Anda di halaman 1dari 36

Asfiksia dan Tenggelam

Zahran Haryawan
Toddy Prananda
Asfiksia

 Tidak ada atau kurangnya pulsasi (Greek).


 Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan serangkaian kondisi
yang disebabkan oleh kekurangan oksigen, baik parsial (hypoxia)
atau total (anoxia).
 Dalam kedokteran forensik sering digambarkan sebagai situasi
ketika terdapat obstruksi antara mulut dan hidung ke alveoli.
Fase Asfiksia

 Fase Dispnea: ↓ O2 dan ↑ CO2 → stimulate


pusat pernapasan di medulla → ↑ nadi,
pernapasan, dan BP → mulai tampak
sianosis (terutama wajah dan tangan)
 Fase Konvulsi:↑ CO2 → stimulate sistem
saraf pusat → kejang (klonik-tonik-spasme
opistotonik); pupil melebar dan denyut
jantung pelan
 Fase respirasi pre-terminal: depresi pusat
pernapasan
 Fase gasping: terjadi refleks respirasi
 Fase akhir: paralisis pusat pernapasan
lengkap → tidak ada pergerakan
pernapasan, arefleksia; dilatasi pupil
Tanda Klasik

 Petechia perdarahan pada kulit, wajah, and kelopak mata


 Kongesti dan edema pada wajah
 Cyanosis pada kulit wajah
 Kongesti jantung kanan dan abnormal komponen cairan darah
Ptechial Hemorrhages

 Kumpulan bintik darah dengan


ukuran bervariasi (0,1-2 mm)
 Sering ditemukan pada kulit,
sklera/ konjuctiva, dan bagian
bawah membran serosa toraks
seperti pleura atau epikardiaum
 Petechie pada visceral pleura →
“Tardieu’s spots”
 Disebabkan oleh peningkatan
tekanan vena secara akut →
distensi berlebih → pecahnya
venula perifer yang berdinding
tipis
2. Kongesti dan Edema 
• Kongesti disebabkan oleh obstruksi aliran balik vena. 
• Kongesti seringkali berhubungan dengan edema yang terjadi akibat transudasi cairan melalui
dinding kapiler dan venula. 
• Pada kasus strangulasi, dapat ditemukan wajah, bibir, lidah, serta faring dan laring
3. Cyanosis
• Perubahan warna kulit menjadi ungu atau biru gelap ketika oksigen berkurang
• Timbul setelah terjadinya kongesti pada wajah karena darah dengan hb tereduksi yang telah
digunakan untuk perfusi kepala dan leher tidak dapat kembali
4. Pembengkakan Jantung Kanan dan Abnormalitas fluiditas darah
• Semua jenis kematian kongestif, seperti gagal jantung primer, berhubungan dengan
pembengkanan atrium dan ventrikel kanan akibat peningkatan tekanan vena dan intrakardiak.
Pada korban selamat dari “asphyxial episode” pada pemeriksaan klinis dapat
ditemukan:
 Pain dan tenderness di leher dan sekitarnya
 Nyeri saat menelan
 Suara serak
 Kerusakan pada larynx dan hyoid bone serta kartilago sekitarnya
 Cyanosis
 Kongesti dan edema pada level diatas daerah penekanan
 Pendarahan dari mulut, hidung dan telingga
 Inkontinesi urin dan feses
Klasifikasi

Mechanical
• strangulation (starangulasi) → Tekanan pada leher oleh pengikat atau tangan, dll.
• hanging (penggantungan) → Tekanan pada leher karena pengikat yang
dikombinasikan dengan berat badan 
• choking (tersedak) → obstruksi fisik pada jalur nafas
• compression asphyxia (Kompresi) → tekanan pada dada atau perut yang
mengakibatkan gangguan fisik dengn gangguan bernafas secara efektif
• Smothering (pembekapan) → Obstruksi pada mulut/hidung yang menghambat nafas
Non-mechanical 
• Keracunan sianida
• Keracunan karbon monoksida

Lainnya
• Tenggelam
Mekanisme

Penekanan pada leher, meliputi:


• Manual strangulation
• Ligature strangulation
• Hanging

Tekanan pada leher ini dapat menyebabkan kematian dan mekanisme


yang bergantung pada tipe, lokasi, dan durasi penekanan
Obstruksi vena jugularis → menghambat venous return → cyanosis,
congestion, ptechiae
• Obstruksi arteri karotid → cerebral hypoxia
• Stimulasi carotid sinus baroreceptor → cardiac arrest
• Elevasi faring dan lidah → menutup sal. Pernafasan
Strangulasi

Strangulasi manual (pencekikan)


