Anda di halaman 1dari 27

Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Visum et Repertum diatur dalam undang-undang ini untuk mencari


1. Definisi serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
- keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas itu membuat terang tentang tindak pidana
permintaan penyidik yang berwenang tentanghasil yang terjadi dan guna menemukan
pemerikssaan medik manusia, baik hidup ataupun tersangkanya.
mati, bagian atau diduga bagian tubuh manusia, 3) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian
berdasarkan keahliannya, dibawah sumpah, untuk negara Republik Indonesia yang karena diberi
kepentingan peradilan wewenang tertentu dapat melakukan tugas
Nama Pangkat Singkatan Simbol Letak penyidikan yang diatur dalam undang-undang
PERWIRA TINGGI ini.
Pundak 4) Penyelidik adalah pejabat polisi negara
Jenderal Polisi Jend. Pol Republik Indonesia yang diberi wewenang
Komisaris Jendral Komjen Pol oleh undang-undang ini untuk melakukan
Polisi penyelidikan.
Inspektur Irjen Pol 5) Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
Jenderal Polisi penyelidik untuk mencari dan menemukan
Brigadir Jenderal Brigjen Pol suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
Polisi pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur
PERWIRA MENENGAH
dalam undang-undang ini.
Komisaris Besar Kombes Pol Pundak
KUHAP pasal 6 ayat (1) Penyidik adalah:
Polisi
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;
Ajun Komisaris AKBP
Besar Polisi
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
Komisaris Polisi Kompol diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
Peraturan Pemerintah no 58 tahun 2010  penyidik
PERWIRA PERTAMA POLRi berpangkat serendah-rendahnya Letnan
Ajun Komisaris AKP Pundak Dua (inspektur polisi dua) dengan pangkat PNS
Polisi minimal 2B, penyidik pembantu serendah-
Inspektur Polisi Iptu rendahnya sersan dua (brigadier polisi dua)
Satu 2. Landasan hukum
Inspektur Polisi Ipda
- Instruksi Kapolri No INS/E/20/IX/75
Dua
1) Mengadakan peningkatan penertiban prosedur
BINTARA TINGGI
permintaan/pencabutan Visum et Reperturn
Ajun Inspektur Aiptu Pundak
Polisi Satu kepada Dokter / Ahli Kedokteran Kehakiman.
Ajun Inspektur Aipda 2) Dalam mengirimkan seorang luka atau mayat
Polisi Dua ke Rumah Sakit untuk diperiksa, yang berarti
BINTARA pula meminta Visum et Repertum, maka
Brigadir Polisi Bripka Pundak jangan dilupakan bersama-sama si korban
Kepala atau mayat tadi mengajukan sekali permintaan
Brigadir Polisi Brippol tertulis untuk mendapatkan Visum et
Brigadir Polisi Briptu Repertum.
Satu 3) Dalam hal seorang yang menderita luka tadi
Brigadir Polisi Bripda akhirnya meninggal dunia, maka harus segera
Dua mengajukan surat susulan untuk meminta
TAMTAMA
Visum et Repertum. Dengan Visum et
Ajun Brigadir Abrippol Pundak
Repertum atas mayat, berarti mayat harus
Polisi
dibedah. Sama sekali tidak dibenarkan
Ajun Brigadir Abriptu
Polisi Satu
mengajukan permintaan Visum et Repertum
Ajun Brigadir Abripda atas mayat berdasarkan pemeriksaan luar
Polisi Dua saja.
Bhayangkara Bharaka 4) Untuk kepentingan di Pengadilan dan
Kepala mencegah kekeliruan dalam pengiriman
Bhayangkara Bharatu seorang mayat harus selalu diberi label dan
Satu segel pada ibu jari kaki mayat. Pada label itu
Bhayangkara Dua Bharada harus jelas disebutkan nama, jenis kelamin,
- Penyidik dan penyelidik umur, bangsa, suku, agama, asal, tempat
KUHAP UU no 8 tahun 1981 pasal 1 tinggal dan tanda tangan petugas POLRI yang
1) Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik mengirimkannya.
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil 5) Tidak dibenarkan mengajukan permintaaan
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Visum et Repertum tentang keadaan korban
undang-undang untuk melakukan penyidikan. atau mayat yang telah lampau yaitu keadaan
2) Penyidikan adalah serangkaian tindakan sebelum permintaan Visum et Repertum
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

diajukan kepada Doktermengingat rahasia Alat bukti yang sah ialah: a. keterangan saksi; b.
jabatan. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk; e. keterangan
6) Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika terdakwa
diadakan Visum et Repertum bedah mayat, - KUHAP pasal 186
maka adalah kewajiban petugas POLRI cq Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
Pemeriksa untuk secara persuasif nyatakan di sidang pengadilan
memberikan penjelasan perlu dan pentingnya - KUHAP pasal 187 poin c
autopsi, untuk kepentingan penyidikan, kalau Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat
perlu bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
(Barangsiapa yang mencegah, menghalang- dikuatkan dengan sumpah, adalah: c.surat
halangi, dan menggagalkan autopsi, diancam keterangan dari seorang ahli yang memuat
pidana penjara maksimal sembilan bulan atau pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
pidana denda maksimal empat ribu lima ratus sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
rupiah). secara resmi dan padanya;
7) Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali - Laporan Negara no 350 tahun 1937 pasal 1
Visum et Repertum tidak dapat dibenarkan. 1) Visa reperta yang dari dokter-dokter yang
Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan
diminta harus diadakan pencabutan/penarikan pada waktu menyelesaikan sekolah
kembali, maka hal tersebut hanya diberikan kedokteran di negeri Belanda atau Indonesia,
oleh Komandan Kesatuan paling rendah atau atas sumpah khusus sebagai dimaksud
tingkat Komres dan untuk kota besar hanya dalam pasal 2 mempunyai daya bukti dalam
oleh DAN TABES. Wewenang perkara-perkara pidana, sejauh itu
penarikan/pencabutan kembali Visum et mengandung keterangan-keterangan yang
Repertum tidak dapat dilimpahkan pada dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa
Pejabat/petugas bawahan. 3. Peran dan fungsi VeR
8) Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu Alat bukti (KUHAP pasal 184); Rekam medis; Jembatan
Dokter yang memeriksa mayat diberikan antara ilmu kedokteran dengan ilmu hukum
keterangan lisan tentang kejadian yang 4. Bagian Visum
berhubungan dengan matinya orang/korban 1) Kata Pro justitia : ditulis di bagian atas visum, sudah
tersebut. Petugas cq Pemeriksa wajib datang dianggap sama dengan materai. Kata pro justitia
menyaksikan dan mengikuti jalannya berarti demi keadilan, mengandung arti laporan yang
pemeriksaan mayat/ autopsi yang dilakukan dibuat untuk tujuan peradilan
oleh Dokter. 2) Bagian pendahuluan : berisi tentang waktu dan
9) Untuk menghindari hal-hal yang tidak tempat pemeriksaan, atas permintaan siapa dan no
diinginkan pada waktu Dokter melakukan serta tanggal surat, dokter dan pembantu yang
autopsi, pengamanan perlu dilakuakan oleh memeriksa, identitas korban, dan alasan
POLRI setempat. pemeriksaan
10) Dalam hal orang yang luka atau mayat itu 3) Bagian pemberitahuan : berisikan apa yang dilihat
seorang ABRI maka untuk meminta Visum et dan ditemukan
Repertum hendaknya menghubungi Polisi Hidup  Hasil pemeriksaan medis, mulai dari PF,
Militer setempat Kesatuan si korban. penunjang, tatalaksana
- KUHAP pasal 133 Mati  mulai dari pakaian dst sesuai dengan medrek
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan jenazah yg biasa ditulis
peradilan menangani seorang korban baik 4) Bagian kesimpulan : memuat inti sari dari hasil
luka, keracunan ataupun mati yang diduga pemeriksaan, disertai pendapat dokter yang
karena peristiwa yang merupakan tindak memeriksa / menyimpulkan kelainan yang terjadi
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan pada korban, jenis luka/cedera yang ditemukan. Jenis
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kekerasan, derajat luka, atau sebab kematian
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. 5) Bagian penutup : memuat pernyatan VeR dibuat atas
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana sumpah dokter, menurut pengetahuan yang sebaik-
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara baiknya dan sebenarnya. Cantumkan lembaran
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan Negara no. 350 tahun 1937 atau berdasarkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau KUHAP.
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan 5. Jenis Visum
bedah mayat. Berdasarkan sifat
- KUHAP pasal 179 ayat 1 - VeR sementara: visum lengkap yang belum dapat
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya disimpulkan. Diberikan setelah pemeriksaan dan
sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau korban perlu dirawat lebih lanjut. Di kesimpulan tidak
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan dicantumkan kulaifikasi luka karena masih dalam
keterangan ahli demi keadilan. pengobatan/perawatan
- KUHAP pasal 184 ayat 1
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

