Anda di halaman 1dari 41

1) Anatomi sistem gerak (syaraf lebih dibahas!

) (3,6,11)
Dibagi dalam beberapa regio:
1. Regio infraclavicularis
2. Regio deltoidea
3. Regio scapularis
4. Regio axilaris
5. Regio brachii
6. Regio cubiti
7. Regio antebrachii
8. Regio carpus
9. Regio manus
10. Regio digiti

Regio Infraclavicularis
Batas batas:

Cranial : clavicula

Caudal : regio mammaria

Lateral : tepi medial M.deltoideus

Medial : sternum
Regio ini sebagian besar ditutupi oleh M. Pectoralis major sehingga disebut juga regio pectoralis.
Regio ini merupakan dinding thorax bagian atas dan sebagai dinding ventralis dari rongga
ketiak.
Regio Deltoidea
Regio ini adalah daerah yang ditutupi oleh M.deltoideus.
Regio Axillaris
Regio ini adalah daerah yang dibatasi oleh lipat ketiak ventralis dan lipat ketiak dorsalis. Tampak
sebagai suatu lekukan yang disebut fossa axillaris. Sedangkan bila dibuka kulit daerah ini akan
merupakan suatu ruangan yang berbentuk piramid yang disebut spatium axillaris.
Regio Brachii

Batas batas regio :

Proximal: lipat ketiak

Distal : garis penghubung kedua epicondyli humeri


Regio brachii tediri dari regio brachii anterior dan regio brachii posterior.
Regio Cubiti
Batas: masing masing 3 jari ke arah proximal dan 3 jari ke arah distal dari garis yang
menghubungkan kedua epicondyli.
Regio antebrachii
Batas batas :

Proximal : 3 jari distalis terhadap garis antara epicondyli humeri


Distal : garis antara proc.styloideus radii dan proc.styloideus ulnae.

Tangan
Batas proximal : garis yang menghubungkan proc.styloideus radii dan proc.styloideus ulnae
Batas distal: garis yang terdapat setinggi capituli ossa metacarpalia.
Regio Digiti
Yaitu jari jari tangan.

OS HUMERUS
Jenis tulang panjang. Dibagian proximal ada tonjolan ke medial caput humeri, yang
dipisahkan dengan corpus oleh collum anatomicum.
Proximal corpus sebelah lateral terdapat tuberculum majus sedang sebelah ventral tuberculum
minus, yang masing-masing dilanjutkan ke caudal menjadi crista tuberculi majoris dan crista
tuberculi minoris.
Antara kedua tuberculum terdapat sulcus intertubercularis.
Dibawah kedua tuberculum terdapat collum chirurgicum.
Ventral corpus agak ke dorsal terdapat tuberositas deltoidea. Sebelah dorsal dari corpus
berjalan sulcus nervi radialis yang arahnya medio cranial ke latero caudal.

OS RADIUS

Proximal lebih kecil daripada distal. Paling proximal capitulum radii yang mempunyai 2
permukaan, yang cranial : fovea capituli radii tempat articulasi dengan capitulum humeri, yang
mengelilingi capitulum radii: circumferentia articularis radii tempat ariculasi dengan ulna pada
incisura radialis.
Capitulum radii dipisahkan dengan corpus oleh collum radii.
Radius distal berarticulasi dengan ulna pada incisura ulnaris dan dengan ossa carpalia pada facies
articularis carpea.

OS ULNA
Bagian proximal lebih besar daripada distal, bagian yang cekung disebut incisura semilunaris
yang mempunyai tonjolan processus coronoideus dan tonjolan ke dorsal yaitu olecranon, incisura
semilunaris berarticulasi dengan throclea humeri.
Sebelah radial dan caudal dari processus coronoideus terletak incisura radialis tempat

beraticulasi dengan radius pada circumferentia articularis radii. Caudal processus coronoideus
terdapat bagian yang kasar disebut tuberositas ulnae.
Corpus ulnae mempunyai;

Crista interossea yang berhadapan dengan radius


Crista supinatoria yang terletak di bagian dorsal

OSSA CARPALIA
Kalau disusun dari lateral ke medial, sebelah proximal:

Os naviculare manus
Os lunatum
Os triquetrum
Os pisiforme

Bagian distal :

Os multangulum majus
Os multangulum minus
Os capitatum
Os lunatum

OSSA METACARPALIA
Terdiri dari : caput (berarticulasi dengan phalanx), corpus dan basis (sebelah proximal
berarticulasi dengan ossa carpalis).
Caput lebih besar daripada basis.

