Anda di halaman 1dari 36

SISTEM URINARIA

Diajukan untuk mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1

disusun oleh:
Evie Oktaviani

(302015014)

Hasna Rohadatul Aisy (302015020)


Hilma Halimatusy Syfa (302015021)

Progam Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Bdg
2015/2016

A. Pengertian

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih).

B. Anatomi dan Struktur ginjal

Secara anatomis, ukuran ginjal memiliki panjang sekitar 11,25 cm, lebar 5 cm, tebal sekitar
2,5 cm. Posisi di T12 L3 dibelakang abdomen, posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal
kiri, karena diatas ginjal kanan terdapat hepar/hati. Berat ginjal sekitar 120 gr- 150 gr. Setiap
ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan
fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan
lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut
renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis
15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil
dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle,
tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah
170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang
terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi
yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena
renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

C. Bagian-bagian Sistem Perkemihan


Perkemihan dibagi menjadi 4 bagian:
1.
2.
3.
4.

Ginjal (Renal), yang mengeluarkan sekret urine.


Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
Kandung kemih (Urinary Bladder), yang bekerja sebagai penampung.
Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

1. Ginjal (Renal)

Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita.
Fungsi ginjal:
1.

Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

2.

Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3.

Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4.

Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

5.

Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.

Nefron

Merupakan suatu unit fungsional yang dimana disetiap ginjal memiliki 1 juta nefron.Setiap
nefron terdiri dari kapsul bowman yang mengitari rumabi kapiler glomerulus, tubulus
kontrotus, lengkung henle, dan tubukulus kontrotus distal.

Bagian-bagian Nefron dibagi menjadi :


a. Glomerulus

Bagian ini yang mengandung anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul bowman dan
menerima darah dari arteriola aferen dan meneruskan darah ke system vena melalui arteriol
aferen.Glomerulus berdiameter 200mm, di bentuk oleh invagiansi suatu anyaman kapiler
yang menempati kapsula bowman dimana cairan di filtrasikan.
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein plasma yang lebih
besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil sepeti elektrolit, asam amino,
glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg.
Kenaikan ini terjadi karena anteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai
diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah
didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil, sehingga darah mending air dan partikel yang
terlarutdalam plasma masuk ke dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding
pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula
bowman disebut sebagai filtrasi glomerulus.
b. Tubulus
Filtrasi glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui :
1) Tubulus proksimal

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang
lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel
kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen
dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein
seperti bikarbonat, akan diresorpsi.

2) Lengkung Henle

Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal,
panjangnya 12 mm, total panjangnya ansa henle 2-14 mm. Klorida secara aktif diserap
kembali pada cabang asendens gelung Henle dan natrium bergerak secara pasif untuk
mempertahankan kenetralan listrik. Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kambali
karena darah nefron termeable terhadap air. Reabsorpsi klorida dan natrium di pars esendens
penting untuk pemekatan urine karena membantu mempertahankan integritas gradiens
konsentrasi medulla.

3) Kapsula Bowman

Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi


sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan
luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas
sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus.
Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit,
membrana basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang
berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang
kapsuler. Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih
banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada
glomerulus atau disebut cairan ultrafiltrat (urin primer) selanjutnya ditampung pada
rongga kapsul.
4) Korpuskula Ginjal
Kesatuan antara glomelurus dengan kapsula Bowman membentuk korpuskula renalis
(disebut juga badan Malphigi). Korpuskula renalis berlanjut menjadi tubulus kontortus
proksimal. Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus
yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.

5) Tubulus distalis

Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letak jauh dari kapsula
Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligentis yang panjangnya 20 mm.

6) Tubulus kolektivus atau duktus koligentes, kedalam pelvis ginjal.

Saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium
urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi
natrium.Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi
aktif kalium dilakukan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh
aldosteron.Reabsorbsiaktif kalium murni terjadi dalam duktus kolige medulla.

2. Ureter

Ureter memiliki panjang sekitar 20-30 cm . Ureter berfungsi mentransfort urine dari ginjal ke
kandung kemih . Terdiri dari 3 lapis yaitu :
- Epitel mukosa pada bagian dalam
- Otot polos pada bagian tengah
- Jaringan ikat pada bagian luar

3. Kandung Kemih (Urinary Bladder)

Kandung kemih, terletak dibelakang os.pubis di dalam rongga pelvis, pada orang dewasa
kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500ml .bentuk dan batas-batasnya sangat
berfariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandungnya .
Fungsi Kandung kemih
Kandung kemih berfungsi menampung urine untuk sementara waktu. Terdapat segitiga
bayangan yang terdiri dari 3 lubang, yaitu 2 lubang ureter dan 1 lubang uretra pada dasar
kandung kemih yang disebut dengan trigonum/ trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari
dalam ke luar) : lapisan mukosa, sub mukosa, otot polos dan lapisan fibrosa. Lapisan otot
disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan
sirkular pada bagian tengah.