- VeR lanjutan: lanjutan VeR sementara, diberikan khususnya Polri). Bila hal ini tidak memungkinkan
setelah korban sembuh, meninggal, atau pindah baru ke dokter swasta.
RS/dokter h) Korban,baik hidup atau mati harus diantar sendiri
- Ver definitif: VeR lengkap yg memuat semua oleh petugas Polri, disertai surat permintaannya.
keterangan dan anlisis hasil pemeriksaan, bersifat Barang bukti dikirimkan bersama dengan surat
permanen permintaan VeR, dengan cara diantar oleh petugas
Berdasarkan jenis pidana (polisi), dalam hal barang bukti adalah jenazah,
- VeR perlukaan (termasuk keracunan)  untuk korban harus diberi label yang memuat identitas
mengetahui penyebab luka/sakit dan derajat jenazah, dilakukan dengan cap jabatan yang
parahnya luka/sakit diletekkan pada ibu jari kaki atau bagian dari jenazah,
- VeR kejahatan susila  kasus dugaan persetubuhan sesuai dengan apa yang diatur dalam KUHAP Pasal
yang diancam KUHP yaitu: pemerkosaan, 133 ayat (3)
persetubuhan pada wanita tidak berdaya.,
persetubuhan dengan wanita belum cukup umur Surat Kematian
Yang dibuktikan: adanya persetubuhan, kekerasan, 1. Definisi: surat yang dibuat oleh dokter berisi tentang
usia korban, adanya penyakit hubungan seksual, pernyataan kematian
kehamilan, kelainan psikiatri/kejiwaan sebagai akibat 2. Landasan Hukum
tindakan pidana tsb Peraturan bersama Mendagri dan Menkes no 15 tahun
- VeR jenazah 2010 no 162/MENKES/PB/I/2010 ttg pelaporan kematian
PL (pemeriksaan tanpa melakukan tindakan yang dan penyebab kematian
merusak keutuhan jaringan jenazah, tidak bisa Pasal 2
menentukan sebab kematian) (1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh
Otopsi dapat dilakukan apabla keluarga korban keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
tidak keberatan atau dua hari tidak ada tanggapan Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana paling
apapun dari keluarga korban. Bisa menentukan lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
sebab kematian kematian.
- VeR psikiatrik (pasal 44 KUHP) (2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada
6. Tahapan permintaan VeR ayat (1) harus melampirkan persyaratan:
 Penerimaan korban yang dikirim oleh penyidik a. surat pengantar dari RT dan RW untuk
 Penerimaan surat permintaan keterngan ahli mendapatkan surat keterangan kepala
 Pemeriksaan korban secara medis desa/lurah; dan/atau
 Pengetikan surat keterangan ahli b. KK dan/atau KTP yang bersangkutan;
 Penandatanganan surat keterangan ahli c. Surat keterangan kematian dari dokter yang
 Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa berwenang dari fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.
 Penyerahan surat keterngan ahli
(3) Dalam hal tidak ada dokter sebagaimana
7. Tata Cara Permintaan VeR
dimaksud pada ayat (2), surat keterangan
a) Permintaan harus secara tertulis,menggunakan
kematian dapat diberikan oleh perawat atau
formulir permintaan yang sesuai dengan kasus yang
bidan.
ditangani.
(4) Dalam hal kematian terjadi ditempat domisili,
b) Tidak dibenarkan meminta VeR tentang kejadian
pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada
yang sudah lampau, sebab merupakan rahasia
ayat (1) disampaikan kepada Instansi Pelaksana
jabatan dokter
atau UPTD Instansi Pelaksana melalui petugas
c) Pada permintaan harus ditulis mengapa korban
registrasi di desa/kelurahan.
dibawa ke dokter (memudahkan pemeriksaan),
Pasal 6
identitas dari korban dan peminta VeR,tanggal
(1) Setiap kematian yang terjadi diluar fasilitas
permintaan VeR juga harus dicatat saat/tanggal surat
pelayanan kesehatan harus dilakukan
permintaan VeR diterima oleh dokter
penelusuran penyebab kematian.
d) Surat permintaan ditandatangani oleh petugas
(2) Penelusuran penyebab kematian sebagaimana
penyidik yang berhak,sesuai perundang-undangan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan metode
yang berlaku
autopsi verbal .
e) Ditujukan kepada dokter. Prioritaskan dokter
(3) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat
pemerintah di tempat dinasnya
(2) dilakukan oleh dokter.
f) Di tempat yang ada fasilitas Rumah Sakit
(4) Dalam hal tidak ada dokter sebagaimana
Umum/Fakultas Kedokteran,permintaan ditujukan
dimaksud pada ayat (3) autopsi verbal dapat
pada bagian yang sesuai,yaitu
dilakukan oleh bidan atau perawat yang terlatih.
• Korban hidup: terluka dan kecelakaan lalu lintas
(5) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat
(ke bagian bedah) , kejahatan
(3) atau ayat (4) dilakukan melalui wawancara
susila/pemerkosaan ( ke bagian Kebidanan)
dengan keluarga terdekat dari almarhum atau
• Korban mati: ke bagian Kedokteran Kehakiman
pihak lain yang mengetahui peristiwa kematian.
g) Di tempat yang tidak memiliki fisilitas
(6) Pelaksanaan autopsi verbal sebagaimana
tersebut,permintaan ditujukan kepada dokter
dimaksud pada ayat (5) dikoordinasikan oleh
pemerintah (di Puskesmas atau dokter ABRI
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah a. Therapeutic grounds: dilakukan tanpa


setempat. memperhatikan usia kehamilan jika
3. Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian kehamilan dilanjutkan akan mengancam
- Sebab Kematian: penyakit/ cedera/luka yang kehidupan seorang wanita, atau dapat
bertanggungjawab atas terjadinya kematian menyebabkan kematian atau
WHO  part I: a. immediate cause; b. intermediate menyebabkan masalah pada fisik atau
cause; c. underlying cause mental
Part II: kondisi lain yang signifikan yg tidak b. Eugenic:dilakukan jika anak lahir dengan
berhubungan dengan underlying cause abnormalitas fisik atau mental yang
- Cara kematian: macam kematian yang serius seperti anencephaly, big head,
menimbulkan penyebab kematian Turner’s syndrome, Down syndrome
Di indo c. Humanitarian: dilakukan jika kehamilan
 Wajar: bila kematian terjadi sebagai akibat disebabkan oleh pemerkosaan.
luka/cedera/ pada seseorang yg semula telah Terminasi kehamilan atas dasar
mengidap suatu penyakit kemanusiaan.
 Tidak wajar: akibat kecelakaan, bunuh diri, d. Social grounds: terminasi kehamilan
pembunuhan, tidak tertentukan, pada wanita yang sudah menikah jika: –
di LN Kehamilan disebabkan kegagalan
a. Natural metode kontrasepsi – Kehamilan
b. Accident dilanjutkan dapat menyebabkan
c. Suicide gangguan fisik atau mental akibat
d. Homicide: seseorang membunuh orang lain perubahan lingkungan sosial dan
e. Undetermined: bila setelah investigasi TKP, ekonom
pemeriksaan post mortem, tes lab, tidak ada Wajib consent dari wanita tsb
informasi yang mencukupi untuk menyatakan  Kriminalis: aborsi tidak dilakukan dibawah
bahwa org tsb matinya krn natural, homicide, hukum
suicide, atau accident + consent wanita hamil  penjara 3-7 tahun
f. Unclassified: + tanpa consent wanita hamil  penjara 10
- Mekanisme kematian: gangguan fisiologik dana tau tahun
biokimiawi yg ditimbulkan oleh penyebab kematian + tanpa consent wanita hamil + menyebabkan
sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat kematian wanita  penjara seumur hidup
terus hidup + consent wanita + menyebabkan kematian pd
4. Bagian Surat Kematian wanita tsb  penjara lebih dari 10 tahun
- Kop 3. Dasar Hukum Abortus Provokatus Kriminalis
- Nomor surat - KUHP pasal 346
- Identitas dokter yang menyatakan Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
- Identitas yang meninggal: nama, umur, JK, agama, mematikan kandungannya atau menyuruh orang
Alamat, kewarganegaraan lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
- Tanggal dinyatakan meninggal paling lama empat tahun.
- Sebab kematian - KUHP pasal 347
5. Fungsi SK: Perintah mengubur; Untuk asuransi, warisan; (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
Untuk transplantasi atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
Aborsi paling lama dua belas tahun.
1. Definisi (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
- Hukum: pengguguran kandungan/tindakan wanita tersebut diancam dengan pidana penjara
menghentikan kehamilan/ mematikan janin sebelum paling lama lima belas tahun.
waktu kelahiran tanpa memperhatikan usia - KUHP pasal 348
kandungan maupun kondisi bayi lahir hidup/mati (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
- Medis: keluarnya hasil pembuahan secara spontan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
sebelum mampu bertahan hidup (<20 minggu, persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
<500gr) paling lama lima tahun enam bulan.
2. Klasifikasi (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
- Abortus spontan: sebab  infeksi sistemik, HT. wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara
kelainan darah, trauma tumpul perut, cemas, paling lama tujuh tahun.
malformasi kongenital, abnormalitas genetik - KUHP pasal 349
- Abortus provakatus Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
 Terapeutikus: dilakukan oleh tenaga melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,
kesehatan (SpOG dan sudah menjadi asisten ataupun melakukan atau membantu melakukan
min 25 kasus terminasi kehamilan dibawah salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
supervise ahli, di RS/ faskes yg sudah diakui 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pemerintah) dibawah hukum pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian sebagaimana dimaksud dalam pasal 75
dalam mana kejahatan dilakukan. ayat(2) dipidana dengan pidana penjara paling
- KUHP pasal 283 lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
menggugurkan kandungan kepada anak dibawah rupiah)
usia 17 tahun/di bawah umur … (hukuman - PP RI no 61 tahun 2014 ttg Kesehatan Reproduksi
maksimum 9 bulan)  Pasal 31-35
- KUHP pasal 299 Pasal 31
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati (1) Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis;
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan atau b. kehamilan akibat perkosaan
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat (2) Tindakan aborsi akibat perkosaan
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan
empat puluh lima ribu rupiah paling lama berusia 40 (empat puluh) hari
- KUHP pasal 535 dihitung sejak hari pertama haid terakhir
Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka Pasal 32
alat/cara menggugurkan kandungan (KUHP pasal (1) Indikasi kedaruratan medis sebagaimana
535) hukuman maksimal 3 bulan. dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a
- UU no 36 tahun 2009 ttg kesehatan meliputi: a. kehamilan yang mengancam
 Pasal 75 nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau b.
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi. kehamilan yang mengancam nyawa dan
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada kesehatan janin, termasuk yang menderita
ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
a. indikasi kedaruratan medis yang maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang Pasal 33
menderita penyakit genetik berat dan/atau (1) Penentuan adanya indikasi kedaruratan
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut dilakukan oleh tim kelayakan aborsi.
hidup di luar kandungan; atau (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang tenaga
menyebabkan trauma psikologis bagi korban kesehatan yang diketuai oleh dokter yang
perkosaan. memiliki kompetensi dan kewenangan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Dalam menentukan indikasi kedaruratan
(2) hanya dapat dilakukan setelah melalui medis, tim sebagaimana dimaksud pada ayat
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan (1) harus melakukan pemeriksaan sesuai
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan dengan standar.
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten (4) Berdasarkan hasil pemeriksaan
dan berwenang. sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tim
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kedaruratan medis dan perkosaan, membuat surat keterangan kelayakan aborsi.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Pasal 34
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (1) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana
 Pasal 76 dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf b
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal merupakan kehamilan hasil hubungan seksual
75 hanya dapat dilakukan: tanpa adanya persetujuan dari pihak
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) perempuan sesuai dengan ketentuan
minggu dihitung dari hari pertama haid peraturan perundang-undangan.
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; (2) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan: a.
keterampilan dan kewenangan yang memiliki usia kehamilan sesuai dengan kejadian
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; perkosaan, yang dinyatakan oleh surat
c. dengan persetujuan ibu hamil yang keterangan dokter; dan b. keterangan
bersangkutan; penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai
d. dengan izin suami, kecuali korban adanya dugaan perkosaan.
perkosaan; dan Pasal 35
e. penyedia layanan kesehatan yang (1) Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh medis dan kehamilan akibat perkosaan harus
Menteri. dilakukan dengan aman, bermutu, dan
 Pasal 194 bertanggung jawab.
Setiap orang dengan sengaja melakukan (2) Praktik aborsi yang aman, bermutu, dan
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