Metacarpus 1: paling pendek, mempunyai facies articularis berbentuk oval, berarticulasi


dengan multangulum majus.
Metacarpus 2 : paling panjang, basis terlebar, bentuk tak teratur.
Metacarpus 3 : basis berbentuk segitiga, mempunyai processus styloideus.
Metacarpus 4 : basisnya berbentuk segi empat.
Metacarpus 5 : basis berbentuk segitiga.

MYOLOGI

Otot Otot Ventral Bahu


1. M. pectoralis major
2. M.pectoralis minor
3. M.subclavius
4. M. subscapularis
Otot Otot Lateral Bahu
1. M. deltoideus
2. M. supraspinatus
Otot Otot Dorsal Bahu
1. M.infraspinatus
2. M. teres minor
3. M. teres major
4. M. latissimus

Otot Otot Ventral Lengan Atas


1. M.biceps brachii
Otot Otot Dorsal Lengan Atas
1. M.triceps brachii
2. M.anconeus
Otot Otot Permukaan Ventral Lengan Bawah
1. M.pronator teres
2. M.flexor carpi radialis
3. M.palmaris longus
4. M.flexor digitorum superficialis
Otot Otot Ventral Lengan Bawah Sebelah Dalam
1. M.flexor digitorum profundus
2. M.flexor pollicis longus
3. M.pronator quadratus
Otot Otot Radial Lengan Bawah
1. M.brachioradialis
2. M.extensor carpi radialis longus
3. M.extensor carpi radialis brevis
Otot Otot Permukaan Dorsal Lengan Bawah
1. M.extensor digitorum (communis)
2. M.extensor digiti minimi
3. M.extensor carpi ulnaris

Otot Otot Dorsal Lengan Bawah Bagian Dalam


1. M.supinator
2. M.extensor pollicis longus
3. M.extensor indicis
4. M.abductor policis longus
5. M.extensor policis brevis

Otot-otot hypotenar
1. M.palmaris brevis
2. M.abduktor digiti minimi
3. M. Plexor digiti minimi brevis
4. M.opponens digiti minimi

Otot-otot Thenar
1. M. Abduktor policis brevis
2. M. Flexor policis brevis
3. M.opponens pollicis
4. M.adduktor pollicis
Otot-otot Telapak Tangan
1. Mm.lumbricales
2. Mm.interossei palmares I-III
3. Mm. Interossei dorsalis I-IV

Persarafan Otot Ekstremitas Atas


N.thoracodorsalis
1.
M.latissimus
2.
M.teres
major

dorsi
(var.)

N.suprascapularis
1.
M.supraspinatus
2.
M.infraspinatus
Nn.subscapularis
1.
M.subscapularis
2.
M.teres
major
N.radialis
1.
M.triceps
brachii
2.
M.anconeus
3.
M.
Brachioradialis
4. M.extensor carpi radialis longus
5. M.extensor carpi radialis brevis
6. M.extensor carpi ulnaris
7. M.extensor digiti minimi
8. M.extensor pollicis longus
9. M.abductor pollicis brevis
10.
M.supinator
N.musculocutaneus
1.
M.biceps

brachii

N.medianus
1.
M.pronator
teres
2.
M.flexor
carpi
radialis
3.
M.palmaris
longus
4. M.flexor digitorum superfisialis
5. M.flexor digitorum profundus
6.
M.flexor
pollicis
longus
7.
M.pronator
quadratus
8.
M.flexor
pollicis
brevis
9.
M.opponens
pollicis
10. M.abduktor pollicis brevis
11.
Mm.Lumbricales
I,II
N.ulnaris
1.
Mm.Lumbricales
III,IV
2.
Mm.Interossei
dorsales
3.
Mm.Interossei
palmares
4.
M.flexor
carpi
ulnaris
5. M.flexor digitorum profundus
6.
M.palmaris
brevis
7. M.abductor digiti minimi
8. M.flexor digiti minimi brevis
9. M.opponens digiti minimi
10.
M.opponens
pollicis
11. M.flexor pollicis brevis

