Anda di halaman 1dari 30

Bimbingan Kasus

Fraktur Maxilo Facial

Ferlijan Abdima 1807101030027


Pembimbing:
dr. Mirnasari Amirsyah, Sp.BP-RE
BAGIAN/ SMF BEDAH DEVISI BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2021
PENDAHULUAN
Pada tahun 2003, Motamedi melaporkan distribusi
patah tulang wajah yaitu 72,9% mandibula, 13,9%
rahang atas, 13,5% zygomatic, 24,0%
zygomaticoorbital, 2,1% kranial, 2,1% hidung, dan
1,6% cedera frontal.

Fraktur Maksilofasial
Adalah
Adalah fraktur
fraktur yang
yang terjadi
terjadi pada
pada tulang-tulang
tulang-tulang wajah
wajah yaitu
yaitu os
os
nasoorbitoetmoid,os
nasoorbitoetmoid,os zigomatikomaksila,
zigomatikomaksila, os
os nasal,
nasal, os
os maksila,
maksila, dan
dan
juga os mandibula
juga os mandibula

Fraktur ZMC merupakan fraktur kedua tersering


pada fraktur maksilofasial setelah fraktur nasal
Kellman, R.M., Tatum, S.A. 2006. Complex Facial Trauma with Plating. Head & Neck Surgery-Otolaryngology 4th Edition
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama Tn. Iskandar


No. CM 1-26-20-69
Umur 49 tahun
Alamat Meureudu Pidie Jaya
Pekerjaan Wiraswasta
Tanggal masuk 30 Desember 2020
Tanggal pemeriksaan 14 Januari 2021
Anamnesis
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
Keluhan Tambahan
Nyeri di dagu dan dahi
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang post KLL rujukan dari RS. Fauziah Bireuen dengan
keluhan nyeri di dagu dan dahi, pasien disertai perdarahan akibat luka di
dagu. Pasien juga mengeluhkan tidak sadar sesaat setelah kejadian
ditabrak oleh becak dari arah belakang. Pasien sadar kembali saat sudah
berada di RS Bireuen ± 20 menit.
Riwayat kejang (-), muntah(+) 2 kali berisi cairan dan kekuningan,
perdarahan dari mulut(-), hidung(-), telinga(-).
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Alergi (-), Diabetes (-), Nyeri kepala (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga tidak memiliki keluhan yang sama.

Riwayat Pemakaian Obat


Tidak ada

Riwayat Kebiasaan Sosial


Sehari-harinya pasien adalah seorang supir truk.
Vital Sign

Compos mentis TD: 130/80mmHg HR: 78x/menit

RR: 20x/menit T: 36.8 °C


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Airway : Clear
Breathing : Spontan, 20x/menit
Circulation : TD 130/80mmHg, HR 80x/menit
Disability : GCS 15
Status lokalis
• Upper face L: tidak tampak luka terbuka, tidak ada swelling
F: nyeri tekan (+) pada zygoma dextra, step off (+)
• Middle face L: kesan malar eminence depressed sinistra, asimetris, visus normal
F: step off (+) pada rima orbita
• Lower face L: tidak tampak laserasi di bibir dan dagu.
F: nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Fisik

• Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis(-/-) sklera ikterik (-/-), pupil


bulat isokor 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
• Telinga : Normotia, sekret (-)
• Hidung : NCH (-), sekret(-), deformitas (-)
• Mulut : Mukosa lembab, sianosis (-), pucat(-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Paru : Simetris, sonor/sonor, SF Ka=SF Ki, vesikuler (+/+)
• Jantung : BJI>BJII, murmur (-)
• Abdomen: Soepel, jejas (-), timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+)
• Ekstremitas : Superior et inferior dalam batas normal
Px Penunjang (Laboratorium)
01-01-21