pada ayat (1) meliputi: a.dilakukan oleh dokter dapat ditemukan priduk konsepsi, benda asing seperti
sesuai dengan standar; b.dilakukan di fasilitas pin, stik aborsi, cairan/duh tubuh/sekret dan lain-lain. Jika
pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat wanita tersebut meninggal karena sepsis, dapat
yang ditetapkan oleh Menteri; c.atas ditemukan pus di dalam kavum uterus. Kadang, perforasi
permintaan atau persetujuan perempuan hamil uterus atau usus juga dapat ditemukan.
yang bersangkutan d.dengan izin suami, 1) Pemeriksaan luar seperti biasa
kecuali korban perkosaan; e.tidak diskriminatif; 2) Autopsi: dianjurkan pembukaan abdomen sebagai
dan f. tidak mengutamakan imbalan materi. langkah pertama. Periksa pembesaran
 Pasal 37 uterus,krepitasi, luka atau perforasi. Lkaukan tes
(1) Tindakan aborsi berdasarkan indikasi emboli udara pada vena kava inferior dari jantung
kedaruratan medis dan kehamilan akibat dan urin untuk uji toksikologik, urin untuk
perkosaan hanya dapat dilakukan setelah pemeriksaan kehamilan
melalui konseling 3) Mikroskopik: untuk menemukan sel
 Pasal 39 polimorfonuklear sebagai tanda intravitalitas
(1) Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan 4) Umur janin atau usia kehamilan
kepada kepala dinas kesehatan 5) Kaitan genetik janin/aborsi dengan ibu
kabupaten/kota dengan tembusan kepala 9. Pemeriksaan Fetus
dinas kesehatan provinsi. Pemeriksaan usia, jenis kelamin dan perkembangan
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat fetus juga harus dilakukan. Untuk menentukan usia fetus,
(1) dilakukan oleh pimpinan fasilitas pelayanan digunakan Haase’s rule, yang menyatakan panajng dari
kesehatan. fetus dalam centimeter dibagi 5 adalah usia kehamilan
4. Metode Aborsi dalam bulan (usia fetus).
- Metode medis 1) First Month: Panjang sekitar 1 cm. Mata dlaam
- Metode operasi: vakum, DC, histerotomi, bentuk titik gelap. Saraf tulang belakang terlihat
histerektomi pendek. Mulut masih berupa celah. Pada usia 1
- Metode abortus provokatus kriminalis bulan, ukuran fetus sangat kecil, sehingga dapat
 Obat-obatan: ecbolics, emmenagogues, tersamarkan dengan gumpalan darah
irritant, racun sistemik, pil aborsi 2) Second Month: Panjang sekitar 4 cm. Mulut dan
 Kekerasan: umum, local hidung terpisah. Anus terlihat sebagai titik hitam.
 Unskilled abortion Jenis kelamin belum bisa dibedakan. Terdapat
5. Komplikasi Aborsi pusat osifikasi di mandibula, klavikula, rusuk, dan
Perdarahan, syok, emboli udara, inhibisi vagus, tulang belakang.
keracunan obat abortivum, infeksi dan sepsis, lain-lain 3) Third Month: Panjang sekitar 9 cm. Plasenta mulai
6. Kepentingan Mediko-Legal terbentuk. Kepala dipisahkan dari tubuh oleh leher.
Dokter harus dapat mengetahui: (a) Apakah wanita Mata dan mulut tertutup. Jenis kelamin belum jelas.
tersebut baru melakukan aborsi (b) Pemeriksaan pada Pusat osifikasi terlihat pada mayoritas tulang.
jenazah wanita yang meninggal karena tindakan aborsi Jantung terbagi menjadi 2 kamar.
kriminal 4) Fourth Month: Panjang sekitar 16 cm. Berat 100
7. Pemeriksaan Korban Abortus (Pada Korban Hidup) gram. Jenis kelamin sudah dpaat dibedakan.
Wanita yang baru melakukan aborsi memiliki tanda-tanda Tulang tengkorak sebagian mengalami osifikasi.
yang sama dengan wanita hamil. Pada serviks terdapat Fetus dapat melalui x-ray. Kantung empedu mulai
cairan/duh tubuh/sekret dan sedikit terbuka. Beberapa terbentuk.
robekan vagina dapat terlihat. Robekan tersebut dapat 5) Fifth Month: Panjang 25 cm, berat 300 gram,
disebabkan oleh alat yang digunakan saat dilakukan rambut sudah mulai tumbuh pada kulit kepala/.
aborsi. Pusat osifikasi pada pubis. Empedu terlihat.
1) Tanda kehamilan: perubahan payudara, 6) Sixth Month: Panjang 30 cm, berat 700 gram. Pusat
pigementasi, hormon, mikroskopik misalnya osifikasi pada sternum. Bulu mata mulai muncul.
pemeriksaan sel trofoblas 7) Seventh Month: Panjang sekitar 35 cm, berat 1400
2) Usaha penghentian kehamilan: kekerasan pada gram. Pusat osifikasi pada talus. Perkembangan
genitalia interna dan eksterna, serta perut bagian secara keseluruhan sudah mulai terlihat.
bawah 8) Eighth Month: Panjang 40 cm, berat 2 kg, pusat
3) Toksikologik: untuk mengetahui obat/zat yang osifikasi pada tulang belakang terakhir dan sakrum.
menyebabkan abortus Pada bulan ini, fetus sudah dapat hidup dan
4) Pemeriksaan intra-uterine fetal death: pemeriksaan menjadi fokus medikolegal setelah 210 hari.
mikroskopik sisa jaringan 9) Ninth Month: Panjang 45 cm, berat 2,5 kg. Skrotum
5) Kaitan genetik janin dengan tersangka ibu mendapatkan 2 testis. Pusat osifikasi pada epifisis
8. Pemeriksaan Jenazah Wanita yang Meninggal femur. 10. Tenth Month: Anak sudah matur dan
disebabkan Abortus Provokatus Kriminalis dapat hidup independen. Panjang 50 cm, berat 3
Tanda-tanda kehamilan pada tubuh jenazah wanita kg.
korban aborsi kriminal juga dapat ditemukan, seperti
pembesaran payudara. Tubuh wanita terlihat lebih pucat, Infanticide
yang menandakan kematian disebabkan oleh syok 1. Definisi: pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan
hemorrhagik. Pada pemeriksaan vagina dan uterus, yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya (ibu)
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

ketika dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan gambaran mozaik dan marmer, konsistensi
(waktu), karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan seperti spons, teraba derik udara, serta uji
anak (psikis) apung paru positif. Secara pemeriksaan
2. Landasan hukum mikroskopik, paru tampak alveoli mengembang
- KUHP pasal 341 sempurna dengan atau tanpa emfisema
seorang ibu yang karena takut akan ketahuan obstruktif serta tidak terlihat adanya projection.
melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau Pada saluran cerna tampak udara pada foto
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas rontgen atau adanya makanan di lambung.
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak b. Tanda bayi lahir mati adalah adanya tanda-
sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. tanda maserasi, yaitu pembusukan intrauterin
- KUHP pasal 342 yang terjadi setelah 8-10 hari in-utero, vesikel
seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang dan bula berisi cairan kemerahan (kematian in-
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia utero 3-4 hari), epidermis berwarna putih dan
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan berkeriput, bau “tengik”, perlunakan tubuh, dada
atau tidak lama kemudian merampas nyawa terlihat mendatar, sendi,lengan dan tungkai
anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan lunak, paru-paru berwarna kelabu ungu, padat,
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana tidak teraba derik udara, serta uji apung paru
penjara paling lama 9 tahun. negatif
- KUHP pasal 343 - Umur Bayi?
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan a. Penentuan umur janin, dapat ditentukan dengan
342 dipandang bagi orang lain yang turut serta rumus De Haas1 : o Untuk 5 bulan pertama,
melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat umur
dengan rencana. gestasi (bulan) o Usia selanjutnya = umur
Pasal KUHP lain yg berhubungan dengan pembuangan gestasi (bulan) x 5.
anak lahir mati atau penelantaran anak
- KUHP pasal 181
barang siapa mengubur, menyembunyikan,
membawa lari atau menghilangkan mayat dengan
maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara
selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah
- KUHP pasal 305
barang siapa menempatkan anak yang umurnya
belum tujuh tahun untuk ditemukan atau
meninggalkan anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
- KUHP pasal 306
o Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304
dan 305 mengakibatkan lukaluka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama 7 tahun 6 bulan;
o Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara
paling lama 9 tahun.
- KUHP pasal 308 Bayi yang viable ialah bayi yang dapat hidup di
jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang luar kandungan lepas dari ibunya. Bayi disebut
tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah viable (dapat hidup di luar kandungan) jika
melahirkan, menempatkan anaknya untuk umur kehamilan >28 minggu, berat >1000g,
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud lingkar kepala >32 cm, panjang badan(kepala-
untuk melepaskan diri daripadanya, maka tumit) >35 cm, dan tidak ada cacat bawaan
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan fatal. Apabila bayi dilahirkan non-viable maka
306 dikurangi separuh. bayi memiliki kemungkinan besar untuk mati
3. Pemeriksaan Jenazah Bayi dikarenakan komplikasi atau kondisi alamiah
- Lahir hidup atau mati?  penting karena kalau lahir dan bukan karena pembunuhan.
mati bukan infanticide, Penentuan umur bayi ekstrauterin, dilakukan
a. Tanda bayi lahir hidup ialah dada sudah dengan melihat hal-hal berikut:
mengembang dan diafragma turun sampai sela  Udara dalam saluran cerna: o Dalam
iga. Secara pemeriksaan makroskopik, paru lambung-duodenum: hidup beberapa
sudah mengisi rongga dada dan menutupi saat o Usus halus: 1-2 jam o Usus besar:
sebagian kandung jantung, berwarna merah 5-6 jam o Rektum: hidup > 12 jam atau
muda tidak merata dengan pleura tegang, dengan tanda lainnya
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