2.
M.brachialis
3. M.coracobrachialis

12. M.adduktor pollicis

Vena-vena Epifascia Lengan


V.cephalica terbentuk dan tumbuh dari rete dorsale manus di sisi radial
punggung tangan. Vena ini mendapat aliran darah dari permukaan tangna
melalui Vv.intercapitularesdan berjalan di sepanjang sisi radial lengan bawah
ke arah proksimal menuju daerah siku. Di daerah siku, V.cephalica
beranastomosis dengan vena basilica dan pada umumnya terus sedikit
melintasi sulcus bicipitalis lateralis sampai ke dalam trigonum clavi pectorale
dan di sini vena tersebut menembus fascia dan bermuara ke dalam V.axillaris.
V.basilica muncul pada sisi ulnar punggung tangan, berjalan di sepanjang
daerah ulnar permukaan depan lengan bawah terus ke proksimal menuju ke
daerah siku dan disini kemudian berhubungan dengan V.cephalica melalui
V.mediana cubiti. Biasanya V.basilica lebih kuat dibandingkan V.cephalica.
Pada daerah pertengahan lengan atas, V.basilica menembus Fascia brachii
masuk ke dalam sulcus bicipitalis medialis dan bermuara ke dalam cabang
medial
V.brachialis.
Anastomosis miring yang sangat bervariasi antara V.basilica dan
V.cephalica dikenal sebagai V.mediana cubiti yang mendapat aliran darah dari
sisi
depan
lengan
bawah
melalui
V.mediana
antebrachii.
V.mediana basilica dan V.mediana cephalica merupakan penghubung
V.basilica maupun V.cephalica dengan V.mediana antebrachii.

Pensyarafan Extremitas Inferior

saraf kutan lateral paha ( L23 )


saraf perjalanan di bawah ligamen inguinal di tempat yang dapat dikompresi menyebabkan
meralgia paresthetica
afftects aspek lateral paha atas
Pengobatan : konservatif dengan steroid atau terapi fisik atau memotong saraf kutaneus lateralis
obturator saraf ( L23 )
saraf membentang di sepanjang bagian anterior pelvis dan keluar medial ke vena femoralis
innervates bagian dalam paha proksimal
saraf femoral ( L234 )
innervates distal 1/3 dari daerah antero paha
juga innervates aspek medial tungkai bawah melalui saraf saphena
saraf siatik ( L45S123 )
terdiri dari dua saraf utama - peroneal umum ( L45S12 ) dan tibialis ( L45S123 )
peroneal paling sering terluka
peroneal memiliki dua divisi : dangkal dan dalam ; jika cabang dangkal terlibat maka akan ada
hypalgesia pada aspek anterolateral kaki
jika divisi dalam dipengaruhi akan ada kelemahan dalam dorsofleksi dan inversi kaki dengan
hilangnya sensasi antara daerah web pertama dua jari kaki
saraf tibialis
innervates fleksor kaki dan plantar fleksi pergelangan kaki ; Lesi mempengaruhi plantar fleksi
pergelangan kaki dan fleksi jari-jari kaki
motor
iliopsoas ; L23 ; saraf femoralis ; hip fleksi
femoris quadriceps ; L34 ; saraf femoralis ; ekstensi lutut
longus adduktor ; L3 ; obturator saraf
gluteus medius / minimus ( paha penculikan dan rotasi medial ) ; L5 ; superior gluteal saraf
gluteus maksimum ( penculikan paha dengan pasien rawan ) ; S1 ; glutealis rendah saraf Ingat :
glutealis rendah saraf keluar di bawah otot piriformis sementara unggul glutealis saraf keluar di
atas otot piriformis
bisep femoris ; S1 ; saraf siatik ; ekstensi hip
tibialis anterior ( dorsofleksi dan inversi ) ; L4 ; saraf peroneal yang mendalam

ekstensor longus hallicus ; L5 ; peroneal yang mendalam


longus dan brevis peroneus ; ( plantar fleksi dan eversi ) ; L5 ; peroneal dangkal saraf Ingat :
dangkal peroneal saraf lateral peroneal saraf dalam dan saraf tibialis posterior untuk kedua
tibialis posterior ( plantar fleksi dan inversi ) ; L4 ; saraf tibialis
gastrocnemius ; S1 ; saraf tibialis ; plantar fleksi

http://adeputrasuma.blogspot.com/2013/10/buku-anatomi-bagian-iiekstremitas.html
http://wiki.cns.org/wiki/index.php/Peripheral_nerve_innervation_of_lower_ex
tremity

2) Refleks fisiologis (7,1,9)


