E. Perdarahan Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang
menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang
disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan
kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena kava inferior.
F. Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
barjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal
(kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar
buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormn kortison
G. Mekanisme berkemih
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc
sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan
terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama
terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.
Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako
lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi
untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter
masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan
menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri
vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk
anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
H. Pemekatan Urine
I. Filtrasi dan eksresi ginjal
Proses filtrasi terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferensehingga terjadi
penyerapan darah setiap menit, kira-kira 1200 ml. Darah yang terdiri dari 450
ml sel darah dan 660 ml plasma masuk kedalam kapiler-kapiler glomerulus.
Untuk proses filtrasi diperlukan tekanan filtrasi untuk mendapatkan hasil
akhir.
Faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah
1). Aliran darah ginjal.
Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradien tekanan yang
melintasi pembuluh renal atau perbedaan antara tekanan hidrostatik arteri
renalis dan tekanan hidrostatik vena renalis yang dibagi dengan tahanan
pembuluh darah total.
2). Tekanan filtrasi
Merupakan perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus,
perubahan tekanan darah, dan konsentrasi arteriola aferen dan eferen.
3). Luas permukaan filtrasi
Luas permukaan flitrasi berkurang akibat penyakit yang merusak
golmerulus dan nefrektomi parsial sehingga proses filtrasi terganggu dan
tidak berjalan lancar.
4). Permeabelitas membran filtrasi meningkat akibat penyakit ginjal
Pada proses ekresi Sebagian besar zat yang masuk ke tubuls di
kapsula Bowman tiidak menetap di tubulus. Zat-zat tersebut mengalir atau
dialirkan kembali ke darah melewati kapiler peritubulus melalui proses
reabsorbsi. Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat kedalam
cairan filtrasi selama metablisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.
Namun pH darah dan cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4
Daftar Pustaka
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
Jakarta: EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Van De Graff. 2001. Human Anatomy. Sixth Edition. New York: the McGraw-
Hill Companies