Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CA BULI

OLEH :

YOSA KRISTIANI HALIM


NIM 20.300.0064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
CA BULI

OLEH :

YOSA KRISTIANI HALIM


NIM 20.300.0064

Palangka Raya, 19 Desember 2020


Mengetahui,

Preseptor Akademi Preseptor Klinik

( ) ( )
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
LAPORAN PENDAHULUAN CA BULI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI BULI –BULI


1. Anatomi
Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan
uretra. Yang termasuk saluran kemih dimulai dari permukaan kalik minor ginjal
sampai muara terakhir dari uretra (orifisium uretrae eksternum).
Saluran kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan paling luar berupa jaringan ikat,
lapisan tengah jaringan otot, dan lapisan paling dalam mukosa. Secara anatomis
saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian: saluran kemih bagian atas, saluran
kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih bagian atas
berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung
kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih
bagian bawah mulai dari orifisium uretra internum sampai urifisum uretra eksternum.

a. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian bawah, antara vertebra thorakal dua belas atau lumbal satu dan empat.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan umur.
Ukuran ginjal orang dewasa rata – rata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal 3,5
cm. Beratnya antara 120 – 170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan.
Secara anatomis posisi ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk
glandula suprarenalis kanan dan kiri tidak sama. Letak anatomis dan bentuk kedua
ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk hati. Karena posisi aorta
abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan kiri diantara kedua
ginjal menyebabkan panjang pendeknya arteri dan vena renalis kanan berbeda
dengan arteri dan vena renalis kiri. Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih
25% dari isi sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis
yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, Sedangkan darah vena
dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem
arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis
dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah
satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemi atau nekrosis pada daerah yang
dilayaninya. Selain mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh
melalui urin, ginjal juga berfungsi dalam mengontrol sekresi hormon-hormon
aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh,
mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D,dan menghasilkan beberapa
hormon, antara lain eritropoitin yang berperan dalam pembentukan sel darah
merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon
prostalglandin. Urin terbentuk melalui tiga tahap yaitu proses filtrasi, reabsorbsi
dan sekresi. Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional ginjal
yang disebut nephron. Nephron terdiri atas glomerulus dan tubulus proksimal, ansa
henle dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk distal
pengumpul, yang kemudian duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal
untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis ginjal. Kemudian pelvis ginjal akan
membentuk ureter.

b. Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya
kurang lebih 20 cm pada laki-laki dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita.
Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot
polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik guna
mengeluarkan urin ke kandung kemih. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum
menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran
diameternya sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah pada
perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di
rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk ke kandung kemih. Ureter masuk ke
dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam otot kandung
kemih (intramural), keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari
kandung kemih ke ureter pada saat kandung kemih berkontraksi.

c. Buli-buli
Buli merupakan suatu organ berongga yang terletak dibelakang tulang simfisis
pubis dan menempati sebagian besar rongga pelvic. Dalam keadaan buli penuh,
letaknya lebih tinggi dari tulang simpisis pubis sehingga dapat diraba atau
diperkusi dari luar. Bila isi buli melebihi kapasitas buli over distensi, baik akut
maupun kronis, maka usus akan terdorong ke atas dan benjolan dapat terlihat dari
luar. Berdasarkan topografinya pada laki-laki di bagian posterior buli terdapat
vesika seminalis, vasdeferen, ureter dan rectum. Daerah fundus dan posterior
dilapisi oleh peritoneum. Secara garis besar dibagi atas dua komponen yaitu :
korpus yang terletak diatas orifisium ureter, dan dasar buli yang terdiri dari
trigonum posterior deep destrusor dan dinding anterior buli. Secara histologis otot
longitudinal dari dasar buli meluas kearah distal kedalam uretra membentuk
lapisan longitudinal yang melingkari leher buli. (Harrison Simon CW, 1994 &
Tanagho E.A ,1992. Dinding buli terdiri dari 3 lapisan otot detrusor yang arah
seratnya saling menyilang sedemikian rupa sehingga kontraksi otot-otot tersebut
menyebabkan buli mengkerut, dengan demikian terjadi pengosongan isi rongga.
Ureter bermuara pada trigonum buli dengan menembus otot detrusor secara oblig.
Perjalanan ureter yang seperti ini dapat memberikan suatu mekanisme katup untuk
mencegah kembalinya urin dari buli ke ginjal.( Steer W.D.,1998). Ada tiga fungsi
utama buli yaitu : sebagai reservoir urin, fungsi ekpulsi urin, dan anti refluk.
Sebagai reservoir buli-buli berkapasitas 200-400 cc. Fase pengisian buli ditandai
dengan penyesuaian volume buli-buli terhadap peningkatan jumlah urin pada suatu
tekanan yang rendah, kurang 20 cm H2O. Dengan penuhnya volume buli-buli
akan menyebabkan peregangan dinding yang dapat merangsang reseptor sehingga
otot buli berkontraksi, tekanan dalam buli meningkat dan uretra posterior
membuka. Keadaan ini dirasakan sebagai perasaan ingin kemih, namun masih
dapat diatur secara volunter oleh spingter eksterna. Pada waktu ekpulsi tekanan
buli meningkat 70-100 cmH2O. Kegagalan pada mekanisme penyimpanan ini
dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau inkontinensia (Tanagho E.A. ,J.W.
McAninch,1992)
d. Uretra
Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae internum ) sampai
muara terakhir (orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa
kurang lebih 23 – 25 cm dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem
reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra
pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra
pars membranae. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa
navikularis, dan meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat
beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar
Cowperi yang bermuara di pars bulbosa dan kelenjar Littre yang bermuara di uretra
pars pendularis. Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk sistem perkemihan
dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan berada di bawah simfisis pubis yang
bermuara disebelah anterior vagina. Dalam uretra wanita bermuara kelenjar Skene.
Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri
atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani
berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada dalam kandung kemih pada saat
perasaan ingin berkemih.

