Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

DM TIPE 1

Pembimbing : dr. Ity Sulawati, Sp.A M.kes


Disusun oleh :
Indriani
(406172103)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD CIAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 23 OKTOBER – 30 DESEMBER 2018
Diabetes Melitus Tipe 1
Definisi Epidemiologi
• DM tipe 1 adalah kelainan • DM tipe 1 >90% pada
sistemik akibat terjadinya anak-anak dan remaja.
gangguan metabolisme • Sebanyak 490.000 anak-
glukosa yang ditandai anak <15 tahun memiliki
oleh hiperglikemia kronik. DM tipe 1 diseluruh dunia.
• Diakibatkan oleh
kerusakan sel –β
pankreas
Klasifikasi Diabetes Melitus
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI DM TIPE 1

1. Infeksi virus → inflamasi + kerusakan sel


Pulau Langerhans → pelepasan antigen sel β
dan aktivasi sel T autoreaktif
2. Virus  protein mirip antigen sel β 
memicu respon imun yang juga beraksi
dengan sel β pada pancreas

GENETIK
Polimorfisme dari CTLA4 dan PTPN22  menganggu fungsi
aktivitasnya sebagai inhibitor respon sel T  memicu proses
autoimun pada DM tipe 1
MANIFESTASI KLINIS
DIABETES MELITUS TIPE I
• Gejala-gejala poliuria,
polidipsia, polifagia
dan berat badan
yang cepat menurun
terjadi antara 1 - 2
minggu sebelum
diagnosis ditegakkan.
• Perjalanan alamiah
penyakit DM tipe 1
ditandai dengan
adanya fase remisi
(parsial/total) yang
dikenal sebagai
honeymoon
periode.
Pemeriksaan Penunjang & Diagnostik

Glukosa darah
Diagnosis DM : Diagnosis DM :
puasa
• Normal bila: • Ditemukannya • Pada
kadar glukosa gejala klinis penderita
darah kapiler 3P, berat yang
< 126 mg/dL badan yang asimtomatis
(7 mmol/L). menurun, dan ditemukan
kadar GDS kadar GDS
>200 mg/ dL >200 mg/dL
(11.1 atau kadar
mmol/L). GDP > dari
normal
Pemeriksaan Penunjang & Diagnostik

Tes Toleransi Glukosa

• Indikasi TTG pada anak adalah pada kasus-kasus


yang meragukan yaitu:
• Ditemukan gejala-gejala klinis yang khas untuk
DM, namun pemeriksaan kadar glukosa darah
tidak menyakinkan.

Pemeriksaan Kadar C-peptida

• Untuk melihat fungsi sel beta residu yaitu sel beta


yang masih memproduksi insulin. Dapat digunakan
apabila sulit membedakan diabetes tipe 1 dan 2.
Hasil Tes Toleransi Glukosa
DM
• Kadar glukosa darah puasa ≥140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
Kadar glukosa darah pada jam ke 2 ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L)

Toleransi Glukosa Terganggu


• Kadar glukosa darah puasa <140mg/dL (7.8mmol/L) dan
• Kadar glukosa darah pada jam ke 2: 140-199 mg/dL (7.8-
11mmol/L)

Normal
• Kadar glukosa darah puasa (plasma) <110mg/dL (6.7mmol/L)Dan
• Kadar glukosa darah pada jam ke 2: <140 mg/dL (7.8-11mmol/L)
Pemeriksaan Penunjang & Diagnostik
Pemeriksaan HbA1c

• Pemeriksaan ini dilakukan rutin selama 3 bulan.


• Untuk mengukur kadar glukosa darah selama 120 hari
yang lalu (sesuai usia eritrosit)
• Menilai perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, dan
• Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan
mencegah terjadinya komplikasi diabetes.

