Anda di halaman 1dari 45

REFLEKSI KASUS AGUSTUS 2017

BATU URETHRA ANTERIOR

DISUSUN OLEH:
Ihwan Ukhrawi Aly
N 111 15 033

PEMBIMBING:
dr. I Wayan Suarsana, Sp.U

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih.Batu saluran


kemih sudah dikenal sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan ditemukan batu
saluran kemih pada mumi yang berumur sekitar 7000 tahun.2 Penyakit ini dapat
menyerang semua penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Di Negara-negara berkembang banyak di jumpai pasien batu buli-buli
sedangkan Negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas sehari-hari.1
Di Amerika Serikat 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata 1-12 % penduduk yang menderita batu
saluran kemih.Penyakit ini merupakan tiga terbanyak di bidang urologi di
samping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.Urolithiasis dapat
terbentuk pada yaitu ginjal (Nefrolithiasis), Ureter (Ureterolothiasis), Vesica
urinaria (Vesicolithiasis) dan Uretra (Urethrolithiasis).1
Selain di negara-negara maju, insiden batu saluran kemih juga terjadi
indonesia. Di indonesia, batu saluran kemih merupakan salah satu penyakit
yang memiliki jumlah pasien terbesar di klinik urologi .2 Pada tahun 1977
sampai 1979 di makasar terjadi sekitar 269 kasus batu saluran kemih. Tahun
1987-1992 terjadi 122 kasus dan pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998
terjadi sekitar 50 kasus.3 Di Indonesia, pada tahun 2002 diketahui bahwa terdapat
37.636 kasus baru batu ginjal dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang .4
Sedangkan di RSP berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa setidaknya
terdapat 3 orang tiap minggunya yang menjalani proses pembedahan akibat batu
saluran kemih.4
Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau ureter
yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.Batu urethra merupakan batu
primer, terbentuknya batu di urethra sangat sangat jarang, kecuali jika terbentuk di
dalam divertikel uretra.Angka kejadian batu urethra ini tidak lebih 1% dari

2
seluruh batu saluran kemih. Maka dari itu penting untuk mengetahui informasi
mengenai batu urethra sehingga dapat diidentifikasi dan ditatalaksana dengan
tepat.1

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisologi Urethra

Saluran kemih seluruhnya terletak di bagian retroperitoneal sehingga


proses patologi, seperti obstruksi, radang dan pertumbuhan tumor, terjadi
diluar rongga abdomen, tetapi gejalanya dan tandanya mungkin tampak di
perut menembus peritoneum parietal belakang.5

Gambar 1. Saluran Kemih5

Urethra merupakan saluran yang menyalurkan urine ke luar dari buli-


buli melalui proses miksi. Secara anatomis urethra dibagi menjadi 2 bagian
yaitu urethra posterior dan urethra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga
dalam menyalurkan cairan mani. Urethra diperlengkapi dengan sfingter
urethra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan urethra, serta
sfingter urethra eksterna yang terletak pada perbatasan urethra anterior dan
posterior.sfingter urethra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh
sistem simpatetik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka.
sfingter urethra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh system
somatic. Aktivitas sfingter urethra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan

4
keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup
pada saat menahan kencing.1

1. Urethra Maskulina
Uretra maskulina panjangnya sekitar 8 inci (20 cm) dan terbentang dari
collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans
penis.1,6

Urethra masculina dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 6

Urethra pars prostatica


Panjangnya 1 1/4 inci (3 cm) dan berjalan melalui prostat dari basis
sampai apexnya. Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan
yang paling dapat dilebarkan dari urethra.
Urethra pars membranacea
Panjangnya sekitar inci (1,25 cm), terletak di dalam diaphragma
urogenital dan dikelilingi oleh musculus sphincter urethra. Bagian ini
merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa dilebarkan
Urethra pars spongioa
Panjangnya sekitar 6 inci (15,75 cm) dan dibungkus di dalam bulbus
dan corpu spongiosum penis. Ostium urethra externum merupakan
bagian tersempit dari seluruh urethra.Bagian urethra yang terletak di
dalam glands penis melebar membentuk fossa navicularis (fossa
terminal). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars
spongiosa distal dari diaphragm urogenital.