Pengertian Gerak Reflek

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang
harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan
terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi
dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
B. Alat Yang Dibutuhkan
Palu perkusi
Lampu Senter
Kapas
Jarum
C. Cara Kerja
a.
Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan.
Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah umbilicus. Respon yang terjadi berupa
kontraksi otot dinding perut.
b.
Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa
menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.
Respon berupa kedipan mata secara cepat.
c.
Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
d.
Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respons berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
e.
Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi
dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus stiloideus. Respons berupa pronasi tangan.
f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1)
Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung
bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut.
Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadrisips.
2) Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah pada tendo
Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3)
Refleks biseps

Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps
yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.
4)
Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo
otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot
triseps.
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi. Tunggulah pada saat
orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan
dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons
berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
D. Jenis - jenis Reflek
Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis.
Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal
jika tidak
terdapat pada manusia.
a.
Refleks fisiologis
Pada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan kedua lengan
terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus
digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang
lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot dinding perut karena tonus
otot perutnya sudah kendor. Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa
menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan
kapas yang telah digulung membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara
cepat.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika
cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil
homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil
adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu masuk ke
mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan sampai ke spingter
pupil.
Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada sendi
tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung
distal os radii. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari processus
styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai
Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon
yang terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf berasal
dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N.
cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.

Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi.
Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan
responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya adalah kumparan otot
(muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess
Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan
Withdrawl refleks.
Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi
berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks
(APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan. Respon yang
terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot
gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot biseps terjadi respon berupa
fleksi lengan pada siku dan supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka
respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.
Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalnya untuk
memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula
dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus XII
dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat diperiksa dengan
malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV, abduscens, dan
oculomotoris. Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang
coba, jika ada pertahanan, artinya normal.
Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf. Respon ini dapat
dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan
menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal
maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.
a. Pemeriksaan Neurologi
1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma
Scala (GCS) :
Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi

3 : Hanya dapat melakukan fleksi


2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar =
Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (11-1) Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M
normal, penulisannya X 5 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal,
penulisannya 4 X 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5
X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5
tahun.
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi
terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang
menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul:tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused:
disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan
kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual,
gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
2.
Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
a.
N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau,
alkohol,dll)
b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa
lapang pandang
c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot
mata): Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan
inspeksi kelopak mata.
d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):

sama seperti N.III


e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea
dan refleks kedip):
menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada
dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan
dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas
f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III
g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa
dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam
h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan
Rinne
i.
N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ): membedakan rasaa mani dan
asam ( gula dan garam)
j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien
menelan ludah/air, disuruh mengucap ah!
k. N.XI: Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan
tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot
sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh
pasien melawan tahan.
l.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan
pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 :Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
a.Refleks superficial
Refleks dinding perut :

Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal
dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii,
posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan
sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan
antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
b. Refleks patologis
Hoffmann Tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa
yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika terjadi
fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
Rasping

Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika
reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat
pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area
premotorik cortex
Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral.
Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral
Reflek snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek
menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal
pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul
adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus
pyramidalis
Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Orang
normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN
maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan
menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
Reflek Oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan
kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
Reflek Gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski
Reflek Schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti
Babinski
Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke
depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi
jari-jari kaki.
Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata

4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan


jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri
maupun orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
Refleks Primitif

Refleks Primitif

Moro

Refleks berjalan

Refleks menghisap/menyusu

Tonic neck reflex

Palmar grasp reflex

Refleks Babinski

Refleks Galant

Refleks Berenang

Refleks Babkin
http://afrizalonar.blogspot.com/2013/06/laporan-pendahuluan-pemeriksaanrefleks.html

3) DM polyneuropathy (10,12,13)

