Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Kekerasan dengan senjata api meningkat dalam kurun dekade terakhir ini.
Terdapat lebih dari 500.000 luka pertahunnya yang diakibatkan oleh senjata api.
Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah
tersebut mewakili seperempat dari total perkiraan 2,3 juta kematian akibat
kekerasan. Dari 500.000 tersebut, 42% nya merupakan kasus bunuh diri dan 38%
merupakan kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik
persenjataan.1,2 Di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua
tahun 1998 yang dikeluarkan ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat)
tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan akibat senjata api.3
Untuk menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut memang luka
tembak, yang mana yang merupakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar,
jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian.
Interpretasi yang benar mengenai luka tembak tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum secara investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LUKA TEMBAK


Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke
dalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan
tubuh.5
2.2 JENIS SENJATA API4,5
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api :
a. Berdasarkan panjang laras
1. Laras pendek
- Revolver : mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru)
yang berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan
peluru baru pada posisi siap untuk ditembakkan. Revolver terdapat
dua jenis, single action dan double action. Pada tipe single action
pelatuk harus dikokang setiap kali akan menembak. Sedangkan
pada double action revolver, penekanan picu secara berulang untuk
langsung memutar silinder, mensejajarkan laras dan tempat peluru,
mengokang dan selanjutnya melepaskan pelatuk untuk menembak.
- Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru
disimpan dalam sebuah magasin, putaran pertama harus
dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya.

2
Gambar 2.1 Senjata api laras pendek
2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang
dibagi menjadi dua yaitu :
- Senapan tabur : dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir
tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk
memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan
halus dan tidak terdapat rifling.
- Senapan untuk menyerang : senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai
kapasitas magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk
peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan
sedang antara peluru senapan standar dan peluru pistol)

Gambar 2.2 Senjata api laras panjang.

3
b. Berdasarkan alur laras
1. Laras beralur (rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya,
permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dnegan diameter yang
sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru
yang didorong oleh ledakan mesiu saat melalui laras, dipaksa bergerak
maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya
sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di
depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras
ini dibagi 2, yaitu arah putaran kiri (COLT) dan arah putaran kanan
(Smith and Wesson).
- Senjata api dengan alur kiri (COLT)
Kaliber senjata yang banyak dipakai : kaliber 0,36 ; 0,38 dan 0,45.
Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke kiri bila dilihat
dari basis anak peluru.
- Senjata api dengan alur ke kanan (Smith and Wesson)
Kaliber senjata yang paling banyak dipakai : kaliber 0,22 ; 0,36 ;
0,38 ; 0,45 dan 0,46. Dapat diketahui dari anak peluru yang
terdapat pada tubuh korban yaitu adanya goresan dan alur yang
memutar ke kanan bila dilihat dari basis anak peluru

Gambar 2.3 Senjata api beralur.

2. Laras tak beralur atau laras licin (smooth bore)


Senjata api jenis ini dapat melontarkan peluru dalam jumlah
banyak pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

4
Mesiu
Macam mesiu :
- Mesiu hitam : black powder, terdiri dari S, C dan NO3.
- Mesiu berasap sedikit : smokeless powder, terdiri dari nitrogliserin
= dinamit
- Knalkwit fulminating mercury : HgC2N2O2, mudah meledak
kalau kena gesekan/tersentuh; digunakan untuk isi primer.
2.3 PEMERIKSAAN KORBAN LUKA TEMBAK
2.3.1 Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)6
Beberapa hal yang perlu dikerjakan di TKP:
1. Memeriksa keadaan sekitar TKP
Lokasi tembakan hutan/kamar tertutup/tempat hiburan
Ditemukan senjata, anak peluru/selongsong atau tidak
2. Mengamankan barang bukti
Sebelum menyentuh sesuatu dilakukan pemotretan terlebih dahulu
Memegang senjata menggunakan sarung tangan
Pakaian korban jangan diganggu
3. Mencatat penemuan-penemuan pada pemeriksaan
Membuat sketsa/foto TKP
Catat nomor buatan serta tipe senjata yang ditemukan
Jumlah luka tembak masuk/keluar
4. Mencari/mengumpulkan barang bukti
Dari pemeriksaan pendahuluan pada senjata dan luka-luka pada tubuh
korban mendorong kita untuk mencari anak peluru/selongsong dll
Harus hati-hati tidak boleh menambah goresan/cacat dan simpan dalam
kotak dari karton
5. Memberi bantuan/petunjuk pada petugas penyidik
Menentukan perkiraan saat kematian, jarak, sudut, posisi korban
Memindahkan tubuh korban ke RS, dibungkus plastik

