PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan
wanita, uretra mempunyai fungsi utama untuk menyalurkan urin keluar dari bulibuli melalui proses miksi. Pada pria, uretra juga berfungsi dalam menyalurkan
cairan mani.
Pada striktura uretra terjadi penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami
fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum. 1
Striktura uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar
dari tubuh. Urin yang tidak keluar dapat menyebabkan penumpukan urin dalam
kandung kemih yang beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi yang dapat
menyebar ke kandung kemih, prostat, dan ginjal. Abses di atas lokasi striktura
juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan uretra. Selain itu, resiko
terjadinya batu kandung kemih juga meningkat, timbul gejala sulit ejakulasi, dan
gagal ginjal (jarang).2
Striktura uretra dapat disebabkan oleh setiap peradangan kronik atau
cedera.3 Striktura uretra bisa juga akibat inflamasi yang berhubungan dengan
gonore atau infeksi lain dengan pemasangan kateter atau infeksi periureter.4
Radang karena gonore merupakan penyebab penting, tetapi radang lain yang
kebanyakan disebabkan penyakit kelamin lain, juga merupakan penyebab uretritis
dan periuretritis. Kebanyakan striktura ini terletak di uretra pars membranasea,
walaupun bisa juga di tempat lain.3
Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera
langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal
sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda lelaki sehingga terjadi
cedera kangkang.5 Yang juga tidak jarang terjadi ialah cedera iatrogenik akibat
kateterisasi atau instrumentasi.3
Striktura uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada
bagian dunia tertentu. Striktura uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada
wanita, karena perbedaan panjang uretra dimana uretra pada wanita lebih pendek
dan jarang terkena infeksi.2
Melihat keadaan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang
angka kejadian striktura uretra di RSUP Prof. Dr.Kandou Manado periode Januari
2009 Desember 2011.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana angka kejadian striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari 2009 Desember 2011?
C. Tujuan
Tujuan umum : Mengetahui angka kejadian striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui jumlah penderita striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
2. Mengetahui umur paling sering terjadi striktura uretra di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
3. Mengetahui jenis penanganan yang sering digunakan pada penderita
striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari
2009 Desember 2011.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui angka kejadian striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
2. Dapat mengetahui jumlah penderita, umur dan jenis penanganan paling
sering terjadi striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari 2009 Desember 2011
3. Dapat melengkapi data catatan medik tentang angka kejadian striktura
uretra di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2009
Desember 2011.
4. Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Uretra
1.
Anatomi
Uretra merupakan suatu tabung yang membawa urine keluar dari kandung
kemih melalui proses miksi. Pada pria, sperma juga melalui uretra selama
ejakulasi.6 Panjang uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm dan melengkung
dari kandung kemih keluar tubuh melewati prostat dan penis. Secara anatomi
uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra anterior dan uretra posterior.
Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikular, dan
meatus uretra eksterna.7 Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara
kelenjar yang berfunis, dan meatus uretra eksternagsi dalam proses reproduksi,
yaitu kelenjar Cowperi yang berada di dalam diafragma urogenitalis dan bermuara
di uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre, yaitu kelenjar parauretralis yang
bermuara di uretra pars pendularis.1
Uretra posterior terdiri atas uretra pars prostatika, yakni bagian uretra yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan pars membranasea. 1 Uretra pars prostatika
terbentang dari vesika urinaria ke uretra pars membranasea, serta mengandung
verumontanum ( daerah meninggi pada bagian distal basis iretra pars prostatika
yang dibentuk oleh masuknya duktus ejakulatorius dan utrikulus, yang merupakan
sisa duktus muller).8
Secara deskriptif uretra juga dapat dibagi atas tiga bagian, antara lain uretra
prostatika, uretra membranasea, dan uretra spongiosa. Uretra prostatika dimulai
dari leher vesika urinaria dan melintas ke kaudal menembus prostata dengan
Sumber : (http://faculty.southwest.tn.edu/rburkett/urinar30.jpg.)
2.
Histologi
Sel epitel dari uretra dimulai sebagai sel transisional setelah keluar dari
kantung kemih. Pada pangkal penis, uretra dilapisi epitel bertingkat semu atau
berlapis silindris, namun pada orifisium uretrae eksternum epitelnya berlapis
gepeng.