5
Gambar 2 : Urethra Maskulina5

Urethra posterior pada pria terdiri atas urethra 1) pars prostatika, yakni bagian
urethra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) urethra pars membranasea. Di
bagian posterior urethra posterior terdapat suatu tonjolan verumontanum dan
disebelah proksimal dan distal terdapat krista urethralis. Dipinggir kanan dan kiri
verumontanum terdapat duktus ejakulatorius.1

Urethra anterior adalah bagian urethra yang dibungkusi oleh korpus


spongiosum penis. Urethra anterior terdiri atas 1) pars bulbosa, 2) pars pendulari,
3) fossa navicularis, dan 4) meatus urethra eksterna. Didalam lumern urethra
anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar cowperi yang berada di dalam diafragma urogenital dan
bermuara di urethra pars bulbosa, serta kelenjar littre, yaitu kelenjar paraurethralis
yang bermuara di urethra pars pendularis.1

6
2. Urethra Feminina
Panjang urethra feminina kurang lebih 1 inci (3,8 cm). urethra
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum
yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inci (2,5 cm) distal dari
clitoris. Urethra menembus musculus sphincter urethra dan terletak tepat
di depan vagina. Disamping ostium urethra externum terdapat muara kecil
dari ductus glandula paraurethral. Urethra dapat dilebarkan dengan
mudah.Di dalam urethra bermuara kelenjar periurethral, di antaranya
adalah kelenjar skene.1,3

Glandulae paraurethral

Glandula paraurethral yang sesuai dengan prostat pada laki-laki bermuara


ke dalam vestibulum melalui saluran-saluran kecil yang terdapat pada
kedua sisi ostium urethra externum.6

Glandula vestibulares majors

Glandulae vestibulares majors (Bartholini) adalah sepasang kelenjar


mucosa kecil yang letaknya tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli
dan labium majus pudenda.6

7
Gambar 3 : (a) Urethra feminine, (b) Urethra maskulina5

B. Urolithiasis (Batu Saluran Kemih)

1. Definisi

Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih.Batu


di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.7

8
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
terbentuk pada :1

1. Ginjal (Nefrolithiasis)
2. Ureter (Ureterolithiasis)
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
4. Uretra (Urethrolithiasis).

2. Etiologi

Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah


terjadinya pembentukan batu di saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.1

Faktor intrinsik itu antara lain adalah:1

1. Herediter
Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi
vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat
keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
Penyakit-penyakit herediter yang menyebabkan Urolithiasis antara
lain:hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan
fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air
kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi
selama lima tahun (1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade
empat sampai dengan enam.

9
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada
wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran
kemih pada wanita dan anak-anak.

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :1

1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu


saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di
Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life.

3. Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih


terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak
teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.1,4

10
Beberapa teori pembentukan batu adalah :1

1. Teori Nukleasi

Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan


organic maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal- kristal
tersebut berada dalam keadaan metastable(tetap terlarut) dalam urine
jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (Nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu
agregat kristal menempel dan dari sini bahan-bahan lain mengendap
pada pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.1

2. Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin,


dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-
kristal batu.1

3. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk


kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang,
akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion
magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu
karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium
oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium

11
(Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein
atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan
cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal,
maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain :1

1. Glikosaminoglikan (GAG)
2. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
3. Nefrokalsin
4. Osteopostin.1

4. Jenis Jenis Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium


oksalat atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-
fosfat (MAP) (15%), xanthyn dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%).4

1. Batu kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 -80 % dari
seluruh batu saluran kemih.Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.

Gambar 4 :Batu Kalsium Oksalat

12
Faktor terjadinya batu kalsium adalah

1) Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri,
antara lain :
Hiperkalsiuri absorptif, terjadi karena peningkatan absorpsi
kalsium melalui usus.
Hiperkalsiuri renal, terjadi karena adanya gangguan kemampuan
reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal.
Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi
kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme
primer atau pada tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari.
Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan
usus passca operatif usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat, seperti : teh, kopi instan, minuman
soft drink, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine melebihi 850
mg/24 jam.
4) Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang bersifat lebih mudah larut, sehingga
menghalangi kalsium berikatan dengan oksalat atau fosfat.
Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubulus ginjal,
sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazid dalam
waktu lama.
5) Hipomagnesuria. Sama seperi sitrat, magnesium bertindak sebagai
inhibitor timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium
bereaksi dengan oksalat membentuk magnesium oksalat, sehingga
mencegah ikatan kalsium oksalat.1

13
2. Batu struvit

Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan


oleh adanya infeksi saluran kemih.Kuman penyebab adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP).Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk
pemecah urea.1,4

Gambar 5 : Batu Struvit

3. Batu asam urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat.Penyakit ini banyak diderita oleh
pasien dengan penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat
urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Obesitas,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk
mendapatkan penyakit ini. Asam urat relatif tidak larut dalam urine,

14
sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat.1

Gambar 6: Batu Asam Urat

4. Batu jenis lain


Batu sistin, batu xanthin sangat jarang dijumpai.Batu sistin didapatkan
karena kelainan metabolism sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi sistin
dimukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan
berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan
hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat.1

Gambar 7 : Batu Sistin

5. Diagnosis

menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium dan
penunjang lain untuk menentukan adanya kemungkinan obstruksi saluran
kemih, infeksi, dan gangguan faal ginjal.1