4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:


1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.

C. Mekanisme Pembentukan Urine

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung
hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat
yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus
berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri
dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Ada tiga tahap pembentukan urine:
1) Proses Filtrasi glomerulus
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan
eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke
tubulus ginjal.
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga
faktor tersebut yaitu:

a.

Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada
membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel ke
mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama
untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari
plasma masuk ke dalam kapsula bowman.

b.

Dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane
semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane semipermeabel
memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih
besar misalnya protein dan plasma.

c.

Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam
kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan
osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah.

d.

Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman


mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler.
2) Proses Reabsorpsi Tubulus
Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan
ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada
tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
natrium dan ion bikarbonat
3) Proses Sekresi Tubulus
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal
selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
D. Cairan dan Elektrolik
1. Komposisi Urine Normal
Urine adalah cairan ekskresi yang berasal dari ginjal dengan mengalami proses yang disebut
urinasi (atau mikturisi) dan dieksresi melalui uretra. Urin merupakan salah satu hasil dari
sistem ekskresi pada manusia. Proses pembentukan urin terdiri dari beberapa tahapan yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Pada tahap filtrasi dihasilkan urine primer. Pada tahap
reabsorpsi dihasilkan urine sekunder. Pada tahap augmentasi dihasilkan urine sesungguhnya.

Komposisi urine normal:


a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Elektrolit, natrium (Na), kalsium (K), NH3, bikarbonat (PO), fospat dan
sulfatZat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
c. Zat buangan/metabolit: CO2, Kreatin, Asam Lemak, Racun, Hormon, dll
d. Zat metabolism/Nutrient: KH, Asam Amino
e. Sel darah merah
f. Protein
g. Albumin
h. Globulin
i. Tibiryn
2. Peredaran darah ginjal

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteri-arteri
renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus.
Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini terjadi
penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Ginjal sebagai alat untuk menyaring darah, maka ginjal merupakan alat tubuh yang
mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak. Darah yang menuju ke ginjal berasal dari
aorta abdominalis (pembuluh arteri besar perut) yang kemudian bercabang menjadi arteri
renalis (pembuluh darah ginjal) kemudian masuk ke dalam ginjal melalui bagian cekungan
ginjal (hilus renalis). Arteri renalis sebelum memasuki ginjal biasanya bercabang menjadi 2
(dua) yaitu satu pada bagian anterior (depan) ginjal dan lainnya pada posterior (belakang).

Setelah masuk ke dalam ginjal, arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, arteri
arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, kapiler
peritubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis, vena
renalis.
Dalam medula ditemukan venulae rectae, yaitu tempat darah mengalir kembali ke vena-vena
arkuata. Pembuluh ini mengandung darah yang telah difiltrasi di dalam glomeruli, yang
memegang peranan yang penting dalam mempertahankan osmolaritas jaringan interstitial
medulla yang tinggi. Kapiler-kapiler korteks bagian luar dan kapsul ginjal bersatu
membentuk vena-vena stelata yang bermuara kedalam vena-vena interlobularis. Vena-vena
mengikuti perjalanan yang sama seperti arteri. Darah dari vena-vena interlobularis mengalir
ke dalam vena-vena arkuata, dan dari sini ke vena-vena interlobaris. Vena-vena interlobaris
membentuk vena renalis dimana darah kemudian meninggalkan ginjal.
Arteriol aferen
Dinding ateriol eferen banyak mengandung otot polos yang mampu mengubah garis tengah
lumen, sedangkan lumen ateriol aferen tetap konstan pada garis tengahnya, karena sel otot
polos yang mengelilinginya berperan dalam sekresi daripada peranan kontraksi. Glometulus
adalah kapiler darah. Glomeruli mengandung kapiler-kapiler arteri.
3. Suplay Darah
Sekitar 20 25 % cardiac output lari ke ginjal. 1- 2 liter darah lewat ke ginjal permenit.
Kegiatan filterasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh box perhari.
Suplai darah terdiri dari:
a. Arteri renalis
b. Arteri Arkuata
c. Arteriol aferen
d. Vena Korteks
e. Vena Arkuata
Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini
merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin
dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.

