Anda di halaman 1dari 6

1.

Bagaimana anatomi ureter, vesica urinaria, dan uretra pada laki-laki dan
perempuan?
JAWAB:
 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ren ke vesika
urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan pada dinding ureter akan menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
yang mendorong urin masuk ke dalamvesica urinaria.
Lapisan dinding ureter terdiri dari: a. Jaringan ikat (jaringan fibrosa) di lapisan
luar b. Lapisan tengah lapisan otot polos c. Lapisan dalam lapisan mukosa.
(Tortora, 2017)
Terdapat 3 penyempitan pada ureter:
1. Di tempat pelvis renalis yang berhubungan dengan ureter.
2. Di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang aperture pelvis
superior.
3. Di tempat ureter menembus dinding vescia urinaria.

Referensi: Tortora, 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi edisi 13, Jakarta: EGC.

 Vesica Urinaria
1. Vesica urinaria adalah suatu organ berotot, berongga, dan dapat meregang
yang terletak dirongga panggul posterior dari simpisis pubis. Pada pria organ ini
tepat berada di anterior dari rectum. Sedangkan, pada wanita organ ini berada di
anterior dari vagina dan inferior dari uterus. Lipatan-lipatan pritonium menahan
vesica urinaria dalam posisinya. Ketika sedikit regang akibat penimbunan urin
vesica urinaria berbentuk bulat jika kosong vesica urinaria akan kempis, seiring
dengan penammbahan volume urin vesica urinaria menjadi berbentuk seperti
buah pier dan akan naik kedalam rongga abdomen. Kapasitas vesica urinaria
berkisar dari 700-800 ml. Organ ini lebih kecil padaa wanita karena uterus
menepati ruang tepat superior dari kandung kemih. (Sobotta, 2013 & Gray’s,
2012).
2. Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis di dalam rongga pelvis.
Kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 700-800 ml. Vesika urinaria
memiliki dinding otot yang kuat. Bentuk dan batasnya sangat bervariasi sesuai
dengan jumlah urin yang di kandungnya. Vesika urinaria yang kosong
berbentuk pramid, mempunyai apeks, basis, sebuah fasies superior, dua buah
fasies inferolateralis dan mempunyai colum. Permukaan interior vesika urinaria
disebut tunica mukosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang
kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila vesika urinaria terisi penuh.

 Uretra
Uretra merupakan tabung kecil dari collum vesicae ke luar. Muara uretra pada
permukaan luar disebut ostium uretra. Vesika urinaria mengosongkan isinya
melalui struktur tubular tunggal, uretra, yang langsung berhubungan dengan
dunia luar, mengeluarkan urin dari tubuh. Di tempat uretra menembus
perineum, serat otot rangka membentuk otot sfingter eksterna (external
sphincter muscle) yang mengelilingi uretra. Otot ini memungkinkan kontrol
secara sadar (voluntary) terhadap proses berkemih. Uretra laki-laki lebih
panjang daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi ganda, sebagai jalur
pengeluaran semen dan pengeluaran urin (Tortora, 2017).
2. Bagaiamana vaskularisasi dan inervasi dari ureter, vesica urinaria, dan uretra
pada laki-laki dan perempuan?
JAWAB:
 Ureter
- Vaskularisasi Ureter
Arteri yang mendarahi ureter, yaitu ujung atas arteria renalis. Bagian tengah
arteria terticularis atau arteria ovarica. Ujung bawah arteria vesicalis superior.
Vena di alirkan ke dalam vena yang sesuai dengan arterinya.
- Inervasi Ureter
Pleksus renalis, testicularis, dan pleksus hypogastricus. Serabut–serabuut
aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk ke medulla spinalis
setinggi segmen lumbalis I dan II.
 Vesica urinaria
- Vaskularisasi Vesika Urinaria
Arteri vesikalis superior dan inferior, cabang-cabang arteria iliaca interna.
Vena-vena membentuk pleksus venosus vesikalis, di bawah berhubungan
dengan pleksus prostatikun, dan bermuara ke vena iliaca interna.
- Inervasi vesica urinaria
Vesika urinaria beraal dari pleksus hpogastricus inferior. Serabut post
ganglionic simpati berasal dari ganglion lumbale I dan II dan berjalan turun ke
vesika urinaria melalui pleksus hipogastrikus.
 Uretra
- Vaskularisasi Uretra Feminina
Vaskularisasi urethra feminina berasal dari internal pudendal artery dan
vaginal arteries, vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang serupa,
sebagian besar pembuluh limfe dari urethra melewati sacral and internal iliac
lymph nodes. Sebagian kecil mengalir ke inguinal lymph nodes.
- Vaskularisasi uretra maskulina
Bagian intramural dan prostatik urethra mendapatkan vaskularisasi dari cabang
prostatic inferior vesical dan middle rectal arteries. Intermediate and spongy
parts of the urethra mendapatkan vaskularisasi dari internal pudendal artery.
Vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang serupa. Sebagian besar
pembuluh limfe dari urethra menuju internal iliac lymph nodes. Sebagian kecil
mengalir ke external iliac lymph nodes. Pembuluh limfe dari spongy urethra
menuju deep inguinal lymph nodes.