15
Anamnesis
a. Riwayat penyakit saat ini
Pada pengkajian ini, hal yang perlu ditanyakan adalah keluhan klien
seperti nyeri (lokasi, waktu, penyebaran, intensitas, durasi),
pengeluaran batu dalam urin, pola BAK, terdapat darah dalam urin dan
lain-lain.Pasien dengan batu saluran kemih mempunyai keluhan yang
bervariasi mulai dari tanpa keluhan.sakit pinggang ringan sampai
dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini
dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal
ginjal.1,5
b. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang perlu ditanyakan pada klien yaitu apakah
klien pernah mengalami penyakit batu sebelumnya, pernah
mengalami penyakit infeksi saluran kemih, riwayat kencing berpasir
ataupun penyakit saluran kemih yang lainnya.1,5
c. Riwayat keluarga
Perlu ditanyakan antara lain : intake cairan, diet (susu, keju, purine),
obat-obatan (analgesic, vitamin D, kemoterapi), immobilisasi yang
lama, gout, atau pernah mengeluarkan batu.1,5
d. Kebiasaan dan gaya hidup
Pada pemeriksaan ini perawat menanyakan kebiasan klien sehari-
hari, aktivitas yang biasa dilakukan klien sebelumnya, serta
makanan dan minuman yang biasa di konsumsi klien.1,5

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak
batu dan penyulit yang ditimbulkan.1,4
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi
a. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal

16
b. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
c. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
d. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual).

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,
dan menentukan sebab terjadinya batu.1,2,5
Urin
pH urin > 7,6 biasanya ditemukan kuman urea splitting organisme
dapat berbentuk batu magnesium ammonium posfat. pH yang
rendah menyebabkan peengendapan batu asam urat (organik)
Sedimen : Sel darah merah meningkat (905) ditemukan pada
penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka Sel darah putih
akan meningkat
Biakan urin
Darah
Hb, akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal
Leukositosis terjadi karena infeksi
Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Ca, Fosfor dan asam urat.

Pemeriksaan Radiologik
BNO
BNO atau Buik Nier Overzich atau foto abdomen polos
adalah pemeriksaan radioligi pada bagian abdomen yang
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan konginatal,
tumor ginjal atau tumor abdimen, bati saluran kemih dan
tumor kandungan. BNO polos dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja karena tidak memerlukan persiapan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi supine dengan

17
memiliki batas atas prosesus xyphoideus, batas bawah simphisis
phubis dan batas lateral terlihat seluruh perut.10 Pada foto BNO
batu yang dapat dilihat sebagai batu radio-opak sedangkan batu
yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini
adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opak
hingga yang paling bersifat radiolusen; calcium fosfat, calcium
oksalat, magnesium ammonium fosfat, asam urat, xanthin.5

Foto BNO-IVP
BNO IVP atau BNO intravenous pyelography excertion
urography adalah pemeriksaan BNO dengan menggunakan obat
kontras yang dimasukan via. Pemeriksaan ini menurut Thomas
B and James H menggunakan iodine kontras medium. Indikasi
pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan BNO akan tetapi
pemeriksaan ini memberikan pemeriksaan anatomikal yang
lebih baik. Berbeda dengan pemeriksaan BNO polos, BNO
IVP tidak dapat dilakukan pada semua orang karena
pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan jika kadar ureum <
60mg, creatinin < 2 mg, telah menjalani Discharge
planningpemeriksaan BNO dan skin test terhadap obat kontras.
Kontra indikasi dari pemeriksaan ini adalah alergi obat kontras,
penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih akut dan retensi
cairan berlebihan. Persiapan yang dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan ini antara lain makan-makanan rendah sisa yaitu
bubur kecap dan mengurangi minum 24 jam sebelum
pemeriksaan, puasa 8 jam sebelum pemeriksaan, dan makan
garam inggris 30 gram malam sebelum pemeriksaan.5
Retrograde pyelograph
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan jika
pemeriksaan menggunakan BNO IVP tidak baik. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui letak, panjang tinggi dan etiologi

18
dari obstruksi yang terjadi. Pemeriksaan ini, tidak boleh dilakukan
pada klien dengan infeksi saluran kemih akut. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan kontras melalui kateter ureter.5
CT Scan Urologi
T Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan kombinasi X- Ray
dan komputer 3D sehingga dapat menghasilkan gambar yang lebih
jelas. CT Scan melibatkan obat khusus yang disebut dengan
medium kontras. Posisi yang digunakan pada pemeriksaan ini
adalah terlentang. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menunjukkan posisi batu dan kondisi yang mungkin
diakibatkan oleh keberadaan batu tersebut seperti hidrouretra
ataupun hidronefrosis.1,5

Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang non invasive yang sangat
membantu, dapat dipakai untuk melakukan antegrad pielografi.5USG
dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang hamil. Pemeriksaan USG untuk menilai
adanya batu diginjal atau buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis atau
pengerutan ginjal.1

6. Gambaran Klinis

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya1

Batu ginjal 1
o Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat distensi
parenkim dan kapsul ginjal), kolik (hiperperistaltik otot polos pada
kaliks dan pelvis ginjal)

19
o Nausea, muntah-muntah disertai distensi abdomen disebabkan oleh
ilius paralitik.
o Hematuria makroskopik (5-10%), hematuria mikroskopi (90%).
o Infeksi, bila terjadi sepsis penderitaakan demam, menggigil dan
apatis
Tanda-tanda
Biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang dapat ditemukan
adanya nyeri tekan, nyeri ketok pada sudut CVA, bila terjadi
hidronephrosis dapat teraba adanya massa.

