Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem urinaria terdiri dari dua, yaitu ginjal yang memproduksi urine dan ureter yang
membawa urin ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara. Dan uretra yang
mengalirkan urine keluar dari tubuh melalui orifisium uretra eksterna (Sloane,2003).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah
dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan
filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsobrsi sejumlah zat terlarut dan air
dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air
diekskresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urine (Price & Wilson,
2003).
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus-menerus menghasilkan urine, dan berbagai
saluran dan reservoal yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh. Ginjal merupakan
organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Fungsi lain dari
saluran kemih adalah menyalurkan urine ke vesica urinaria. Vesica urinaria adalah suatu kantong
berotot yang dapat mengempis terletak di belakang simpifis pubis (Price & Wilson, 2003).

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa itu sistem urinaria ?
2. Bagaimana proses pembentukan urine ?
3. Apa saja gangguan pada sistem urinaria ?
4. Apa hubungan sistem urinaria dengan GNA (Glomelurosnefritis Akut) ?

1.2 Hipotesa
Bakteri streptococcus hemoliticus grup A yang menginfeksi oral dan ispa dapat
mengakibatkan glomerulusnefritis akut (GNA).
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Urinaria


2.1.1 Pengertian Sistem Urinaria
Sistem

urinaria

(ginjal)

terdiri

dari

organ-organ

yang

memproduksi

urine

dan

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal (Sloane, 2004).
2.1.2 Susunan Sistem Urinaria dan Fungsinya
2.1.2.1 Ginjal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah tulang rusuk
bagian belakang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri. Mempunyai ukuran panjang 7 cm
dan tebal 3 cm.Terbungkus dalam kapsul yang terbuka kebawah. Diantara ginjal dan kapsul
terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan.
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit.
Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah nefron yang dimilikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta
nefron dalam tiap-tiap ginjal manusia (Sloane, 2004).

Fungsi ginjal :
1. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk
penguraian hemoglobin dan hormon.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresikan ion natrium, kalium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan
ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen
(

), bikarbonat (

) dan amonium (

basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.

) serta memproduksi , urine asam atau

3
4. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin, yang mengatur
produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
5. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan
tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah komponen penting
dalam mekanisme renin-aglotensi-aldosteon, yang meningkatkan tekanan darah dan
retensi air.
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah. Ginjal,
melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih. bertanggung jawab atas konsentrasi
nutrien dalam darah.
7. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obatobatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh (Sloane, 2004).
Anatomi kasar ginjal
1. Tampilan. Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjang
sekitar 12,5 cm dan tebalanya 2,5 cm ( kurang lebih besar kepala tangan ). Setiap
ginjal memiliki berat antara 125 g sampai 175 g pada laki-laki dan sampai 155 g pada
perempuan.
2. Lokal
a. Ginjal terletak didaerah yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang
berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ
retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritonium rongga
abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.
b. Ginjal kanan terletak agak dibawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada
sisi kanan.
3. Jaringan ikat pembungkus. Setiap ginjal diselubung tiga lapisan jaringan ikat.
a. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada
struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan
ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas (Sloane, 2004).

4
2.1.2.2 Ureter
Terdapat dua ureter berupa dua pipa saluran, yang masing-masing bersambung dengan
ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Tebal setiap ureter kira-kira setebal tangkai
bulu angsa dan panjangnya 35 sampai 40 sentimeter. Terdiri atas dinding luar yang fibrus,
lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran
hilum ginjal dan berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam pelvis dan denngan
arah oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung kencing (Pearce, 2010).
Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis (Syarifuddin, 2006).
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong urine melalui ureter yang dieksresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam
bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan
hamper vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtonium.
Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah,
saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensori
(Syarifuddin, 2006).
2.1.2.3 Vesica Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
dibelakang rongga simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih sepeti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius
(Syarifuddin, 1992).
Bagian vesica urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rectum oleh spatium rektosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen,
vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
4

