KELENJAR SALIVA
Kelas C
Kelompok 2
1. Aam Purnama
(2010-11-001)
( 2011-11-158)
2. Aidia Yuriko
(2010-11-009)
(2011-11-160)
3. Alfin Firmansyah
(2010-11-012)
(2011-11-161)
4. Stanley Aditya
(2010-11-128)
(2011-11-163)
5. Taris Rifqi
(2010-11-132)
(2011-11-167)
6. Wahyu Pradipta
(2010-11-147)
23. Yi Cheong Mi
(2011-11-169)
7. Rizky Randa
(2010-11-167)
(2011-11-170)
(2011-11-133)
(2011-11-172)
(2011-11-134)
(2011-11-173)
(2011-11-135)
(2011-11-181)
(2011-11-138)
(2011-11-183)
(2011-11-142)
(2011-11-184)
(2011-11-143)
(2011-11-185)
(2011-11-145)
(2011-11-188)
(2011-11-154)
(2011-11-191)
(2011-11-155)
(2011-11-192)
(2011-11-156)
(2011-11-195)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami
buat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Oral medicine dan membahas tentang
kelenjar saliva, selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai hal tersebut.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak. Didalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan suatu panduan. Baik yang
berasal
dari buku-buku bacaan, internet, dosen dan masih banyak lagi.
Dengan adanya panduan-panduan tersebut maka proses belajar akan menjadi lebih
mudah.
Oleh karena itu kami berusaha untuk menyuguhkan sebuah makalah yang
kami harapkan dapat membantu pembaca dalam belajar tentang kelenjar saliva. Di
dalam makalah yang kami buat ini, mengambil bahan dari beberapa jurnal yang ada
di internet dan refrensi sehingga data yang kami sajikan ini merupakan data-data
terbaru. Untuk mempermudah memahami kami membuat kata-kata yang sederhana
dalam penulisan makalah ini. Selain itu makalah ini kami buat dengan mengambil
bagian-bagian yang penting saja.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam upaya penyelesaian makalah ini
saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terutama dosen pengajar Oral
Medicine dan bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kami terima
untuk penyempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu
saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit, mukus dan
enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor dan
minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk memastikan kestabilan di
sekitar rongga mulut.
ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan papilla
dari duktus kelenjar submandibular.
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada
tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4
ml/menit.Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar
parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin);
sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan
mukosa mulut . Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa
adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat
rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi
basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap
waktu .
Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva
dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1) refleks
saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau
terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu
kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap
adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai
impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula
batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakantindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan
karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut.
Pada refleks saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa
rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu
makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran Saliva melalui refleks ini .
a. Sialorhea
Fisiologis
- Erupsi gigi pada bayi
- Melihat/mencium bau makanan
- Insersi protesa/alat ortodonsi
- Lapar
2.
3.
4.
Obat-obatan
- Pilocarpine
- Iodida
- thiouracil
b. Asialorhea
Obat-obatan :
- Atropin
- Anti Histamin
- Belladona
2.
Penyakit sistemik :
- Tifus
- DM tidak terkontrol
- Hipertiroid
3.
Fisiologis :
- Menopause
- Lanjut usia
4.
5.
Psikis:
- Ketakutan
- Gelisah
- Gembira
6.
Gejala :
1. Mucocele
Gambar 3 : Mucocele
Etiologi
Gambaran Klinis
- Batas tegas
- Konsistensi lunak
- Warna transluscent
- Ukuran biasanya kecil
- Tidak ada keluhan sakit
- kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul
lagi
Diagnosis
Secara visual
Aspirasi
Pemeriksaan mikroskopis,
Pemeriksaan PA
Perawatan
2. Ranula
Gambar 4 : Ranula
Gambaran Klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung
keluar (Rana=Kodok)
Warna translucent
Kebiru-biruan
Diagnosis
Secara visual
Perawatan
Penatalaksanaan
ranula
biasanya
dilakukan
dengan
caramarsupialisasi ranulaatau pembuatan jendela pada lesi.Biasanya
menggunakan anestesi blok lingualditambah denganinfiltrasi regional. Di
sekitar tepi lesi ditempatkan rangkaianjahitanmenyatukan mukosa perifer
dengan mukosa lesi danjaringan dasar lesi.Kemudiandilakukan juga drainase
denganpenekanan lesi. Setelah itu dilakukan eksisi pada ataplesisesuai
dengan batas penjahitan kemudian lesi ditutup dengan tampon.
3. Sialadenitis
dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal atau mungkin
spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan
imunologi
.
Gambar 5 : Sialadenitis
Etiologi
Gejala Umum
Perawatan
4. Sialolitiasis
Sialolitiasis atau sering disebut batu saliva (kalkulus) merupakan salah satu
keadaan patologis yang terjadi pada kelenjar ludah akibat tersumbatnya duktus
maupun kelenjar saliva.
Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular
dan hanya 10-20% terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang
sangat kecil terdapat pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis
adalah penyebab yang paling sering pada penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi
pada semua usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor resiko terjadinya
obstruksi batu kelenjar liur termasuk
sakit yang lama disertai dehidrasi.
Kadang disertai juga dengan gout,
diabetes dan hipertensi.
Gambar 6 : Sialolitiasis
Patogenesis
Gambaran Radiologis
5. Parotitis / MUMPS
Mumps atau yang lebih dikenal dengan parotitis ialah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh paramyxovirus dan biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis. Gejala khas yang biasa terjadi yaitu pembesaran
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi
kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Epidemiologi
Gambar 7 : MUMPS
Patogenesis
Terapi
Simptomatik
OH baik
Istirahat
Analgetik
6. Sjorgen Syndrome
Diagnosis
Gejala
Perawatan
Mulut yang kering dapat dibantu dengan minum air yang banyak dan
perawatan gigi yang baik untuk menghindari kerusakan pada gigi.Kelenjar
dapat dirangsang dengan menghisap tetesan air lemon tanpa gula atau
gliserin pembersih.Perawatan tambahan untuk gejala mulut kering adalah
obat resep untuk menstimulasiair liur seperti pilocarpine dan ceuimeline.
Obat-obatan ini harus dihinari oleh orangyang berpenyakit jantung, asma, dan
glukoma.
Etiologi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Sualang,Rain1Noel.Kelainan1Kelenjar1saliva.
http://www.scribd.com/doc/61510799/Keleinan-Kelenjar-Saliva . Diakses pada
tanggal 26 September 2013, pukul 12.00 WIB.
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-228-317184243-bab
%20ii.pdf .Diakses pada tanggal 26 September 2013, pukul 13.30 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20097/3/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 26 September 2013, pukul 20.35 WIB.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu_Kesehatan_Anak/Parot
itis%20Epidemica.pdf . Diakses pada tanggal 26 September 2013 , pukul 22.00
WIB.
http://www.dokterirga.com/mumps-parotitis/ . Diakses pada tanggal 26
September 2013 , pukul 23.00 WIB.