Anda di halaman 1dari 26

A.

PENDAHULUAN

Scabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang menyerang kulit,


mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya,
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh
penetrasi tungau/kutu/mite parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabiei var.
hominis ke dalam lapisan epidermis. Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di
dalam terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi.1
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak
dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada
tahun 1667, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada
sukarelawan selama perang dunia II. 2
Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya diidentifikasi pada
tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun
1700-an. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan pada area urban,
khususnya pada area padat penduduk. Terdapat bukti adanya variasi musim,
dimana banyak kasus dilaporkan pada saat-saat musim dingin daripada saat
musim panas. Transmisi parasit ini biasanya terjadi melalui kontak personal.3
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain
keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti
keadaan penduduk dan ekologik.4

B. TINJAUAN PUSTAKA

1
I. DEFINISI
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap kutu Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.
Sinonimnya adalah kudis, The itch, gudik, budukan, gatal agogo.1

II. EPIDEMIOLOGI
Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
dunia, tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik
serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat
Hubungan Seksual).5
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
dapat menyerang semua umur. Populasi yang padat, yang umum terjadi di
negara-negara terbelakang dan hampir selalu terkait dengan kemiskinan dan
faktor kebersihan yang buruk, juga ikut mendorong penyebaran scabies.6
Infeksi scabies terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit maupun
kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei, bantal
dan lain-lain).6

III. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang oleh bentuk larva. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, super family Sarcoptes. Kutu scabies memiliki 4 pasang kaki dan
berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata
telanjang.3 Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,

2
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.1,7

Gambar 1. Morfologi Sarcoptes scabiei.5

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)


yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat
hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.2
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya
larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina
akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah
kopulasi.2

3
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih
kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya
masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.3

Gambar 2. Sarcoptes scabiei betina dan telurnya.6

IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal
yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.2
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan
kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya.
Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan
membentuk kantung dangkal di stratum corneum dimana larva-larva ini akan

4
bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di
dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi
pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.3

Gambar 3. Siklus hidup Sarcoptes scabiei.8

Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama


bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah
sejumlah kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar
dengan cara bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang
dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata.9
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas
ke lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies
Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi
imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang
menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur

5
perharinya dan massa feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini
dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal.10
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di
tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih
dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien
dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk
menderita Norwegian scabies.3,6
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi
penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies,
bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat
reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah
terinfeksi. Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan.
Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi
mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas.9
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-ke-
kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak
langsung lainnya sangat langka tetapi mungkin terjadi pada Norwegian scabies
(misalnya, dalam host immunocompromised). Transmisi antara anggota
keluarga. Transmisi seksual juga terjadi.7

V. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik.
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu :8,11
a. Pruritus nocturna

6
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit
seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang
berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam
beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. 5,8 Hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang
lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali
mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.12
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu
pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat
menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin
akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi
oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi
menjadi pembawa/carier bagi individu lain.12
c. Adanya terowongan (kunikulus)
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis.12

7
Gambar 4. Terowongan pada penderita scabies.11

Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan


nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan
tangan bagian depan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum,
penis, labia dan pada areola wanita.3 Bila ada infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).11

8
Gambar 5. Gambaran klasik Scabies.5

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi


hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang, berstruktur linear
kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari
pergerakan tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat
jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku.
Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena
aktivitas menggaruk pasien yang hebat.3

9
Gambar 6. Distribusi makro lesi primer scabies pada orang dewasa.4

Gambar 7. Distribusi makro lesi primer scabies pada anak.4

d. Menemukan Sarcoptes scabiei


Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva,
nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik.
Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena
hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi
yang sangat variatif dan tidak spesifik.12 Diagnosa positif hanya
didapatkan bila menemukan tungau dengan menggunakan mikroskop,
biasanya posisi tungau determined dalam liang, dapat menggunakan

10
pisau untuk teknik irisan ataupun denggan menggunakan jarum steril,
tungau ini mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan tangan
dan lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada
anak – anak tungau banyak ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan
menggaruk, pengambilan tungau ini dengan menggunakan kuret.14

Gambar 8. Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei.15

Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal


tersebut.

2. Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang
tidak khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan
kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya pengobatan.. Beberapa
bentuk skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.12

b. Skabies pada bayi dan anak


Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah
dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul
pruritis eritematous keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah
lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-
minggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula
bisa timbul terutama pada telapak tangan dan jari. 3 Lesi skabies pada
anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,

11
telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,
lesi terdapat di wajah.12 Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul,
dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan
impetigo sering didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits
atopik atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak
yang terserang dapat iritabel dan kurang nafsu makan.7

Gambar 9. Skabies pada


anak.5

c. Skabies nodular
Skabies nodular
adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus skabies dimana
lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang sangat
gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada
genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar
ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.15
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan
gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies.
Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan
dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat
kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.12

12
Gambar 10. Lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan pengobatan
regimen imunosupresan.5

e. Norwegian scabies (Skabies berkrusta)


Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa
krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala
berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula
disertai kuku distrofik bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat
sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau dikulit.
Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi
imun misalnya AIDS, penderita gangguan neurologik dan retardasi
mental.3,12

Gambar 11. Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai kulit


yang terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis.3

f. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

13
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya
yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu)
dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.5
g. Skabies karena terbaring di tempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.5
3. Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis
pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila
ditemukan dua dari empat cardinal sign.12 Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril
yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop.12
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke
ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada
ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini
mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.12
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.
Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena

14
akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila
terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai
bentuk S.12
d. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial
menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak
berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi
dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop. 12
Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and Eosin (H.E).

Gambar 12. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E.7,10

15
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet
dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi
kuning keemasan pada kanalikuli.12
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang
berguna untuk membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma.
Dermoskopi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam mendiagnosis
scabies secara in vivo. Alat ini dapat mengidentifikasi struktur bentuk
triangular atau bentuk-V yang diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh
tungau, termasuk kepala dan kaki. Banyak laporan kasus yang
didapatkan mengenai pengalaman dalam mendiagnosis scabies dengan
menggunakan Dermoskopi. Dermoskopi sangat berguna, terutama
dalam kasus-kasus tertentu, termasuk kasus scabies pada pasien dengan
terapi steroid lama, pasien imunokompromais dan scabies nodular.16

Gambar 13. Scabies yang teridentifikasi dengan Dermoskopi.16

VI. DIAGNOSIS BANDING


Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the
great immitator karena dapat menyerupai banyak kelainan kulit dengan
keluhan gatal.1
1. Insect bite (gigitan serangga) :

16
Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm
berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies
lebih suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang memiliki
banyak folikel pilosebaseus.8,17
Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan
serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan
sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abu-abu,
pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.3,17
Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga
saja, sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga
dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.12,18

Gambar 14. Tampak gigitan serangga berupa bulla. 17

2. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan
secara histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke
bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei
di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo,
penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus, faktor
stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk
ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo
sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes
scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).8,18

17
Gambar 15.
Tampak prurigo nodularis di daerah lengan.18

3. Dermatitis
4. Pedikulosis korporis

VII. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara
lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor
kegagalan terapi yang pernah diberikan sebelumnya.3
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan
di daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan
area belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah
dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus
diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang
adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu.
Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan
yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti
skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin maupun steroid
sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan
gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid
yang lengkap.3

18
1. Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies : 6
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
b. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak
terkena.
c. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
d. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
e. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas
f. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
g. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan
penanganan di waktu yang sama.
h. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu
2. Penatalaksanaan secara khusus
Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies
dapat berupa topikal maupun oral antara lain :
a. Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya
sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan
skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan
kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan
cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam
bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan
malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.
Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan,
wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan

19
berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan
tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindane dan
crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal.(11,18)
b. Presipitat Sulfur 2-10%
Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk
salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai.
Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah
mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan
mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang
membutuhkan terapi massal.13,15
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk
hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat
germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila
digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini
adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.13
c. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil
yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi
dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-
anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus
diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan
berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-

20
anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam
pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang
dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam
pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.6
d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)
Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena atau
gameksan/ gammexane, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada
sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-
paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian
tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid
dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau,
lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.6
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke
seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1%
krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat
diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan
larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane
selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi
pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain
selain 1%.12
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem
saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi
walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah
keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah,
tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang,
kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti
menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis
kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan
pansitopenia.6

21
e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)
Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim
10% atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama
lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari
leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi
kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan
jangka panjang.12
Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak
direkomendasikan terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data
penunjang tentang tingkat keracunan terhadap obat tersebut.
Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek
sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.6
f. Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik
makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik,
diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara
meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia
digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan
efektif untuk skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga
dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif
untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak
dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.12
g. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3
hari.12
h. Malathion

22
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24
jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.12 Namun saat ini
tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek
samping yang sangat tinggi.6
3. Penatalaksanaan skabies berkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun
skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan
beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi
kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah
kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian
bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika
dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu
bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan keratolitik.12
4. Penatalaksanaan skabies nodular
Skabies nodular merupakan salah satu karakteristik skabies yang
kronik mengenai beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla.
Skabies seperti ini ditangani dengan anti skabitik disertai dengan
pemberian steroid.6
5. Pengobatan terhadap komplikasi
Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral
khususnya eritromisin atau ampisilin, amoksisilin.12
6. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi
gatal yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah
terapi dengan anti skabies yang adekuat. Misalnya Antihistamin klasik
sedatif ringan untuk menguranggi gatal, misalnya Klorfeniramin maleat.
Kortikosteroid (diberikan 1-2 minggu) sampai lesi mereda. Pada bayi,
aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi
pelumas atau emolien pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat
membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1%
untuk mengurangi keluhan.12

23
Tabel 1. Pengobatan Skabies 3

Jenis Obat Dosis Keterangan


Krim Dioleskan selama 8-14 jam, Terapi lini pertama di Amerika
Permethrin diulangi selama 7 hari. Serikat dan kehamilan kategori B.
5% Merupakan obat pilihan untuk
saat ini, tingkat keamanannya
cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak
mengiritasi kulit.
Dapat digunakan di kepala dan
leher anak usia kurang dari 2
tahun. Penggunaannya dengan
cara dioleskan pada seluruh tubuh
(leher ke bawah) lebih kurang 8
jam kemudian dicuci bersih.
Tidak dianjurkan untuk bayi
kurang dari 2 bulan.
Losion Dioleskan selama 8 jam Krim/lusio.
Lindane 1% setelah itu dibersihkan, Efektif terhadap semua stadium.
olesan kedua diberikan 1 Jarang membuat iritasi.
minggu kemudian. Tidak dapat diberikan pada anak
umur 2 tahun atau < 6 tahun
kebawah, wanita selama masa
kehamilan dan laktasi karena
toksis terhadap SSP.
Krim Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus tetapi
Crotamiton berturut-turut, lalu diulangi efektifitasnya tidak sebaik topikal
10% dalam 5 hari. lainnya.
Krim/losio, merupakan obat
pilihan.
Jauh kan dari mukosa.
Sulfur Dioleskan selama 3 hari Salep/krim.
presipitat 5- lalu dibersihkan. Hanya efektif pada stadium
10% dewasa.
Aman untuk anak kurang dari 2
bulan dan wanita dalam masa
kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak kotor dalam
pemakaiannya dan data efisiensi
obat ini masih kurang.
Penggunaan tidak boleh kurang
dari 3 hari.
Losion Dioleskan selama 24 jam Krim/losio.
Benzyl lalu dibersihkan Efektif namun dapat
Benzoat 10% menyebabkan dermatitis pada
wajah.
Sring iritatif dan kadang makin
gatal setelah dipakai.
Ivermectin Dosis tunggal oral, bisa Memiliki efektifitas yang tinggi

24
200 υg/kg diulangi selama 10-14 hari dan aman. Dapat digunakan
bersama bahan topikal lainnya.
Digunakan pada kasus-kasus
skabies berkrusta dan skabies
resisten.

Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal


dapat bertahan dan dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi
eksematous. Pasien dapat diobati dengan pengobatan eksema biasa
dengan emolien dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik
topikal tergantung adanya infeksi sekunder Staphylocccus aureus.
Antipruritus topikal crotamiton sering membantu jika kulit gatal dengan
hanya sedikit reaksi peradangan. Pasien harus disarankan bahwa erupsi
dari skabies membutuhkan waktu untuk proses penyembuhan dan
sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan skabisid yang berlebihan.19

VIII. KOMPLIKASI
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama
lebih dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial
sekunder, yang sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus
β-hemolitikus grup A, atau peptostreptococci. Beberapa laporan kasus
didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat scabies, dan satu kasus tercatat
adanya antikoagulan lupus.20 Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi
umum ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal
ataupun oral, tergantung tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan
septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian Scabies.3
Glomerulonefritis juga pernah dilaporkan sebagai komplikasi dari scabies. 20
Post-streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena scabies-induced
pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.3

IX. PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring
waktu.3 Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan

25
infeksi skabies, jika diobati dengan benar (pemilihan dan cara pemakaian
obat), dan faktor predisposisi dihilangkan, memiliki prognosis yang baik,
keluhan gatal dan eksema akan sembuh.1,19

X. PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan
topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah
penyebaran skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung
tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik.3
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci
bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat
hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus
dibersihkan (vacuum cleaner).3

26

Anda mungkin juga menyukai