TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian
dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii
superior membentuk saluran air mata
Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis
diantara kedua batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30mm dan
lebar maksimal 9mm. Cekungan natural dari palpebra superior merupakan
sebuah fungsi statik dari bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi
palpebra terhadap kelengkungan bola mata (Khurana, 2007; Sidarta 2011;
Paul et al., 2007).
Otot orbikularis bagian preseptal berada di atas septum orbita dan berasal dari
arah medial dari superfisial dan bagian dalam serta berhubungan dengan
ligamen palpebra bagian medial. Bagian pretarsal berada di depan tarsus,
dengan asal yang lekat dengan ligamen palpebra bagian medial (American
Academy of Ophtalmology, 2011; Paul, 2007).
Gambar 5. Otot Orbikularis Okuli dan otot-otot terkait A. Frontalis muscles;
B. corrugator supercili muscle; C. procerus muscle; D. orbicularis muscle
(orbital portion); E. orbicularis muscle (preseptal portion); F. orbicularis
muscle (pretarsal port ion); G. medial canthal tendon; H. lateral canthal
tendon.
Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System; Chapter 9, 7th Edition; American Academy of
Ophtalmology; 2011-20012: 134-5, 146, 192-3
Septum Orbita, adalah struktur jaringan ikat yang melekat di pinggir pada
periosteum dari batas orbita, di bagian tengah menyatu dengan retraktor palpebra,
yang berperan sebagai diafragma (Wals and Hoyts, 2005).
5) Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus
cahaya. Konjungtiva palpebra membatasi permukaan dalam kelopak mata
mulai dari konjungtiva tarsalis (dari batas mukokutaneus dari pinggir kelopak
hingga ke batas tarsal) dan berlanjut sebagai konjungtiva palpebra orbita
hingga ke fornix. Konjungtiva tarsalis melekat ke tarsal, sedangkan lamina
propria berada dibawah konjungtiva orbita palpebra dan memungkinkan
lewatnya otot Mller yang kaya pembuluh darah. Jika lebih kedalam ladi dari
forniks, dibagian depan dari bola mata dikenal sebagai konjungtiva bulbi
(Khurana, 2007; Paul, 2007; American Academy of Ophtalmology, 2011).
B. Inervasi
Sumber dari sensoris palpebra berasal dari cabang terminal dari divisi
ophtalmikus (V1) dan divisi maksilaris dari N.Trigeminal (V2). Cabang-
cabang dari N.Fasialis mempersarafi otot-otot pembentuk raut wajah. Cabang
frontal dan zigomatikum dari N.VII menginervasi otot orbikularis okuli dan
otot dahi. Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang atas dari
N.Okulomotor, memasuki otot dari bagian permukaan sepertiga bawah. Otot
Mller (dan otot tarsal inferior) memerlukan inervasi simpatis (American
Academy of Ophtalmology, 2011; Wals and Hoyts, 2005).
C. Perdarahan
Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri
palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri
ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui cabang-
cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbita (Khurana,
2007; Sidarta 2011; Paul et al., 2007).
D. Ektropion
Klasifikasi
a. Ektropion Involusional/Senilis
Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai
pada usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain
mengatakan bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini
diakibatkan kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis
(Tsai, 2011; Khurana, 2007; Kanski, 2007; Olver, 2005).
c. Ektropion Paralisis
Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari
nervus ketujuh yang berhubugan dengan dengan retraksi kelopak mata dan
bawah. Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya
akan menyebabkan penyempitan celah palpebra Penyebab kelemahan saraf ini
diantaranya adalah Bells palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah
(Tsai, 2011; Khurana, 2007; Kanski, 2007; Olver, 2005).
Gambar 8. Ektropion Paralisis
Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann
Elsevier,
Philadelphia; 2007: 1-2
d. Ektropion Mekanis
Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor
sehingga menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong
ke luar dan kebawah (Tsai, 2011; Khurana, 2007; Kanski, 2007; Olver, 2005).
e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan,
namun bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome.
Ektropion kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan
bawah. Chlamydia trachomatis merupakan penyebab ektropion congenital
(Tsai, 2011; Zia, 2012).
Pemeriksaan Mata
Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada
kasus ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan
vertikal, kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis
serta adanya perubahan kulit sekitar kelopak mata (Miletic, 2010).
a. Pemeriksaan kelopak mata
Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10 mm
antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan
dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik
ke bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya
kelopak mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau
lambat. Apabila ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak
mata akan lambat bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila
kelopak mata ditarik makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula.
Jika sudah yakin adanya kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan
penyebabnya apakah ada kelainan struktur anatomi atau lainnya (Miletic,
2010).
b. Pemeriksaan tendon canthus
Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute
angular contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila
tendon canthus tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon.
Bagian lateral dari kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari
sudut lateral canthus dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm
(Miletic, 2010).
c. Pemeriksaan otot orbikularis
Kelemahan oto orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf
wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata
ditutup secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot
berkurang. Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral
(Miletic, 2010).
d. Perubahan kulit
Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga
menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata
terbalik ke arah luar (Miletic, 2010).
Diagnosis
Diagnosa ektropion dapat di ditegakkan berdasarkan anamnesa yang
lengkap serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita
tanyakan misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau
pernah ada riwayat operasi kelopak mata (Miletic, 2010).
Tatalaksana
a. Ektropion Senilis/Involusional
Tatalaksana medikamentosa untuk ektropion involusional dapat diberikan
salap lubrikasi agar mata tetap lembab, khususnya apabila korena sudah
terpapar dunia luar. Namun terapi lubrikasi ini hanya untuk mengurangi gejala
saja, terapi utamanya tetap dilakukan pembedahan (Ing, 2014; Marzouk
2011).
Untuk tatalaksana pembedahannya dilakukan pada spesifik kelainan
anatomi kelopak mata. Umumnya ini memerlukan pemendekan kelopak mata
pada kelemahan horizontal. Namun pemilihan prosedur pembedahan
bergantung pada kelopak mata sendiri, tendon dan posisi canthus.
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahannya, dapat dilakukan 3 jenis
operasi (Tsai, 2011; Khurana, 2007; Kanski, 2007; Olver, 2005).
Medial conjunctivoplasty.
Operasi ini sangat berguna untuk kasus ektropion yang ringan
termasuk yang mengenai area punctum (Tsai, 2011; Khurana, 2007;
Kanski, 2007).