Batu Ureter1
o Rasa sakit yang mendadak disebabkan batu yang lewat, rasa sakit
berupa pegal disudut CVA (distensi parenkhim dan kapsul ginjal)
atau kolik (hiperperistaltik otot polos), kolik ini menjalar ke perut
bagian bawah sesuai dengan batu lokasi batu dalam ureter, pada
pria rasa sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal), pada wanita
rasa sakit terasa sampai vulva dan pada pria rasa sakit pada
skrotum (batu ureter distal)
o Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal
o Bila batu sudah menetap di uterer hanya ditemukan rasa pegal pada
sudut CVA karena bendungan.
Tanda-tanda
o Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin,
kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok ringan.
o Nyeri tekan pada CVA, spasme otot-otot abdomen, testis
hipersensitif (batu ureter proximal), skrotum hipersensitif (batu
ureter distal

20
Batu Buli-buli1
o Kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke
penis bila pasien merubah posisi dapat kencing lagi, pada anak-
anak mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penis
o Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang
terjadi hematuria
Tanda-tanda
o Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba
adanya urin yang banyak retensi.
o Hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual
o Pada pria di atas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.

Batu Urethra1
o Kencing lancar tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat
(gland penis, batang penis, perineum dan rectum) terjadi retensi
urin (total atau parsial)
Tanda-tanda
Rasa sakit pada tempat batu berada :

o Glands penis fossa navikularis


o Urethra anterior pars bulbosa maupun pendularis
o Perineum dan rektum bulbus urethra pars prostatika (dapat
diraba dengan RT)

7. Penatalaksanaan

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada sauran kemih


secepatnya harus dikeluarkan. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.1

21
Batu dapat dikeluarkan dengan cara, yaitu :
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan
minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.1
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang,
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.1
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk
mengeluarkan batu pada ginjal adalah :1
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu urethra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotritor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik.

22
4. Bedah Terbuka
Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi
dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau
mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun.1
5. Pencegahan berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari, Aktivitas harian yang
cukup dan Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu.1

8. Prognosis

Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya


tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.1,5

9. Komplikasi

Komplikasi batu saluran kemih antara lain timbulnya obstruksi,


infeksi sekunder dan infeksi yang berkepanjangan pada urotelium yang
dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma
epidermoid.sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter dapat
terjadi hidroureter atau hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau
tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang
terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena adanya
gagal ginjal total. 1,5

23
Hal yang sama dapat juga terjadi akibat dari batu kandung kemih,
terlebih bila batu tersebut membesar, sehingga juga menyebabkan
gangguan pada aliran kemih dari kedua orifisium ureter. Batu di pielum
dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan.Jika disertai
dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses
ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat
terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat
mengakibatkan gagal ginjal permanen.1

C. Urethrolithiasis (Batu Urethra)

1. Definisi

Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal


atau ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.Batu urethra
merupakan batu primer terbentuknya batu di urethra sangat jarang, kecuali
jika terbentuk di dalam divertikel urethra.Angka kejadian batu urethra ini
tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih.1 Komposisi batu urethra
tidak berbeda dengan batu kandung kemih. Dua pertiga batu uretra terletak
di uretra posterior dan sisanya di uretra anterior.1,5

2. Gambaran Klinis

1) Miksi tiba-tiba berhenti hingga retensi urin, yang mungkin


sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari
ureter yang turun ke buli-buli dan kemudian ke uretha, biasanya
pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi 1
2) Rasa sakit yang hebat pada glans penis atau pada tempat batu
berada.1
3) Batu yang berada di urethra anterior seringkali dapat diraba oleh
pasien berupa benjolan keras di urethra pars bulbosa maupun
pendularis, kadang-kadang tampak di meatus urethra eksterna. Batu

24
yang berada pada urethra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau
rectum.1
3. Komplikasi

Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi


sekunder, dan iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat
menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma
epidermoid.Khusus nya pada uretra dapat terjadi divertikulum urethra dan
Terbentuk fistula yang terletak proksimal dari ureter karena ekstravasasi
kemih bila obstruksi berlangsung lama.1