5
3. Verteks, yaitu bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritoneum (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
(Syarifuddin, 1992).
Proses Miksi (Ransangan Berkemih)
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya
terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan menyebabkan kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. Kontrol volunteer ini terjadi bila saraf-saraf yang
menangani kandung kemih uretra medulla spinalis dan otak masih utuh (Syarifuddin, 1992).
Bila terjadi kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urine
(kencing keluar terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan
dan peredaran darah vesica urinaria, diatur oleh torako lumbar dan cranial dari sistem persarafan
otonom, Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna
(Syarifuddin, 1992).
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritonieum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah arteri vesicalis superior berpangkal dari umbikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju
duktus limfatilis sepanjang arteri umbikalis (Syarifuddin, 1992).
2.1.2.1 Uretra
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing kelubang luar
dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing.
Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar, yang membentuk sfinkter uretrae. Pada wanita
panjang uretranya dua setengah sampai tiga setengah sentimeter, pada pria tujuh belas sampai
dua puluh dua sentimeter (Pearce, 2010).

6
Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih kebagian eksterior tubuh.
1. Pada laki-laki, uretra membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak pada waktu
yang bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui
kelenjar prostat dan penis.
a. Uretra prostatic dikelilingi oleh kelenjar prostrat. Uretra ini menerima dua
duktus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus
deferen dan duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat
bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat.
b. Uretra membrannosa adalah bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm).
Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra
eksternal.
c. Uretra karvenous (penil, berspon) merupakan bagian yang terpanjang.
Bagian ini menerima duktus terpanjang bulbouretra dan merentang sampai
orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis.
Uretra membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navikularis.
Uretra karvenus dikelilingi korpus spongiosum, yaitu suatu kerangka
ruang vena yang besar (Sloane,2003).
2.2 Urine
2.2.1 Pengertian Urine
Urine merupakan cairan yang diekskresikan oleh ginjal, dialirkan melalui ureter, disimpan
dalam kandung kemih, dikeluarkan melalui ureter; isi kandungan dan volumenya sangat
bervariasi dari hari ke hari untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit yang normal
(Dorlan, 2010).
2.2.2 Proses Pembentukan urine
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urine yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.

7
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urine diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas
yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma
darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urine primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya (Syaifuddin
,1997).
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urine pimer akan diserap kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat
sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan bersama urine.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme
yang bersifat racun bertambah, misalnya urea (Syaifuddin ,1997).

8
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal.
Dari tubulus-tubulus ginjal, urine akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju
kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urine, dinding
kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urine akan keluar
melalui uretra.
Komposisi urine yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa
substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine
(Syaifuddin ,1997).
2.2.3 Komposisi dan Sifat Fisik dari Urine

2.2.3.1 Komposisi urine normal


Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang
menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen
air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut:
-

Air

96%

Benda padat

4% (terdiri atas urea 2% dan produk metabolik lain 2%)

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram
sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini
tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum
(Pearce, 2011).
Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 samapi 3 mg setiap 100 cm,
sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari dieksresikan ke dalam urine. Kreatin adalah hasil
buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mencakup benda-benda purin, oksalat,

9
fosfat, sulfat, dan urat. Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium klorida, diekskresikan
untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut (Pearce, 2011).

2.2.4 Ciri-Ciri Urine Normal


Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein dimakan, sehingga
tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.
Ciri-ciri urine normal yaitu:
1. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir
tipis tampak terapung di dalamnya.
2. Baunya tajam.
3. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
4. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025 (Pearce, 2011).
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urine
1) Kekentalan dari cairan tubuh, bila kita banyak minum maka :
a. Tekanan darah cenderung naik, vas aferen berdilatasi

GFR naik

volume urine meningkat.


b. Konsentrasi air dalam plasma meningkat, ADH tidak disekresikan oleh hipofisis
volume urine meningkat.
Atau sewaktu kekurangan minum atau muntaber ataupun berkeringat banyak, maka
akan terjadi hal sebaliknya :
a. Tekanan darah cenderung turun, renin disekresikan oleh apparatus juktaglomeruler
terbentuk angiostensin II

kadar oksigen aldosteron meningkat

volume urine menurun.


b. Konsentrasi air dalam plasma menurun, sekresi ADH meningkat
falkutatif dari air meningka

reabsorpsi

volume urine menurun.

2) Di udara yang dingin, ransangan dingin akan menyebabkan refleks penciutan


(vasokontriksi) pembuluh darah kulit, warna kulit menjadi pucat

keringat

10
berkurang, volume darah dan tekanan darah cenderung naik

GFR naik, kadar

ADH menurun, renin menurun maka volume urine meningkat.