5
Apabila korban masih hidup, harus dimintakan perhatian khusus pada
petugas yang mengawal korban ke RS untuk tidak membuang pakaian
korban
Membuat foto dari luka-luka yang ada
Menyimpan semua benda asing yang ditemukan
2.3.2 Pemeriksaan Luka Tembak Pada Tubuh Korban6
Karakteristik suatu luka tembak :
Sesaat setelah pemetik/trigger suatu senjata api ditarik maka mula-mula
primer akan meletus akibat panas yang ditimbulkan oleh pukulan dari firing pin
yang mana ini kemudian akan menyalakan mesiu dalam selongsong. Bersamaan
dengan meletusnya peluru akan keluar dari laras : gas panas, asap, nyala api, sisa
mesiu setengah/tak terbakar, fragmen metal, anak peluru/gotri dan pada shotgun
juga ikut keluar wad yang pada jarak dekat dapat menimbulkan luka.
a. Efek nyala api menyebabkan luka bakar
Jarak tempuh nyala api adalah sekitar 15 cm, pada pistol dan revolver,
kadang-kadang hanya mencapai 7,5 cm. Jadi jika seseorang ditembak pada jarak
kurang dari 15 cm, maka dapat ditemukan efek dari nyala api berupa : luka bakar
pada kulit, rambut mengering terbakar.
b. Efek asap menyebabkan noda-noda kotor
Pembakaran mesiu menimbulkan gas-gas seperti CO2, N, CO, H2S, H2 dan
sedikit metana dan oksigen. Pada smokeless powder gas-gas yang ditimbulkan
jauh lebih sedikit daripada blackpowder. Jarak tempuh asap tidaklah sejauh mesiu,
dan hanya menempel pada permukaan sehingga dapat dihapus dengan menggosok
atau mencuci. Efek asap ini masih dapat terlihat pada jarak tembakan sampai 30
cm.
c. Efek mesiu menyebabkan tattoo atau stippling
Mesiu apabila terbakar akan menimbulkan gas-gas panas dan sisa-sisa
mesiu yang sebagian terbakar dan tak terbakar yang terdiri dari : nitrit dan
selulosa nitrat bercampur dengan karbon dan grafit pada mesiu tipe smokeless.
Sedangkan pada black gun powder residunya terdiri dari : nitrit, tiosinat,
potassium karbonat, potassium sulfat dan potassium sulfide.

6
Efek yang ditimbulkannya tergantung dari tipe senjata apinya, amunisinya
dan jarak tembaknya. Apabila jarak tembaknya bertambah maka penyebaran
partikel juga bertambah. Partikel dari mesiu yang tak terbakar atau sebagian
terbakar akan lebih berat dari asap, akan menempuh jarak dan menimbulkan bekas
kadang-kadang sampai jaringan yang dalam, sebagian pada jaringan dermis,
sebagian pada epidermis. Partikel yang tertanam dalam dermis dan epidermis
dapat dilihat pada pemeriksaan luar dan ini disebut tattoo atau stippling.
Partikel yang tertanam dalam dermis, tidak dapat dihapus dengan
mengusap atau mencuci kulit, sedangkan yang melekat pada epidermis dapat
dihapus dengan mengusap memakai tekanan. Jarak tempuh partikel tersebut
adalah kurang dari 60 cm tergantung tipe senjatanya.
d. Efek anak peluru menyebabkan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar
Mekanisme timbulnya lubang luka tembak masuk di kulit.
Apabila peluru menghantam kulit, ia akan mendorong kulit sedemikian
rupa sehingga melampaui daya regang kulit dan kulit akan robek. Akibat adanya
rifling dari laras maka anak peluru bergerak berputar dan ini tidak hnaya
menyebabkan lubang luka tembak masuk berbentuk bulat, tetapi juga
menimbulkan suatu gelang kontusi/lecet di sekitar lubang luka. Pada waktu anak
peluru melewati luka, diameter luka lebih besar dari diameter anak peluru. Karena
elastisitas kulit, maka sesudah anak peluru lewat kulit akan mengkerut, sehingga
diameternya lebih kecil.
Luka tembak masuk umumnya berbentuk bulat apabila peluru mengenai
kulit posisinya tegak lurus, kecuali apabila ada tulang tebal di bawah kulit atau
pada luka tembak kontak. Pada keadaan ini tulang akan menghalangi masuknya
gas-gas sehingga gas akan berbalik keluar dan menyebabkan robekan pada kulit
sekitar lubang.
Pada tembakan tegak lurus akan terdapat suatu gelang kontusi yang rata
sekitar lubang luka, sedangkan pada tembakan miring maka lubang luka tembak
masuk mungkin bulat atau oval tetapi konfigurasi dari gelang kontusinya berbeda.
Gelang kontusinya akan berbentuk oval dengan bagian yang tebal menunjukan

