Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS BESAR

SEORANG PEREMPUAN 52 TAHUN DENGAN


ODS BLEFARITIS ANTERIOR

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Hernanda Haudzan Hakim

22010118220079

Penguji kasus : dr. Sri Inakawati, M.Si.Med., Sp.M(K)

Pembimbing : dr. Muhammad Rhema Adinegara

Dibacakan tanggal : 25 April 2019

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus : Seorang Wanita 51 tahun dengan blefaritis anterior


Penguji kasus : dr. Sri Inakawati, Sp.M(K)
Pembimbing : dr. Muhammad Rhema Adinegara
Dibacakan oleh : Hernanda Haudzan Hakim
Dibacakan tanggal :
diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 24 April 2019


Mengetahui,

Penguji Pembimbing

Dr Sri Inakawati, M.Si.Med., Sp.M(K) dr. Muhammad Rhema Adinegara


LAPORAN KASUS

MATA KIRI BLEFARITIS ANTERIOR

Penguji kasus : Dr. Sri Inakawati, M.Si.Med., Sp.M(K)


Pembimbing : dr. Muhammad Rhema Adinegara
Dibacakan oleh : Hernanda Haudzan Hakim / 22010118220079
Dibacakan tanggal :-

I. PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak
mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air
mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.1
Bermacam-macam kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata, mulai dari
proses inflamasi, infeksi, trauma maupun masalah struktur seperti ektropion,
entropion dan blepharoptosis. Salah satu infeksi pada kelopak mata yang sering
terjadi adalah blefaritis.1,2
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan
debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis
anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior).2
Blefaritis biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada
semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.3
Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang perempuan 52 tahun
dengan diagnosis ODS blefaritis anterior.
II. LAPORAN KASUS
SEORANG PEREMPUAN 52 TAHUN DENGAN
ODS BLEFARITIS ANTERIOR

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. SA
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat : Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
No CM : 78-17-96

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli Mata Rumah Sakit William
Booth tanggal 16 April 2019 pukul 10.30

Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak mata kiri atas

Riwayat Penyakit Sekarang :


±4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan seperti ada
benjolan pada kelopak mata kirinya. Keluhan muncul secara tiba-tiba. Keluhan
disertai dengan rasa gatal mengganjal pada kelopak mata, mata berair, terasa
lengket saat bangun tidur, serta terkadang keluar sedikit belek berwarna kuning
kehijauan. Nyeri tekan (+), silau (+), pandangan kabur(-), demam (-). Keluhan
dirasakan bertambah berat apabila pasien bangun tidur, dan berkurang ketika
pasien tidur. Pasien mengaku sering bepergian menggunakan sepeda motor
tanpa menmakai helm. Pasien telah menggunakan obat tetes mata yang dibeli
di warung, namun pasien tidak ingat nama obatnya. Pasien telah menggunakan
obat tetes tersebut selama 3 hari terakhir, dengan frekuensi pemberian 2 kali
sehari, namun masih tidak merasakan adanya perubahan pada keluhan yang
dirasakan. Pasien kemudian datang ke poli RSU Wiliam Booth untuk berobat.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat menggunakan kacamata disangkal
- Riwayat mata nerocos disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
- Riwayat operasi mata katarak 3 tahun yang lalu
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal
- Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi :


- Penderita adalah seorang ibu rumah tangga
- Tidak ada keluarga rumah pasien yang menderita sakit serupa
- Biaya pengobatan : BPJS non PBI
- Kesan : sosial ekonomi cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada hari Selasa, 16 April 2019 pukul 10.30 WIB di Poli Mata RS
Wiliam Booth
Status Praesen
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5=15)
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Mesosefal
Thorax : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan nnll : Preaurikula (-/-)
Submandibuler (-/-)

Status Oftalmologi (Tanggal 16 April 2019)

- Benjolan (+), d=4mm, hiperemis,


konsistensi lunak, nyeri tekan (+)
- Eversi palpebra = pustule (-)

Foto Klinis (Tanggal 30 Mei 2018)


Oculus Dextra Oculus Sinistra
5/10 VISUS 5/10
Tidak dilakukan KOREKSI VISUS Tidak dilakukan
dikarenakan pasien dikarenakan pasien
menolak menolak
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke
segala arah segala arah
Tidak ada kelainan, SUPERCILIA Tidak ada kelainan,
krusta (-) krusta (-)
Edema (-), spasme (-), PALPEBRA Teraba benjolan dengan
massa(-), nyeri tekan (-) SUPERIOR ukuran ±4mm, Hiperemis
(+) Suhu perabaan lebih
hangat (+) Nyeri tekan (+)
Margo palpebra superior :
Sekret purulen kuning
kehijauan (+) Ulkus (-)
Vesikel (-) Skuama (-)
Pseudoptosis (-)