 Mekonium: keluar semua 24 jam setelah (sefal hematom), molase, perdarahan dan robekan
lahir pada faks serebri merupakan tanda trauma lahir
 Hilangnya eritrosit berinti: 24 jam yang tidak dapat dipersalahkan kejadiannya pada si
 Deposit asam urat di ginjal: hari ke-2 ibu.
hingga 4 4. Pemeriksaan mayat bayi
 Perubahan tali pusat: apabila dipotong 1. Pemeriksaan Luar
maka koagulasi terjadi dalam 2 jam, Hal yang dinilai serupa dengan pada orang dewasa
mengering dalam 24 jam, dan mengalami tetapi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
penyembuhan dalam 10-12 hari lebih seksama, seperti:
 Perubahan sirkulasi darah (obliterasi  Bayi cukup bulan,prematur atau nonviable
arteri vena umbilicus 3-4 hari, duktus  Kulit, apakah sudah dibersihkan sebelumnya,
venosus 3- 4 minggu, foramen ovale keadaan verniks kaseosa,warna,berkeriput atau
menutup 3 minggu-1 bulan) tidak
- Ada tidaknya tanda perawatan? Melihat keberadaan  Mulut, apakah terdapat benda asing yang
tanda perawatan antara lain pemotongan dan menyumbat
perawatan tali pusat, pembersihan lemak bayi dan  Tali pusat, apakah sudah terputus atau masih
bekas darah, serta adanya pakaian atau penutup melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah
tubuh bayi terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan
- Sebab Kematian? ujung potongan ke dalam air), apakah sudah
Sebab kematian dapat dibagi menjadi sebab alami, terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-
accidental (secara tidak disengaja), ataupun tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau
pembunuhan. Wharton’s Jelly berpindah tempat, apakah
a. Sebab alami dapat berupa bayi yang non- terputusnya dekat uri atau pusat bayi
viable atau prematur, cacat bawaan yang fatal,  Kepala, apakah terdapat kaput suksedaneum,
dan lain-lain. molase tulang tengkorak
b. Sebab kematian accidental dapat berupa  Tanda kekerasan, perhatikan tanda
salah satunya oleh distosia, kematian ibu, pembekapan di sekitar mulut dan hidung serta
tercekik tali pusat, partus presipitatus ataupun memar pada mukosa bibir dan pipi, tanda
trauma lahir. Pada kasus trauma lahir, akan pencekikan atau jerat pada leher,memar atau
tampak tanda kekerasan seperti kaput lecet pada tengkuk dan lain-lain
suksadeneum (edema pada kulit kepala 2. Pemeriksaan Dalam
bagian dalam berwarna kemerahan), sefal  Leher, apakah ada tanda-tanda penekanan,
hematom (perdarahan di antara periosteum resapan darah pada kulit sebelah dalam atau
dan permukaan luar tulang atap tengkorak benda asing dalam jalan nafas
yang tidak melewati sutura tulang tengkorak),  Mulut, apakah terdapat benda asing dan
fraktur tulang tengkorak, dan perdarahan robekan pada palatum mole
intracranial.  Rongga dada, uji apung paru
c. Kematian yang disebabkan pembunuhan  Tanda asfiksia, yaitu Tardieu’s spot pada
dapat berupa perlakuan ibu yang melukai permukaan paru, jantung, timus, dan epiglotis
anak ataupun perlakuan ibu yang  Tulang belakang, apakah terdapat tanda
menelantarkan anak. Pada kasus kekerasan dan kelainan kongenital
pembunuhan, cara yang digunakan antara lain  Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus,
menimbulkan asfiksia (pembengkapan, talus, dan kuboid
penjeratan, pencekekikan, penenggelaman),
 Kepala
kekerasan tumpul (ada tanda patah atau retak
tulang tengkorak), senjata tajam, membakar, Tanatologi
racun, dan sebagainya.
1. Definisi: ilmu yang memperlajari tentang kematian dan
Untuk mengetahui penyebab kematian perlu
perubahan yang terjadi setelah kematian
diperhatikan tanda-tanda mati lemas (sianosis,
2. Definisi Mati
bintik-bintik perdarahan pada jaringan longgar,
- PP no 18 tahun 1981  keadaan insani yang
lebam mayar yang lebih gelap dan luas, busa halus
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
dari lubang hidung/ mulut, tanda bendungan alat
bahwa fungsi otak, pernafasan dana tau denyut
dalam), keadaan mulut dan sekitar (lecet, memar,
jantung seseorang telah berhenti
benda asing, luka tusuk, sayat), keadaan leher dan
- WMA Declaration of Sydney  irreversible
sekitarnya (luka lecet, jejas jeratan), atau adanya
cessation of all function of the entire brain stem or
tanda-tanda terendam (telapak keriput dan pucat,
irreversible cessation of circulatory and respiratory
kulit berbintil-bintil, dan benda asing di trakea).
function
Penentuan sebab kematian harus berhati-hati pada
- UU no 36 thn 2009 pasal 117  jika fungsi sistem
kasus yang diduga trauma lahir yang
sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah
penampakannya mirip dengan kekerasan pada
berhenti secara permanen
kepala. Adanya perdarahan dan edema pada kulit
- SKPB IDI th 88  Seseorang dinyatakan mati
(kaput suksadenum), perdarahan subperiosteal
bilamana:Fungsi spontan pernapasan dan jantung
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

telah berhenti secara tidak pasti atau irreversible, Kematian klinis  eritrosit menempati tempat
ataubila terbukti telah terjadi kematian batang otak. terbawah karena pengaruh gravitasi 
3. Jenis Mati mengisi vena dan venula  membentuk
- Mati somatis (mati klinis): terhentinya fungsi tiga bercak warna merah ungu (livide) pada bagian
sistem penunjang kehidupan (susunan saraf pusat, terbawah tubuh, kecuali bagian tubuh yang
sistem kardiovaskular, sistem pernapasan) yang tertekan alas keras
menetap atau ireversibel. Tanda-tanda secara  Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit
klinis: pasca mati, makin lama semakin lengkap dan
a. Refleks-refleks tidak ditemukan menetap dalam waktu 8-12 jam. Sebelum
b. EEG mendatar waktu ini, lebam mayat masih hilang pada
c. Nadi tidak teraba penekanan dan dapat berpindah jika posisi
d. Denyut jantung tidak terdengar mayat diubah.Tetapi lebam masih dapat timbul
e. Tidak ada gerak pernapasan selama 24 jam karena sejumlah darah masih
f. Suara nafas tidak terdengar saat auskultasi cukup cair, masih dapat mengalir dan
- Mati suri (suspended animation, apparent death): membentuk lebam mayat di tempat terendah
terhentinya ketiga fungsi tersebut yang ditentukan yang baru.
dengan alat kedokteran sederhana. Jika  Lebam mayat yang menetap disebabkan oleh
menggunakan alat kedokteran canggih, masih sel-sel darah merah yang tertimbun cukup
daoat dibuktikan bahwa ketiga fungsi tersebut banyak sehingga sulit berpindah. Kekakuan
masih berfungsi dinding pembuluh darah ikut mempersulit
- Mati seluler: kematian organ atau jaringan tubuh perpindahan sel darah merah.
yang timbul beberapa saat setelah kematian  Selain menentukan waktu kematian, lebam
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ mayat dapat digunakan untuk memperkirakan
atau jaringan berbeda-beda, sehingga kematian sebab kematian dengan cara melihat warna
seluler pada setiap organ atau jaringan tidak dari lebam tersebut. Normalnya lebam mayat
bersamaan. Pegetahuan ini penting jika akan berwarna merah kebiruan. Lebam berwarna
melakukan transplantasi organ. merah terang pada keracunan CO atau CN,
- Mati serebral: kerusakan kedua hemispehere otak warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit,
yang ireversibel, kecuali batang otak dan nitrat, sulfonal.
serebelum. Fungsi pernafasan dan kardiovaskular  Lebam mayat dapat dibedakan dengan
masih berfungsi dengan bantuan alat. resapan darah akibat trauma dengan cara
- Mati otak (mati batang otak): telah terjadi kerusakan dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan
seluruh isi neronal intrakranial yang ireversibel, air. Warna merah akan hilang atau pudar pada
termasuk batang otak dan serebelum lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak
4. Tanda tidak pasti kematian akan menghilang.
- Pernafasan berhenti, dinilai selama 10 menit  Lebam VS memar
(inspeksi, auskultasi, palpasi) Lebam Memar
- Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi Lokasi Bawah Tempat
karotis tidak teraba. trauma/reak
- Kulit pucat si jaringan
- Tonus otot menghilang dan relaksasi. Proses Di Di dermis
- Segmentasi pada pembuluh darah retina permukaa
- Kornea terlihat keruh karena kering (10 menit), n
masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air Warna Uniform Tidak
5. Tanda Pasti kematian Epitel Tidak Rusak
rusak
Rekasi jaringan (-) (+)
Histamine/seroton Turun Meningkat
in atau
normal
Waktu Post intravital
mortem

- Kaku mayat (Rigor Mortis)


 Mekanisme
Setelah kematian, kelenturan masih
- Lebam Mayat (Livor Mortis) dipertahankan karena masih terdapat
 Definisi: tanda pasti kematian berupa bercak metabolisme tingkat seluler (pemecahan
merah/keunguan pada tubuh mayat yang glikogen menjadi ATP) yang membuat serabut
diakibatkan oleh terkumpulnya eritrosit pada aktin dan miosin tetap lentur. Cadangan
bagian terbawah tubuh glikogen habis  ATP tidak terbentuk  aktin
 Mekanisme terjadinya lebam mayat: dan miosin menggumpal  kaku.
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

 Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa yang terjadi dalam keadaan steril akibat kerja
persendian. Kaku mayat mulai tampak setelah digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca
2 jam kematian klinis, dimulai dari bagian luar mati
tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam. Setelah  Setelah seseorang meninggal, flora normal
mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi bakteri dalam tubuh akan masuk kedalam
lengkap. Setelah itu kekakuan mayat jaringan. Darah menjadi media bagi bakteri
dipertahankan selama 12 jam, dan akan untuk tumbuh. Sebagian besar bakteri berasal
menghilang dalam urutan yang sama. dari usus, Clostridium weichii. Pada proses
 Tahap setelah mati: relaksasi primer/falccid pembusukan tersebut, terbentuk gas alkane
primer  onset kekakuan  relaksasi (H2S, HCN), asam amino, dan asam lemak.
sekunder/flaccid sekunder.  Pembusukan dimulai sekitar 24 jam post-
 Yang dilihat dari kaku mayat mortem berupa warna kehijauan pada perut
o Sebagian (otot kecil, 1-4 jam)/seluruh kanan bawah (area caecum). warna kehijauan
(otot besar, 3-36 jam) ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-
o Lengkap (24-36 jam)/belum lengkap (1- hemoglobin. Warna hijau ini kemudian akan
12 jam), dipertahankan (12-24 jam) menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau
o Mudah dilawan (1-12 jam, 24-36 busukpun mulai tercium. Pembuluh darah
jam)/susah dilawan (12-24 jam) bawah kulit akan tampak seperti melebar dan
 Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya berwarna hijau kehitaman. Selanjutnya kulit ari
kaku mayat: akan terkelupas atau membentuk gelembung
o aktivitas fisik sebelum mati berisi cairan kemerahan berbau busuk.
o suhu tubuh yang tinggi  Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding
o bentuk tubuh kurus dengan otot kecil tubuh akan mengakibatkan krepitasi. Gas
o suhu lingkungan tinggi tersebut akan menyebabkan pembengkakan
Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai terutama di daerah jaringan longgar seperti
kaku mayat: skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam
 Cadaveric spasm: bentuk kekakuan otot yang sikap seperti petinju (pugilistic attitude)
terjadi pada saat kematian dan menetap. dikarenakan akumulasi gas didalam rongga
Kekakuan dengan intensitas sangat kuat sendi.
tanpa didahului oleh relaksasi primer.  Akibat pembusukan, rambut menjadi mudah
Cadaveric spasm disebabkan oleh habisnya dicabut, kuku mudah terlepas, wajah
cadangan glikogen dan ATP yang bersifat menggembung berwarna ungu kehijauan,
setempat saat mati klinis karena kelelahan kelopak mata membengkak, pipi membesar,
atau emosi yang hebat sesaat sebelum bibir menebal, lidah membengkak.
meninggal.  Larva lalat akan ditemukan setelah
 Heat Stiffening: kekakuan otot akibat pembentukan gas pembusukan, sekitar 36-48
koagulasi protein otot oleh panas. Dijumpai jam post-mortem. Kumpulan telur dapat
pada korban yang mati terbakar. Serabut otot ditemukan di alis mata, sudut mata, lubang
memendek sehingga menimbulkan fleksi hidung, dan diantara bibir. Telur lalat akan
leher, siku, paha, dan lutut membentuk sikap menetas dalam waktu 24 jam. Identifikasi
petinju (pugilistic attitude) spesies lalat dan pengukuran panjang larva
 Cold stiffening: kekakuan tubuh akibat dapat digunakan untuk memperkirakan saat
lingkungan dingin, sehingga terjadi kematian, dengan asumsi lalat biasanya
pembekuan cairan tubuh termasuk cairan secepatnnya meletakkan telur setelah
sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan seseorang meninggal dunia.
dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan Siklus hidup
terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga Telur (menetas dalam waktu 1 hari)  instar 1
sendi. (1 hari, 2-5 mm)  instar 2 (1 hari, 6-14 mm)
- Penurunan Suhu Tubuh (algor mortis)  instar 3 (2 hari, 15-20 mm)  pre pupa (4
 Mekanisme: proses pemindahan panas dari hari)  pupa (10 hari)  lalat
suatu benda ke benda yang lebih dingin,  Faktor: Pembusukan akan timbul lebih cepat
melalui radiasi, konduksi, evaporasi, dan ketika suhu lingkungan optimal (sekitar 26.5⁰C
konveksi. - 37⁰C), kelembaban udara yang cukup,
 Kecepatan penurunan suhu (lebih cepat pada) terdapat banyak bakteri pembusuk, tubuh
dipengaruhi oleh suhu keliling (rendah), aliran yang gemuk atau menderita penyakit infeksi
dan kelembaban udara (rendah), bentuk tubuh dan sepsis. Mayat yang terdapat di udara
(kurus), posisi tubuh (terlentang), pakaian akan lebih cepat membusuk dibanding dengan
(tipis). yang terdapat dalam air atau dalam tanah
- Pembusukan dengan perbandingan kecepatan pembusukan
 Definisi: proses degradasi jaringan yang dalam tanah:air:udara yaitu 1:2:8. (Casper
terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. formula)
Autolisis: pelunakan dan pencairan jaringan - Adiposera (lilin mayat)
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