Referensi: Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9.


EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

3. Bagaimana histologi ureter, vesica urinaria, dan uretra pada laki-laki?


JAWAB:
 Ureter
Manusia memiliki sepasang ureter yang menghubungkan ginjal dengan
vesicaurinaria. Saluran ini memiliki lapisan mukosa yang melipat kearah
dalam dengan jenis epitelt ransisional. Berbatasan dengan lamina propria,
terdapat struktur lapisan muskularis berupa otot polos yang lebih tebal dari
mukosa. Otot polos ini terdiri atas dua lapis pada ureter proksimal (sirkulardan
longitudinal) serta tiga lapis pada ureter distal (longitudinal, sirkular, dan
longitudinal). Bagian terluarnya juga dapat ditemukan tunika adventisia.
(Ereschenko, 2015).
 Vesica urinaria
Vesica urinaria merupakan organ penampung urin sementara sebelum di
keluarkan. Organ ini memiliki tiga lapisan otot polos yang cukup tebal dan
tidak tersusun rapi seperti di ureter karena susunannya beranastomosis. Epitel
permukaannya adalah transisional dengan enam lapis sel, jika teregang, epitel
transisional tampak sebagai epitel berlapis gepeng. Perubahan di epitel di
sebabkan oleh membrane plasma sel superfisial yang lebih tebal dan
crustaurothelialis. (eroschenko,2015).
 Uretra
Uretra penis terbentang di sepanjang penis dan dikelilingi oleh corpus
spongiosum. Pada lapisan uretrater dapat epitel bertingkat semu atau berlapis
silindris. Lamina propria tipis dibawahnya menyatu dengan jaringan ikat
corpus spongiosum. Corpus spongiosum terdiri dari sinus cavernosus yang
dilapisi oleh endotel dan dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat yang
mengandung serat otot polos dan serat kolagen. (Ereschenko, 2015)

Referensi: Victor. P.Eroschenko. 2020. Atlas Histologi Difiore’s Edisi 12.


Jakarta: EGC.