Edema (-), spasme (-), PALPEBRA Edema (-), spasme (-),


massa(-), nyeri tekan (-) INFERIOR massa(-), nyeri tekan (-)
Hiperemis (-), nodul (-), KONJUNGTIVA Hiperemis (-), nodul (-),
Injeksi (-), sekret (-), PALPEBRALIS Injeksi (-), sekret (-),
cobble stone (-) cobble stone (-)
Hiperemis (-), sekret (-), KONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
papil (-), folikel (-) FORNIKS papil (-), folikel (-)
Injeksi (-), Jaringan KONJUNGTIVA Injeksi (-), Jaringan
fibrovaskular (-), Injeksi BULBI fibrovaskular (-), Injeksi
(-), sekret (-) (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SKLERA Tidak ada kelainan
Jernih KORNEA Jernih
Kedalaman cukup, Tyndal KAMERA OKULI Kedalaman cukup, Tyndal
Effect (-) ANTERIOR Effect (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral, regular, PUPIL Bulat, sentral, regular,
d : 3 mm, RP (+) N d : 3 mm, RP (+) N
Jernih LENSA Jernih
(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
Tidak dilakukan FUNDUSKOPI Tidak dilakukan
T dig (N) TENSIO OKULI T dig (N)
Tidak dilakukan SISTEM KANALIS Tidak dilakukan
LAKRIMALIS

D. RESUME
Seorang perempuan usia 52 tahun datang ke poliklinik mata Rumah
Sakit William Booth dengan keluhan terdapat benjolan yang terasa gatal dan
mengganjal pada palpebra superior okuli sinistra sejak 4 hari yang lalu.
Bengkak (+), nyeri tekan (+), gatal (+), secret mata (+), lengket saat bangun
tidur (+), lakrimasi (+) silau (+), visus menurun (-),febris (-). Kebiasaan tidak
pernah menutup kaca helm saat berkendara motor
Status praesens : Dalam batas normal
Status generalis : Dalam batas normal
Status Oftalmologi :

Oculus Dextra Oculus Sinistra


Edema (-), spasme (-), PALPEBRA Teraba benjolan dengan
massa(-), nyeri tekan (-) SUPERIOR ukuran ±4mm, Hiperemis (+)
Suhu perabaan lebih hangat
(+) Nyeri tekan (+)
Margo palpebra superior :
Sekret purulen kuning
kehijauan (+) Ulkus (-)
Vesikel (-) Skuama (-)
Pseudoptosis (-)
E. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
ODS : Blefaritis anterior
Blefaritis posterior
Hordeolum
F. DIAGNOSIS KERJA
ODS : Blefaritis anterior

G. TERAPI
ODS :
- Kompres hangat pada benjolan 4-6 x/hari selama 15 menit
- Bersihkan kelopak mata dengan baby shampoo
- Doksisiklin tab 100 mg 2x1
- Cendo lytrees 6x1 ods
- Kontrol 1 minggu lagi

H. PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Visam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Sanam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Vitam Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam Ad Bonam

I. SARAN
Kontrol 7 hari kemudian untuk evaluasi kondisi pasien.

J. EDUKASI
 Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan pada mata pasien terjadi karena
adanya peradangan pada kelopak mata kiri pasien
 Menjelaskan pada pasien bahwa kemungkinan penyebab peradangan pada
kelopak mata pasien adalah karena infeksi
 Menjelaskan pasien tentang tatalaksana pada penyakit ini yaitu dengan
kompres hangat 4-6 kali selama 15-20 menit disertai pemberian obat oral
antibiotik.
 Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan mata dan
tangan. Pasien dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan mata, serta sebelum memberi obat tetes mata.
 Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga asupan nutrisi yang baik,
serta istirahat yang cukup.
 Menjelaskan pada pasien untuk mematuhi terapi yang sudah disarankan
dokter, agar cepat sembuh dan terhindar dari komplikasi penyakit.
 Menjelaskan kepada pasien agar menggunakan helm saat mengendarai
sepeda motor agar tidak terpapar langsung terhadap faktor resiko seperti
debu, serangga, dll.
 Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali 7 hari guna evaluasi
keadaan pasien.