4. Penatalaksanaan

Gambar 8. Algoritma Penatalaksanaan Batu Uretra11

Tindakan mengeluarkan batu tergantung posisi, ukuran dan bentuk


batu.Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar
spontan asalkan tidak ada kelainan atau penyempitan pada urethra. Batu

25
kecil di urethra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan melakukan
lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukkan campuran jelly dan lidokain
2% intraurethra dengan harapan batu dapat keluar spontan .sedangkan batu
pada meatus urethra externa atau fossa navikularis dapat diambil dengan
forsep setelah terlebih dahulu dilakukan pelebaran meatus urethra
(meatotomi). 1,11

Gambar 9.Tindakan Meatotomy11

Batu yang masih cukup besar dan berada di urethra posterior


didorong dahulu hingga masuk ke buli-buli dan selanjutnya dilakukan

26
litotripsi (pemecahan batu). Untuk batu yang besar dan menempel di
urethra sehingga sulit berpindah tempat meskipun telah dicoba untuk
didorong ke proksimal(dilubrikasi), mungkin perlu dilakukan
uretrolitotomi atau dihancurkan dengan pemecahan batu transurethral.1
Tidak jarang batu urethra yang ukurannya < 1cm dapat keluar sendiri
dengan bantuan pemasangan kateter urethra selama tiga hari , batu akan
terbawa keluar dengan aliran air kemih yang pertama. Batu uretra harus
dikeluarkan melalui tindakan urethratomi eksterna.Komplikasi yang dapat
terjadi sebagai akibat operasi adalah striktur urethra.2

Gambar 10.Tindakan Urethrolithotomy 12

27
BAB III

REFLEKSI KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. Y Pekerjaan : PNS

Umur : 49 tahun Tanggal masuk : 30/06/2017

JK : Laki - Laki Ruangan : Teratai

Alamat : Jl. Anoa Rumah Sakit : RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Nyeri saat buang air kecil

Anamnesis terpimpin:
Pasien baru masuk dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dirasakan sejak
tahun 2007.Namun semakin berat sekitar 1 minggu terakhir sebelum masuk
rumah sakit.Nyeri saat buang air kecil juga disertai nyeri pada daerah
pinggang kiri bawah dan nyeri terasa hingga ke tulang belakang hilang
timbul.Selain nyeri, pasien juga mengaku saat buang air kecil kadang tiba-
tiba terputus atau terhenti. Nyeri yang dirasakan saat berkemih terutama
dirasakan didaerah muara kemaluan..Riwayat demam tidak ada, mual dan
muntah tidak ada.Buang air kecil kadang berwarna merah atau kuning.Tidak
buang air besar 5 hari.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Os mengaku baru pertama kali masuk rumah sakit dan dirawat dengan
keluhan sekarang dan sebelumnya tidak ada.Riwayat Diabetes mellitus (-),
jantung (-).

28
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalisata : Sakit sedang
Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg Pernapasan : 22 x/menit
Nadi : 98 x/menit Suhu : 36,90C
Kepala : Bentuk normocephali
Conjunctiva anemis - / -
Sclera ikterik - / -
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-Paru
- Inspeksi : simetris bilateral
- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : sonor (+) pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V midclavicula sinistra
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler (+), Gallop (-),Murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : tampak kesan datar
- Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : tympani (+) pada seluruh lapang abdomen.

29
- Palpasi : Nyeri tekan (+) kuadran epigastrik, suprapubik,
iliaca sinistra. Organomegali (-), Full Blast (-).
Genitalia :
- Penis : Teraba massa padat di dekat muara urethra
externa(daerah glans penis)
- Scrotum : massa (-), nyeri tekan (-), jejas (-)
Ekstremitas
- Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan tambahan : Nyeri ketok CVA (+) sinistra

IV. RESUME
Pasien laki-laki umur 49 tahun masuk dengan dysuria sejak tahun
2007, namun semakin berat 1 minggu SMRS.Flank pain (+), hematuria
(+), dan intermitensi urin (+).Dysuria dirasakan terutama di daerah Ostium
Urehtra Anterior, defekasi (-) 5 hari.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD: 110/80 mmHg, S: 36,90C,
R: 22x/menit, N: 98 x/menit. Nyeri tekan abdomen (+) kuadran epigastrik
(+), suprapubik (+), iliaca sinistra (+), Nyeri ketok CVA (+/-), Kesan
Massa padat didaerah dekat muara urethra externa (glans penis).