Definisi neuropati diabetika:suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan syaraf cranial yang
ada hubunganya dengan diabetes mellitus.Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler
yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang
memperdarahi syaraf(vasa nervorum).
Patofisiologi:
Dasar patofisiologi penyebab neuropati pada diabetes belum dimengerti seluruhnya&banyak
hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang multifaktorial.berikut ini beberapa teori
yang banyak diterima yaitu:
Teori Metabolik: teori ini mengemukakan,bahwa hiperglikemia menyebabkan kadar glucose
intra seluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan(saturation) dari jalur glikolitik yang
biasa digunakan(normal usedglycolitic pathway). Glukosa yang berlebihan dialirkan ke jalur
poliol dan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim aldose reduktase dan sorbitol
dehidrogenase. Penumpukan sorbitol dan fruktosa menyebabkan mengurangnya mioinositol
dalam syaraf, menurunya aktifitas membran Na/K-ATPase, terganggunya transport akson dan
penghancuran struktur syaraf sehingga menyebabkan menurunya kecepatan hantar syaraf.
Dengan ini jelas, bagaimana inhibitor aldose reduktase bekerja dan memperbaiki kecepatan
hantar saraf.
Teori Neurovaskuler/vaskuler (iskemik-hipoxik) :menurut teori ini, maka terjadi iskemia
endoneural karena meningginya resistensi endoneural-vaskuler terhadap darah yang
hiperglikemik. Berbagai faktor metabolik termasuk pembentukan dari produk akhir glikosilasi
yang lanjut juga memegang peranan sampai terjadi kerusakan kapiler dan meng-inhibisi
transport aksonal dan aktifitas Na/K-ATP ase sehingga akhirnya terjadi degenerasi akson. Semua
ini juga terjadi karena kerusakan pada pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrien ke
saraf.
Teori Oto-imun :Anggapan bahwa neuropati oto-imun merupakan mekanisme yang
menyebabkan terjadinya neuropati diabetika, karena menyebabkan inflamasi pada syaraf selalu
menarik perhatian. Neuropati oto-imun bisa terjadi karena perubahan imunogenik dari sel
endotel kapiler. Hal ini juga yang dapat menerangkan, mengapa penggunaan imunoglobulin intra
vena(IVIg) bisa berhasil untuk mengobati neuropati diabetika.
Teori perubahan support neurotropik : faktor neurotropik penting untuk mempertahankan,
pembentukan dan regenerasi dari elemen-elemen responsif dari sistem saraf. Nerve growth factor
(NGF) merupakan yang telah paling banyak diselidiki. Protein ini memperbaiki survival dari
faktor-faktor simpatetik dan small fiber, yang berasal dari neural crest di sistem saraf perifer.
Iskemia syaraf/hipoksia : terjadinya mikro-angiopati yang menyebabkan hipoksia merupakan
faktor penting dalam patogenesis neuropati diabetika yang telah dibuktikan dengan adanya lesi
multifokal pada serabut saraf n.suralis.

Physical :
Neuropati diabetika biasanya dimulai sebagai suatu disfungsi umum serabut saraf perifer yang
asimptomatik. Biasanya disfungsi ini yang paling sering ditemukan adalah kecepatan hantar saraf
yang abnormal atau penurunan respon denyut jantung terhadap nafas dalam atau terhadap tes
valsava.
Tanda klinis pertama yang biasanya muncul bersamaan dengan menurunya kecepatan hantar
saraf adalah menurunya/hilangnya refleks tumit atau menurun/hilangnya sensasi vibrasi pada
jari-jari kaki.
Bila penyakit berlanjut akan timbul nyeri dengan derajat yang berbeda-beda, gangguan sensorik
pada jari-jari kaki, kaki dan tungkai distal, gangguan refleks fisiologis disertai kelemahan otototot kecil dari kaki.
Diperlukan 5 kriteria untuk menetapkan diagnosa polineuropati diabetika.1) pasien menderita
diabetes mellitus berdasarkan kriteria National Diabetes Data Group, 2) diabetes melllitus telah
menyebabkan hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama, 3) pasien menderita polineuropati
yang predominan distal sensorimotorik pada ekstremitas bawah, 4) Retinopati diabetika atau
nefropati hampir sama dengan polineuropati, 5) Kausa lain dari polineuropati sensori motorik
bisa disingkirkan.
Pada DM tipe 1 (IDDM), polineuropati distal biasanya terjadi setelah hiperglikemia khronis
untuk waktu yang lama. Sebaliknya pada DM tipe 2 (NIDDM), terjadinya setelah beberapa tahun
adanya kontrol gula darah yang kurang baik dan kadang-kadang malahan neuropati diabetika
sudah ditemukan pada waktu ditegakkan diagnosa DM.
Neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan otonom,
harus dibuat daftar terstruktur untuk anamnesa.
Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau lokal.
Gejala sensorik yang negatif adalah rasa tebal, tak merasa, gangguan berupa sarung tangan/kaus
kaki, seperti berjalan diatas tongkat jangkungan dan kehilangan keseimbangan terutama bila
mata ditutup dan luka-luka yang tidak merasa sakit.
Gejala sensorik positif adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum,
rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus.
Gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal atau fokal. Gejala motorik
distal termasuk gangguan koordinasi halus dari otot-otot tangan, tak dapat membuka kaleng atau
memutar kunci, memuku-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki. Gejala gangguan proksimal
adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari posisi duduk atau berbaring, jatuh
karena lemasnya lutut dan kesukaran mengangkat lengan di atas pundak.