Darah Rutin 1/1/21 Nilai Normal

Hemoglobin 13,7 14,0 - 17,0 g/dL

Hematokrit 38,6 45 - 55 %

Eritrosit 4,7 4,7 – 6,1 x 106/mm3

Leukosit 11,7 4,5 - 10,5 x103/mm3

Trombosit 267 150 - 450 x 103/mm3

E/B/NB/NS/L/M 1/0/0/75/21/5
Rapid Antibody IgG Reaktif
Px Penunjang (CT Scan Kepala)
31/12/20

Kesimpulan:

Fraktur di os
maxillaris,
zygomatycus dextra,
rim orbita dextra
Hematosinus
maxillaris dextra
dengan edema
cerebri.
Diagnosis Kerja
Fraktur Maxilo Facial
Tatalaksana
Tatalaksana Suportif Tatalaksana Medikamentosa
- Oksigen 2-4 Liter permenit via nasal kanul • IV Ceftriaxone 1gr/12jam
- IVFD Ringer Laktat (RL) 2100cc/hari
- Makanan Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein (MB TKTP) • IV Citicolin 500mg/12jam
• IV Paracetamol 1 gr/8jam
• PO Ciprofloxacin 500mg/12jam
• PO Eperison 50g/12jam
• PO Depakote 500mg/24jam
Planning dan Prognosis

Planning
• ORIF Platting

Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
Laporan Pembedahan
Tindakan pembedahan : Reposisi fraktur dan ORIF Plating
pada fraktur ZMC Sinistra
• Pasien diposisikan supine dan dilakukan general anestesia
• Dilakukan desinfeksi dan pemberian antibiotik profilaksis
• Dilakukan insisi subcilier sinistra
• Dilakukan injeksi vasonkonstriktor
• Dilakukan reposisi fiksasi fraktur dan ORIF platting fraktur
• Memonitoring tanda-tanda vital, perdarahan, urin output
• Luka dijahit
• Operasi selesai
TINJAUAN PUSTAKA
• Trauma maxillafasial mengacu pada setiap cedera pada wajah
atau rahang yang disebabkan oleh kekuatan fisik, benda asing,
hewan atau gigitan manusia.
• Trauma maksilofasial termasuk cedera salah satu struktur
tulang atau daging wajah.
• Trauma maksilofasial biasa ditemui dalam kasus gawat darurat.
Lebih dari 50% pasien dengan trauma maksilofasial mengalami
multiple injury yang memerlukan penanganan terkoordinasi
antara dokter dan spesialis bedah mulut, THT, bedah plastic,
oftalmologi, dan traumatologi.
ANATOMI
ETIOLOGY
Dalam empat dekade terakhir, kejadian fraktur maksilofasial terus meningkat
disebabkan terutama akibat:

• Kecelakaan lalu lintas


• Kekerasan
• Terjatuh dari ketinggian
• Senjata api

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tertinggi dari fraktur maksilofasial. Di India,
97,1% fraktur maksilofasial disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
Fraktur tulang wajah memerlukan sejumlah besar kekuatan. Kekuatan yang diperlukan untuk
menghasilkan fraktur tulang wajah adalah sebagai berikut:
• Fraktur hidung - 30 g
• Fraktur zygoma - 50 g
• Mandibula (angle) fraktur - 70 g
• Fraktur wilayah Frontal - 80 g
• Rahang atas (garis tengah) patah tulang - 100 g
Klasifikasi Trauma
MaxilloFacial
- Fraktur LeFort
Fraktur Le Fort I dikenal juga dengan fraktur Guerin yang terjadi di atas level gigi yang menyentuh
palatum, meliputi keseluruhan prosesus alveolar dari maksila, kubah palatum dan prosesus
pterigoid dalam blok tunggal. Fraktur membentang secara horizontal menyebarangi basis sinus
maksila. Dengan demikian buttress maksilari transversal bawah akan bergeser terhadap tulang
wajah lainnya maupun cranium.6
Fraktur Le Fort II. Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari arah frontal
menimbulkan fraktur dengan segmen maksilari sentral yang berbentuk piramida. Karena sutura
zygomaticomaxillary dan frontomaxillary (Buttress) mengalami fraktur maka keseluruhan maksila
akan bergeser terhadap basis cranii.6
Fraktur Le Fort III. Selain pterygomaxillary buttress, fraktur juga terjadi pada zygomatic arch
berjalan ke sutura zygomaticofrontal membelah lantai orbita sampai ke sutura nasofrontal. Garis
fraktur seperti itu akan memisahkan struktur midfasial dari cranium shingga fraktur ini juga
disebut dengan craniofacial disjunction. Maksila tidak terpisah dari zygoma ataupun dari struktur
nasal. Keseluruhan rangka wajah tengah lepas dari basis cranium dan hanya disuspensi oleh soft
tissue.6
 