7
arah datangnya peluru, sebab peluru akan menyentuh dan menimbulkan lecet
dahulu sebelum menembus kulit.
Seringkali tepi luka tembak masuk akan menunjukkan bercak keabuan
ditepinya yang disebabkan karena jelaga dari laras dan anak peluru yang
terusapkan pada waktu peluru menembus kulit. Gelang dari jelaga ini disebut
grease mark atau grease ring, ini perlu dibedakan dengan kotoran akibat api,
asap atau mesiu. Gelang jelaga ini lebih sering ditemukan pada anak peluru dari
timah, jarang pada anak peluru bermantel.
e. Efek metal menyebabkan fouling
Kelainan akibat fragmen kecil-kecil dari metal yang tertanam dalam kulit
sekitar luka dapat ditemukan pada luka tembak masuk. Asal dari fragmen metal
tersebut dapat dari bagian dalam laras atau dari anak peluru sendiri. Jarak tempuh
fragmen ini hanya pendek dan kadang-kadang tertahan pada pakaian korban.
f. Efek moncong laras menyebabkan imprint moncong
Pada luka tembak kontak kadang-kadang dapat ditemukan imprint/cap dari
moncong laras. Ini disebabkan karena tekanan dari moncong laras pada kulit dan
karena gas-gas yang masuk ke bawah kulit melalui lubang luka tembak itu
menekan kulit keluar sehingga tekanan pada moncong laras.
Faktor lain penyebab timbulnya imprint ialah pada waktu senjata meletus
dan menekan kulit, pada permulaannya akan terdorong sesaat menjauhi kulit
kemudian ia akan menghantam kulit lagi akibat dari tekanan kea rah kulit yang
terus menerus.

2.3.3 Identifikasi Luka Tembak6


Luka tembak ada 2 macam :
1. Luka Tembak Masuk
Hal yang terpenting yang harus dijawab pada pemeriksaaan kasus luka
tembak ialah menetukan jarak tembakan. Oleh sebab itu kualifikasi luka tembak
masuk di kulit sebaiknya didasarkan pada jarak tembakan.
Tergantung dari jarak tembakan, luka tembak masuk dikualifikasikan
menjadi tiga kategori, yaitu :

8
Luka tembak masuk kontak (hard contact dan soft contact)
Luka tembak masuk jarak dekat
Luka tembak masuk jarak jauh
Karakteristik luka tembak masuk yang disebabkan oleh pistol, revolver
dan rifle pada umumnya serupa.

Gambar 2.4 Gambaran luka tembak.


a. Luka tembak masuk kontak
Luka tembak masuk kontak terjadi apabila moncong laras senjata api
ditekankan pada kulit dan ditembakkan. Bentuk luka biasanya sirkular, kecuali
bila arah tembakan membentuk sudut. Pada tepinya terdapat gelang kontusi dan
apabila ada rambut akan hangus. Disamping ada gelang kontusi, tepi luka
menunjukkan tanda luka terdapat sisa-sisa mesiu, tattoage minimal atau tidak ada.
Apabila senjata dipegang erat menekan kulit, sisa mesiu terdapat di dalam
jaringan subkutan dan dalam saluran tembakan. Apabila ada tulang di bawah kulit,
penghitaman karena mesiu sering dapat ditemukan pada permukaan kulit tebal,
maka tepi luka akan berbentuk bintang/robek-robek karena gas-gas yang masuk
terhalang tulang, berbalik keluar.
Sering kali tepi luka berwarna pinkish-red karena terbentuknya
karboksihemoglobin akibat gas CO yang masuk.
b. Luka tembak masuk jarak dekat
Terjadi pada jarak tembakan mulai jarak dari kontak longgar hingga jarak
kurang dari 60 cm, mempunyai ciri-ciri yang khas yang disebabkan karena efek
dari asap, nyala api dan tattoage. Efek dari nyala api terjadi pada tembakan kurang