3) Beberapa obat-obatan yang memperbanyak pengeluaran urine (diuretika) bekerja
dengan menghambat reabsorpsi NaCl di bagian asendens loop of henle dan bagian
tubuh distalis dengan tanpa diikuti oleh molekul air, sehingga dihasilkan urine yang
banyak. Diuretika ini sering digunakan untuk pengobatan hipertensi antara lain karena
dapat mengurangi volume darah.
4) Alkohol merintangi sekresi ADH

volume urine meningkat.

5) Kopi, obat asam (aminofilin), obat jantung (digitalis) semuanya meningkatkan kardiak
output

GFR naik

volume urine meningkat.

6) Sewaktu stres psikis, tekana darah dapat meningkat

GFR naik

volume

urine meningkat (Sloane, 2004).

2.2.6 Saluran yang Dilalui Urine


A. Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sampai kandung kemih.
1. setiap ureter panjangnya antara 25 cm sampai 30 cm dan berdiameter 4 mm sampai 6
mm. Saluran ini menyempit di tiga tempat : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik
saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu
ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan nyeri dan
disebut kolik ginjal (Sloane, 2004).
2. Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan: lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di
tengah adalah muscularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar,
dan lapisan terdalam adalah epithelium mukosa yang mensekresi selaput mucus
pelindung (Sloane, 2004).
3. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristaltis mengalirkan
urine dari kandung kemih keluar tubuh (Sloane, 2004).
B. Kandung Kemih adalah organ muscular berongga yang berfungsi sebagai kontainer
penyimpan urine.
1. Lokasi. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di
depan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus di depan vagina.
10

11
Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong; organ
berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai umbilicus dalam rongga abdomen pelvis
jika penuh berisi urine (Sloane, 2004).
2. Struktur. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan
peritoneum dan kondensasi fasia.
a. Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan.
(1) Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan
peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
(2) Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot
polos yang satu sama lain membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa selama
bahwa selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke
segala arah.
(3) Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan
menghubungkannya dengan muskularis.
(4) Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks, mukosa
membentuk ruga (lipatan-lipatan) yang akan memipih dan mengembang saat
urine berakumulasi dalam kandung kemih.
b. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relative tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari
tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra
keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum (Sloane, 2004).

C. Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.


1. Pada laki-laki, uretra membawa cairan semen dan urine. Tetapi tidak pada waktu yang
bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat dan
penis (Sloane, 2004).
a. Uretra prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus
ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus
kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari
kelenjar prostat.
11

12
b. Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini
berdinding tipis dan di kelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.
c. Uretra cavernous (penile, berspons) merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini
menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra
eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk
membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernus dikelilingi korpus
spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
2. Uretra pada perempuan, berukuran pendek (3,75 cm). Saluran ini membuka keluar tubuh
melalui ofisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris dan mulut
vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki, bermuara ke
dalam uretra.
3. Panjang uretra laki-laki cenderung menghambat invasi bakteri ke kandung kemih (sistitis)
yang lebih sering terjadi pada perempuan (Sloane, 2004).
2.3 Gangguan pada Sistem Urinaria
2.3.1 GNA ( Glomerulusnefritis Akut)
Di negara berkembang, glomerulus akut pasca infeksi streptokokus (GNAPS) masih
sering dijumpai dan merupakan penyebab lesi ginjal non supuratif terbanyak pada anak (Travis,
1994).
Sampai saat ini belum diketahui faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ini menjadi
berat, karena tidak ada perbedaan klinis dan laboratoris antara pasien yang jatuh ke dalam gagal
ginjal akut (GGA) dan yang sembuh sempurna (Sekarwana, 2001).
Manifestasi klinis yang bervariasi menyebabkan insiden penyakit ini secara statistik tidak
dapat ditentukan. Diperkirakan insiden berkisar 0-28% pasca infeksi streptococus (Gauthier,
1982).
Pada anak GNAPS paling sering disebabkan oleh Streptococcus hemolyticus group A
tipe nefritogenik (Travis, 1987). Tipe antigen protein M berkaitan erat dengan tipe
nefritogenik.8, 9. Serotipe streptococus hemolitik yang paling sering dihubungkan dengan
glomerulonefritis akut (GNA) yang didahului faringitis adalah tipe 12, tetapi kadang-kadang juga
tipe 1,4 ,6 dan 25. Tipe 49 paling sering dijumpai pada glomerulonefritis yang didahului infeksi
kulit / pioderma, walaupun galur 53,55,56,57 dan 58 dapat berimplikasi.10-13 Protein
streptococus galur nefritogenik yang merupakan antigen antara lain endostreptosin, antigen
12

13
presorbing (PA-Ag), nephritic strain-associated protein (NSAP) yang dikenal sebagai
streptokinase dan nephritic plasmin binding protein (NPBP) (Sekarwana, 2001).

Gambaran Klinis
Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali
dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya
sembab. Periode laten ratarata 10 atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit. Hematuria
dapat timbul berupa gross hematuria maupun mikroskopik. Gross hematuria terjadi pada 30-50
% pasien yang dirawat (Sekarwana, 2001).
Ariasi lain yang tidak spesifik bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan
menurun, nyeri kepala, atau lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai hipertensi pada hampir semua
pasien GNAPS, biasanya ringan atau sedang. Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi
selama 3-5 hari. Setelah itu tekanan darah menurun perlahan-lahan dalam waktu 1-2 minggu
(Sekarwana, 2001).
Edema bisa

berupa wajah sembab, edem pretibial atau berupa gambaran sindrom

nefrotik. Asites dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edem. Bendungan sirkulasi secara
klinis bisa nyata dengan takipne dan dispne (Sekarwana, 2001).
Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria sampai anuria karena penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) (Travis, 1994).

Laboratorium
Pemeriksaan urine sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis akut. Volume
urine sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan seperti air cucian daging. Hematuria
makroskopis maupun mikroskopis dijumpai pada hampir semua pasien. Eritrosit khas terdapat
pada 60-85% kasus, menunjukkan adanya perdarahan glomerulus (Sekarwana, 2001). Proteinuria
biasanya sebanding dengan derajat hematuria dan ekskresi protein umumnya tidak melebihi
2gr/m2 luas permukaan tubuh perhari. Sekitar 2-5% anak disertai proteinuria masif seperti
gambaran nefrotik. Umumnya LFG berkurang, disertai penurunan kapasitas ekskresi air dan
garam, menyebabkan ekspansi volume cairan ekstraselular. Menurunnya LFG akibat tertutupnya
permukaan glomerulus dengan deposit kompleks imun. Sebagian besar anak yang dirawat
dengan GNA menunjukkan peningkatan urea nitrogen darah dan konsentrasi serum kreatinin.
13

14
Anemia sebanding dengan derajat ekspansi volume cairan esktraselular dan membaik bila edem
menghilang. Beberapa peneliti melaporkan adanya pemendekan masa hidup eritrosit. Kadar
albumin dan protein serum sedikit menurun karena proses dilusi dan berbanding terbalik dengan
jumlah deposit imun kompleks pada mesangial glomerulus (Gauthier, 1982).
Kecurigaan akan adanya GNAPS dicurigai bila dijumpai gejala klinis berupa hematuria
nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi streptokokus.Tanda
glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya infeksi streptokokus secara laboratoris
dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis. Tetapi
beberapa keadaan dapat menyerupai GNAPS seperti (Bisno, 2003):
Glomerulonefritis kronik dengan eksaserbasi akut
Purpura Henoch-Schoenlein yang mengenai ginjal Hematuria idiopatik
Nefritis herediter (sindrom Alport )
Lupus eritematosus sistemik

2.3.2 Nifritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya
bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan menderita uremia atau edema. Uremia
adalah masuknya kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan
edema adalah penimbunan air di kaki karena terganggunya reabsorpsi air. Nefritis akut banyak
diderita oleh anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Sedangkan
nefritis kronis yang diderita oleh orangtua ditandai dengan tekanan darah tinggi dan pengerasan
pembuluh darah ginjal. Penyebab peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh infeksi, seperti
yang terjadi pada pielonefritis atau suatu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal
(Nurhayati, 2008).
Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara:
1. Suatu antibodi dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang
merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal
2. Antigen dan antibodi bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian
menempel pada sel-sel di dalam ginjal.
14