• Tekanan dilakukan menggunakan tangan
• Tanda Eksternal 
• Memar dan abrasi pada bagian depan & samping leher dan bawah rahang
• disebabkan oleh tekanan jari ( berbebentuk bulat/oval dengan ukuran sekitar 2 cm)
dan goresan kuku (berbentuk linear atau seperti bulan sabit)
• Tanda klasik asfiksia (jika tekanan dipertahankan cukup lama)
Ligature Strangulation (penjeratan)
• Penjeratan menggunakan benda pengikat seperti tali, kabel, dasi, dll.
• Terdapat tanda jeratan yang melingkari leher secara horizontal
• cyanosis, kongesti dan petechie di atas dari benda yang mengikat korban
→ Dapat ditemukan kerusakan tulang hyoid dan/atau kartilago hyoid
 
Hanging

• Adalah bentuk penjeratan dengan gaya yang diberikan pada leher berasar dari gaya
tarik gravitasi akibat berat tubuh
• Terdapat tanda pengikataan pada leher (terdapat diskontinuitas pada tanda yang
menunjukkan lokasi simpul penggantungan)
Choking

 Obstruksi internal dri saluran nafas bagian atas oleh benda atau
makanan yang tersangkut di faring atau laring

 Jika makanan memasuki laring saat penelanan, biasanya timbul


gejala tersedak seperti batuk, distress respirasi, dan sianosis
yang dapat berakibat fatal kecuali jika penyebab obstruksi
dihilangkan.

 Café coronary -> tersedak makanan yang cukup besar hingga


menutupi seluruh laring -> tidak dapat bersuara -> kematian
diam-diam -> baru diketahui penyebabnya setelah otopsi
Asfiksia Kompresi dan Posisional

Penekanan pada dinding dada dan/atau perut:: 


• dada tidak bisa ekspansi (fiksasi dinding dada)
• tidak dapat bernapas secara efektif
• tanda asfiksia
• kematian
• Asfiksia kompresi (traumatic or crush asphyxi): tanda klasik asfiksia yang
cukup jelas. ex: Tertimpa mesin berat, Penambang tertimpa tanah
 Asfiksia posisional/ postural (awkward body position) ex: Terjepit saat ingin
melewati jendela, Tertidur di kasur dengan posisi fleksi
Suffocation & Smothering

• Suffocation: berkurangnya konsentrasi oksigen dalam atmosfer yang


dihirup, dapat berakibat fatal
ex: terjadi pada kabin pessawat yang terdekompresiobstruksi mekanis saluran
napas atas
• Smothering: penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat
masuknya udara
Tanda:
•Jarang ditemukan tanda klasik asfiksia;
•Memar atau laserasi dari bagian dalam bibir;
•Memar di sekitar mulut dan hidung.
Sexual Asphyxia

• Autoerotic asphyxia: kematian yang terjadi selama melakukan beberapa


bentuk aktivitas sexual soliter.
• sexual asphyxia, sex hanging, asphyxiophilia, Kotzwarrism,
autoasphyxiophilia and hypoxyphilia: metode penggunaan alat berulang
untuk pengekangan/ penjeratan yang menyebabkan neck compression, 
memicu terjadinya hipoksia serebral. bertujuan untuk meningkatkan
respons seksual/gairah seks
• hal yang menegakkan diagnosis autoerotic asphyxiatio:
• bukti aktivitas seksual seorang diri;
• lokasi yang rahasia atau aman;
• bukti aktivitas serupa sebelumnya di masa lampau;
• tidak ada niat bunuh diri yang jelas;
• alat peraga yang tidak biasa, seperti penjerat (tali), pakaian, dan
pornografi;
• kegagalan peralatan atau pengaturan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas yang menyebabkan kematian
Keracunan karbon monoksida
• Terbentuk ketika terjadi pembakaran materi organik dengan oksigen yang kurang cukup
• Dapat dibentuk pada kendaraan bermotor, alat berbahan bakar BBM lainnya, pemanas,
barbeque.
• HbO2 + CO → COHb + O2
• Afinitas CO terhadap Hb sekitar 250 kali lebih besar dari Oksigen
• Terjadi hipoksia jaringan
Keracunan sianida
•Menghambat enzim cytochrome c oxidase -> menghambat penggunaan oksigen dalam sel
•Dosis tinggi dapat menyebabkan henti jantung dalam beberapa menit
Tenggelam
(Drowning)
Drowning Tenggelam (drowning) adalah proses
terjadinya gangguan pernapasan akibat jalan
napas terendam air (submersion) atau
terguyur di seluruh wajah (immersion).

Submersi merupakan keadaan dimana


seluruh tubuh, termasuk sistem pernafasan,
berada dalam air atau cairan.
imersi adalah keadaan dimana terdapat air/
cairan pada sistem konduksi pernafasan yang
menghambat udara masuk.
1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
setelah korban tenggelam.
2. Dry drowning. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran
pernapasan, akibat spasme laring.
3. Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam
(dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.
4. Immersion syndrome. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air
dingin akibat refleks vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan
faktor pencetus.