9
dari 15 cm, sedangkan noda akibat asap sering masih terlihat pada tembakan
sampai 30 cm. Tatto yang disebabkan mesiu yang tidak terbakar dapat terlihat
sekitar luka tembak masuk pada tembakan kurang dari 60 cm. Kadang-kadang
ditemukan juga metal fouling pada luka tembak masuk jarak dekat. Pada tepi luka
terdapat gelang kontusi selebar 1 -1,5 mm.
c. Luka tembak masuk jarak jauh
Luka tembak masuk jarak jauh berbentuk bulat atau oval, tanpa adanya
kotoran/noda-noda yang disebabkan nyala api, asap atau sisa-sisa mesiu/tattoage.
Luka yang seperti itu disebabkan tembakan pada jarak lebih dari 60-75
cm. Semua senjata yang umumnya dipakai pada kasus-kasus kriminal bila
ditemukan pada jarak lebih dari 60-75 cm menunjukkan kurang lebih tanda-tanda
yang serupa. Satu-satunya komponen yang terlibat dalam terjadinya luka ini
hanyalah anak peluru saja.
Tepi luka umumnya menunjukkan gelang kontusi dengan jelaga disekitar
luka. Dapat juga ditemukan kemerahan pada tepi luka disebabkan karena ekimosis
akibat perdarahan di dalam kulit. Jelaga di sekitar luka disebabkan karena hapusan
dari jelaga anak peluru.
d. Luka Tembak Masuk Pada Tulang
Anak peluru yang menembus tulang menimbulkan luka yang khas
sehingga dapat dipakai untuk menentukan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar. Apabila tembakan dilakukan dalam jarak dekat atau kontak tulang dapat
menunjukkan adanya efek dari nyala api dan noda kehitaman akibat mesiu pada
tepi tembak masuknya. Jalannya anak peluru menyebabkan perpindahan dari
fragmen tulang yang pecah ke arah jalannya anak peluru, dan ini dapat dipakai
untuk menentukan luka tembak masuk.
Pada tulang tengkorak luka tembak masuk dapat dibedakan dengan mudah
dari luka tembak keluarnya. Tengkorak terdiri dari tabula interna dan tabula
eksterna, sehingga apabila anak peluru menembus tabula eksterna, ia akan
menimbulkan luka yang bulat sebesar anak peluru sebab peluru waktu melubangi
tabula eksterna masih tertahan oleh tabula interna, sedangkan waktu anak peluru
menembus tabula interna tak ada yang menghalangi sehingga lubang yang

10
ditimbulkan akan lebih besar. Jadi bentuk lubangnya akan berupa corong ke arah
jalannya anak peluru. Sebaliknya pada lubang luka tembak keluar corong akan
mengarah ke luar sebab lubang pada tabula interna akan lebih kecil dari lubang
pada tabula eksterna
e. Luka tembak re-entre
Luka akibat re entre tidak selalu mudah diidentifikasi dari pemeriksaan
luar saja. Ciri-cirinya biasanya serupa dengan luka tembak jarak jauh. Tak adanya
tanda-tanda akibat asap, nyala api, dan tattoo. Tepi luka menunjukkan sedikit
lecet. Cara terbaik untuk mengidentifikasi luka re entre ialah menghubungkan
line-up luka tembak masuk dengan luka tembak keluar dan anak peluru bila ada
dalam tubuh.
f. Luka tembak masuk shotgun
Komponen dari shotgun yang menimbulkan efek adalah : Gas, asap, nyala
api, mesiu, gotri, wad dan card.
Karakterikstik dari luka yang ditimbulkan oleh shotgun bermacam-macam
tergantung dari kaliber senjata, shotgun bermacam-macam tergantung dari kaliber
senjata, derajat penguncupan lara choke, bentuk dan jumlah dari gotrinya.
Meskipun demikian pada garis besarnya ciri-ciri luka tembak masuknya
tergantung dari jarak tembakan sehingga luka tembak masuk masih dibagi tiga
macam:
1) Luka tembak kontak
Bentuk biasanya bulat atau oval. Tepi luka dikulit biasanya tajam rata
clean cut. Kadang-kadang bergerigi dan terlihat adanya luka memar
yang kehitaman karena mesiu. Ada juga luka bakar ditepi luka akibat
nyala api. Karena tembakan dan gas-gas ikut masuk ke dalam luka,
jaringan subkutan dan jaringan dalam menunjukkn kerusakan yang
hebat. Darah dan jaringan pada saluran luka menunjukkan adanya
karbonmonoksida.
2) Luka tembak masuk jarak dekat
Jarak tembakan biasanya sampai 60 cm, tetapi tidak ditekan pada kulit
dan pada jarak tembakan ini gotri-gotri masih masuk ke dalam tubuh