V. DIAGNOSA AWAL
- Kolik Abdomen ec. Susp. Neprolithiasis Sinistra
- Susp. Urethrolithiasis anterior
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
WBC 33,5 x 103/uL (meningkat)
RBC 3,95 x 106/uL
HGB 11,2 g/dL
HCT 33,8 %
PLT 154 x 103/uL

30
Kimia Darah

GDS 93 mg/dL
SGOT 66 U/L (meningkat)
SGPT 54 U/L (meningkat)
Creatinine 5,19 mg/dL (meningkat)
Urit Acid 8,1 (meningkat)
Urea 147,5 mg/dL (meningkat)

Urinalisis
pH (7,0)
Albumin (+1)
Protein (+1)
Sedimen leukosit : (15-20)
Sedimen eritrosit : (3-4)
Sedimen epitel : (6-8)

HbsAg : non reaktif

31
Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Ginjal Kiri : Tampak 2-3 buah batu dengan ukuran rata-rata 9 mm,
bendungan (-)
Kesan:
- Tanda-tanda dyspepsia
- Nefrolith sinistra

32
CT Scan Abdomen :

- Tampak lesi hiperdens (batu) pada ginjal kiri disertai dilatasi


pelvocalyceal system
- Tampak lesi hiperdens (batu) ukuran 2 cm pada uretra
Kesan:
- Batu ginjal kiri disertai pelvocalyectasis
- Batu uretra

33
VII. DIAGNOSIS AKHIR
Chronic Kidney Disease (CKD) + Nephrolithiasis Sinistra + Batu Uretra
Anterior

VIII. PENATALAKSANAAN
- IVFD Dex 5% : Nacl 0,9% 1:1 1000cc/24jam 16 tpm
- Inj. Meropenem 750mg/12j/IV
- Drips. Tramadol 1 amp in Nacl 0,9 % 100cc /8j/ (Jika nyeri hebat)
- Dulcolax Supp 1
- Diet tinggi kalori dan rendah protein
- Cek Lab. Ureum, Kreatinin, dan Asam urat
- Pro Dorsal Meatotomy (Kalau perlu Urethrolitotomy anterior)
- Konsul Cardiology untuk pre operatif

IX. PROGNOSIS
Dubia

34
FOLLOW UP

Senin, 31/06/2017

S :Nyeri saat BAK (+), Nyeri pinggang kiri (+) hilang timbul, demam (-), mual(-),
muntah (-), BAK terputus-putus (+), Warna urin seperti kuning kemerahan,
BAB (+) kesan lancar.
O :KU : Sakit Sedang, Kesadaran : Compos mentis
Anemis -/-, Ikterik -/-
TD : 140/90 mmHg, N : 82 x/m, RR : 22x/m, S : 36,7
Hasil Lab 31/6/2017
Creat 3,35 mg/dl, UA 8,1 mg/dl, Urea 97,0 mg/dl
A : CKD + Nephrolithiasis Sinistra + Batu Uretra Anterior
P:
- IVFD Dex 5% : Nacl 0,9% 1:1 1000cc/24jam 16 tpm
- Inj. Meropenem 750mg/12j/IV
- Drips. Tramadol 1 amp in Nacl 0,9 % 100cc /8j/ (Jika nyeri hebat)
- Diet tinggi kalori dan rendah protein
- Pro Dorsal Meatotomy (Kalau perlu Urethrolitotomy anterior)
- Konsul Anestesi Pre Operatif
- Profilaksis untuk Pre Operatif : Inj. Cefuroxime 1gr/12j/IV

Selasa, 01/07/2017

S :Nyeri saat BAK (-), Nyeri pinggang kiri (+) hilang timbul, demam (-), mual(-),
muntah (-), BAK terputus-putus (-), Warna urin seperti kuning kemerahan,
BAB (+) kesan lancar.
O :KU : Sakit Sedang, Kesadaran : Compos mentis
Anemis -/-, Ikterik -/-
TD : 130/80 mmHg, N : 80 x/m, RR : 20x/m, S : 36,5
A:
- Post Dorsal Meatotomy Hr. I a/i Batu urethra anterior (fossa navicularis)
- Nephrolithiasis Sinistra

35
P:
- Rawat ruang Teratai
- Diet tinggi kalori dan rendah protein
- IVFD Dex 5% : Nacl 0,9% 1:1 1000cc/24jam 16 tpm
- Inj. Cefuroxime 1gr/12j/IV
- Asam Mefenamat 3 x 500mg tab
- Ranitidin 2 x 150mg tab

Rabu, 02/07/2017
S :Nyeri saat BAK (-), Nyeri pinggang kiri (+) hilang timbul, demam (-), mual(-),
muntah (-), BAK (+) lancar, Terasa Pedis saat selesai BAK (+), Warna urin
kuning, BAB (+) kesan lancar.
O :KU : Sakit Sedang, Kesadaran : Compos mentis
Anemis -/-, Ikterik -/-
TD : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, RR : 20x/m, S : 36,5
A:
- Post Dorsal Meatotomy Hr. II a/i Batu urethra anterior (fossa navicularis)
- Nephrolithiasis Sinistra
P:
- Diet tinggi kalori dan rendah protein
- IVFD Dex 5% : Nacl 0,9% 1:1 1000cc/24jam 16 tpm
- Inj. Cefuroxime 1gr/12j/IV
- Asam Mefenamat 3 x 500mg tab
- Ranitidin 2 x 150mg tab

