Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal
yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1
juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah
glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler
glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya.
Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian :
tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk
mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.
Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler
yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen.
Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-
molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap
tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler
glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter
filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul
yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya
terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi
ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari
darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan
dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin
yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan
diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif
dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh
glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup
natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine yang
terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal
yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk
ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas
otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi
sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria)
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan
pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran reproduksi
(tempat keluarnya sperma). Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari
tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut
sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60
tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.
Gejala–gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu
demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi
ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda–tanda dan
gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
1) Desakan yang kuat untuk berkemih
2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
3) Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis
atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
6. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat
dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.
Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis:
batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan
sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat
infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya
dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?
KHASUS
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2022
Jam pengkajian : 15.00 WIB
b. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. KELUHAN UTAMA
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat
untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong
oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit
dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K pernah
dirawat di RS karena mengalami malaria
c) Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi
2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis B 3bulan
yang lalu
4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang tempat
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu
Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang
satu minggu.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya seperti
bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi
pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan
aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya
dibantu oleh pembantunya.
b. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya,
A.n K biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Bp. A
mengatakan An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan
perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya bissa tidur 6 jam ssaat
malam dan tidak bisa tidur saat siang.
c. Kenyamanan dan nyeri
1) Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang
diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2) Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang
nyerinya sesudah berkemih
3) Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien
mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu
makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu
makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt,
sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami
sesak nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari,
saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-
remas dan warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya
berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien
mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori,
persepsi dan kognitif.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Inspeksi : Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas
Palpasi : N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 40oC
a. Kepala:
Inspeksi : Terdapat benjolan yang terdapat di kepala. Kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka.
palpasi : Bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan
bagian pariental menghadap kebelakang.
b. Leher:
Inspeksi : teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan leher secara
terkoordinasi tanpa gangguan.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thiroid
c. Dada: paru & jantung
Inspeksi : klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit.
Palpasi : getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada
sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu
terdengar bunyi resonan.
d. Abdomen:
Inspeksi : abdomen normal, tdak ada pembengkakkan, dan semetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus
normal terdengar 10 kali/menit
6. PSIKO SOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL
a. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK.
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien
sopan.
c. Budaya
Tidak terkaji
d. Spiritual
Tidak terkaji
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan
obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5
mg/kg/BB.
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Proses Infeksi Hypertermi
Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya
teraba panas.
DO :
N : 108x/menit
S : 40oC
RR : 28x/menit
Teraba panas
DS : Agen cidera biologis Nyeri akut
1. An.K mengatakan sulit dan Sakit pada
perut seperti diremas-remas dan perih saat
mau buang air kecil, sehingga An.K jadi
takut jika mau BAK padahal buang air
kecilnya lebih sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K mengatakan takut
untuk banyak minum.
2. Bp.A mengatakan anaknya mengalami
nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada
cairan eksudat yang purulen dan terasa
gatal. Kira-kira skala nyerinya mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat pucat dan lemas.
2. Klien terlihat memegangi perut bagian
bawah.
DS : Infeksi saluran kemih Gangguan
An.K mengatakan sulit dan Sakit pada perut eliminasi urin
seperti diremas-remas dan perih saat mau
buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika
mau BAK padahal buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
Klien terlihat kesakitan dan takut saat buang
air kecil.
MASALAH KEPERAWATAN
Pengendapan batu
Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di hipotalamus
Nyeri Akut
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. (Kode 00016, Domain 3, Kelas 1) : Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan
infeksi saluran kemih
2. (Kode 00132, Domain 12, Kelas 1) : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis
3. (Kode 00007, Domain 11, Kelas 5) : Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
DATA PENDUKUNG DIAGNOSE NOC NIC
KEPERAWATAN
KO DIAGNOSIS KO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DE DE
DS : 0001 Gangguan 0001 1. Urinary URINARY 1. Mengetahui
Bapak klien mengatakan suhu 6 eliminasi urinarius 6 elimination RETENTION CARE konsistensi
badan anaknya teraba panas. berhubungan 2. Urinary 1. Pantau eliminasi dari warna,