11
berupa satu kesatuan. Dari jarak kontak longgar sampai 15 cm, luka
biasanya berupa lubang oval atau bulat, sekitar 2,5 cm diameternya,
tepi luka dapat clean cut atau robek sedikit, ada efek dari nyala api,
dan kehitaman karena asap dan mesiu. Lebar/luas dari zona kehitaman
itu bertambah dengan makin jauhnya jarak tembakan. Kehitaman
karena asap dapat terlihat sampai jarak 15 inch. Tattoage dapat terlihat
sampai jarak 60 cm. Pada jaringan dalam terlihat kerusakan dan
mungkin adanya karbonmonoksida. Sampai jarak ini ikut masuk dalam
tubuh, wad dan card beserta gotri-gotri.
a) Luka tembak masuk jarak jauh
- Jarak tembak 1-4 yard
Meskipun jarak 2-3 feet luka tembak berupa satu lubang tunggal
bulat, namun dengan bertambahnya jarak tembakan, mulai jarak 1-
4 yard, gotri-gotri ada yang mulai menyebar dan menimbulkan
lubang-lubang tambahan sebesar 1/8 inch diameternya sekitar
lubang utama dengan tepi luka bergerigi.
Dengan makin jauhnya jarak tembakan penyebaran gotri-gotri juga
makin luas dan dari penyebarannya ini dapat secara kasar
diperkirakan jarak tembakannya. Dengan mata telanjang tidak
terlihat adanya jejak akibat jelaga, asap, atau mesiu pada jarak ini,
meskipun demikian dengan hapusan pada sekitar luka masih dapat
ditemukan adanya sejumlah kecil kotoran. Card dan wad dapat
ditemukan dalam luka.
Rumus :
Penyebaran gotri dalam cm = 2 sampai 3 kali jarak
tembakan dalam meter (m).
Penyebaran gotri dalam inch dikurangi 1, menunjukkan
jarak tembakan dalam yard.
Rumus di atas tentu hanya perkiraan sebab tergantung beberapa
faktor antara lain bentuk laras apakah silinder atau choked, panjang

12
laras dll. Perkiraan jarak tembak paling baik adalah dengan
melakukan firing test tembakan percobaan.
- Jarak tembak lebih dari 4 yard
Dengan bertambahnya jarak tembak, gotri-gotri akan menyebar
lebih luas dan pada jarak tembak lebih dari 10 yard (9 m) luka
tembak masuk akan berupa lubang-lubang kecil berdiri sendiri.
Luka sedemikian tentu hanya mematikan bila mengenai
umpamanya menembus pembuluh arteri besar seperti a. carotis.
Jangan memperkirakan jarak tembak dengan melihat penyebaran
gotri di dalam tubuh korban. Apabila tembakan dilepaskan dari
jarak dekat atau kontak dan gotri-gotri itu mengenai tubuh en
masse, akan terjadi dispersi di dalam tubuh, disebabkan karena
gotri-gotri itu jalannya menyimpang akibat bersentuhan satu sama
lain selama masuknya ke dalam tubuh.
Fenomena richochet ini disebut billiard ball richochet effect.
Fenomena ini dapat menyebabkan kesalahan dalam
menginterpretasi jarak tembakan apabila jenazah sudah membusuk
atau terbakar sehingga tanda-tanda luka tembak dikulit sudah
hilang dan pemeriksaan didasarkan pada penyebaran gotri dalam
tubuh yang terlihat pada foto X-ray.
2. Luka Tembak Keluar
Luka tembak keluar dikulit terjadinya sama dengan luka tembak masuk,
hanya saja kekuatan yang meregangkan kulit arahnya dari dalam keluar. Dalam
banyak hal, kebanyakan kelainan yang terjadi disebabkan anak peluru/gotri saja,
sedangkan komponen lain seperti nyala api asap, mesiu, wad dan card yang
menimbulkan kelainan pada luka tembak masuk tidaklah berperan dalam luka
tembak keluar, kecuali tembakan dilepaskan menembus jaringan lunak yang tipis
seperti pada ekstremitas. Luka tembak keluar dapat menimbulkan kesulitan dalam
interpretasinya sebab bervariasi dalam ukuran dan bentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah :
Kecepatan anak peluru pada waktu keluar

13
Luas daerah yang terkena anak peluru waktu keluar
Deformasi anak peluru
Goyangan/tumbling anak peluru
Fragmentasi
Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut keluar
Ada tidaknya tulang di bawah kulit tempat keluar
Ada tidaknya benda yang terkena pada kulit tempat keluar
Kecepatan dan besar dari anak peluru adalah faktor penting dalam
menentukan besarnya luka yang ditimbulkan. Makin besar kecepatannya, makin
besar kerusakan yang ditimbulkan sehingga makin besar luka tembak keluarnya.
Deformitas dari anak peluru dan goyangan yang disebabkan organ-organ
dalam tubuh yang tidak sama kepadatannya menyebabkan anak peluru bergerak
tidak beraturan sehingga waktu keluar akan menimbulkan lubang yang lebih besar
daripada luka tembak masuknya.
Bentuk luka tembak keluar jadi sangat bervariasi, dapat bulat, stellate,
cruciata, elips, kadang-kadang hanya berupa laserasi linier seperti luka iris.
Pada luka tembak keluar tidak ada gelang kontusi kecuali apabila ada
benda keras yang menempel/menekan kulit tempat peluru keluar, seperti : korban
menempel tembok atau tergeletak di lantai, atau anak peluru yang keluar itu
mengenai sabuk/benda keras lain.
Dalam keadaan demikian bentuk luka tembak keluar tidak hanya bulat
tetapi juga menunjukkan adanya gelang kontusi di tepinya yang dapat
dikacaukan sebagai luka tembak masuk.