Gejala otonom dapat berupa gangguan sudo motorik (kulit kerinh, keringat yang kurang, keringat
berlebihan pada area tertentu), gangguan pupil (gangguan pada saat gelap, sensitif terhadap
cahaya yang terang), gangguan kardiovaskuler (kepala tertasa enteng pada posisi tertentu,
pingsan), gastrointestinal (diare nokturnal, konstipasi, memuntahkan makanan yang telah
dimakan), gangguan miksio (urgensi, inkontinensia, menetes) dan gangguan seksual (impotensi
dalam ereksi dan gangguan ejakulasi pada pria) dan tidak bisa mencapai klimaks seksual pada
wanita).

Klasifikasi neuropati diabetika :


Neuropati diabetika dapat diklasifikasikan juga sebagai neuropati perifer, otonom, proksimal dan
fokal dan setiap tipe mengenai badan yang berlainan dengan cara yang berbeda pula.
Neuropati perifer :
Jenis neuropati ini merusak saraf di lengan dan tungkai, dimana kaki dan tungkai biasanya lebih
dulu terkena dari pada tangan dan lengan. pada banyak penderita diabetes mellitus dapat
ditemukan gejala neuropati pada pemeriksaan, akan tetapi penderita tidak merasakanya sama
sekali.
Gejala biasanya dirasakan lebih berat pada malam hari. Neuropati perifer juga bisa menyebabkan
kelemahan otot dan hilangnya refleks, terutama refleks tumit yang menyebabkan perubahan cara
jalan dan juga bisa menyebabkan deformitas pada kaki seperti hammertoes dan kollaps dari
midfoot. Bisa terlihat luka-luka pada kaki yang terjadi pada daerah yang kurang rasa, karena
kerusakan yang disebabkan oleh tekanan. Bila tidak diobati dengan segera, maka bisa terjadi
infeksi sampai tulang dan bisa harus dilakukan amputasi.
Neuropati otonom :
Jenis neuropati ini mengenai saraf yang mengontrol jantung, mengurus tekanan darah dan
mengatur kadar gula darah, juga mengenai organ dalam yang menyebabkan gangguan
pencernaan, pernafasan, miksio, respon seksual dan penglihatan. Selain itu sistem yang
memperbaiki kadar gula ke normal setelah terjadi suatu episode hipoglikemia bisa terkena,
sehingga terjadi hilangnya tanda-tanda peringatan terjadinya hipoglikemi seperti keringat dingin
dan palpitasi.
Tidak sadarnya karena suatu hipoglikemia : biasanya akan terjadi gejala-gejala seperti gemetar,
bila gula darah menurun samapi dibawah 70 mg%, sedangkan pada neuropati otonom hal ini
tidak terjadi sehingga hipoglikemi sukar dideteksi. Namun ada problem lain yang bisa
menyebabkan ini, sehingga hal ini tidak selalu berarti adanya kerusakan syaraf.

