Disusun oleh:
22010118220079
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji Pembimbing
I. PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak
mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air
mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.1
Bermacam-macam kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata, mulai dari
proses inflamasi, infeksi, trauma maupun masalah struktur seperti ektropion,
entropion dan blepharoptosis. Salah satu infeksi pada kelopak mata yang sering
terjadi adalah blefaritis.1,2
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan
debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis
anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior).2
Blefaritis biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada
semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.3
Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang perempuan 52 tahun
dengan diagnosis ODS blefaritis anterior.
II. LAPORAN KASUS
SEORANG PEREMPUAN 52 TAHUN DENGAN
ODS BLEFARITIS ANTERIOR
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. SA
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat : Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
No CM : 78-17-96
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli Mata Rumah Sakit William
Booth tanggal 16 April 2019 pukul 10.30
Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak mata kiri atas
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada hari Selasa, 16 April 2019 pukul 10.30 WIB di Poli Mata RS
Wiliam Booth
Status Praesen
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5=15)
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Mesosefal
Thorax : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan nnll : Preaurikula (-/-)
Submandibuler (-/-)
D. RESUME
Seorang perempuan usia 52 tahun datang ke poliklinik mata Rumah
Sakit William Booth dengan keluhan terdapat benjolan yang terasa gatal dan
mengganjal pada palpebra superior okuli sinistra sejak 4 hari yang lalu.
Bengkak (+), nyeri tekan (+), gatal (+), secret mata (+), lengket saat bangun
tidur (+), lakrimasi (+) silau (+), visus menurun (-),febris (-). Kebiasaan tidak
pernah menutup kaca helm saat berkendara motor
Status praesens : Dalam batas normal
Status generalis : Dalam batas normal
Status Oftalmologi :
G. TERAPI
ODS :
- Kompres hangat pada benjolan 4-6 x/hari selama 15 menit
- Bersihkan kelopak mata dengan baby shampoo
- Doksisiklin tab 100 mg 2x1
- Cendo lytrees 6x1 ods
- Kontrol 1 minggu lagi
H. PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Visam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Sanam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Vitam Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam Ad Bonam
I. SARAN
Kontrol 7 hari kemudian untuk evaluasi kondisi pasien.
J. EDUKASI
Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan pada mata pasien terjadi karena
adanya peradangan pada kelopak mata kiri pasien
Menjelaskan pada pasien bahwa kemungkinan penyebab peradangan pada
kelopak mata pasien adalah karena infeksi
Menjelaskan pasien tentang tatalaksana pada penyakit ini yaitu dengan
kompres hangat 4-6 kali selama 15-20 menit disertai pemberian obat oral
antibiotik.
Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan mata dan
tangan. Pasien dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan mata, serta sebelum memberi obat tetes mata.
Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga asupan nutrisi yang baik,
serta istirahat yang cukup.
Menjelaskan pada pasien untuk mematuhi terapi yang sudah disarankan
dokter, agar cepat sembuh dan terhindar dari komplikasi penyakit.
Menjelaskan kepada pasien agar menggunakan helm saat mengendarai
sepeda motor agar tidak terpapar langsung terhadap faktor resiko seperti
debu, serangga, dll.
Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali 7 hari guna evaluasi
keadaan pasien.
.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula zeiss dan moll. Glandula zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat
bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan
tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale
inferius menyatu dengan tarsus inferior.9
Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah
muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah
tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
Gambar 1. Anatomi palpebrae superior et inferior
B. Definisi Blefaritis
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.
Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak
mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat
kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera,
atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri
(blefaritis posterior).
Gambar 2. Blefaritis Anterior
Blefaritis Seboroik
Gejala yang timbul :
- Tepi kelopak mata yang hiperemis dn berminyak, disertai kerontokan
bulu mata
- Skuama yang terbentuk halus dan dapat berlokasi dimana saja pada
tepi kelopak mata, maupun menempel pada bulu mata.
3) Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama
yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang yang berambut minyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa
gatal dan panas. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna
halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini
mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan
blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien.
Blefaritis Skuamosa
4) Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus
yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis
ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila
diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan
dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila
ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik
sistemik dan diberi roboransia.
Blefaritis Ulseratif
5) Blefaritis angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak
atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata
(kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan
oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini biasanya bersifat rekuren.
Befaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat.
Penyulit pada punctum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.
Blefaritis angularis
6) Blefaritis meibomanitis
Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun
perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah
dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.
Blefaritis Virus
1) Herpes Zoster
Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraf trigeminus
Biasanya.virus ini akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-
gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Tanda-tanda
yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan
infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus
pada infeksi herpes zoster mata.
2) Herpes Simplex
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan
yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simplex kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simplex yang merupakan radang tepi
kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi
bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
Blefaritis Jamur
- Infeksi superficial
- Infeksi jamur dalam
- Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan higiene
yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di
daerah margo palpebra.
D. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata
karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang
dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan
oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan
fungsi kelenjar meibom.
1. Blefaritis stafilokokus
Sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata
Hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis
Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis
Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak
mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis
Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi
2. Blefaritis seboroik
Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.
3. Blefaritis posterior
Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian
Penyumbatan lubang kelenjar meibomian
Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan keluarnya cairan meibomian
keruh atau seperti pasta gigi.
Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.
Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tepi kelopak
atau dalam kantus.
Perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior.
E. Penatalaksanaan
Tatalaksana Non-Farmakologis
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat
basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Tepi kelopak mata
dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel, seperti
ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Selain itu, beberapa
sumber menyebutkan bahwa penggunaan baby shampoo juga dapat
digunakan untuk membersihkan kelopak mata. Teknik membersihkan
kelopak mata adalah dengan menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari
tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan
konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin
berbahaya
Tatalaksana Farmakologis
Pada blefaritis bakterial, dapat diberikan antibiotik sistemik, tetrasiklin
2x250 mg atau eritromisin 3x250mg atau sesuai dengan hasil kultur. Selain
itu, dapat pula digunakan salep antibiotik seperti salep eritromisin atau
sulfacetamide.
Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik. Antibiotik diberikan
bila terdapat infeksi sekunder.
Pada blefaritis yang disebabkan oleh jamur, infeksi superfisial diobati
dengan griseofulvin 0,5-1mg gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi
dan diteruskan sampai 1-2minggu setelah gejala menurun.
F. Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi.
Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus
cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering
merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang
mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut
dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode
blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan
yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.