4. Tekanan Darah Oleh Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:


a.
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal.
b.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
c.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin , yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormone aldosterone
Tekanan darah akan menjadi tinggi karena melalui proses terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme. ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati.renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volumeurin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh,sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Jadi natrium dan klorida merupakn ion utama cairan ekstraselluler. Kandungan Na yangtinggi
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraselule
rmeningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Sebaliknya kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium
adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

5. Perubahan Kimia Darah yang Terkait dengan Kelas Utama Gangguan Dasar Asam-Basa

A. Asisdosis Metabolik
1. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
2. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah :
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik : Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
leostomi atau kolostomi.
B. Asidosis Metabolik
1. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
2. Penyebab

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama


adalah :
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat j ika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik : Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
leostomi atau kolostomi.
C. Alkolisis Metabolis
1. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
2. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan
atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik :
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung


c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

D. Alkalosis Respiratorik
1. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.
2. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari
alkalosis respiratorik adalah :
a. Rasa nyeri
b. Sirosis hati
c. Kadar oksigen darah yang rendah
d. Demam
e. Overdosis aspirin.
6. Elektrolit dan Keseimbangan Elektrolit

Elektrolit adalah senyawa yang dapat menjadi ion saat larut. Non elektrolit adalah zat yang
saat larut tidak membentuk ion. Yang bermuatan negatif disebut anion, yang bermuatan
positif disebut kation.
Jenis jenis elektrolit yaitu elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit.
Contohnya : K (kalium), Na (natrium).
7. Komposisi Tubuh Manusia

Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan


mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)


Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui
proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium
serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan
meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan
merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148
mEq/Lt.
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh

kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat
reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme
sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari
makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus,
peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama
fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan
tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus
dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui
ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar
kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya.
Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6) Keseimbangan Klorida (Cl)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan
direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar
klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama
yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi
dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan
PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

8. Keseimbangan Cairan

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh
manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan.
Prosentase cairan tubuh
a.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :
1)
Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2)
Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3)
Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena
jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b.
Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
9. pH dan Tabel pH

Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam
karbonat. Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol
dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut
asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk
memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang
terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.

10. Keseimbangan Asam dan Basa

NILAI NORMAL pH, PaCO, HCO, dan SO


pH = 7,35 7,45
PCO = 35 45
PO = 80 95
HCO = 22 26
SaO = 96 97

14. Mekanisme Berkemih

1. Refleks Berkemih
Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh
duamekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu
ketika reseptor regan di dalam kandung kemih terangsang. Kandungkemih pada orang
dewasa dapat menampung 250-400 ml urin. Semakin besar tegangan, semakin besar
tingkat pengaktifan reseptor.Serat-serat aferen dari resepto regang membawa impuls ke
medula spinalisdan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
kandung kemihdan menghambat neuron motorik di sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Kontraksi pada
kandung kemih akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk sehingga fingter
internus terbuka. Secara bersamaan, sfingter eksternus membuka karena penghambatan
neuron-neuron motorik di sfingter tersebut. Setelah kedua sfingter uretra terbuka, maka
urin akan terdorong oleh gaya yang ditimbulkan olehkontraksi kandung kemih. Refleks

berkemih ini sepenuhnya adalah refelks spinal,untuk mengatur pengosongan kandung


kemih pada bayi.
2. Kontrol Volunter Berkemih
Selain memicu dari timbulnya refleks berkemih, pengisian kandung kemih
jugamenyadarkan
yang
berssangkutan
akan
keinginan
untuk
berkemih.
Penuhnyakandung kemih sebelum sfingter eksternus melemas sepenuhnya,
memberikanrangsangan bahwa miksi akan terjadi. Akibatnya ada kontrol volunter
berkemih,yang dipelajari selma toilet training pada anak-anak usia dini. Kontrol volunter
inidapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih/berkemih
dapat dikontrol sesuai keinginan yang bersangkutan. Impuls disampaikanke korteks
serebri, segera diproses dan menghantarkan sinya yang sifatnyaeksitatorik mengalahkan
sinyal inhibitorik dari reseptor regang pada refleks berkemih.Berkemih tidak dapat ditaan
selamanya. Karena kandung kemih selaluterisi, maka sinyal inhibitorik dari reseptor
regan semakin bertambah danmengalahkan dari kontrol volunter dan mengakibtkan
kandung kemih secara refleks mengeluarkan isinya.

Anda mungkin juga menyukai