Gambar 2.5 Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di
sebelah kanan.

14
2.3.3. Identifikasi Senjata Api6
Adalah tugas ahli senjata api untuk membuktikan apakah senjata api
tersebut benar yang digunakan dalam kasus tersebut.
Pertama yang dilakukan ialah melakukan pemotretan senjata api tersebut,
kemudian dicatat hal-hal berikut :
- Jenis senjata : pistol, revolver rifle, dan lain-lain
- Keadaan senjata
- Panjang laras
- Letak dan cap pabrik
- Letak dan nomor serinya
- Perincian tentang magazine, firing pin, breechlock, extractor, dan lain-
lain
- Karakteristik dari rifling
- Kaliber atau gauge senjata.
Syarat mutlak untuk identifikasi senjata api ialah, harus ditemukan anak
peluru dan/ atau selongsong. Tahap pertama identifikasi ialah mencocokkan
senjata api yang dicurigai dengan anak peluru bukti mengenai :
Kaliber
Jumlah alur
Arah alur
Pemeriksaan anak peluru meliputi :
Pemeriksaan visual
Pencatatan berat dan diameternya
Penentuan kaliber
Pemeriksaan cacat-cacat/ goresan
Firing test
Untuk pemeriksaan visual anak peluru dibersihkan dengan alkohol untuk
menghilangkan benda-benda asing seperti darah, jaringan, fiber, lumpur, jelaga,
rambut dan partikel dari kayu, gelas, dan lain-lain. Semua benda asing itu harus
disimpan guna pemeriksaan bila perlu.

15
Dalam beberapa keadaan pemeriksaan visual dapat membantu menetapkan
kaliber anak peluru, terutama apabila tidak rusak/ hancur. Setiap anak peluru
harus ditimbang beserta fragmen-fragmennya, dari beratnya dapat menolong
menentukan kalibernya.
Cacat atau goresan pada anak peluru yang paling penting ialah yang
disebabkan oleh rifling dari senjata. Adanya dataran dan alur rifling dari bagian
dalam laras akan menyebabkan goresan-goresan pada permukaan anak peluru
sewaktu anak peluru itu meluncur. Goresan-goresan ini dibandingkan dengan
anak peluru hasil firing test dengan memakai comparison microsope.
a. Firing test
Beberapa kegunaan tes firing adalah :
Dilakukan oleh pabrik pembuat senjata untuk meneliti cara kerja dan
keamanan suatu senjata.
Penentuan jarak tembakan
Identifikasi senjata api
o Untuk menentukan kembali anak peluru hasil test firing dapat
dilakukan dengan cara :
Tembakan dilakukan ke dalam tabung besi diameter 60 cm, panjang 360
cm, berisi air
Tembakkan kedalam peti yang bersekat dan berisi kapas.

2.3.4. Otopsi Korban Luka Tembak6


Luka tembak masuk dilukiskan dalam keadaan aslinya, lebih baik jika
dapat dipotret.
Sebelum dibersihkan dilakukan paraffin test terutama pada luka tembak
jarak dekat.
Luka tembak karena peluru penabur shotgun harus dijiplak atau dipotret.
Ini perlu untuk menentukan jarak tembakan, dibandingkan dengan hasil
test firing.
Luka dibersihkan, dapat digunakan sabun, setelah bersih periksa pada
tattoage, dan lain-lain.

16
Sebelum dilakukan pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan Foto X-Ray
terlebih dahulu. Saluran, jalannya anak peluru harus ditentukan sebelum
organ-organ dikeluarkan. Anak peluru yang bersarang dalam tubuh harus
dicari/ diambil untuk pemeriksaan balistik.
Letak luka tembak masuk/ keluar diukur dengan mengambil patokan tumit
dan garis tengah tubuh melalui tulang punggung. Ini perlu untuk
memperkirakan arah tembakan dari luar depan/ belakang atau samping dan
sudutnya.

2.3.5. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan radiologi
X-ray penting dilakukan pada pemeriksaan luka tembak. Semua luka
tembak harus dilakukan pemeriksaan rontgen, terutama pada luka tembak keluar.
Kegunaan X-ray antara lain :4
Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peluru masih ada
didalam tubuh
Untuk menentukan letak peluru
Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang
ditinggalaka didalam tubuh sehingga dapat dikeluarkan.
Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan
Untuk mendokumentasikan arah peluru
X-ray juga berguna pada kasus dimana selubung peluru dan inti terpisah
pada saat memasuki tubuh, inti bisa saja keluar namun selubungnya terperangkap
didalam. Pada otopsi jika tidak disadari maka pemeriksa akan menarik kesimpulan
yang salah bahwa seluruh peluru telah keluar. Ataupun sebaliknya dimana
selubung keluar namun inti terperangkap. Kesalahn-kesalahan tersebut dapat
dihindari dengan X-ray yang akan menunjukkan apakah terjadi pemisahan inti dan
selubung.4
Pada luka tembus, pecahan-pecahan kecil dari peluru dapat tertinggal
disepanjang l;uka atau pada tulang yang terperforasi oleh peluru. Pecahan tersebut
biasanya terlewatkan pada otopsi, maka dengan itu perlu dilakukan x-ray sehingga