Uretra prostatika adalah struktur berbentuk bulan sabit dengan divertikula
kecil di dalam lumennya, divertikula ini khususnya mencolok di dalam resesus
uretra. Epitel uretra prostatika umumnya transisional dan terdapat stroma
fibromuskular mengelilingi uretra. Suatu rigi stroma fibromuskular padat tanpa
kelenjar, yaitu kolikulus seminalis menonjol ke dalam lumen uretra membentuk
bulan sabit. Utrikulus prostatikus terdapat di dalam massa kolikulus seminalis dan
ujung distalnya tampak melebar sebelum masuk ke dalam uretra. Membran
mukosanya yang tipis secara khas berlipa-lipat dan epitelnya biasanya selapis
silindris sekretoris atau bertingkat silindris.
Sebagian uretra pars kavernosa tampak dengan epitel bertingkat semu atau
berlapis silindris. Lamina propiria tipis menyatu dengan jaringan ikat di sekitar
korpus spongiosum.
Banyak kantong mukosa atau lakuna uretra dengan berbagai ukuran
membentuk lumen uretra yang tidak teratur. Sebagian lakuna uretra ini
mengandung sel mukosa. Lakuna uretra yang lebih dalam berhubungan dengan
kelenjar uretra (Littre) bercabang yang terdapat di dalam lamina propria
spongiosum. Kelenjar uretra dilapisi epitel yang serupa dengan epitel yang
melapisi lumen uretra pars kavernosa.13
3.
Fisiologi
Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan
ureter sampai kandung kemih.14
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan
kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian akan
memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan ke arah
kandung kemih.14 kandung kemih terdiri dari sel-sel oto polos, yang dipersarafi
oleh neuron-neuron sensoris yang berespon terhadap peregangan kandung
kemih.15 Kandung kemih yang terisi penuh memberi rangsangan pada saraf aferen
dan mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S 2-4. Hal ini
menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher kandung kemih, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadi proses miksi. 1 Selama proses berkemih
atau miksi, otot perineum dan sfingter uretra eksterna melemas, otot detrusor
berkontraksi, dan urin akan mengalir melaui uretra.16
B. Striktura Uretra
1. Definisi
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra kerena fibrosis pada
dindingnya.1,17 Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami
fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.1
2. Etiologi
10
Striktura dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan
kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan striktura uretra adalah
infeksi oleh kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa tahun
sebelumya. Keadaan ini sekarang jarang dijumpai karena banyak pemakaian
antibiotika untuk memberantas uretritis.
Trauma yang dapat menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul
pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau
tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati.18 Tindakan yang kurang hati-hati
pada pemasangan kateter dapat menimbulkan salah jalan (false route) yang
menimbulkan kerusakan uretra. Demikian pula fiksasi kateter yang tidak benar
pada pemakaian kateter menetap yang menyebabkan penekanan kateter pada
perbatasan uretra bulbo-pendulare yang mengakibatkan penekanan uretra terus
menerus, menimbulkan hipoksia uretra di daerah itu, yang pada akhirnya
menimbulkan fistula atau striktura uretra.1
Tabel 1. Letak striktur uretra dan penyebabnya
Letak uretra
Penyebab
Pars membranasea
Pars bulbosa
Meatus uretra
Sumber : Sjamsuhidajat R dan Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004
11
3.
Patofisiologi
Struktura uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal.
Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium
eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan
erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat (jaringan
sikatrik) yang tidak sama dengan semula.
12
4.
Gambaran Klinik
Gejala dan tanda striktura biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan
Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2.
Sedang : jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra.
3.
Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
13
5.
Diagnosa
Diagosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mencari gejala dan tanda adanya striktura
uretra dan juga mencari penyebab striktura uretra. Anamnesa yang
dilakukan dengan cermat berguna untuk mendapatkan riwayat penyakit
yang di deritanya, meliputi:
i.
ii.
b. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis,
infiltrat, abses atau fistula di uretra.
c. Pemeriksaan penunjang
i.
Laboratorium
1) Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya
hematuria pada pasien striktura uretra.
2) Kultur urin
Pemeriksaan kultur urin dapat menunjukan adanya infeksi.
ii.
Uroflometri
Uroflometri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan
pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada saat miksi
dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran pria
normal adalah 20 ml/detik. Jika pancaran kurang dari 10 ml/detik
menandakan ada obstruksi.1,7
iii.
Radiologi
Diagnosa pasti terhadap striktura uretra, dapat dilakukan
pemeriksaan radiologi dengan kontras.1,9 Pemeriksaan dapat
mengetahui letak dan derajat strikturanya. Pemeriksaan radiologi
15
iv.
Sistoskopi
Pemeriksaan yang lebih maju digunakan sistoskopi, yaitu
penggunaan kamera fiberoptik pada uretra. Dengan sistoskopi
dapat dilihat penyebab striktura, letak, dan karakter dari striktura.20
16
v.