Jantung dan sistem sirkulator adalah sistem dari kardiovaskuler, yang mengontrol sirkulasi darah.
Kerusakan di sistem kardiovaskuler mengganggu kemampuan badan untuk mengatur tekanan
darah dan denyut jantung sehingga tekanan darah dapat turun dengan mendadak setelah duduk
atau berdiri dan menyebabkan penderita merasakan kepala yang enteng atau malahan
pingsan.Kerusakan pada saraf yang mengatur denyut jantung dapat menyebabkan denyut yang
lebih tinggi(tidak naik dan turun) sebagai respon terhadap fungsi badan yang normal dan pada
latihan.
Sistem pencernaan : Kerusakan pada saraf saluran pencernaan biasanya menyebabkan konstipasi.
Selain itu bisa juga menyebabkan pengosongan lambung yang terlalu lambat sehingga bisa
menyebabkan gasttroparesis. Gastroparesis yang berat menyebabkan nausea dan muntah yang
persisten dan tidak nafsu makan. Gastroparesis juga bisa menyebabkan fluktuasi gula darah,
disebabkan pencernaan makanan yang abnormal. Kerusakan oesophagus bisa menyebabkan
kesukaran menelan, sedangkan kerusakan pada usus menyebabkan konstipasi bergantian dengan
diare yang sering dan tidak terkontrol pada malam hari dan problema-problema ini dapat
menyebabkan penurunan berat badan.
Traktus urinarius dan organ seks : neuropati otonom sering kali mempengaruhi organ-organ yang
mengontrol miksio dan fungsi seksual. kerusakan saraf menghalangi pengosongan sempurna dari
kandung kemih sehingga bakteri dapat tumbuh di dalam kandung kemih dan ginjal sehingga
dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinarius. Bila saraf yang mengurus kandung kemih
terganggu dapat terjadi inkotinesia urin karena tidak merasakan kapan kandung kemih penuh
atau tidak bisa mengontrol otot-otot yang melepaskan urin.
Kelenjar keringat :neuropati otonom dapat mengenai saraf-saraf yang mengurus keringat.
Kerusakan saraf mencegah bekerjanya kelenjar keringat dengan baik, sehingga badan tidak dapat
mengatur suhu tubuh dengan baik dan ini bisa menyebabkan keringat berlebihan pada malam
hari atau sewaktu makan.
Neuropati proksimal:
Neuropati proksimal sering kali juga disebut pleksus neuropati lumbosacral, neuropati femoral
atau amiotrofi diabetika, yang dimulai dengan nyeri di paha, panggul, bokong atau tungkai
biasanya pada satu sisi badan. Neuropati tipe ini lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2 dan
pada lansia. Bila terjadi kelemahan tungkai yang bermanifestasi dalam kesukaran bangun dari
posisi duduk ke posisi berdiri tanpa pertolongan orang lain. Biasa diperlukan pengobatan untuk
kelemahan dan nyerinya dan lamanya periode penyembuhan tergantung dari tipe kerusakan saraf
yang terjadi.
Neuropati fokal :
Kadang-kadang neuropati diabetika timbulnya mendadak dan mengenai saraf perifer terutama di
kepala, torso atau tungkai.

Neuropati fokal bisa menyebabkan :


Gangguan memfokuskan mata.
Melihat double.
Nyeri di belakang satu mata.
Nyeri hebat.
Bell's palsy.
Nyeri hebat di punggung bawah atau pelvis.
Nyeri di bagian depan paha.
Nyeri di dada, perut atau samping badan.
Nyeri di sebelah luar atau sebelah dalam kaki.
Nyeri dada atau abdominal yang sering salah diagnosa sebagai suatu penyakit jantung, serangan
jantung atau appendisitis.
Mencegah timbulnya neuropati diabetika :
Cara terbaik mencegah timbulnya neuropati diabetika adalah dengan jalan mengatur kadar gula
darah pada level normal dan dengan mempertahankan kadar gula darah pada level yang aman
akan melindungi terjadinya kerusakan saraf di seluruh badan.

Diagnosa :
Neuropati didiagnosa berdasarkan gejalanya dan pemeriksaan fisik, dimana harus diperiksa
tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks dan sensivitas terhadap posisi, vibrasi suhu
dan raba halus.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk membantu menentukan tipe dan
seberapa beratnya kerusakan saraf yang terjadi :
Pemeriksaan kaki yang komprehensif : dengan cara memeriksa kulit, sirkulasi dan sensasi
dengan menggunakan monofilamen nilon, bila ada gangguan kehilangan sensasi protektif akan
ada resiko terjadinya luka pada kaki yang sukar sembuh.
Juga perlu diperiksa refleks dan vibrasi yang lebih sensitif dari rasa raba/tekanan.

Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium :
Harus diperiksa laboratorium dan menyingkirkan kausa-kausa lain dari neuropati. Semua harilhasil harus normal kecuali gula darah dan HbA1c pada diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik atau yang belum diketahui (undiagnosed diabetes). Eritrosit&leukosit&diff, Elektrolit, gula
darah puasa dan HbA 1 c walaupun belum ada korelasi yang langsung antara beratnya
peninggian HbA1c dengan beratnya neuropati diabetika, vitamin B-12 dan kadar asam folat,
thyroid-stimulating hormone dan tiroksin, LED.
Pemeriksaan imaging : MRI servikal, torakal atau lumbal untuk menyingkirkan kausa secunder
dari neuropati, CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternatif untuk menyingkirkan
kompresi dan keadaan patologis lain di kanalis spinalis pada radikulopleksopati lumbosacral dan
neuropati torakoabdominal, imaging otak untuk menyingkirkan aneurisma intracranial, lesi
compresi dan infark pada kelumpuhan n.okulomotorius.
Pemeriksaan elektrofisiologi : EMG (elektromiograf) dan kecepatan daya hantar saraf
(KHS/NCV)
Etiologi
Sindroma yang disebabkan oleh degenerasi saraf periferatau autonom akibat diabetes
mellitus. Neuropati diabetik pada saraf autonom disebabkan oleh vaskulitis. Pembuluhpembuluh darah yang terkena proses itu ialah yang memperdarahi pleksus serabut autonom,
terutama pleksus vesikalis. Oleh karena itu timbullah inkontinensia urine, impotensi dengan
hilangnya ereksi. Lesi spinovaskular dan serebrovaskular pada penderita diabetes sering terjadi
akibat trombosis ataupun pecahnya mikro-aneurisme.
Klasifikasi
Neuropati diabetiik merupakan kelainan yang heterogen, sehingga ditemukan berbagai ragam
klasifikasi. Secara umum ND ditemukan bergantung pada 2 hal,menurut perjalanan penyakitnya
dan menurut jenis srabut saraf yang terkena lesi.
Menurut perjalanan penyakitnya,ND dibagi menjadi :
- Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat perubahan
biokimiawi.
- Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan struktural
serabut saraf.
- Kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut saraf akibat
kematian neuron.