DO : dengan infeksi Continuence urin contohnya bau, dari pada
N : 108x/menit saluran kemih frekuensi urin, urin
S : 40oC KRITERIA volume urin, 2. Mencegah
RR : 28x/menit 1. Kandung kemih konsistensi urin terjadinya
Teraba panas kosong dengan tepat infeksi saluran
2. Tidak ada residu 2. Ajarkan klien kemih.
urine >100-200 tanda dan gejala 3. Mengeluarkan
cc infeksi saluran cairan urin
3. Intake cairan kemih. menggunakan
dalam rentag 3. Menerapkan kateterisasi
normal kateterisasi 4. Dapat
4. Bebas dari ISK intermiten sesuai memulihkan
5. Tidak ada spase 4. Merujuk ke kembali
bladder spesialis keadaan klien
6. Blance cairan kontinensia kemih
seimbang yang sesuai.
DS : 0013 Nyeri akut 0013 1. Pain Level URINARY 1. Memberikan
1. An.K mengatakan sulit dan 2 berhubungan 2 2. Pain Control RETENTION CARE klien rasa
Sakit pada perut seperti dengan agen cidera 3. Comfor Level 1. Ajarkan klien aman dan
diremas-remas dan perih biologis KRITERIA tekhnik relaksasi nyaman
saat mau buang air kecil, 1. Selera makan nafas dalam atau 2. Dapat
sehingga An.K jadi takut klien kembali teknik non Mengurangi
jika mau BAK padahal normal. farmakoligi dan
buang air kecilnya lebih 2. Klien sudah 2. Beri meredahkan
sering daripada biasanya, tidak mengalami kompreshangat nyeri
oleh sebab itu An.K gelisah. pada bagian yang 3. Mempercepat
mengatakan takut untuk 3. Klien dapat nyeri. proses
banyak minum. beraktivitas 3. Kolaborasi dalam penyembuhan
2. Bp.A mengatakan anaknya kembali seperti pemberian
mengalami nyeri pada biasanya. analgesik
bagian suprapubic dan 4. nyeri hilang atau Ketorolax 2x
adanya hematuria, selain berkurang. 0,5mg/kg/BB
itu diawal berkemih ada
cairan eksudat yang
purulen dan terasa gatal.
Kira-kira skala nyerinya
mencapai 9.
DO :
Klien tampak terlihat
pucat dan lemas. Klien
terlihat memegangi perut
bagian bawah.
DS : 0000 Hyperthermy 0000 Thermoregulation URINARY 1. Mengetahui
An.K mengatakan sulit dan 7 berhubungan 7 KRITERIA RETENTION CARE keadan umum
Sakit pada perut seperti dengan proses 1. RR klien 1. Observasi keadaan dari klien
diremas-remas dan perih saat infeksi normal16-24/me umum klien. 2. Mengetahui
mau buang air kecil, sehingga nit. 2. Monitor vital sign tinkat
An.K jadi takut jika mau BAK 2. Suhu tubuh klien klien (suhu & kestabilan dari
padahal buang air kecilnya dalam rentang nadi). monitoring
lebih sering daripada biasanya, 36,5-37,5 3. Beri kompres TTV
oleh sebab itu An.K 3. Nadi klien hangat pada klien. 3. Dapat
mengatakan takut untuk normal (60- 4. Anjurkan pada menurunkan
banyak minum. 100x/menit). klien untuk panas pasien
4. Tubuh klien meningkatkan 4. Dapat
DO : tidak teraba istirahat. memulihkan
Klien terlihat kesakitan dan panas. 5. Kolaborasi dalam keadaan klien
takut saat buang air kecil. pemberian infus 5. Memenuhi
RL, 20 tts/mnt cairan dan
6. Anjurkan banyak elektrolit
minum air putih. dalam tubuh
7. Kolaborasi dalam 6. Mempercepat
pemberian injeksi proses
Ceftriaxone penyembuhan
2x500mg klien dengan
8. Kolaborasi dalam menggunakan
pemberian obat-obatan
analgetik
paracetamol 10-
10-15
mg/kgBB/kali.