15
Gejala tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria
(protein di dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan
beratnya reaksi kekebalan (Nurhayati, 2008).
2.3.3 Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inflamasi
dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena
infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat
pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek congenial yang memicu terjadinya
pielonefritis (Sloane, 2007).
2.3.4 Sistitis
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih . Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri escherchia coli yang menyebar dari uretra atau karena kerja respon alergik atau akibat
iritasi mekanis pada kandung kemih .
Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri (disuria) yang disertai darah dalam urine
(Sloane,2007).
2.3.5 Gangguan mikturisi
Mikturisi adalah peristiwa pembungan urine. Karena urine dibuat di dalam maka ia
mengalir melalui ureter ke dalam kandung kencing. Keinginan untuk membuang air kecil
disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kencing, dan tekanan ini disebabkan oleh
isi urine di dalamnya. Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml. Mikturisi adalah gerak
refleks yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada
manusia. Gerakanya ditimbulkan kontrak si otot abdominal yang menambah tekanan didalam
rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan

kandung kencing yang membantu

mengosongkanya (Pearce, 2011).


2.3.6

Hemodialisis

Hemodialisis adalah pembuangan elemen tertentu dari darah dengan memanfaatkan


perbedaan kecepatan difusi melalui membran semipermiable. Akan tetapi banyak pasien
15

16
memerlukaan hemodialisis, baik yang extracorporeal (luar tubuh) dengan ginjal tiruan, ataupun
dengan dialysis peritoneal. Dalam hal ginjal tiruan extracorporeal, darah pasien di pomopa
melalui membran selofan yang berputar di dalam sebuah wadah cairan dialysis dan di dalam
cairan itu bahan buangan di singkirkan, dengan demikian memperbesar fungsi ginjal,dan
kemudian darah di pompa kembali ke dadal sirkulasi tubuh pasien (Pearce, 2011).
Kegagalan ginjal yang akut, ada yang dapat di perbaiki, ada yang tidak; tidak ada
pengobatan untuk yang dapat di perbaiki, tetapi keadaan dapat di ringankan dengan hemodialisis
untuk setiap jangka tertentu. Kegagalan ginjal yang kronik biasanya di sebabkan nefritis kronik,
pielonefritis kronik atau hipertensi ganas. Volume urin bertambah (poliuria) disebabkan oleh
ketidak mampuan ginjal untuk memekatkan urin dan yang terjadi uremia.
Uremia adalah istilah yang di gunakan untuk melukiskan keadaan toksik tersebut diatas,
di sebabkan adanya bahan buangan dari ginjal didalam darah, hal ini nampak pada pemeriksaan
jumlah ureum yang ada. Sebenarnya ureum itu sendiri, bukan bersifat racun. Jumlah ureum itu di
gunakan untuk menentukan adanya senyawa nitrogen lainnya yang bersifat racun (Pearce, 2011).

16

17

BAB III
CONSEPTUAL MAPPING

SISTEM URINARIA

GINJAL
STREPTOCOCCUS

URETER
INFEKSI ORAL
VASICA
URINARIA

MASUK DALAM
PEMBULUH
DARAH

URETRA
GANGGUAN
GLOMEROLUS

PERKEMIHAN
(URINARIA)

17

ISPA

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang,
sedikit dibawah tulang rusuk bagian belakang. Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus
dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah nefron yang
dimilikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap-tiap ginjal manusia (Sloane, 2004).
Sistem urinaria mempunyai dua ureter berupa dua pipa saluran, yang masing-masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Terdiri atas dinding luar
yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai
sebagai pelebaran hilum ginjal dan berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam
pelvis dan denngan arah oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung kencing (Pearce,
2010).
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,terletak
dibelakang rongga simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius
(Syarifuddin,1992).
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing kelubang luar
dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing.
Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar, yang membentuk sfinkter uretrae. Pada wanita
panjang uretranya dua setengah sampai tiga setengah sentimeter, pada pria tujuh belas sampai
duapuluh dua sentimeter (Pearce, 2010).
Hasil akhir dari sistem urinaria adalah urine, isi kandungan dan volumenya sangat
bervariasi dari hari ke hari untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit yang normal
(Dorlan, 2010).
Proses pembentukan urine terdiri dari 3 tahapan, yaitu penyaringan (filtrasi), penyerapan
kembali (rearbsorbsi), dan augmentasi (Syaifuddin,1997).
18

19
Urine normal mempunyai komposisi 96% air dan 4% benda padat (terdiri atas urea 2%
dan produk metabolik lain 2%). Urine normal mempunyai ciri-ciri warnanya bening orange
pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir tipis tampak terapung di dalamnya, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar dari
1010 sampai 1025 (Pearce, 2011).
Beberapa faktor dapat mempengaruhi produksi jumlah urine, antara lain kekentalan dari
cairan tubuh, suhu udara, obat-obatan, alkohol, kopi, emosional (Sloane, 2004).
Beberapa gangguan dalam sistem urine adalah sistitis (inflamasi kandung kemih),
glomerulonefritis (inflamasi nefron), pielonefritis (inflamasi ginjal dan pelvis ginjal), batu ginjal,
dan gagal ginjal (Sloane, 2004). Glumerulonefritis merupakan gangguan dalam sistem urine
yang berkaitan dengan kesehatan oral, karena glumerulonefritis dapat disebabkan karena adanya
infeksi streptococcus yang sebelumnya dapat menginfeksi periodonti dan sistem saluran
pernafasan atas (Travis, 1994).
Glomerulus merupakan bagian rentan sebagai target endapan komplek imun karena 25%
curah jantung melewati sirkulasi ginjal. Glomerulonefritis dapat terjadi akibat komplek imun
dalam sirkulasi terjebak di glomerulus. Kerusakan glomerulus terjadi akibat adanya endapan
komplek imun yang terdiri dari imunoglobulin, komplemen dan protein lain. Lokasi, komposisi,
mekanisme dan jumlah endapan imun menentukan perubahan fungsi dan struktur glomerulus.
Selain itu, pelepasan mediator inflamasi juga bertanggung jawab pada perubahan glomerulus.
Pada umumnya mekanisme terjadinya GN berdasarkan proses imunologik. Tiga mekanisme
imunologik yang menjelaskan terjadinya GN adalah ikatan langsung antara Ab dengan Ag
glomerulus, terjebaknya kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi dan endapan kompleks
imun insitu. Endapan kompleks imun pada glomerulus menginduksi aktivasi komplemen, respon
imun humoral dan selular dengan akibat rusaknya glomerulus (Noer, 2002).
Di negara berkembang, glomerulus akut pasca infeksi streptococus (GNAPS) masih
sering dijumpai dan merupakan penyebab lesi ginjal non supuratif terbanyak pada anak (Travis,
1994).
Manifestasi klinis yang bervariasi menyebabkan insiden penyakit ini secara statistik tidak
dapat ditentukan. Diperkirakan insiden berkisar 0-28% pasca infeksi streptococus (Gauthier,
1982).
19

20
Pada anak glomerulus akut pasca infeksi streptococus (GNAPS) paling sering disebabkan
oleh Streptococcus beta hemolyticus group A tipe nefritogenik. Lebih dari 50 % kasus GNAPS
adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan
nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata-rata 10 atau 21
hari setelah infeksi tenggorok atau kulit (Travis, 1987).
Pemeriksaan urine sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis akut. Volume urin
sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan seperti air cucian daging. Hematuria
makroskopis maupun mikroskopis dijumpai pada hampir semua pasien. Eritrosit khas terdapat
pada 60-85% kasus, menunjukkan adanya perdarahan glomerulus (Sekarwana, 2001).
Kecurigaan akan adanya GNAPS dicurigai bila dijumpai gejala klinis berupa hematuria
nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi streptococus.Tanda
glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya infeksi streptococus secara laboratoris
dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis. Tetapi
beberapa keadaan dapat menyerupai GNAPS seperti glomerulonefritis kronik dengan eksaserbasi
akut, purpura Henoch-Schoenlein yang mengenai ginjal,hematuria idiopatik, nefritis herediter
(sindrom Alport), lupus eritematosus sistemik (Bisno, 2003).
Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik. Perawatan dibutuhkan apabila
dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73
m2), BUN > 50 mg, anak dengan tanda dan gejala uremia, muntah, letargi, hipertensi
ensefalopati, anuria atau oliguria menetap (Travis, 1994).

20

21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem urinaria merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis
(kekonstanan lingkungan internal). Dimana sistem ini terdiri dari bagian-bagiannya yang saling
berhubungan, apabila terjadi gangguan kerusakan di salah satu bagiannya maka akan
mempengaruhi atau mengurangi fungsinya. Salah satu gangguan dari sistem urinaria ini adalah
GNA.

21

Anda mungkin juga menyukai