Uretroskopi
Untuk melihat penyumbatan uretra secara langsung, yaitu melihat
uretra striktura transuretra. Jika diketemukan striktura langsung
diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
Jika jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.1
6.
Terapi
pasien datang karena retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi
17
b. Uretrotomi interna
18
Johanson
I,
daerah
striktura
disayat
longitudinal
dengan
7.
Prognosis
19
Striktura uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan
observasi
selama
satu
tahun
kekambuhan.1
20
tidak
menunjukan
tanda-tanda
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Desember 2011 - Januari 2012.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Bedah dan Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.
D. Variabel Penelitian
1. Angka kejadian : jumlah penderita dengan diagnosa striktura uretra di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2009 Desember
2011.
2. Distribusi menurut umur.
3. Jenis kelamin
21
4. Penyebab.
5. Derajat striktura uretra.
6. Panjang striktura.
7. Lokasi striktura.
8. Penanganan.
9.
Lamanya perawatan.
E. Subyek Penelitian
Semua penderita striktura uretra yang datang berobat di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
1. Kriteria inklusi
a. Penderita dengan diagnosis striktura uretra.
b. Penderita dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
Januari 2009 Desember 2011.
2. Kriteria eksklusi
a. Penderita dengan diagnosis ruptur uretra.
22
F. Definisi Operasional
1. Angka kejadian adalah jumlah kasus striktura uretra periode Januari 2009
Desember 2011.
2. Striktura uretra : penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya. Diagnosa striktura uretra dicari dari diagnosa rekam medik.
3. Distribusi menurut umur : umur penderita saat awal dirawat, dibagi
menjadi 10-24 tahun, 25-39 tahun, 40-54 tahun, 55-69 tahun, 70-84 tahun
dan >85 tahun.
4. Penyebab : sesuatu hal yang dapat menyebabkan terjadinya striktura
uretra, dibedakan atas straddle injury,fraktur pelvis dan instrumentasi.
5. Penanganan : perilaku yang diberikan kepada penderita ketika dirawat.
Penanganan dibedakan atas penanganan secara emergensi ( sistostomi
terbuka dan trokar ) dan elektif ( uretrotomi interna (sachse), uretrotomi
eksterna dan businasi ).
6. Lamanya perawatan : interval waktu antara ketika pasien dilakukan
tindakan uretrotomi interna ( sachse ) hingga pasien keluar rumah sakit.
Dibagi menjadi 0-1 minggu dan >1 minggu. Hal ini dicari dari keterangan
di rekam medik.
23
G. Instrumen Penelitian
1. Status pasien berupa rekam medik di bagian bedah dan bagian rekam
medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2009
Desember 2011.
2. Alat tulis menulis.
3. Instrumen hitung dan rekapitulasi data (kalkulator, SPSS).
4. Bahan-bahan referensi (buku, jurnal, internet).
H. Cara Kerja
1. Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan penelitian.
2. Mengumpulkan data kasus secara retrospektif dari catatan medis penderita
di bagian bedah dan bagian rekam medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari 2009 Desember 2011.
3. Melakukan pengolahan data dan menyusun dalam tabel, diagram,
persentase kemudian dianalisa dan evaluasi lalu disajikan dalam bentuk
laporan penelitian.
4. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian retrospektif deskriptif yang telah dilakukan di bagian
Bedah RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado selama periode Januari 2009
Desember 2011, ditemukan jumlah penderita striktura uretra sebanyak 23 kasus.
Data penderita ditabulasikan dalam bentuk tabel dan diagram dibawah ini.
Tahun
Tahun
Frequency
Percent
2009
26,1
2010
12
52,2
2011
21,7
Total
23
100,0
25
26
Umur
Umur
Frequency
Percent
10 24
13,0
25 39
30,4
40 54
17,4
27
55 69
17,4
70 84
17,4
>85
4,4
Total
23
100,0
28
Penyebab
Penyebab
Straddle injury
Frequency
Percent
10
43,5
29
2
Faktur pelvis
8,7
Instrumentasi
39,1
Tidak diketahui
23
8,7
100,0
Total
30
Derajat penyempitan
Derajat penyempitan
Frequency
Percent
Partial
4,4
31
Total
30,4
Tidak diketahui
15
65,2
Total
23
100,0
Gambar 16. Diagram frekuensi jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan derajat penyempitan
32
Gambar 17. Diagram persentase jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan derajat penyempitan
Distribusi penderita striktura uretra menurut derajat penyempitan sesuai
dengan tabel dan diagram diatas, dimana penyempitan partial terdapat 1 penderita
( 4,4 % ), penyempitan total 7 penderita ( 30,4 % ), dan terdapat 15 ( 65,2 % )
penderita yang tidak diketahui derajat obtruksinya.