Menurut jenis serabut saraf yan g terkena lesi:


Neuropati difuse
- Polineuropati sensori-motor simetris distal
- Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, neuropati otonom, neuropati kardiovaskular,
neuropati gastrointestinal, neuropati genitourinaria.
- Neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi)
Neuropati fokal
- Neuropati kranial
- Radikulopati/pleksopati
- Entrapment neuropathy
Patomekanisme
Proses kejadian ND berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang berakibat terjadinya
peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosilation end products (AGEs),
pembentukan radikal bebas dan aktivitas protein kinase C (PKC). Aktivitas berbagai jalur
tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf menurun dan
bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah ND. Berbagai penelitian membuktukan
bahwa kejadian ND berhubungan sangat kuat dengan lama dan beratnya DM.
Gejala klinis
khas, pertama tama extremitas paling distal yaitu jari-jari kaki kmd meluas ke kaki yang
menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan suhu dengan pola stocking, dan terakhir extremitas atas
yang dimulai pada jari jari tangan (glove) stocking and glove appearance.
ulkus pada kaki.
ataksia (ataksia diabetik) , tabes diabetikum
kelemahan otot fleksor dan ekstensor kaki, refleks tendon achilles sering negatif.
Diagnosa
Polineuropati sensori-motor simetris distal atau distal symmetrical sensorymotor polyneuropathy
(DPN) merupakan jenis kelainan ND yang paling sering terjadi. DPN ditandai dengan
berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi motorik yang berlangsung pada bagian

distal yang berkembang kearah proksimal. Bentuk lain dari ND yang juga sering ditemukan ialah
neuropati otonom (parasimpatis dan simpatis) atau diabetic autonomic neuropathy (DAN).
Pemeriksaan penunjang
Pengendalian Glukosa darah dan monitor HbA1c secara berkala
Pemeriksaan EMNG
Terapi
Untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya komplikasi kronik DM termasuk neuropati,obatobat yang berperan pada proses timbulnya komlikasi kronik diabetes, yaitu:
golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbunan sorbitol dan
fruktosa.
Penghambat ACE
Neurotropin : nerve growth factor, brain-derived neurotrophic factor
Alpha Lipoic acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal hidroksil,
suproksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation.
Penghambat protein kinase C
Gangliosides, merupakan komponen utama membran sel
Gamma linoleic acid (GLA), suatu prekursor membran fosfolipid
Aminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEs
Human intravenous immunoglobulin, memprbaiki gangguan neurologik maupun non
neurologik akibat penyakit autoimun.
ND dengan nyeri, dianjurkan ialah :
NSAID (ib uprofen 600mg 4x/hari, sulindac 200mg 2x/hari)
Antidepresan trisiklik amitriptilin 50-150mg malam hari, imipramin 100mg/hari, nortriptilin 50150mg malam hari, paroxetine 40mg/hari)
Antikonvulsan (gabapentin 900mg 3x/hari, karbamazepin 200mg 4x/hari)
Antiaritmia (mexilletin 150-450mg/hari)

Topikal : capsaicin 0,075% 4x/hari,fluphenazine 1mg 3x/hari, transcutaneous electrical nerve


stimulation.
Prognosis
Prognosis penderita neuropati diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia
penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki
dan tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas
sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis.

http://jatihylmi-neuropatidiabetika.blogspot.com/
http://dokterbaeg.blogspot.com/2010/11/neuropati-diabetik.html

Anda mungkin juga menyukai