• Fraktur Alveolar. Bagian dentoalveolar dari maksila dapat
mengalami fraktur akibat pukulan langsung maupun
secara tidak langsung pada mandibular. Sebagian dari
processus alveolar dapat mengalami fraktur.6

• Fraktur Maksilla Sagital dan Vertikal. Fraktur sagittal


biasanya dihubungkan dengan fraktur maksila lainnya.
Fraktur seperti ini dapat meningkatkan lebar arkus denta
dan wajah, dimana cukup sulit untuk ditangani.6
Diagnosis
Tanda dan gejala:
• Pembengkakan yang disertai dengan hematom periorbita dan perdarahan subkonjungtiva
• Kontur muka tidak simetris
• Krepitasi
• Perdarahan hidung pada sisi yang mengalami fraktur
• Pada palpasi, diastase tulang dapat dirasakan pada daerah infraorbita, pada tepi orbita dan
pada daerah crista zigomaticoalveolaris
• Parestesi, hipoestesi atau anestesi dapat menyertai pada bagian pipi, hidung dan bibir atas
yang merupakan daerah persarafan nervus infraorbitalis
• Gangguan membuka mulut dapat terjadi akibat rotasi dan pergeseran dari prosesus
zigomatikus ke kaudal
• Jika melibatkan fraktur orbita maka dapat ditemui gangguan penglihatan berupa diplopia
• Dapat disertai enoptalmus dan eksoptalmus.
Jika tanda dan gejala suatu trauma mengindikasikan adanya injuri zigomatik,
langkah yang terbaik untuk memastikan dan mengevaluasi kerusakan adalah melalui
pemeriksaan radiografis khususnya CT scan.
Plain radiografi menjadi alternatif sekunder.
CT scan diambil pada potongan dengan interval 3 mm pada potongan axial dan koronal.
• Potongan axial untuk mengevaluasi arkus zigomatikus, dinding orbita dan sinus
maksilaris.
• Potongan koronal mengevaluasi sutura frontozigomatikus, infraorbital rim dan lateral
orbital rim
Tatalaksana
Berdasarkan klasifikasi Knight dan North, fraktur kelompok 2 dan 3 hanya
membutuhkan reduksi tertutup tanpa fiksasi, sementara fraktur kelompok 4, 5, dan 6
membutuhkan fiksasi untuk reduksi yang adekuat
1. Pada fraktur tanpa displacement dan asimtomatik cukup dengan menginstrusikan diet
lunak 3-4 minggu.
2. Pada fraktur dengan displacement, perubahan kontur muka, gangguan membuka
mulut, parestesi, dan gangguan penglihatan perlu dilakukan perbaikan fraktur dengan
operasi.
- Akses operasi didapat dari insisi subsiliar, infraorbita, lateroorbita, transkonjungtiva
dan juga intraoral (insisi paramarginal).
- Perlu dilakukan pemasangan miniplate atau mikroplatedengan diameter sekrup 2 atau
1,3 mm untuk stabilisasi dan fiksasi.
- Pemasangan miniplate minimal pada dua lokasi, meliputi daerah infraorbita, latero-
orbita, dan intraoral pada krista zigomatikoalveolaris.
Indikasi dilakukan ORIF:
1. Os zygoma depressed dan tidak stabil (terjadi
displacement)
2. Mengembalikan fungsi estetik
3. Pemulihan sensoris nervus infraorbita
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai