Disusun Oleh :
TK B
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TAHUN 2023
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
B. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke vesika urinaria,
panjangnya 25 - 30 cm dengan diameter 6 mm mulai dari pelvis Renal setinggi lumbal ke
2. Posisi ureter miring dan menyempit di 3 titik yaitu, di titik asal ureter pada pelvis
ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis dan titik pertemuan dengan kandung kemih.
Ureter terdiri dari tiga lapisan yaitu epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot polos dan
lapisan fibrosa. Berdasarkan tempatnya ureter terbagi menjadi
1) Pars abdominalis ureter dalam cavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum
sebelah media anterior muskulus mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa.
2) Pars Pelvis ureter : pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari cavum
pelvis sepanjang tepi anterior dari incisura ischiaduca mayor dan tertutup oleh
peritoneum.
C. Vesika Urinaria
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung
urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Terletak pada rongga pelvizs, pada laki – laki
kandung kemih berada di belakang simfisis pubis dan didepan rektum, sedangkan pada
wanita berada dibawah uterus dan didepan vagina.
Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan yaitu :
1) Serosa adalah lapisan terluar, merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga
abdominopelvis dan hanya ada dibagian atas pelvis.
2) Otot detrusor adalah lapisan tengah, tersusun dari berkas – berkas oto polos yang satu
sama lain saling membentuk sudut
3) Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa dan
menghubungkannya dengan muskularis
4) Mukosa adalah lapisan terdalam, merupakan lapisan epitel yang tersusun dari
epitelium transisional.
Trigonum, adalah area halus, triangular dan relatif tidak dapat berkembang yang terletak
secara internal dibagian dasar kandung kemih. Membran mukosa vesika dalam kedaan
kosong berlipat – lipat dan akan menghilang jika vesika urinaria (VU) terisi penuh.
Lapisan oto VU terdiri atas otot polos, tersusun dan saling berkaitan disebut muskulus
detrusor vesika. Peredaran darah VU berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior
yang merupakan cabang dari iliaka interna. Venanya membentuk pleksus prostatika yang
mengalirkan darah ke vena iliaka interna. Persarafan berasal dari pleksuss hipogastikaa
inferior, serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis 1 dan 2 berjalan
turun ke vesika urinaria melalui pleksus hipogastrica.
Pengisian dan pengosongan vesika urinaria
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spinal longitudinal
dan sirkuler. Kontraksi peristaltik reguler 1 sampai 5 kali per menit memindahkan urine
dari pelvis ginjal ke VU. Ureter menembus dinding VU secara miring, menjaganya tetap
tertutup kecuali selama gelombang peristaltik dan mencegah urine kembali ke ureter.
Kontraksi otot muskulus detrusor bertanggung jawab untuk pengosongan VU selama
berkemih. berkas otot berjalan pada sisi uretra.
Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih. Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi sfingter internus, segera diikuti relaksasi sfingter eksterna,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi sfingter internus dihantarkan melalui serabut-serabut saraf
para simpatik. Kontraksi sfingter eksterna secara volunteer bertujuan untuk mencegah
atau menghentikan miksi. Bila ada kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urin (kencing
tertahan).
D. Uretra
1) Uretra Pada Pria
Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Pada laki-
laki, uretra membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak pada waktu yang
bersamaan, panjangnya mencapai 17,5-20 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis
yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Uretra prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostat, menerima dua duktus ejakulator
yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus kelenjar
vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar
prostat panjangnya 3 cm.
b. Uretra pars membranosa adalah bagian yang terpendek 1 cm sampai 2,5 cm.
Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.
c. Uretra pars kavernous merupakan bagian yang terpanjang, menerima duktus
kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada ujung
penis panjangnya 15 cm.
d. Orificium uretra eksterna, bagian erektor yang paling berkontraksi, berupa sebuah
celah vertikal, panjangnya 6 mm.
2) Uretra Pada Wanita
Uretra pada wanita, berukuran pendek sekitar 4 cm. Saluran ini membuka keluar
tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris
dan mulut vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada laki-
laki, bermuara ke dalam uretra. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis,
lapisan spongeosa, lapisan mukosa sebelah dalam.
E. Kelenjar Prostat
Ketika berbicara tentang prostat, hal yang terlintas dipikiran adalah laki-laki. Kelenjar
prostat adalah salah satu organ yang dimiliki oleh pria termasuk ke dalam sistem
urogenital. Secara anatomi, prostat termasuk salah satu kelenjar yang letaknya berada di
bawah kandung kemih, mengelilingi saluarn uretra, memiliki berat sekitar 18 sampai 20
gram. Berdasarkan McNeal (1972) prostat memiliki zona-zona yaitu zona perifer, zona
sentral dan zona transisi. Sekitar 70% dari prostat merupakan kelenjar sedangkan 30%
lainnya merupakan otot.
F. Patofisiologi Ginjal
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit
primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme
adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada
penyakit ginjal kronik.
1. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen
darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan
nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
A. Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-
posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS - V) berada di atas. Pada
basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan
pembuluh balik. Jantung sebagai pusat system kardiovaskuler terletak di sebelah rongga
dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada
mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla
mamae 2 jari setelahnya. BeratBerat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan
jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
1) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta III-I
2) Samping berhubungan dengan par dan fasies mediastilais.
3) Atas setinggi torakal IV dan servikal Il berhubungan dengan aorta pulmonalis,
brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
4) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena azigos, dan
kolumna vetebrata torakalis
5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma
A. Definisi
Gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan.
Biasanya gagal ginjal ini diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah dan tidak dapat
disembuhkan. Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
metabolic, cairan dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia ( Smeltzer dkk,
2010 & Harmilah, 2020).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) didalam darah ( Mutaqqin
dan sari, 2014 & Harmilah, 2020).
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada Gagal Ginjal Kronis (Nurarif & Kusuma, 2015)
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2. Nyeri akut
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan serta natrium
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
5. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
6. Gangguan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic sekunder
c. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru,penurunan curah jantung, penurunan
perifer, yang mengakibatkan asidosis laktat
Intervensi :
a) Monitor frekuensi, irama,kedalaman, dan upaya napas.
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,cheyne
stokes,biot,ataksik)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya sumbatan jalan napas
e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
f) Auskultasi bunyi napas
g) Monitor saturasi oksigen
h) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
i) Dokumentasikan hasil pemantauan
j) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
k) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
l) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
m)Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
2. Nyeri akut b.d
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat nyeri
d. Monitor efek samping penggunaan analgetik
e. Control lingkungan yang memperberat nyeri (mis : suhu ruangan,pencahayaan dan
kebisingan)
f. Beri teknis non-farmakologis untuk meredakan nyeri (teknik relaksasi nafas dalam,
kompres hangat dan dingin)
g. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
h. Jelaskan strategi nyeriAnjurkan menggunakan analgetik secara tepat
i. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
j. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan serta natrium
Intervensi :
a. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor efek samping diuretic
d. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
e. Batasi asupan cairan dan garam
f. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
g. Anjurkan melapor jika haluaran urine 1kg dalam sehari
h. Ajarkan cara membatasi cairan
i. Kolaborasi pemberian diuretic
j. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic 3) Kolaborasi pemberian
CRRT, bila perlu
4. Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
a. Identifikasi status nutrisi
b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
d. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
e. Ajarkan diet yang di programkan
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
5. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola jam tidur
c. Monitor kelelahan fisik dan emosional
d. Anjurkan tirah baring
e. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
f. Berikan lingkungan yang nyaman
g. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
h. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
6. Gangguan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic sekunder
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas jaringan kulit
b. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
c. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit
d. Anjurkan menggunakan pelembab
e. Anjurkan minum air yang cukup
f. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
g. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan, yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat pada kebutuhan pasien, factor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi. Dalam pelaksanaan terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, adalah
sebagai berikut (Rahmi, 2019)
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan secara sistematik dan terencana, tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada ada
pada klien. Hal ini dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir darirangkaian
proses keperawatan yang berguna, apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Metode yang digunakan dalam evaluasi
antaraa lain mengobservasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga, wawancara keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap,
apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat, memeriksa laporan dapat
dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan
sesuai dengan rencana, latihan stimulasi yang berguna dalam menentukan
perkembangankesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan (Rahmi, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Sari Kumala. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Rani, Destri Maya Dkk. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan: Yayasan Kita
Menulis