Panjang striktura
Panjang striktura
Frequency
Percent
0 1 cm
13
1,5 2,5 cm
22
>2,5 cm
33
Tidak diketahui
14
61
Total
23
100
Gambar 18. Diagram frekuensi jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan panjang striktura
34
Gambar 19. Diagram persentase jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan panjang striktura
Dari tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi
penderita striktura uretra berdasarkan panjang striktura. Untuk kelompok 0 1 cm
terdapat 3 penderita ( 13 % ), kelompok 1,5 2,5 cm terdapat 5 penderita
( 22 % ), kelompok > 2,5 terdapat 1 penderita ( 4 % ), dan pada kelompok yang
tidak diketahui terdapat 14 penderita ( 61 % ).
Lokasi striktura
Lokasi striktura
Frequency
Percent
Anterior
22
Posterior
18
78
35
Total
23
100
Gambar 20. Diagram frekuensi jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan lokasi striktura\
36
Gambar 21. Diagram persentase jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan lokasi striktura
Dari tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi
penderita striktura uretra berdasarkan lokasi striktura, dimana terdapat 5 penderita
dengaan lokasi striktura berada di uretra anterior, dan terdapat 18 penderita di
uretra posterior. Dengan masing masing persentase anterior ( 22 % ) dan
posterior ( 78 % ).
Jenis Penanganan
Jenis Penanganan
Frequency
Percent
Sistostomi :
22
44
Sistostomi Terbuka
17
34
Sistostomi Trokar
10
Uretrotomi Interna
20
40
Uretrotomi Eksterna
Businasi
Total
50
100
Emergensi :
Elektif :
37
38
Lamanya perawatan
Lamanya perawatan
Frequency
39
Percent
0 1 minggu
39
>1 minggu
30,5
Tidak diketahui
30,5
Total
23
100,0
Gambar 24. Diagram frekuensi jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan lamanya perawatan
40
Gambar 25. Diagram persentase jumlah penderita pada kasus striktura uretra
berdasarkan lamanya perawatan
Dari tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi
penderita striktura uretra berdasarkan lamanya perawatan, terdapat 18 pasien
dengan lamanya perawatan 0 1 bulan, 2 pasien dengan lamanya perawatan >1
bulan, dan terdapat 3 pasien yang tidak diketahui lama perawatannya. Dengan
persentase masing masing lamanya perawatan kelompok 0 1 bulan ( 78,3 % ),
> 1 bulan ( 8,7 % ), dan tidak diketahui ( 13 % ).
B.
Pembahasan
Kriteria sampel yang diteliti adalah penderita yang didiagnosa menderita
striktura uretra pada catatan rekam medik periode Januari 2009 Desember
2011di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dimana ditemukan 23 kasus
striktura uretra dalam kurun waktu tersebut.
41
( 39,1 % ), lalu fraktur pelvis sebanyak 2 kasus ( 8,7 % ) dan yang tidak
42
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian retrospektif deskriptif di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu dari Januari 2009 sampai
Desember 2011, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya
adalah ditemukan angka kejadian striktura uretra di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
periode Januari 2009 Desember 2011 sebanyak 23 kasus dan paling tinggi pada
tahun 2010 yaitu sebanyak 12 kasus. Ditemukan pula bahwa kelompok umur 2539 tahun adalah kelompok umur penderita striktura uretra tersering dengan
penyebab tersering straddle injury, dan lokasi striktura tersering berada pada
uretra posterior, yaitu sebanyak 18 kasus. Sedangkan untuk derajat penyempitan
45
Saran
1.
2.
3.
4.
Perlu adanya pencatatan yang lebih baik dan lengkap dari setiap kasus,
sehingga dapat digunakan untuk penelitian penelitian selanjutnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
resiko
dan
bahaya
striktura
uretra.
Available
from:
47
Urologi.
Available
http://ilmubedahurologi.wordpress.com/tag/striktura-uretra/.
from:
Accessed
Desember 3, 2011.
18. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah jilid 2. Jakarta : EGC ; 1994.p.488489.
19. Mansjoer Arif, et al. Editors. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Jakarta ;
2000.p.336-337.
20. Harrison, Gittes, Perlmutter, Stamey Walsh. Campbells Urology vol 1. Ed
4. W.B. Saunders Company ; 1978.p.358-367.
48