17
dapat diambil untuk pemeriksaan scanning electron microscope. Pemeriksaan ini
gunanya adalah untuk mengetahui asal metal. X-ray juga bisa memperlihatkan
luka dari luka tembak lama atau pecahan-pecahan peluru yang tidak berhubungan
dengan kematian. Pada luka lama sudah terjadi fibrosis dan peluru sudah
berwarna hitam karena terjadi oksidasi.4
Pada gambaran radiologi juga bisa dilihat apakah terjadi pemantulan
dalam. Terdapat gambaran jejak pecahan-pecahan yang terlihat bolak-balik.
Namun X-ray juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain kaliber dari
peluru tidak dapat ditentukan dengan tepat. Ini karena pembesaran dari gambaran
peluru yang tergantung dari jarak dengan sinar X-ray. Peluru yang dekat dengan
sinar terlihat lebih besar dan batas terlihat kabur daripada gambaran yang lebih
dekat ke film. Namun estimasi caliber bisa didapatkan. X-ray sebaiknya diambil
pada jenazah masih berpakaian agar dapat mendeteksi peluru yang keluar dari
tubuh dan tertinggal di pakaian.4
CT-Scan adalah alat yang lebih akurat untuk mengevaluasi letak peluru
dan pecahan-pecahan tulang. Dapat diketahui sejauh mana peluru menembus
organ atau jaringan. Pada luka tembak kepala, dapat dilihat apa terjadi perdarahan
otak, fraktur tulang vertebra dan lain-lain.4
1. Parafin test
Test ini digunakan untuk deteksi dari nitrat dan nitrit dari mesiu yang
mungkin tertinggal pada tangan korban atau orang yang melepaskan tembakan,
pada pakaian dan kulit sekitar luka tembak masuk.6
Cara : Cairan paraffin (55C) dituangkan diatas kulit akan diperiksa
(dibendung dengan karton) atau mencelupkan selembar kain kasa dalam paraffin
cair dan sementara masih mencair kasa tadi dibalutkan pada kulit yang akan
diperiksa. Sesudah paraffin membeku kasa diangkat dan ditetesi dengan reagen
diphenylamine atau diphenylbenzidine. Bila ada nitrat, nitrit atau bahan oxidizing
lain akan terjadi perubahan warna menjadi biru. Pada akhir-akhir ini test Parafin
jarang digunakan karena mempunyai nilai yang terbatas.6
2. Identifikasi kimiawi dari luka tembak masuk

18
Beberapa bahan kimia tertimbun/ melekat pada pakaian dan kulit sekitar
luka tembak. Pada smokeless gunpowder dapat dideteksi adanya nitrit dan
cellulose nitrat pada tempat yang terkena tembakan. Apabila digunakan mesiu
hitam-black gunpowder yang terdapat ialah : potassium, karbon, nitrit, nitrat
sulphat, sulphide, carbonat, thiocynante, dan thiosulphate. Residu dari primer
yang modern terdiri dari lead dan barium. Dapat juga ditemukan antimony,
mercury dan lain-lain. Tidak boleh dilupakan kemungkinan karat-karat dari laras
dapat ikut terbawa anak peluru dan bagian dari peluru seperti : lead, antimony, tin,
nickel, copper, bismuth, perak dan thallium. Deteksi adanya beberapa elemen
diatas pada pakaian dan kulit dengan beberapa aspek lain dapat membantu
identifikasi suatu luka sebagai luka tembak masuk.6
3. Pemeriksaan histopatologi luka tembak
Pemeriksaan histopatologi dapat membantu membedakan luka tembak
masuk dari luka tembak keluar. Luka tembak masuk dapat menunjukkan adanya
kelainan yang disebabkan adanya panas dan trauma mekanis pada kulit seperti
luka lecet, elongation, dan flattening dan epidermis, dan juga dapat ditemukan
partikel dari mesiu dalam epidermis, dermis dan jaringan yang lebih dalam.
Kadang-kadang dapat ditemukan koagulasi dan nekrosis dari jaringan
pembengkakan dan vakuolisasi daripada basal sel. Apabila mengenai pakaian
dahulu maka serabut dari pakaian dapat ikut terbawa masuk dan dapat dilihat pada
pemeriksaan mikroskopik.6
4. Neutron activation analysis
Neutron activation analysis dan atomic absorbtion spectrometry telah
dibuktikan dapat membantu dalam :6
Identifikasi lubang di pakaian, di jaringan, kayu, dll. Sebagai lubang peluru
dengan adanya : Pb, Sb, Ba, Cu.
Menentukan jarak tembakan dengan menentukan konsentrasi dari Antimony
sekitar lubang luka tembak.
Menentukan asal anak peluru/ gotri dari kadar Pb, Antimony, Arsen, Copper
dan perak dalam campuran loga peluru.