4. Bagaimana proses miksi?


JAWAB:
Miksi merupakan proses pengosongan vesica urinaria. Miksi diatur oleh 2 mekanisme
yaitu refleks berkemih dan control volunteer.
Refleks miksi dicetuskan apabila reseptor regang dalam dinding vesica urinaria
terangsang. Vesica urinaria pada orang dewasa dapat menampung 250-400 ml urin
sebelum tegangan di dindingnya meningkat dan merangsang reseptor regang.
Reseptor regang akan memberikan rangsangan ke saraf parasimpatis yang berjalan ke
vesica urinaria. Stimulasi parasimpatis akan menyebabkan vesica urinaria
berkontraksi dan menarik sfingter uretra interna terbuka. Pada bayi yang belum
memiliki control untuk miksi, springter uretra eksterna juga ikut terbuka sehingga urin
keluar. Sedangkan, pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa yang sehat,
miksi akan diatur oleh control volunteer sehingga bisa untuk menahan miksi.
Proses miksi:
Ren akan menghasilkan urine melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi, urin
yang dihasilkan ren akan dialirkan keluar melalui ureter, urin nantinya akan masuk
dan mengisi vesica urinaria. Seiring berjalannya waktu, volume urin dalam vesica
urinarian akan semakin bertambah. Karena bertambahnya volume urin pada vesica
urinaria maka nantinya kan menyebabkan reseptor-reseptor regang di dinding vesica
urinaria akan terangsang sehingga vesica urinaria akan berkontraksi dan menimbulkan
refleks untuk miksi. Karena adanya kontraksi vesica urinaria maka akan menyebabkan
springter uretra interna akan terbuka dan springter uretra eksterna akn relaksasi.
Sehingga urin akan keluar melalui uretra.

Referensi: Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

5. Bagaimana proses control reflek dan control volunteer dalam proses miksi?
JAWAB:
 Kontrol volunter vesica urinaria
Kontrol volunter vesica urinaria merupakan pengosongan pada vesica urinaria yang
dapat berlangsung sesuai keinginan seseorang. Seseorang dapat mencegah
pengosongan pada vesica urinaria dengan cara mengencangkan eksternus sfingter dan
diafragma pelvis dengan bebas. Miksi tidak dapat ditahan selamanya. Karena vesica
urinaria akan terus-menerus terisi, sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang
meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motoric
sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat yang tidak lagi dapat dilawan oleh sinyal
eksitatorik volunteer, sehingga terjadi relaksasi sfingter dan pengosongan vesica
urinaria secara tak terkontrol.

Referensi: Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

6. Apakah pada orang dewasa dapat mengalami miksi yang tidak tertahan?
JAWAB:
Tidak cuma pada anak-anak, enuresis juga dapat terjadi pada orang dewasa. Hal ini
bisa terjadi karena enuresis primer memang sudah dialami sejak masa kanak-kanak.
Selain karena enuresis primer, enuresis pada orang dewasa terkadang juga bisa
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti:
- Produksi urine berlebihan
- Inkontinensia urine
- Adanya penyakit tertentu, seperti infeksi saluran kemih dan diabetes
- Adanya gangguan pada hormon, misalnya kelainan pada hormon antidiuretik
yang berperan dalam pengaturan proses miksi.

Referensi: Priadi NE, 2017. Buku Bahan Ajar Urine. Universitas Muhammadiyah
Semarang.

7. Apa saja jenis cairan yang dapat mempengaruhi kuantitas urine?


8. Pada usia berapa seseorang dapat menahan miksi?
JAWAB:
Seseorang dapat menahan miksi pada usia sekitar 3-6 tahun. Anak-anak pada usia 3-6
tahun ini dituntut untuk melakukan toilet training terlebih dahulu. Yang dimana
Pemberian pelatihan toilet training merupakan salah satu cara untuk membantu
mematangkan sistem saraf dalam mengontrol kemampuan spingter eksterna sehingga
anak mampu mengenali rasa ingin miksi dan defekasi yang datang tiba-tiba, dengan
demikian anak dapat mengontrol dirinya untuk miksi dan defekasi sehingga kejadian
enuresis nokturnal dapat teratasi.
Referensi: Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes “Pengaruh Pelatihan Toilet
Training Terhadap Enuresis Nokturnal pada Anak Usia Pra Sekolah di TK
Tumbuh Kembang Borong Raya Kota Makassar” Volume 10 Nomor 3, Juli 2019
oleh Yusrah Taqiyah.
9. Bagaimana pengaturan miksi dan diuresis?

Anda mungkin juga menyukai