 Definisi: terbentuknya bahan yang berwarna masing menunjukkan kematian belum mencapai 10
keputihan,lunak,atau berminyak, berbau tengik jam dan 30 jam.
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh e. Perubahan pada cairan vitreus
post-mortem. Terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup
 terdiri dari asam lemak tidak jenuh post- akurat untuk memperkirakan saat kematian antara
mortem yang tercampur dengan sisa otot, 24-100 jam post-mortem.
jaringan ikat, jaringan saraf yang f. Reaksi supravital
termumifikasi. Reaksi supravital adalah reaksi jaringan tubuh
 Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat sesaat post-mortem klinis yang masih sama seperti
terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.
tubuh atau ekstremitas. Seluruh jaringan Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang
lemak tubuh berubah menjadi adiposera. masih segar, missal rangsang listrik masih dapat
Adiposera dapat membuat gambaran menimbulkan kontraks otot mayat hingga 90-120
permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga menit post-mortem dan mengakibatkan sekresi
bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat kelenjar keringat sampai 60-90 menit post-mortem.
dan perkiraan sebab kematian masih Sedangkan trauma masih dapat menimbulkan
dimungkinkan. perdarahan bawah kulit sampai 1 jam post-mortem
 Factor yang mempermudah pembentukan
adiposera yaitu kelembaban dan lemak tubuh Traumatologi
yang cukup. Sedangkan factor penghambat 1. Definisi luka: diskontinuitas jaringan akibat kekerasan
yaitu air mengalir yang dapat membuang 2. Luka Ringan  KUHP pasal 352
elektrolit. Luka Berat KUHP pasal 90
- Mumifikasi Luka berat berarti:
 Definisi: proses penguapan cairan atau • jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya menimbulkan bahaya maut;
dapat menghentikan pembusukan. • tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
 Jaringan berubah menjadi lebih keras dan jabatan atau pekerjaan pencarian;
kering, berwarna gelap,timbul keriput, dan • kehilangan salah satu pancaindera;
tidak membusuk dikarenakan kuman tidak • mendapat cacat berat;
dapat berkembang pada lingkungan yang • menderita sakit lumpuh;
kering. • terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, • gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
kelembaban rendah, aliran udara yang baik, 3. Klasifikasi luka
tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama Berdasarkan derajat: ringan, sedang, berat
(sekitar 12-14 minggu). Berdasarkan penyebab
6. Perkiraan saat kematian - Mekanik
Terdapat beberapa perubahan lain yang dapat  Kekerasan tajam
digunakan untuk memperkirakan saat mati. i. Ciri: tepi dinding luka rata, bentuk garis, tidak
a. Perubahan pada mata ada jembatan jaringan, dasar luka berbentuk
Pada mata yang terkena udara yang kering, sklera garis/titik
akan berwarna kecoklatan dan dalam beberapa jam ii. Berupa: luka iris/sayat, tusuk, bacok,
akan terbentuk taches noires sclerotiques (segitiga tangkis, percobaan
dengan dasar di tepi kornea). Kornea akan  Kekerasan setengah tajam
mengalami kekeruhan yang dimulai kira-kira sejak 6  Kekerasan tumpul
jam post-mortem. i. Luka memar:
b. Perubahan pada rambut 1. perdarahan dalam jaringan bawah kulit
Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang akibat pecahnya kapiler dan vena yg
mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau disebabkan oleh kekerasan benad
jenggotnya dan diketahui saat terakir mencukur tumpul
dengan berasumsi kecepatan tumbuh rambut rata- 2. umur luka memar: merah  ungu/hitam
rata adalah 0.4mm/hari. (4-5 hari)  hijau (7-10 hari)  kuning
c. Perubahan pada kuku hari ke 14-15)  hilang
Hal ini dapat digunakan untuk memperkiraan saat ii. Luka lecet
kematian apabila dapat mengetahui saat terakhir 1. Mekanisme: cedera pada epidermis yg
yang bersangkutan memotong kuku dengan asumsi bersentuhan dengan benda yg memiliki
pertumbuhan kuku sekitar 0.1mm/hari. permukaan kasar/runcing
d. Perubahan dalam cairan serebrospinal 2. Klasifikasi: luka lecet gores, seut, tekan,,
Kadar nitrogen asam amino <14mg% menunjukkan geser
kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen iii. Luka robek
nonprotein <80mg% menunnjukkan kematian belum 1. a/ luka terbuka akibat trauma benda
24 jam. Kadar kreatin <5mg% dan 10mg% masing- tumpul yg menyebabkan kulit teregang
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

ke satu arah dan melampaui elastisitas Metode Identifikasi Forensik


kulit 1. Primer
2. ciri: bentuk tidak berturan, tepi tidak rata, spesifik untuk tiap individu, dan bertahan tetap sepanjang
tampak jembatan jaringan, bentuk dasar hidup, hingga setelah meninggal, serta dapat diandalkan
luka tidak beraturan, sering tampak luka pembuktiannya secara ilmiah.
lecet/memar di sisi luka  Odontologi
 Akibat tembakan senjata api Dilakukan oleh ahli odontologi forensik, membandingkan
- Luka tembak masuk kondisi antemortem (data dari dokter gigi yang
i. Jarak jauh (>60 cm): hanya kelim lecet dikunjungi) dan postmortem.
ii. Jarak dekat (15-30 cm): semua kecuali Jenis gigi:
kelim api dan jelaga - Gigi susu : berjumlah 20
iii. Jarak sangat dekat (<15 cm): semua, - Gigi permanen : berjumlah 32, mulai erupsi untuk
khasnya kelim api dan jelaga menggantikan lokasi gigi susu pada umur 6-7
iv. Tempel: hanya jejas laras tahun.
*) jika pasien tidak memakai baju dan alat pelindung
- Luka tembak keluar
- Fisika
 Suhu
 Listrik
 Perbedaan tekanan udara
 Akustik
Radiasi
- Kimia: asam atau basa kuat