Rabu, 03/07/2017
S :Nyeri saat BAK (-), Nyeri pinggang kiri (+) hilang timbul, demam (-), mual(-),
muntah (-), BAK (+) lancar, Warna urin kuning, BAB (+) kesan lancar.
O :KU : Sakit Sedang, Kesadaran : Compos mentis
Anemis -/-, Ikterik -/-
TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/m, RR : 20x/m, S : 37

36
A:
- Post Dorsal Meatotomy Hr. III a/i Batu urethra anterior (fossa navicularis)
- Nephrolithiasis Sinistra
P:
- Cefixime 2 x 100 mg tab.
- Asam Mefenamat 3 x 500mg tab.
- Ranitidin 2 x 150mg tab.
- Boleh Pulang, Kontrol Poli Urologi RSUD Undata

37
LAPORAN OPERASI (Selasa, 1 Juli 2017)

Operator : dr. I Wayan Suarsana, Sp.U


Asisten : Nyoman
Instrumen : Jabaru
Tindakan : Dorsal Meatotomy

1. Posisikan pasien dengan posisi supinasi


2. Melakukan anestesi lokal dengan infiltrasi lidocain 2% di sisi dorsal Meatus
Urethra Externus
3. Melakukan anestesi blok N. Dorsalis Penis
4. Insisi Meatus Urethra Externus di sisi dorsal, keluarkan batu.
5. Jahit sisi ventral dan sisi dorsal Meatus Urethra Externus dengan
menggunakan benang safil 4,0 dengan simple interruptus
6. Operasi Selesai

Foto Hasil Post Operasi Dorsal Meatotomy

38
Batu Yang Ditemukan di Fossa Navicularis Hasil Post Operasi

Dorsal Meatomoty

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki umur 49 tahun masuk dengan dysuria sejak tahun 2007,
namun semakin berat 1 minggu SMRS.Flank pain (+), hematuria (+), dan
intermitensi urin (+).Dysuria dirasakan terutama di daerah Ostium Urehtra
Anterior, defekasi (-) 5 hari.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD: 110/80 mmHg, S: 36,90C, R:
22x/menit, N: 98 x/menit. Nyeri tekan abdomen (+) kuadran epigastrik (+),
suprapubik (+), iliaca sinistra (+), Nyeri ketok CVA (+/-), Kesan Massa padat
didaerah dekat meatus urethra eksterna (glans penis).
Hasil pemeriksaan laboratorium yang signifikan menunjukkan
leukosit33,5 x 103/uL, hemoglobin 11,2 g/dl. Peningkatan Kadar Kreatinin
sebesar 5,19 mg/dL, Urea147,5 mg/dL, proteinuria (+1), leukosituria (15-20),
hematuria (3-4), peningkatan kadar ureum sebesar 53,2 mg/dL dan peningkatan
kadar creatinine sebesar 1,29 mg/dL. Hasil USG abdomen menunjukkan kesan
nefrolith sinistra.Hasil CT Scan abdomen menunjukkan kesan Batu ginjal kiri
disertai pelvocalyectasisdn batu uretra ukuran 2 cm.
Berdasarkan keterangan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka pasien ini didiagnosis dengan Neprolithiasis Sinistra +
Urethrolithiasis Anterior.
Penegakkan diagnosis tersebut telah sesuai dengan teori dimana pasien
datang dengan keluhan sulit untuk buang air kecil (dysuria), Saat buang air kecil
tiba-tiba terputus atau terhenti (intermitten urin), dan keluhan dysuria lebih nyeri
diarasakan di daerah meatus urethrae externus ditambah dengan hasil CT Scan
yang menunjukkan adanya batu di uretra sehingga pasien dapat didiagnosis
dengan Urehtrolithiasis anterior atau batu uretra anterior. Sedangkan diagnosis
nephrolithiasis sinistra ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri flank pada daerah