.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula zeiss dan moll. Glandula zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat
bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan
tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale
inferius menyatu dengan tarsus inferior.9
Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah
muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah
tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
Gambar 1. Anatomi palpebrae superior et inferior

B. Definisi Blefaritis
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.
Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak
mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat
kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera,
atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri
(blefaritis posterior).
Gambar 2. Blefaritis Anterior

Gambar 3. Blefaritis Posterior

C. Klasifikasi dan Etiologi


1. Berdasarkan Lokasi
A Blefaritis Anterior
Blefaritis anterior biasanya mengenai area disekitar basis bulu mata.
Berdasarkan etiologinya, blefaritis anterior dapat dibedakan menjadi
blefaritis staphyloccocal yang terutama disebabkan oleh bakteri
staphyloccocus aureus. Penyebab lainnya adalah bakteri staphyloccocus
epidermidis atau staphylococcus koagulase negatif. Jenis kedua dari
blefaritis anterior adalah blefaritis seborrhoik yang disebabkan oleh
bakteri pytirosporum ovale. Kedua jenis blefaritis ini juga dapat muncul
secara bersamaan sebagai suatu blefaritis anterior tipe campuran.
Peradangan pada blefaritis staphyloccocal diduga timbul sebagai
akibat dari adanya respon sel yang abnormal terhadap komponen dinding
sel bakteri Staphyloccocus aureus.
Blefaritis seborheik sering berhubungan dengan kelainan seborheik
general yang dapat mengenai lapisan kulit kepala, lipat nasolabial, bagian
belakang telinga dan juga sternum. Karena letak palpebra yang terlalu
dekat dengan permukaan bola mata dapat memicu terjadinya peradangan
sekunder serta perubahan mekanis pada konjungtiva dan kornea.
B Blefaritis Posterior
Blefaritis Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata akibat
adanya disfungsi dari kelenjar meibom. Seperti blefaritis anterior,
penyakit ini bersifat bilateral, kondisi kronik. Blefaritis anterior dan
posterior dapat terjadi bersamaan.
Blefaritis posterior disebabkan oleh adanya disfungsi kelenjar
meibom dan perubahan sekresi kelenjar meibom. Enzim Lipase yang
dilepaskan oleh bakteri menyebabkan pembentukan asam lemak.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan titik lebur meibom sehingga
menghambat pengeluarannya dari kelenjar.
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya iritasi permukaan okuler dan
memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri terutama jenis
Staphylococcus aureus. Hilangnya komponen posfolipid film air mata
yang seharusnya berperan sebagai surfaktan mengakibatkan peningkatan
osmolaritas dan penguapan air mata dan ketidakstabilan air mata.
2. Berdasarkan Etiologi
 Blefaritis Alergi
Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh rangsangan kronik / menahun
akibat dari debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik.
 Blefaritis Bakterial
1) Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti
sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta
diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan
nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya
menyertai
2) Blefaritis Seboroik
Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya
terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor,
panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari
kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan
hipertropi pupil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk
kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.
Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi
hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi.

Blefaritis Seboroik
Gejala yang timbul :
- Tepi kelopak mata yang hiperemis dn berminyak, disertai kerontokan
bulu mata
- Skuama yang terbentuk halus dan dapat berlokasi dimana saja pada
tepi kelopak mata, maupun menempel pada bulu mata.

3) Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama
yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang yang berambut minyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa
gatal dan panas. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna
halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini
mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan
blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien.

Blefaritis Skuamosa
4) Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus
yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis
ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila
diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan
dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila
ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik
sistemik dan diberi roboransia.

Blefaritis Ulseratif
5) Blefaritis angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak
atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata
(kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan
oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini biasanya bersifat rekuren.
Befaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat.
Penyulit pada punctum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.

Blefaritis angularis
6) Blefaritis meibomanitis
Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun
perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah
dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.
 Blefaritis Virus
1) Herpes Zoster
Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraf trigeminus
Biasanya.virus ini akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-
gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Tanda-tanda
yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan
infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus
pada infeksi herpes zoster mata.
2) Herpes Simplex
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan
yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simplex kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simplex yang merupakan radang tepi
kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi
bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.

Blefaritis Herpes Simplex

 Blefaritis Jamur
- Infeksi superficial
- Infeksi jamur dalam
- Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan higiene
yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di
daerah margo palpebra.

D. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata
karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang
dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan
oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan
fungsi kelenjar meibom.

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata


dan mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Hasil dari respon
mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus, mungkin juga
bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang
ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara
kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan
perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.
Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian
dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat
mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik
leleh dari meibom yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga
berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan memungkinkan
pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak
sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan
osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan


disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk
mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan
struktural contoh kegagalan kelenjar di blefaritis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus
kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat
mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar.
Manifestasi Klinis

1. Blefaritis stafilokokus
 Sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata
 Hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis
 Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis
 Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak
mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis
 Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi

2. Blefaritis seboroik
 Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
 Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.