Otopsi
1. Definisi: pemeriksaan terhadap tubuh mayat,
meliputi PL maupun PD dengan tujuan menemukan
proses penyakit dana tau adanya cedera
2. Klasifikasi
- Autopsy klinik: perlu izin keluarga,  Sidik Jari
dilakukan terhadap mayat yg menderita Membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan
penyakit, dirawat di RS tapi kemudian data sidik jari antemortem. Pemeriksaan memiliki nilai
meninggal ketepatan yang tertinggi disbanding pemeriksaan
- Autopsy forensic/medicolegal: perlu VeR, lainnya. Metode tradisional (ink-based), modern (mesin
yang minta polisi, pemeriksaan harus scan).
lengkap, dilakuakn terhadap mayat
seseorang berdasarkan peraturan  Identifikasi DNA
perundang-undangan Membandingkan DNA jenazah dengan data antemortem
- Autopsy anatomi: untuk kepentingan (jika ada), atau dibandingkan dengan DNA keluarga inti
belajar (ayah/ibu/anak kandung) jenazah.
3. Teknik
- Virchow: organ dikeluarkan satu persatu Sampel DNA
lalu diperiksa - Lengkap, belum busuk: darah, apusan mukosa bukal
- Rokitansky: organ dilihat dan diperiksa - Termutilasi, belum busuk: darah, jaringan otot dalam
dengan melakukan irisan in situ, baru - Lengkap, sudah busuk/termutilasi: gigi sehat (terutama
seluruh organ dikeluarkan dalam molar), tulang kompak panjang, atau tulang lain dengan
kumpulan organ jaringan padat
- Letulle: organ leher, dada, diafragma, - Terbakar hebat: gigi impaksi/akar gigi/apusan kandung
perut, dikeluarkan sekaligus kemih
- Gohn: organ leher dan dada, organ
pencernaan, organ urogenital, diangkat Sampel DNA biasanya diambil dari jenazah  ekstraksi
keluar sebagai 3 kumpulan organ  jumlah sampel DNA (dalam nanogram)  amplifikasi
menggunakan PCR  ditranslasikan menggunakan
electropherogram (EPG)
Identifikasi Forensik
Upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik 2. Sekunder
untuk menentukan identitas seseorang. Metode identifikasi pendukung yang dapat berubah
sepanjang hidup dan setelah kematian serta tidak
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua bersifat individual.
metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak Data antropologi : tinggi badan, berat badan, usia,
meragukan) jenis kelamin, ras, warna kulit, warna mata
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Serologi : golongan darah dengan pemeriksaan Pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang,
rambut, kuku, atau tulang. Dapat juga berasal dari lebih berat dan lebih kasar serta impresi yang lebih banyak.
bercak-bercak darah yang terdapat pada pakaian.
Tanda Khusus pada tubuh Penentuan Jenis Kelamin Secara Histologik
Properti Prinsip penentuan secara histologik atau mikroskopik adalah
Dokumen berdasarkan pada kromosom. Bahan pemeriksaan diambil
Metode visual : dapat dilakukan dengan cara dari : kulit, lekosit, sel-sel selaput lendir pipi bagian dalam,
memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang sel-sel rawan, korteks kelenjar suprarenalis dan cairan
merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. amnion. sel PMN leukosit bentuk “drumstick” pada wanita >
(efektif pada jenazah yang belum membusuk, serta pria.
perhatikan faktor emosional keluarga)
Penentuan Umur
3. Eksklusi Perkiraan umur dibagi dalam tiga fase:
1. Bayi yang baru dilahirkan
Pembagian Ras Kriteria yang umum dipakai adalah : berat badan; tinggi
1. Warna kulit : coklat untuk orang india, terang untuk badan dan pusat-pusat penulangan.
orang eropa, dan hitam untuk negroid. 2. Anak-anak dan dewasa di bawah 30 tahun
2. Mata : gelap untuk orang india, hijau atau biru untuk Saat terjadinya unifikasi dari diaphyses memberi hasil
orang eropa dalam bentuk perkiraan.
3. Rambut : hitam, tipis untuk orang india; orang - Persambungan speno-occipital terjadi dalam umur 17-
eropa memiliki warna terang, coklat muda, atau 25 tahun. Pada wanita saat persambungan tersebut
kemerahan. antara 17-20 tahun.
- Tulang selangka merupakan tulang panjang yang
Pertumbuhan Sekunder terakhir mengalami unifikasi, dimulai pada umur 18-25
Pria tahun dan usia diatas 31 menjadi lengkap.
 14 tahun : rambut-rambut halus mulai muncul di 3. Dewasa diatas 30 tahun
bagian pubis, testis mulai membesar dan penis Perkiraan umur dilakukan dengan memeriksa tengkorak,
mulai berkembang yaitu sutura-suturanya. Penutupan pada bagian
 15 tahun : rambut pada pubis sudah moderate dan tabulainterna biasanya mendahului tabulaexterna.
mulai muncul rambut di axilla. - Suturasagitalis, coronarius dan suturalambdoideus
 16 tahun : rambut pada pubis sudah banyak mulai menutup pada umur 20-30 tahun.
tumbuh dan genital mendapatkan ukuran - Lima tahun berikutnya terjadi penutupan suturaparieto-
dewasanya mastoid dan suturasquamaeus.
 16-18 tahun : facial hair mulai muncul dan suara
menebal Asfiksia
Wanita
 13 tahun : payudara mulai berkembang dan rambut- PL:
rambut halus mulai bermunculan di mons pubis, - Sianosis pada bibi, ujung jari, kuku
labia mulai berkembang, dan menstruasi dimulai - Lebam mayat lebih gelap
 14-15 tahun : pubic hair semakin banyak dan mulai - Busa halus pada hidung dan mulut
muncul rambut-rambut halus di ketiak. - Tardieu spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra
- Tanda kekerasan dan perlawanan
Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin dapat dinilai dari penampilan PD:
wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian serta ciri-ciri - Darah lebih gelap dan encer
seks dan pertumbuhan buah dada. - Busa halus di saluran pernapasan
- Perbendungan sirkulasi pada organ
Penentuan Jenis Kelamin Pada Rangka - Tardieu spot pada mukosa organ dalam (pericardium,
Panggul (90%) mukosa epiglottis, subglotis)
Indeks ischium-pubis pada wanita 15 % > pria (pada > 90 % - Edema paru
wanita). Indeks diukur dari ischium dan pubis saat bertemu - Tanda kekerasan
acetabulum.
Tenggelam
Tengkorak (90%)
Ciri utama adalah tonjolan diatasorbita (supra orbital ridge); PL:
processusmastoideus (pria lebih besar dibanding wanita); - Mayat basah, mungkin berlumuran pasir dan lumpur
palatum, bentuk rongga mata dan rahang bawah. - Busa halus pada hidung dan mulut
- Mata setengah terbuka atau tertutup
Tulang Dada - Kutis anserine
Pada wanita manubrium sterni melebihi separuh panjang - Washer woman’s hand
corpus sterni. - Cadaveric spasm
- Luka lecet akibat gesekan benda dalam air
Tulang Panjang
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Pasal 284
PD: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
- Busa halus dan benda asing seperti pasir pada saluran bulan:
pernapasan l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak
- Paru-paru membesar dan memberat (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku
- Paltauf spot pada paru-paru baginya,
- Pembendungan organ dalam (otak, ginjal, hati) b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak,
- Lambung membesar berisi air dan lumpur padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu,
Mati Mendadak padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah
kawin;
Definisi (WHO) b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta
Kematian dalam kurun waktu 24 jam setelah munculnya melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa
gejala. yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
baginya.
Definisi (Simpson) (2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan
Kematian dalam kurun waktu 24 jam setelah munculnya suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku
gejala, namun dalam praktik forensik biasanya hanya pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti
dalam detik hingga menit setelah munculnya gejala. dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang
karena alasan itu juga.
Kejahatan Seksual (3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan
75.
Menurut WHO, Kejahatan seksual merupakan semua (4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan
tindakan seksual, percobaan tindakan seksual, dalam sidang pengadilan belum dimulai.
komentar yang tidak diinginkan, perdagangan seks, (5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan
dengan menggunakan paksaan, ancaman, paksaan fisik tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan
oleh siapa saja tanpa memandang hubungan dengan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan
korban, dalam situasi apa saja, termasuk tapi tidak pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
terbatas pada rumah dan pekerjaan.
Pasal 27 BW
Bentuk Kejahatan Seksual (WHO) Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan
Perkosaan mempunyai satu orang perempuan sebagai isterinya,
Penyiksaan secara seksual (sexual torture), seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai
Perbudakan seksual (sexual slavery), suaminya.
Pelecehan seksual (sexual harassment)
Pedagangan manusia untuk prostitusi (trafficking for Pasal 285
purpose of forced prostitution), Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
Paparan terhadap pornografi secara paksa (forced memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
exposure to pornography), perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
Pemaksaan kehamilan (forced pregnancy), pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pemaksaan sterilisasi (forced sterilization),
Pemaksaan aborsi (forced abortion), Pasal 286
Pemaksaan pernikahan (forced marriage), Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
Mutilasi alat kelamin perempuan, perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam
Tes keperawanan. keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Dasar Hukum
Pasal 287
Umur si
perempuan (1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
Dengan >15th (ps 284)
persetujua perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
n si diduganya bahwa umumya belum lima belas tahun, atau
Dalam perempua Umur si
perkawinan n perempuan kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk
(ps. 288) belum cukup dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama
Persetubuhan 15th (ps 287
Di luar sembilan tahun.
perkawinan Dengan
kekerasan/anc (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika
aman umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada
kekerasan (ps
Tanpa 285) salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
persetujua
n Si perempuan
dalam
keadaan Pasal 288
pingsan/tidak (1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan
berdaya
seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

didugunya bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk (3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi
dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka pengaduan ini adalah masing-masing 9 bulan dan 12
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. bulan.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan
pidana penjara paling lama delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara Pasal 294 KUHP
paling lama dua belas tahun. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya,
anak tirinya atau anak piaraannya, anak yang di bawah
Pasal 289 pengawasannya, orang di bawah umur yang diserahkan
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau
memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan bujangnya atau orang yang di bawah umur, diancam dengan
dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan
pidana penjara paling lama 9 tahun. Pasal 295
Diancam:
Pasal 290 (1) Dengan pidana penjara paling lama 5 tahun barang
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun: siapa dengan sengaja menyebabkan atau
(2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
seorang, padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di
atau tidak berdaya; bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh
(3) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharannya,
seorang padahal diketahuinya atau sepatutnyay harus pendidikan, atau penjagaannya diserahkan kepadanya,
diduganya, bahwa umurnya belum 15 tahun atau kalau ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum
umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya cukup umur, dengan orang lain;
untuk dikawin; (2) Dengan pidana penjara paling lam a4 tahun barang
(4) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya siapa dengan sengaja menghubungkan atau
atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut
15 tahun atau kalau umurnya tidak jelas yang dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan atau belum waktunya untuk dikawin, untuk diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, harus diduganya demikian, dengan orang lain.
atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain. (3) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian
atau kebiasaan, maka pidana dapat ditambah
Pasal 291 KUHP sepertiga.
(1) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 286, 287, 288 dan 290 itu berakibat luka berat, Pasal 296
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau
tahun. memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan
(2) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam
pasal 285, 286, 287, 289 dan 290 itu berakibat matinya dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 4 bulan atau
orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.
belas tahun.
Pasal 89 KUHP
Pasal 292 KUHP Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan dengan menggunakan kekerasan.
orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
dengan pidana penjara paling lama lima tahun. undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak

Pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang
atau barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul Pasal 81
dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan (1) Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana
sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik dimaksud dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara
tingkah lakunya untuk melakukan atau membiarkan paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus miliar rupiah);
diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
5 tahun. berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
teehadap dirinya dilakukan kejahatan itu. membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain;
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Bagaimana cara terhadap wajah, tubuh
ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pakaian atau bagian genitor-
pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya dilepaskan. anal pelaku.
Adakah terdapat
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
ejakulasi pada vagina
dimaksud pada ayat (1);
korban ataupun tubuh
korban saat kejadian.
Pasal 76D
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman
2. Pemeriksaan Fisik Umum
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
a. Tingkat kesadaran
dengannya atau dengan orang lain;
b. Keadaan umum,
c. Tanda vital,
Pasal 82
d. Penampilan (rapih atau tidak, dandan,dan
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
lain-lain),
dimaksud dalam Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara
e. Afek (keadaan emosi, apakah tampak
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
sedih, takut, dan sebagainya),
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
f. Pakaian (apakah ada kotoran,
miliar rupiah);
robekan,atau kancing yang terlepas),
(2) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
g. Status generalis,
ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak,
h. Tinggi badan dan berat badan,
pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya
i. Rambut (tercabut/rontok)
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
j. Gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi
dimaksud pada ayat (1).
molar kedua dan ketiga)
k. Kuku (apakah ada kotoran atau darah di
Pasal 76E
bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut
Setiap Orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman
atau patah),
Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan
l. Tanda-tanda perkembangan seksual
serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk
sekunder,
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
m. Tanda-tanda intoksikasi NAPZA, serta
n. Status lokalis dari luka-luka yang terdapat
Pasal 88
pada bagian tubuh selain daerah
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
kemaluan
dimaksud dalam Pasal 76I, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 3. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Daerah pubis
Pasal 76I b. Daerah vulva dan kulit sekitar vulva
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, c. Labia majora dan minora
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta d. Vestibulum dan fourchette posterior
melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual e. Hymen (selaput dara)
terhadap anak. f. Vagina
g. Serviks dan porsio
Pemeriksaan Persetubuhan h. Uterus
i. Anus dan daerah perianal
1. Anamnesis
j. Mulut
Gejala yang
Rincian terhadap Rincian mengenai k. Daerah-daerah erogen (leher, payudara,
ditimbulkan
pelaku aktivitas seksual paha, dan lain-lain)
setelah kejadian
Tanggal, waktu, Penetrasi vagina oleh Pendarahan l. Tanda-tanda kehamilan pada payudara
lokasi, termasuk pelaku seperti; penis, genital, keluarnya dan perut
deskripsi tempat jari, objek lainnya cairan, gatal-gatal, m. Pemeriksaan pakaian
terjadinya terhadap korban. dan rasa nyeri. n. Laboratorium
kejahatan Apakah terdapat Gejala berkemih
Nama, identitas penetrasi anal Nyeri anal
Teknik Pemeriksaan (WHO)
dan jumlah pelaku. terhadap korban. ataupun
Tahapan Keterangan
Kontak fisik dan Selain itu, tanyakan pendarahan.
Tahap I Periksa genital bagian luar dan anus.
rincian kekerasan pula adakah terdapat Nyeri pada perut.
Inspeksi : mons pubis, vestibula vagina seperti pada
yang dilakukan penetrasi oral Tindakan yang
labia mayora, labia minora, klitoris, selaput dara atau
Penggunaan terhadap korban. dapat mengubah
sisa-sisa selaput dara, dan perineum.
senjata. Adakah terdapat bukti
Swab pada genitalia bagian luar dilakukan sebelum
Penggunaan obat- kontak oral mulut Mandi
pemeriksaan spekulum. Peregangan pada daerah
obatan, alkohol, pelaku terhadap Membersihkan
labium pudenda dapat mengalami luka dan sulit
dan substansi wajah, tubuh, atau daerah genito-
untuk dilihat karena tertutup adanya pembengkakan
yang dihirup. bagian genito-anal anal
jaringan mukosa. Secara gentle tariklah labia untuk
Penggunaan korban. Mengganti
melihat hymen.
kondom dan dan Adakah pemaksaan pakaian.
Tahap II Swab secara hati-hati jika terdapat darah segar, lihat
cairan lubrikasi kontak mulut korban
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

