnya.
Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam
waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.

Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam


hal ini terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan
reposisi hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh
dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak
dapat direposisi.

Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid


interna yang besar, prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang
biasa disebut hemoroid strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu
terjadi karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot sehingga menutup
di belakang massa hemoroid menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat
mengatasi sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan terjadi
regresi sehingga setidak-tidaknya akan terjadi penyembuhan sementara.
Dilatasi tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi (jarang pada

26
strangulasi), karena bisa menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja
atau kedua-duanya yang mungkin menetap.

Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral


kiri atau posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas
sehingga dapat dilalui 6–8 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk
prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan
jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup (berarti
dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama
prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun
karena metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.

27

Anda mungkin juga menyukai