2. Fisiologi
Urin hasil filtrasi mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks renalis,
meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik satu sampai lima kali per menit yang
menyebar ke pelvis renalis lalu turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong
urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih. Ketika terisi urin secara perlahan-
lahan, otot polos kandung kemih mengalami peregangan, kontraksi berkemih secara
spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrussor berkontraksi, dan tekanan
urin kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
bertambah sering dan menyebabkan otot detrussor berkontraksi lebih kuat. Sensasi
pertama yang timbul dari pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar
100 – 150 ml urin berada dalam kandung kemih. Keinginan buang air kecil sebagian
besar muncul ketika kandung kemih terisi 200 – 300 ml urin. Pada jumlah urin 400 ml
rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan. Miksi adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua
langkah, yaitu:
a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai dengan di dindingnya meningkat di
atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua, terjadinya
distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan reflek I
yang menghasilkan kontraksi kandung kremih dan reflek V yang menyebabkan
relaksasi dari uretra.
b. Timbulnya reflek syaraf yang disebut reflek miksi yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan
mengaktifkan reflek II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan IV
sehingga sfingter eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat
keluar. Sisa urin dalam ureter akan terdorong keluar karena pengaruh gaya
gravitasi pada wanita dan laki-laki karena kontraksi otot volunter. Jika terjadi
distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan
sfingter uretra maka akan mengaktifkan reflek III, sehingga kontraksi kandung
kemih melemah. Meskipun reflek miksi adalah reflek autonomik medulla
spinalis, reflek ini juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika
refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus
pada sfingter eksternuskandung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk
berkemih. Jika tiba saat berkemih, pusat kortical dapat merangsang pusat
berkemih sakral untuk membantu mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu
bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa
berkemih terjadi
B. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Kanker buli-buli adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen kandung


kemih, meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding
kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).
Karsinoma buli-buli adalah suatu carsinoma yang terdapat pada vesika
urinaria yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan
bersifat intermitten
Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor
non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan
infiltratif.

2. Etiologi
a) Pekerjaan, pekerja di pabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik
b) Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitromasin
c) Infeksi saluran kemih, escherichia coli, dan proteus yang menghasilkan
karsinogen
d) Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko kassinoma buli-buli
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsioma buli-buli diantaranya :
a) Umur
Karsinoma buli-buli meningkat pada dekade 60an
b) Zat karsinogen, baik yang berasal dari eksogen dari rokok maupun bahan
kimia maupun endogen dari hasil metabolisme
c) Penyebab lain diduga akibat pemakaian analgetik, sitostatik dan iritasi kronik
oleh batu, sistoiasis atau radiasi.

3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut system TMN :
Tis : Karsinoma insitu
Ta : Karsinoma papiler terbatas pada epitel
T1 : Masuk ke jaringan supepitel
T2 : Masuk permukaan otot
T3 a : Masuk otot lebih ½
T3 b : Masuk jaringan lunak sekitar vesika
T4 : Masuk ke organ sekitarnya
N1 Kelenjer tunggal < 2 cm
N 2 Kelenjer tunggal 2-5 cm, multiple <5 cm
N 3 Kelenjer > 5cm
M1 Metastase jauh

4. Patofisiologi
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina
propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya.
Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor
pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati. Stadium (staging) tumor kandung
kemih penting untuk menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai
berikut:
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus,
vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
5. Manifestasi Klinik
1) Kencing campur darah yang intermitten (hematuria)
2) Merasa panas waktu kencing
3) Merasa ingin kencing
4) Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5) Nyeri suprapubik yang konstan
6) Panas badan dan merasa lemah
7) Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8) Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada
sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih.
Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam
kandung kemih,dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.
Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol
dalam kandung kemih,karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat.
Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan Biopsy,urografi atau
IVP,Ct Scen,USG dan sitoscopy.
Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi baik
(G I),sedang (G II),dan kurang berdiferensiasi (G III)
Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel
kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin
yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang
prognosis pasien,khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor
primer kandung kemih.

7. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
- Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau
micros hematuria
- Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine
- RFT normal
- Lymphopenia (N = 1490-2930)
2) Radiology
- Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.
- Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
- Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
3) Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
4) Cystocopy dan biopsy
- Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
- Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
5) Cystologi
- Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil
cel dari pada tumor
b. Terapi
1) Operasi
a) Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c) Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion
untuk :
- Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
- Aquamosa cal Ca pada stage B-C
2) Radioterapy
- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada
grade III-IV dan stage B2-C.
- Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000
Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval
cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi
direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads
selam 2-3 minggu.
3) Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
 Citral, 5 fluoro urasil
 Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan
paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin)
merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat
diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien
dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua
jam.

8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan
pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama
dipinggang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri sera sulit
BAB.
3) Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga
yang menjadi faktor resiko.
5) Riwayat psikososial dan spiritual.
6) Kondisi lingkungan rumah.
7) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan obat,
minuman keras).
c. Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan istirahat
Gejala :
 Kelemahan dan / atau keletihan
 Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam
 Pola tidur (mis; tidur tengkurap)
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stress yang tinggiu
b) Sirkulasi
Gejala :

 Kongesti unilateral pada lengan yang terkena (system limfe)


 Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : Perubahan pada tanda vital

c) Integritas Ego
Gejala :
 Stressor konstan dalam pekerjaan/ pola dirumah
 Stress/takut tentang diagnosa, prognosis dan harapan yang akan datang
 Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya alopesia, lesi
cacat dan pembedahan
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control, depresi
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah

d) Eliminasi
Gejala :

 Perubahan pola defekasi misalnya darah pada feses, nyeri saat defekasi
 Perubahan pola eliminasi urinarius misalnya nyeri atau rasa terbakar pada
saat berkemih, hematuria, sering berkemih
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen

e) Makanan/cairan
Gejala :

 Kebiasaan diet buruk (mis; rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet)
 Anoreksia, mual/muntah
 Intoleransi makanan
 Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema

f) Neurosensori

Gejala : Pusing; sinkope.

g) Nyeri/keamanan

Gejala :
 Nyeri bervariasi mis; ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
 Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi dan biasanya mengindikasikan
penyakit fibrotik
h) Pernapasan

Gejala :

 Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)


 Pemajanan asbes
i) Keamanan

Gejala :

 Massa nodul aksilla


 Edema, eritema kulit sekitar
 Pemajanan pada kimia, toksik dan karsinogen
 Pemajanan matahari lama/ berlebihan
Tanda :

 Demam
 Ruam kulit, ulserasi
j) Seksualitas

Gejala :

 Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada


tingkat kepuasan
 Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
 Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. Herpes
genital
k) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :

 Riwayat kanker pada keluarga mis; ibu, bibi, saudara wanita atau nenek
yang kanker payudara
 Sisi primer, penyakit primer, tanggal ditemukan diagnosa
 Penyakit metatastasis; sisi tambahan yang terlibat.
 Riwayat pengobatan; riwayat sebelumnya untuk tempat kanker dan
pengobatan yang diberikan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi kandung kemih.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol.
Dengan kriteria hasil:
- Skala nyeri berkurang sampai hilang.
- Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
Intervensi:
- Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
R : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan
- Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan
klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
R : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
menyebabkan komplikasi
- Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV
R : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri
- Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutic
R : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan
stress dan ansietas
- Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu
R : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola eliminasi
urine kembali normal.
Dengan kriteria hasil :
- Tidak ada nyeri saat BAK.
Intervensi :
- Observasi output dan intake cairan selama 24 jam.
R : Untuk mengetahui tingkat keparahan obstruksi yang terjadi agar dapat
di jadikan acuan dalam melakukan indakan keperawatan selanjutnya
- Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat.
R : Agar dapat memperlunak sehubungan dengan obstruksi yang terjadi
- Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kanker kandung kemih
menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga terjadi urgensi.
R : Mengurangi tingka kecemasan keluarga dan memnambah pengetahuan
tentang kanker kndung kemih pada keluarga
- Kolaborasi pemberian analgesik atau antipasmodik
R : Untuk mengurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi
kandung kemih yang tidak stabil.

c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 7x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat.
Dengan kriteria hasil :
- Porsi makan pasien habis.
- Pasien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi.
Intervensi:
- Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
R : Memberikan informasi tentang status gizi klien.
- Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat
badan
R : Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat
badan klien
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat
R : Kalori merupakan sumber energi
- Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas
R : Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama
teman atau keluarga
R : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
- Berikan pengobatan sesuai indikasi ( Tindakan Kolaborasi)
R : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan klien
d. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan
Intervensi :
- Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
R : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya
- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
R : Dapat menurunkan kecemasan klien
- Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan
diri dalam pengobatan
R : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan
efek sampingnya
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat
- Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar
R : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-
benar ditolong
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Tumor Vesika Urianaria.


Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Bulechet, Gloria et. Al. 2004. Nursing Interventions Clasification (NIC) Fouth Edition.
Mosby, Inc
Johnseon, Marion et al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) second edition.
Mosby, Inc
Kowalak, J., et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Nanda. 2005. Nursing Diagnosis : Definition dan Classification. Alih Bahasa Ani
Haryani. Bandung: Akper Aisyiah.
Rizki. 2003. Mengenal Penyakit Tumor Buli – Buli.
Yuda. 2010. Penyakit Tumor Kandung Kemih.

Anda mungkin juga menyukai