Klasifikasi
● Terlepas dari komposisi air / cairan, tenggelam adalah proses gangguan pernapasan akibat
submersion cairan sehingga dapat menyebabkan insufisiensi / kerusakan surfaktan paru, edema
paru, alveolitis, hipoksemia dan asidosis metabolik.
● Drowning dalah gabungan antara mechanical presence of water dalam saluran napas (mekanikal
asfiksia) dan perubahan cairan dan elektrolit yang bervariasi tergantung media (air laut/air tawar)
tempat imersi terjadi.
● Air tawar bersifat hipotonik dibandingkan dengan plasma sehingga ketika tertelan, akan lebih cepat
terserap ke aliran darah sehingga menyebabkan pengenceran elektrolit transien (tetapi secara klinis
tidak relevan) dan hipervolemia.
● Air laut bersifat hipertonik dibandingkan dengan plasma sehingga ketika tertelan mengakibatkan
cairan masuk ke alveoli, hiperkonsentrasi elektrolit plasma, dan hipovolemia. Tertelannya air laut
menyebabkan hilangnya surfaktan. Air garam dapat menghasilkan caira eksudat yang kaya protein di
alveolus, intertitial paru, dan membran basal alveolar sehingga menjadi keras dan sulit mengembang

Patofisiologi Tenggelam/DROWNING
● Teraspirasinya air tawar atau air laut mengarah ke sistemik hipoksemia 🡪 myocardial depression,
reflex pulmonary vasoconstriction dan merubah pulmonary capillary permeability 🡪 dapat
memicu terjadinya edem paru.
● Air laut dua kali lebih 'mematikan' daripada air tawar, bahkan dalam jumlah kecil (mis. sesedikit
30 mL) menyebabkan hipoksemia arteri.
● Asfiksia akibat spasme laring🡪Asfiksia karena gagging dan choking 🡪Refleks vagal 🡪Fibrilasi
ventrikel (dalam air tawar) 🡪 Edema pulmoner (dalam air asin).
Hal hal yang perlu diperhatikan

1.Tentukan identitas korban.


2.Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam.
3.Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning.
4.Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
5.Tempat korban pertama kali tenggelam.
Keterangan

1. Diperlukan informasi selengkap-lengkapnya mengenai kondisi


lingkungan sekitar TKP
2. Bila korban tenggelam adalah bayi maka dipastikan kasusnya adalah
kasus pembunuhan.
3. Bila seorang dewasa ditemukan mati pada tempat yang dangkal maka
dipikirkan unsur pidana, dimana korban sengaja dibuang untuk
mengacaukan penyidikan.
4. Bila bunuh diri maka perlu dipikirkan apakah kematiannya akibat
benturan keras sehingga bisa ditemukan kerusakan pada tulang kepala
atau leher
Estimasi Kematian

● Jika tidak ada kerutan pada bantalan jari 🡪 Kurang dari beberapa jam
● Jari tangan, telapak tangan dan kaki yang keriput 🡪 mulai dari setengah hari sampai 3 hari
● Dekomposisi awal, sering kali pertama di kepala dan leher, perut dan paha 🡪 4–10 hari
● Wajah dan perut kembung dengan pola marbling pada vena dan pengelupasan epidermis di tangan
dan kaki, dan kulit kepala yang licin 🡪 2-4 minggu
● Pengelupasan kulit yang parah, kehilangan otot dengan rangka eksposur, likuifaksi parsial 🡪 1–2
bulan.
● Waktu ini dapat dikurangi atau dilampaui berdasarkan adanya predator hewan, iklim yang berubah
dan keadaan jasmani
Manifestasi : Pemeriksaan Luar

● Mayat dalam keadaan basah, dengan adanya lumuran pasir,


lumpur dan benda – benda asing lain
● Mata setengah terbuka setengah tertutup
● Busa halus pada hidung dan mulut
● Washer woman's hand
Manifestasi : Pemeriksaan Dalam
● Busa halus pada saluran Nafas dan benda asing

●Emphysema aquosum(Pada pengirisan tampak cairan merah kehitaman bercampur buih)


●Edema aquosum.(Paru-paru akan membesar, lebih berat dan dapat mencapai berat 700-1000 gr)
● Bercak Paltauf (ungu, berbatas tegas), merupakan perdarahan intraalveolar (subpleural) akibat
pecehnya dinding alveolar karena peningkatan tekanan akiba ekspirasi yang dipaksakan)

● Distensi pada jantung kanan, dan pembuluh vena besar.


Partikel busa pada trakea akibata
Wydler Sign adanya aspirasi kimus
Pembesaran Paru disertai dengan
Aquosum Emfisima bercak Paltauf
Manifestasi : 1. Pemeriksaan diatom merupakan

Pemeriksaan Diatom pemeriksaan untuk melihat apakah


terdapat mikroskopik alga.
2. Diatom akan meningkat pada otak,
ginjal, sumsum tulang, dan lain-lain.
3. Meningkatnya jumlah diatom pada
organ internal → Korban kasus
tenggelam, dimana
4. Tipe dari diatom yang ditemukan akan
bergantung pada jenis tenggelam
Mekanisme peningkatan Diatom

Anda mungkin juga menyukai