asal darah tersebut apakah dari vulva atau dari ditarik ke atas, dapat terlihat segaris bercak merah.
bagian dalam vagina. Tahap IV Wajah : apakah terdapat perdarahan pada hidung?
Tahap III Dengan speculum, periksa pada dinding vagina, Lakukan rabaan secara gentle pada daerah
apakah ada tanda cedera, termasuk luka lecet atau rahang, mata, apakah terdapat nyeri yang
luka memar. (penggunaan spekulum plastik menandakan adanya memar.
transparan sangat membantu melihat dinding Mulut : dilihat secara hati-hati dan di amati apakah
vagina). Selain itu, juga periksa kanalis terdapat luka memar, lecet pada mukosanya, atau
endoservikalis. adanya gigi patah?. Adanya bercak perdarahan
Bukti seperti benda asing dan rambut mungkin dapat pada atap mulut menandakan adanya penetrasi.
ditemukan dan dikumpulkan. Lakukan swab oral jika ada indikasinya.
Kejadian > 24 jam - < 96 jam : pemeriksaan Tahap V Telinga : daerah belakang telinga apakah apakah
endoservikal kanal swab sebaiknya dilakukan terdapat bayangan memar, gunakan otoskop untuk
terlebih dahulu untuk pemeriksaan semen. Jika melihat gendang telinga
pemeriksaan spekulum tidak bisa dilakukan (karena Tahap VI Kulit : raba kulit kepala untuk adakah
pasien menolak) masih memungkinkan untuk pembengkakan ataupun nyeri, curiga adanya
dilakukan blind vaginal swab. hematoma.
Tahap IV Pemeriksaan anal dapat dilakukan dengan pasien Jika terdapat rambut rontok, harus dikumpulkan
dalam posisi lithotomi, namun lebih mudah untuk dengan sarung tangan.
melakukan pemeriksaan ini pada pasien dengan Tahap VII Leher : jika terdapat memar dapat menunjukkan
posisi miring ke kiri. Perlu dijelaskan kepada pasien serangan ganas. Jejak memar dapat dilihat dari
untuk menahan panggulnya sehingga anus tampak kalung dan perhiasan pada telinga dan leher.
jelas. Memar bekas gigitan harus di catat dan lakukan
Tahap V Jika terdapat kecurigaan benda asing yang masuk swab air liur sebelum menyentuh leher pasien
ke lubang anus dapat dilakukan pemeriksaan colok Tahap VIII
dubur dan dilakukan sebelum pemeriksaan Tahap IX Perut : Pasien berbaring, lihat apakah terdapat
anoscopy. Jari pemeriksa diletakkan pada jaringan luka. Perabaan pada daerah perut harus dilakukan
perianal untuk menimbulkan relaksasi spingter, saat kecuali ada cedera internal atau untuk mendeteksi
relaksasi terjadi jari dapat dimasukkan kedalam kehamilan.
anus. Tahap X Kaki : di mulai dari bagian depan kaki.
Tahap VI Proctoscopy hanya perlu dilakukan untuk kasus Paha bagian dalam : adakah luka memar bekas
pendarahan anus atau nyeri anus berat setelah jari-jari pelaku dan adanya trauma tumpul. Pola
kekerasan atau jika dicurigai terdapat benda asing luka memar biasanya simetris.
dalam rectum. Lutut : adakah luka lecet di lutut pasien.
Pergelangan kaki : Sangat penting untuk melihat
adanya perlawanan.Telapak kaki juga penting di
periksa.
Tahap XI Disarankan, jika mungkin lakukan pemeriksaan
belakang kaki dan pemeriksaan bokong.
Beberapa bukti harus dikumpulkan menggunakan
kapas basah ( seperti semen, air liur dan darah )
atau pinse ( untuk rambut, rumput, dan tanah.
Adanya tato juga harus didokumentasikan dalam
catatan pemeriksa bersamaan dengan deskripsi
singkat tentang ukuran dan bentuk tato.
Pemeriksaan untuk mencari bukti atau tanda kekerasan
(WHO) Pembuktian Persetubuhan
Tahapan Keterangan
Tahap I  Catat keadaan umum dan sikap pasien
 Mulai pemeriksaan dari tangan, karena membuat
pasien merasa aman.
 Pemeriksa tanda vital
 Lihat kedua tangan pasien. Adakah terdapat
luka? Bekas ikatan pada pergelangan tangan?
Catat jika terdapat bukti jejas
Tahap II  Pada lengan bawah : perhatikan adakah luka
tangkisan saat pasien mengangkat lengannnya?
Adanya luka memar, lecet, robek, dan tusuk.
 Pada orang kulit hitam luka memar sulit dilihat
dengan demikian rasa nyeri dan pembengkakan
merupakan bukti yang penting. Tusukan jarum
intravena harus dicatat juga.
Tahap III Lengan atas : permukaan dalam lengan atas dan
ketiak di amati dengan hati-hati jika terdapat luka
memar.
Adanya memar pada lengan atas sering ditunjukan
jika korban menahan tangannya. Jika pakaian

Pemeriksaan Laboratorium
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Lokasi Material Peralatan Cara Pengoleksian Sampel

Anus Air mani Cotton swab dan Ambil apusan dan gulirkan pada glass slide, lubrikasi dengan air
glass slide
Lubrikan Cotton swab Ambil apusan lalu keringkan

Darah Obat Tabung Ambil 10ml darah vena

DNA (Korban) Tabung Ambil 10 ml darah

Pakaian Material yang Kantong kertas Ditempatkan dalam kantong kertas. Pisahkan dengan yang basah
menempel
Genital Air mani Cotton swab dan Jika melakukan dengan spekulum, ambil apusan berbeda dari genitalia
glass slide eksterna, vagina dan serviks. Spekulum dilubrikasi dengan air saja. Jika
tidak, lakukan blind vaginal swab.
Rambut Perbandingan Wadah steril Potong 20 helai dan masukan ke wadah steril
dengan rambut lain
yang ada di lokasi
Mulut Air mani Cotton swab dan Ambil apusan di lokasi yang berbeda-beda. Dapat juga dengan berkumur
wadah steril 10ml air dan ditampung di wadah steril
DNA (korban) Cotton swab

Kuku Kulit, darah, serat Tusuk gigi steril atau Gosok bawah kuku dengan tusuk gigi steril dan letakan di wadah steril
pakaian pelaku potong kuku
Pembalut/Tampon Material asing Wadah steril Hanya dilakukan jika setelah atau saat kejadian menggunakan pembalut.

Kulit Air mani Cotton swab Apus lokasi kemungkinan letak air mani

Air liur Cotton swab Apus lalu keringkan

Material asing Pencapit Masukan dalam wadah steril

Urin Obat Wadah steril Ambil 100ml urin

Histopatologi Forensik
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Hiasan Dinding 4n6 - Tembok Samping Ruang Kuliah


Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Tembok Samping Ruang Kuliah + Depan Ruang Otopsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 18 TAHUN 1981
TENTANG
BEDAH MAYAT KLINIS DAN BEDAH MAYAT ANATOMIS
SERTA
TRANSPLANTASI ALAT DAN ATAU JARINGAN TUBUH
MANUSIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. bahwa dalam pengembangan usaha kesehatan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, perlu adanya pelbagai upaya agar
usaha tersebut diatas diselenggarakan dengan
baik, antara lain dengan kegiatan melakukan bedah
mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau
jaringan tubuh manusia yang bertujuan untuk
keselamatan umat manusia maupun meningkatkan
ilmu kesehatan dan kedokteran pada umumnya;
b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut pada
huruf a diatas, perlu diadakan ketentuan-ketentuan
tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan
tubuh manusia dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-


Pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor BAB II
131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068). BEDAH MAYAT KLINIS
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang
Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor Pasal 2
302, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2361) Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah sebagai berikut
(Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 12, Tambahan a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau
Lembaran Negara Nomor 2390) juncto Undang-Undang keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal
Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang- dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan
Undang Nomor 6 Tahun 1962 (Lembaran Negara Tahun dengan pasti;
1968 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2863) b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga terdekat, apabila diduga penderita menderita penyakit yang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576) c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang
6. Staatsblaad Tahun 1927 Nomor 345. terdekat, apabila dalam jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua
puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari yang
MEMUTUSKAN : meninggal dunia datang ke rumah sakit.
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
BEDAH MAYAT KLINIS DAN BEDAH MAYAT ANATOMIS Pasal 3
SERTA TRANSPLANTASI ALAT DAN ATAU JARINGAN Bedah mayat klinis hanya dilakukan di ruangan dalam rumah
TUBUH MANUSIA. sakit yang disediakan untuk keperluan itu.

BAB I Pasal 4
KETENTUAN UMUM Perawatan mayat sebelum, selama dan sesudah bedah
mayat klinis dilakukan sesuai dengan masing-masing agama
Pasal 1 dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan diatur
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: oleh Menteri Kesehatan.
a. Bedah mayat klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara pembedahan terhadap mayat untuk BAB III
mengetahui dengan pasti penyakit atau kelainan yang BEDAH MAYAT ANATOMIS
menjadi sebab kematian dan untuk penilaian hasil usaha
pemulihan kesehatan; Pasal 5
b. Bedah mayat anatomis adalah pemeriksaan yang Untuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang
dilakukan dengan cara pembedahan terhadap mayat untuk diperoleh dari rumah sakit dengan memperhatikan syarat-
keperluan pendidikan di bidang ilmu kedokteran; syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan c.
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan
tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai Pasal 6
bentuk serta fa’al (fungsi tertentu untuk tubuh tersebut); Bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan dalam
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bangsal anatomi suatu fakultas kedokteran.
bentuk dan fa’al (fungsi) yang sama dan tertentu;
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran Pasal 7
untuk pemindahan alat dan atau jaringan tubuh manusia Bedah mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa fakultas
yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam kedokteran dan sarjana kedokteran dibawah pimpinan dan
rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau tanggung jawab langsung seorang ahli urai.
jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik;
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau Pasal 8
jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan Perawatan mayat sebelum, selama, dan sesudah bedah
kesehatan; mayat anatomis dilaksanakan sesuai dengan masing-masing
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, diatur oleh Menteri Kesehatan.
pernafasan, dan atau denyut jantung seseorang telah
berhenti; BAB IV
h. Ahli urai adalah dokter atau sarjana kedokteran yang MUSIUM ANATOMIS DAN PATOLOGI
diakui telah memperoleh ilmu urai
i. Museum anatomis dan patologi adalah tempat menyimpan Pasal 9
jaringan dan alat tubuh manusia yang sehat dan yang sakit Untuk kepentingan pendidikan, penyelidikan penyakit, dan
yang diawetkan untuk tujuan pendidikan ilmu kedokteran; pengembangan ilmu kedokteran diadakan museum
j. Bank alat dan jaringan tubuh adalah suatu unit kedokteran anatomis dan patologi yang diatur oleh Menteri Kesehatan.
yang bertugas untuk pengambilan, penyimpanan, dan
pengawetan jaringan dan alat tubuh manusia untuk BAB V
transplantasi dan penggantian (subsitusi) dalam rangka TRANSPLANTASI ALAT DAN ATAU JARINGAN TUBUH
pemulihan kesehatan. MANUSIA
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan


Pasal 10 tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri
(1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 19
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dan huruf b. Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal
(2) Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh 18 tidak berlaku untuk keperluan penelitian ilmiah dan
manusia diatur oleh Menteri Kesehatan. keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 11 BAB IX
(1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia KETENTUAN PIDANA
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang bekerja pada
sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Pasal 20
(2) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak (1) Pelanggaran atas ketentuan dalam Bab II, Bab III, Bab V,
boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati Bab VI, Bab VII dan Bab VIII, diancam dengan pidana
donor yang bersangkutan. kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah).
Pasal 12 (2) Disamping ancaman pidana sebagaimana dimaksud
Dalam rangka transplantasi penentuan saat mati ditentukan dalam ayat (1) dapat pula diambil tindakan administratif.
oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi. BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Pasal 21
huruf a, Pasal 14, dan Pasal 15 dibuat diatas kertas Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
bermaterai dengan 2 (dua) orang saksi. diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
BAB VI dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
PENGAMBILAN ALAT DAN ATAU JARINGAN Indonesia.
TUBUH MANUSIA KORBAN KECELAKAAN
Tembok yang Sejajar sama Jam (tempat nempel kursi2
Pasal 14 kuliah)
Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk SOP RSHS PEMERIKSAAN PASIEN DEATH ON ARRIVAL
keperluan transplantasi atau BANK MATA dari korban (DOA)
kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan
persetujuan tertulis keluarga yang terdekat. PENGERTIAN
1. Pasien adalah setiap orang yang melakukan
BAB VII konsultasi masalah kesehatannya untuk
DONOR memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung
Pasal 15 kepada dokter atau dokter gigi.
(1) Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau 2. Death on Arrival adalah kematian pasien dalam
jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup, perjalanan ke rumah sakit.
calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu 3. Kematian adalah berhentinya secara permanen
oleh dokter yang merawatnya termasuk dokter konsultan (tanpa bisa pulih kembali) semua hal berikut ini: (1)
mengenai sifat operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan- fungsi batang otak, (2) fungsi sistem pernafasan
kemungkinan yang dapat terjadi. dan paru-paru secara spontan, dan (3) fungsi
(2) Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sistem peredaran darah dan jantung secara
yakin benar, bahwa donor yang bersangkutan telah spontan.
menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. 4. Surat Keterangan Kematian adalah surat
keterangan resmi, yang dibuat dan ditandatangani
Pasal 16 dokter dan menyatakan pasien meninggal.
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak 5. Pemeriksaan DOA adalah pemeriksaan dari luar,
berhak atas sesuatu kompensasi material apapun sebagai terdiri atas anamnesis keluarga atau saksi lain dan
imbalan transplantasi. pemeriksaan fisik terhadap pasien.

BAB VIII TUJUAN


PERBUATAN YANG DILARANG Sebagai acuan langkah-langkah pemeriksaan pasien DOA

Pasal 17 KEBIJAKAN
Dilarang memperjual-belikan alat dan atau jaringan tubuh 1. Kematian pasien DOA dipastikan oleh dokter
manusia. Instalasi Gawat Darurat (IGD), kemudian
dikonsulkan ke SMF Forensik untuk menentukan
Pasal 18 kematian wajar atau tidak.
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

2. Pada kematian wajar, dibuatkan Surat Keterangan KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN
Kematian. MEDIK NO: HK.00.06.3.5.1866 TENTANG PEDOMAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK (INFORMED
PROSEDUR CONSENT)
1. Dokter IGD melakukan pemeriksaan pasien DOA Tanggal: 21 April 1999
dan memastikan kematian. (waktu diskusi sama dr. Noorman, yg dipake Permenkes
2. Dokter IGD mencatat seluruh hasil pemeriksaan No.290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
dalam rekam medis pasien. Kedokteran)
3. Pasien kemudian dikonsulkan ke SMF Forensik
untuk dilakukan pemeriksaan DOA, dengan
melampirkan rekam medis pasien yang sudah diisi
lengkap.
4. Dokter SMF Forensik melakukan pemeriksaan DOA
dan menentukan kematian pasien wajar atau tidak.
5. Apabila kematian wajar, dibuatkan Surat
Keterangan Kematian oleh dokter SMF Forensik.
6. Apabila kematian tidak wajar, maka dokter SMF
Forensik melapor ke polisi/penyidik, dengan
menginformasikan terlebih dahulu kepada keluarga,
dan dokter SMF Forensik tidak membuatkan Surat
Keterangan Kematian.
7. Pemeriksaan selanjutnya kematian tidak wajar
dilakukan sesuai dengan permintaan polisi/penyidik
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat

DOKUMEN TERKAIT
1. SK PB IBI No. 231/PB/A.4/07/90 tentang definisi
mati.
2. Peraturan Pemerintah no. 18 tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh
Manusia.
3. UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Permenkes no. 269 tahun 2008 tentang Rekam
Medis.
5. Rekam medis pasien.
6. Surat Keterangan Kematian.

ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DOA


Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI) 2012


(yang ditempel tahun 2002, yang terbaru 2012)

KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.

Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan
keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan
perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan
yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan
moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk Pasal 20
mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya,
ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau supaya dapat
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau bekerja dengan baik.
penggelapan.
Pasal 21
Pasal 10 Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman ilmu
sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.
menjaga kepercayaan pasien.
Tembok yang Sejajar sama Ruang CCTV
Pasal 11 SOP RSHS PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM (VeR)
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya FORENSIK KLINIK
melindungi hidup makhluk insani.
PENGERTIAN
Pasal 12 1. Forensik klinik adalah pemeriksaan pasien hidup,
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib yaitu korban dengan cedera, yang tersangkut kasus
memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan hokum dan memerlukan bukti medis. Pemeriksaan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik fisik korban bertujuan untuk memperoleh,
maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha mencatat/mendokumentasikan dan
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat. menginterpretasikan bukti medis.
2. Visum et Repertum (selanjutnya disingkat VeR)
Pasal 13 adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat oleh
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang
sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan dilihat pada benda yang diperiksanya yang
masyarakat, wajib saling menghormati. mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara
pidana, atas permintaan penyidik untuk
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN kepentingan peradilan.
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan TUJUAN
mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya Sebagai acuan langkah-langkah pembuatan VeR forensik
untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu klinik.
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien KEBIJAKAN
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu. 1. Yang melaksanakan pelayanan Forensik Klinik
adalah dokter klinik yang menangani atau yang
Pasal 15 memeriksa korban, yaitu dokter yang bertugas di
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar IGD bagi korban yang masuk ke rawat darurat dan
senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan dokter yang bertugas di IRJ bagi korban yang
penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau masuk ke rawat jalan, serta dokter yang bertugas di
penyelesaian masalah pribadi lainnya. ruang perawatan bagi korban yang dirawat.
2. Pembuatan laporan VeR dilakukan oleh dokter
Pasal 16 penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau dokter
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang klinik yang memeriksa atau menangani korban di
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah bawah supervisi DPJP. Dokter SMF Kedokteran
pasien itu meninggal dunia. Forensik dan Medikolegal membantu pembuatan
laporan dalam aspek medikolegal.
Pasal 17 3. Laporan VeR hanya dibuat bila korban dihadapkan
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai oleh polisi yang membawa Surat Permintaan VeR
suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin (SPV) tertulis, dan diterima langsung oleh petugas
ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya. rumah sakit.
4. Pembuatan laporan VeR dikenakan biaya sesuai
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT ketentuan Rumah Sakit yang mengacu pada
Pasal 18 KUHAP.
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya 5. Bila korban datang tanpa SPV, hasil pemeriksaan
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. adalah rahasia pasien yang dapat dibuka melalui
prosedur ringkasan rekam medis.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman PROSEDUR
sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya atau 1. Korban atau pengantar mendaftar terlebih dahulu di
berdasarkan prosedur yang etis. bagian pendaftaran IGD/IRJ untuk dicatat identitas
Catatan Ujian 4n6 (Hadiati Rabbani – Nadia Emira Khairunnisa)

lengkap serta untuk mendapatkan kartu rekam 5. Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam
medik. Medis
2. Polisi datang dengan membawa SPV, dengan
menghadapkan korban yang bersangkutan. ALUR PEMBUATAN VISUM et REPERTUM (VER)
3. Jika SPV datang pada saat pasien sudah FORENSIK KLINIK
pulang/meninggal dunia, dan/atau tanggal
permintaan sudah lewat, maka SPV ditolak.
4. Petugas/perawat/dokter yang menerima SPV di
IGD, IRJ, atau ruang perawatan menandatangani
tanda terima SPV dengan membubuhkan nama,
asal departemen/jabatan, NIP/No.SIP, tanggal, dan
jam penerimaan, dan melaporkan kepada dokter
yang menangani korban.
5. Petugas mencatatkan nomor rekam medik dan
nomor SPV pada buku register pasien.
6. Dokter yang memeriksa/menangani korban
membuat pencatatan dan pelaporan serta mengisi
rekam medik sesuai dengan ketentuan.
7. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter yang bertugas
di IGD, IRJ, atau ruang perawatan, dan aspek
medikolegal dapat dibantu oleh SMF Kedokteran
Forensik dan Medikolegal.
8. Bila telah menerima permintaan VeR Klinik, dokter
yang menangani korban sesegera mungkin
melakukan konsul medikolegal tertulis kepada
dokter SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
disertai penyampaian rekam medic korban yang
bersangkutan. Jika permintaan VeR di luar jam
kerja, konsul dilakukan pada jam kerja hari
berikutnya.
9. Di dalam pembuatan laporan VeR, aspek klinik
menjadi tanggung jawab dokter yang
memeriksa/menangani korban, sedangkan aspek
forensik menjadi tanggung jawab dokter dari SMF
Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
10. Laporan VeR dibuat dan ditandatangani bersama
oleh DPJP atau dokter klinik atas nama DPJP dan
dokter dari SMF Kedokteran Forensik dan
Medikolegal .
11. Laporan VeR diambil di SMF Kedokteran Forensik
dan Medikolegal sesuai peraturan yang berlaku,
oleh petugas kepolisian yang disertai surat tugas.
12. Setelah laporan VeR diserahkan kepada penyidik,
maka rekam medic diserahkan pula ke bagian
Rekam Medik, dengan berita acara penyerahan.

UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal
5. Seksi Rekam Medik

DOKUMEN TERKAIT
1. Lembaran Negara No. 350 tahun 1937
2. Instruksi Kapolri No.Pol: INS/E/20/IX/75 tentang
Tata Cara Permohonan/Pencabutan Visum et
Repertum
3. UU No. 8 tahun 1981 tentang Kitab UU Hukum
Acara Pidana (KUHAP), pasal 1 ayat 28, pasal
120, pasal 133, pasal 136, dan pasal 179
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran,
pasal 46 dan 47

Anda mungkin juga menyukai