3. Blefaritis posterior
 Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian
 Penyumbatan lubang kelenjar meibomian
 Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
 Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan keluarnya cairan meibomian
keruh atau seperti pasta gigi.
 Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.
 Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tepi kelopak
atau dalam kantus.
 Perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior.
E. Penatalaksanaan
 Tatalaksana Non-Farmakologis
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat
basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Tepi kelopak mata
dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel, seperti
ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Selain itu, beberapa
sumber menyebutkan bahwa penggunaan baby shampoo juga dapat
digunakan untuk membersihkan kelopak mata. Teknik membersihkan
kelopak mata adalah dengan menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari
tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan
konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin
berbahaya
 Tatalaksana Farmakologis
 Pada blefaritis bakterial, dapat diberikan antibiotik sistemik, tetrasiklin
2x250 mg atau eritromisin 3x250mg atau sesuai dengan hasil kultur. Selain
itu, dapat pula digunakan salep antibiotik seperti salep eritromisin atau
sulfacetamide.
 Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik. Antibiotik diberikan
bila terdapat infeksi sekunder.
 Pada blefaritis yang disebabkan oleh jamur, infeksi superfisial diobati
dengan griseofulvin 0,5-1mg gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi
dan diteruskan sampai 1-2minggu setelah gejala menurun.

F. Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi.
Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus
cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering
merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang
mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut
dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode
blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan
yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.

IV. ANALISIS KASUS


Pasien tersebut didiagnosis sebagai ODS Blefaritis anterior didasarkan
pada,
A. Anamnesis :
1. Didapatkan benjolan pada kelopak mata kiri atas
2. Pada kelopak mata tampak merah, sensasi mengganjal, gatal, nyeri bila
ditekan, mata nerocos, lengket bila bangun tidur serta mengeluarkan
secret kuning kehijauan.
B. Pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan:
Teraba benjolan dengan ukuran ±4mm, Hiperemis (+) Suhu perabaan
lebih hangat (+) Nyeri tekan (+) Margo palpebra superior : Sekret purulen
kuning kehijauan (+) Ulkus (-) Vesikel (-) Skuama (-) Pseudoptosis (-)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut ditemukan adanya gejala
dan tanda yang mengarah kepada diagnosis blefaritis anterior sesuai dengan
tinjauan pustaka.
Pada pasien ini terapi yang dilakukan ialah dengan kompres hangat
pada mata yang sakit 4-6 kali sehari selama 15-20 menit, pemberian antibiotik
sistemik, serta obat tetes air mata artifisial. Kompres hangat bertujuan untuk
memperlancar proses drainage pada peradangan akut. Lalu pemberian
antibiotik peroral untuk mengobati infeksi. Pada pasien ini diberikan antibiotik
doksisiklin peroral. Antibiotik tersebut merupakan golongan untuk bakteri
gram positif dan gram negatif, dimana pada kasus blefaritis, agen infeksi paling
sering merupakan bakteri golongan gram positif yaitu Staphylococcus aureus.
Sedangkan pemberian obat tetes cendo lyteers berguna untuk melumasi dan
menyejukkan mata agar menghindari ketidaknyamanan pasien akibat adanya
secret mata yang mengganjal.
Pada pasien ini diberikan edukasi yang penting untuk menjaga
kebersihan daerah mata, wajah dan juga tangan agar blefaritis tidak berulang
atau gejala komplikasi tidak terjadi. Pasien dianjurkan untuk sering
membersihkan kelopak mata menggunakan baby shampoo. Selain itu nutrisi
dan istirahat yang cukup juga penting untuk proses penyembuhan. Tidak lupa
pada pasien ini untuk kontrol 1 minggu kemudian untuk melihat evaluasi dari
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

1. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea.


Singapura.2008-2009. Hal 87-8
2. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta:
2009; page 1-2, 89-97
3. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,
Australia : 2013; page 52-4
4. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104.
5. Gupta A, Stacey S, Amissah-arthur KN. Eyelid lumps and lesions.
2014;348(May):33-36.
6. Wagner P, Lang Gehard K. The Eyelids. In: G. Lang, editor. Opthalmology. 2ed.
New York. Thieme. 37-40 p.
7. Joanne car, Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20.
8. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika. Jakarta:
2003; page 78-80
9. Khaw P, Shah P, Elkington A. ABC Of Eyes. Fourth Edition. London: BMJ
Publishing Group Ltd: 2004. p 29-32
10. American Academy of Ophthalmology. Eyelids. Ophthalmic Pathology and
Intraocular Tumors. San Francisco, CA: LEO; 2007-2008.

Anda mungkin juga menyukai