19
Menentukan apakah seseorang telahh menembakkan suatu senjata atau tidak
dengan deteksi ada tidaknya Pb, Antimony, dan barium pada tangan.
Menurut Khrisnan, tangan yang tidak dicuci dapat menahan sisa mesiu
untuk minimum 48 jam, cuci ringan tidak akaan menghilangkan semua sisa
mesiu. Pada aktivitas normal sisa mesiu dapat bertahan 17 jam. Dengan mencuci
tangan dengan sabun, menghapus dengan handuk, memasukkan tangan dalam
saku akan mengakibatkan pengurangan dari jumlah Barium dan Antimony.6
2.4 MEKANISME KERJA SENJATA7
Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan
tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi diperoleh dengan cara
memanfaatkan udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan
yang volumenya tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh
dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas
dengan volume yang besar di dalam ruangan yang volumenya tetap. Dari satu
gram mesium dapat dihasilkan gas (CO2, CO, hydrogen, sulfanida, dan methane)
antara 200-900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan
udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang
pada senjata api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan
tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna
membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki
gaya kinetik tersebut, sesudah meninggalkan laras jalannya sangat dipengaruhi
oleh banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi
serta tahanan (resistensi) udara yang dilalui. Akibat dari gravitasi tersebut maka
arah anak peluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong,
pengaruh gravitasi semakin dominan sehingga bentuk kurvanya semakin tampak
nyata.

20
Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk
membedakan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar. Luka tembak masuk
khusus biasanya berbentuk bulat dengan tepi abrasi melingkar yang mengelilingi
cacat yang disebabkan oleh senjata. Garis tepi abrasi merupakan lecet atau kikisan
kulit yang disebabkan oleh peluru saat ia mendorong ked ala. Garis tepi mungkin
konsentrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, ia akan
menyebabkan abrasi tepi konsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika
ujung peluru mempenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi
abrasi yang eksentrik. Daerah margin abrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan
sudut peluru yang lebih dangkal saat ia peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakan oleh kecepatan dan energy kinetik yang tinggi amunisi yang
ditembakkan. Stellate-shaped exit wounds, sering ditemukan dan mungkin
menyerupai luka tembak masuk kontak.
Normalnya suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung
arah atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus
arah dan jalut peluru tersebut.
2.5 DESKRIPSI LUKA TEMBAK6
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak antara lain :
1. Lokasi
Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kiri dan kanan garis
tengah tubuh
Lokasi secara ummum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
Ukuran dan bentuk
Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
Luka bakar
Lipatan kulit utuh atau tidak
Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
Grains powder

21
Deposit bubuk hitam
Tatto
Metal stippling
4. Perubahan
Oleh tenaga medis
Oleh bagian pemakaman
5. Track
Penetrasi organ
Arah :
a) Depan ke belakang (belakang ke depan)
b) Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
c) Atas ke bawah
Kerusakan sekunder
a) Perdarahan
b) Daerah sekitar luka
Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
Titik penyembuhan
Tipe misil
Tanda identifikasi
Susunan
7. Luka keluar
Lokasi
Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

22
BAB III
KESIMPULAN

Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk dan dapat disertai dengan luka keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan
disekitarnya.
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan
mikroskopik. Pada gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk
bintang maupun oval, dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim tattoo maupun
kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan
progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula kemungkinan
didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT scan, umumnya X-ray lebih
sering dilakukan mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Ed. I. Jakarta: Binarupa


Aksara;1997. p. 131-68.
2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot
wounds of entrance:an empirical study. J FOrensic Sci;1984. (29):379-88.
3. Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu FOrensik dan Toksikologi. Ed. V. Jakarta:
Widya Medika;1995. p. 75-81
4. Knight, Bernard. Forensic pathology. Second edition. London : Arnold;1996.
p. 231-41.
5. Di Miao VJM. Gunshot wounds practical aspects of firearms, ballistics and
forensic technique. Ed. 2. New York: CRC Press;1999.
6. Algozi AM. Luka Tembak. Dalam : Hoediyanto, Hariadi A. Buku Ajar Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Ed. 7. Surabaya : Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya;2010. p. 99-104.
7. Arnold JL, Halpren P, Tsai MC, Smithline H. Mass casualty terrorist
bombings : acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg
Med;2004. p. 263-73.

24

Anda mungkin juga menyukai