Penanda autoantibodi

• Hanya sekitar 70-80% dari penderita DMT1 memberikan


hasil pemeriksaan autoantibodi (ICA,IAA) yang positif,
sehingga pemeriksaan ini bukan merupakan syarat
mutlak diagnosis
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
• Diabetes melitus tipe 1 • Penatalaksanaan dibagi
memerlukan pengobatan menjadi:
seumur hidup. • Pemberian insulin
• Kepatuhan dan • Pengaturan makan
keteraturan pengobatan • Olahraga
merupakan kunci • Edukasi
keberhasilan. • Home monitoring
(pemantauan mandiri)
• Penyuluhan pada pasien
dan keluarga harus terus
menerus dilakukan.
Pemberian insulin
• Insulin merupakan elemen Respons klinis terhadap
utama kelangsungan hidup insulin tergantung pada
penderita DM tipe-1. beberapa faktor:
• Awitan, puncak kerja, dan • Umur individu
lama kerja insulin • Tebal jaringan lemak
merupakan faktor yang • Status pubertas
menentukan dalam
pengelolaan penderita DM. • Dosis insulin
• Tempat injeksi
• Latihan (exercise)
• Kepekatan, jenis, dan
campuran insulin
• Suhu ruangan dan suhu
tubuh
Jenis insulin
Split-Mix Regimen
Injeksi 1 kali sehari Injeksi 2 kali sehari Injeksi 3 kali sehari

• Kombinasi insulin
• Insulin kerja • Insulin kerja kerja cepat/pendek
menengah cepat/ pendek dengan kerja
menengah
• Kombinasi dan kerja
• Insulin kerja
kerja cepat/ menengah cepat/pendek 
pendek • Diberikan sebelum makan siang
atau snack sore
dengan insulin sebelum • Insulin kerja
kerja makan pagi menengah 
menengah dan sebelum menjelang tidur
malam hari
• Digunakan makan malam • Digunakan pada anak
sementara • Digunakan yang lebih tua dan
remaja (kebutuha
pada saat pada anak- tidak terpenuhi
fase remisi anak yang dengan regimen 2 kali
lebih muda sehari)
Split-Mix Regimen
Basal-bolus regimen

• Insulin kerja cepat/pendek • Digunakan pada anak


 sebelum makan utama remaja atau dewasa
• Insulin kerja menengah  • Kebutuhan total insulin =
pagi dan malam hari atau 40%-60% komponen
insulin basal sekali sehari basal, sisanya komponen
 pagi atau malam hari bolus 20-30 menit
sebelum makan (insulin
reguler) atau segera
sebelum/sesudah makan
(insulin kerja cepat)
Split-Mix Regimen
Pompa Insulin Penyesuaian dosis insulin

• Analog insulin kerja cepat • GD diluar target, fase honeymoon


period, masa remaja, masa sakit,
(40-60% dari dosis total dan pembedahan
insulin harian)
• Fase honeymoon period  dosis
• Hiperglikemia saat makan rendah (menghindari hipoglikemia)
 koreksi dengan dosis • Masa remaja  hormon seks steroid
insulin bolus  sekresi GH meningkat (hormon
kontra insulin)  shg kebutuhan
insulin meningkat
• Masa sakit  dosis sesuai dengan
• Pemantauan  glukometer asupan makanan (jangan
atau pemeriksaan rutin urin menghentikan pemberian insulin 
sehari-hari di rumah, dan meningkatkan lipolisis dan
glikogenolisis shg kadar GD
HbA1c setiap 3 bulan meningkat dan rentan ketoasidosis
Split-Mix Regimen
Penyesuaian dosis insulin