40
lumbar sinistra yang menjalar hingga ke pusat, dan temuan dari USG dan CT Scan
yang menunjukkan adanya batu pada ginjal kiri.
Dari hasil temuan pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien mengalami
leukositosis dan pada urin rutin terdapat leukosituria, yang menunjukkan bahwa
pasien mengalami infeksi pada saluran kemih, infeksi yang terjadi dapat
disebabkan karena adanya sumber infeksi yaitu batu yang terdapat di fossa
navicularis.Selain itu penanda terjadinya hematuria pada urin rutin menandakan
bahwa batu telah mencederai mukosa pada saluran kemih sehingga terdapat
eritrosit dalam urin, sehingga urin tampak berwarna merah. Terjadinya
peningkatan kreatinin menandakan fungsi ginjal menurun akibat adanya obstruksi
di saluran kemih sedangkan peningkatan ureum menandakan kemungkinan
adanya infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri pemecah
urea.Sehingga peningkatan urea menandakan batu yang terbentuk kemungkinan
batu yang disebabkan akibat adanya infeksi yaitu disebut dengan batu struvit.
Pada pasien ini dilakukan tindakan penanganan untuk mengatasi keluhan
pasien sesuai dengan manifestasi klinis, dimana karena pasien mengalami nyeri
maka diberikan obat antinyeri golongan narkotik seperti tramadol, selain itu juga
pasien menunjukkan adanya bukti infeksi yang cukup tinggi (leukositosis)
sehingga diberikan antibiotik yaitu meropenem, pemberian terapi cairan juga
perlu pada pasien, dan juga karena peningkatan kreatinin yang cukup tinggi pada
pasien, untuk mengurangi beban kerja ginjal maka pasien dianjurkan untuk diet
tinggi kalori dan rendah protein, sehingga diharapkan kebutuhan energy pasien
dapat tercukupi.
Tahap penanganan pada pasien ini, pada tahap awal direncanakan untuk
mengeluarkan batu pada uretra, lalu setelah itu batu di ginjal, hal tersebut
dipertimbangkan karena perlu dilakukan pengeluaran batu yang menimbulkan
obstruksi yang menimbulkan gejala yang banyak pada pasien.Tindakan
pengeluaran batu pada uretra yaitu dengan tindakan meamotomy yaitu tindakan
dimana dilakukan insisi pada meatur urethra externus untuk mengeluarkan batu
yang terhadapat pada meatus atau fossa navicularis.

41
Setelah tindakan meamotomy dilakukan, pasien tetap harus dikontrol
kondisi umumnya dan keluhan berkemihnya, untuk mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan dan perencanaan lebih lanjut yang dilakukan untuk pasien.

42
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai kasus ini, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut.

Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau ureter
yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke urethra.Angka kejadian batu urethra
ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih. Secara epidemiologi batu
saluran kemih ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun dan laki-laki
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.Komposisi batu urethra
tidak berbeda dengan batu kandung kemih.Dua pertiga batu urethra terletak di
uretra posterior dan sisanya di uretra anterior.

Keluhan yang disampaikan pasien ini adalah Miksi tiba-tiba berhenti


hingga terasa nyeri didaerah penis, yang mungkin sebelumnya juga kadang
didahului dengan nyeri pinggang. Rasa sakit yang hebat pada glans penis atau
pada tempat batu berada.Batu yang berada di urethra anterior seringkali dapat
diraba oleh pasien berupa benjolan keras di urethra pars bulbosa maupun
pendularis, kadang-kadang tampak di meatus urethra eksterna. Sedangkan jika
batu yang berada pada urethra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rectum.

Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran dan


bentuk batu.Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar
spontan.Komplikasi pada batu uretra dapat terjadi divertikulum urethra dan
Terbentuk fistula yang terletak proksimal dari ureter karena ekstravasasi kemih
bila obstruksi berlangsung lama.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. 2011. Batu Saluran Kemih.dalam Dasar-dasr Urologi. Edisi ke-
3. Jakarta : sagung seto. Hal 125-144.
2. AUA Foundation. (2005). Kidney Stones. Retrieved from
www.UrologyHealth. org. Diunduh tanggal 1 Agustus 2017
3. Dewi, D dan Anak Agung, N S. Profil Analisis Batu Saluran Kencing Di
Instalasi Laboratorium Klinik Rsup Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit
Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007.
4. HTA Indonesia. (2005). Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
pada Batu Saluran Kemih. Retrieved from http://buk.depkes.go.id.
Diunduh tangaal Diunduh 1 Agustus 2017
5. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC. Hal 899-903.
6. Snell RS. 2006. Pelvis: Bagian II cavitas pelvis, Urinary System. Dalam :
Anatomik Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal
350-352.
7. Daniella, A dkk. 2011. Profil analsis penyakit batu saluran kemih di
departemen bedah urologi RSU Dr Saiful Anwar dari mei 2009 hingga mei
2011. Refrat. Malang : FK Universitas Brawijaya
8. Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara, Hal 161-170
9. Putri, Puspa Utami.2013 Discharge Planning Pada Klien Dengan Urolithisis
Post Ureterorenoscopy (URS) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP
Persahabatan. Jakarta : Universitas Indonesia
10. Thomas B and James H. Urolithiasis. Journal Surgery (2005) 23: 4.
11. Akhtar, J. Ahmed, S. Zamir, N. 2012. Management of Impacted Urethral
Stones in Childern.Journal of the college of Physicians nd Surgeons Pakistan,
Pakistan.

44
12. Murtaza, B. Khan, NA. Nadeem, A. 2008.Combined Urethtolithotomy with
Vesicolithotomy in an 18-months old boy. Case Report. Combine Military
Surgery Hospital, Pakistan.

45

Anda mungkin juga menyukai