• GDP meningkat 
• Koreksi hiperglikemia 
meningkatkan insulin kerja
menengah atau panjang pd • Rumus 1800  kerja cepat
malam hari • Rumus 1500  kerja pendek
• GD2PP meningkat 
meningkatkan insulin kerja • 1800 atau 1500 dibagi
cepat/pendek sebelum makan insulin total harian 
• Rasio insulin-karbohidrat 
500 dibagi dosis insulin total mg/dL (1 unit insulin
harian = gram (1 unit insulin menurunkan sekian
dapat mengatasi sekian gram
karbohidrat) mg/dL GD)
• Hipoglikemia dengan sebab • Pertimbangkan faktor lain spt
yang blm jelas  evaluasi latihan
ulang dosis insulin
• Teknik penyuntikan 
Penyuntikan ‘pinched’ (cubitan) &
jarum suntik membentuk
• Jarum = kekuatan insulin sudut 45° atau 90°
(misal kekuatan insulin
100 U/mL maka jarum
suntik 1 mL = 100 U)
• Faktor-faktor
• Lokasi
• Kedalaman
• Jenis insulin
• Dosis insulin
• Kegiatan fisik
• Adanya lipodistrofi atau
lipohipertrofi
• Perbedaan suhu
Pengaturan makan
• Tujuan  mencapai
kontrol metabolik yg baik
tanpa mengabaikan kalori
• 1 unit = 15 gram karbohidrat
yg dibutuhkan untuk
metabolisme basal,
pertumbuhan, pubertas,
ataupun aktivitas yg
dilakukan
• Jumlah kalori/hari :
[1000+ (usia(tahun) x
100)]
• Jadwal 3x makan utama
& 3x makan selingan
Olahraga 1. Sebelum olahraga
• Tentukan waktu, lama, jenis,
intensitas olahraga
• Perasaan ‘sehat’ atau
• Asupan karbohidrat 1-3 jam sblm
‘well being’ olahraga
• Meningkatkan sensitivitas • Cek kontrol metabolik (min 2x
sblm olahraga)
thd insulin • Jk GD <90 mg/dL 
• Mengurangi komplikasi ekstrakarbohidrat
DM • Jk GD 90-250 mg/dL  tidak perlu
ekstra karbohidrat (tergantung
lama aktivitas dan respon
individual)
• Jk GD ≥250 mg/dL & keton
urin/darah (+)  tunda olahraga
• Energi keluar = energi masuk
(penyesuaian insulin & tambahan
karbohidrat)
• Hidrasi 250mL pada 20 menit sblm
olahraga
Olahraga
2. Selama olahraga • Jenis olahraga
• Monitor GD setiap 30 menit
• Sesuai minat anak
• Asupan cairan 250 ml setiap
20-30 menit • Pemanasan 10 menit, latihan
• Konsumsi karbohidrat setiap aerobik 20 menit
20-30 menit, bila diperlukan (jalan/bersepeda)
• Olahraga 3x seminggu
3. Setelah berolahraga • Lama dan intensitas sesuai
• Monitor GD
• Pertimbangkan mengubah toleransi anak
terapi insulin
• Pertimbangkan tambahan
karbohidrat dlm 1-2 jam
(mencegah hipoglikemia
awitan lambat)
Edukasi Pemantauan mandiri
• Pengetahuan dasar • Tujuan utama 
mengenai DM tipe I  kemampuan ps mengelola
perbedaan dengan DM penyakitnya scr mandiri &
tipe lainnya & kebutuhan keluarga mampu mengukur
insulin kadar GD secara cepat
• Pengaturan makan dan tepat
• Insulin (jenis, dosis, • Pengukuran kadar GD
penyuntikan, beberapa kali per hari
penyimpanan, efek untuk menghindari
samping, dan pertolongan hipoglikemia, hiperglikemia
pertama KGD akibat DM & penyesuaian dosis
tipe I)
Komplikasi
• Komplikasi akut : Hipoglikemia dan KAD
Ketoasidosis Diabetikum
Screening terhadap komplikasi DM pada anak
Prognosis
• Morbiditas pada pasien DMT 1 cukup tinggi apabila sudah
disertai dengan komplikasi
• Insulin kualitas hidup DMT 1 meningkat
DAFTAR PUSTAKA
• Behrman R, Kliegman R, Jenson H. Nelson Textbook of Pediatric.
17th edition. 2003. P: 2005.
• Atkinson M, Eisenbarth G, Michels A. Type 1 diabetes. 2014. Vol 383
• UKK Endokrinologi. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes
Mellitus Tipe-1 Di Indonesia. Jakarta : PP IDAI, 2009.
• Stanescu D, Lord K, Lipman T. The Epidemiology of Type 1 Diabetes
in Children. Endocrinology and Metabolism Clinics of North America.
2012;41(4):679-694.5.
• APEG. Clinical Practice Guidelines : Type-1 Diabetes in Children and
Adolescents. 2005.
• Fauci, et al. Harrison's : Principles of Internal Medicine. 17th edition.
USA : McGraw-Hill, inc.,2008.
• Maitra A, Abbas AK. The endocrine system. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2005.
• Badriul Hegar et al. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. jilid I. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai