Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem urinarius merupakan salah satu sistem terpenting dari tubuh kita, sistem ini berguna
memroses zat-zat serta cairan dalam tubuh dan mereabsorbsi yang masih bisa digunakan dan
membuang yang sudah tidak digunakan agar terjadi keseimbangan dalam tubuh sehingga tetap
dapat hidup dan bekerja, sistem urinarius ini terdapat beberapa organ terpenting yang mengatur
dan saling berkesinambungan yaitu dari ginjal, ureter, vesica urinaria, uretra.
Dalam skenario ini yang dimunculkan adalah seorang ibu usia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan sering kencing. Hasil pemeriksaan urin reduksi 3+. Glukosa darah 100%
(normal)

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui segala hal tentang sistem urinarius seperti secara makroskopik/anatomi,
mikroskopik/histologi, serta mekanisme kerja sistem urinarius baik itu cara kerjanya maupun
pembentukannya dan enzim serta hormon yang ikut bekerja yang terkait dengan masalah dari
skenario yang diberikan.

BAB II
ISI
1

2.1 STRUKTUR MAKROSKOPIK


Sistem urinarius manusia terdiri dari dari ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra.1
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ pembentuk urin yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
yaitu di sebelah kanan dan kiri columna vertebralis bagian lumbal dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak lebih rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau
vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebral lumbal
3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak
dari extremitas inferior ren dextra dan ren sinistra adalah 11 cm. Sedangkan jarak dari
extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm dengan ginjal kanan yaitu 3 cm dan ginjal
kiri yaitu 5 cm.1
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:1-3

Korteks, yaitu bagian paling distal ginjal.

Medula, yang terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk pyramid.

Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid/medula ginjal

Processus renalis/medullary rays, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah


korteks

Hilus renalis, yaitu area pada ginjal di mana pembuluh darah, serabut saraf dan ureter
memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah calyx minor pada medulla.

Calix minor, yaitu bagian ginjal estela medulla yang merupakan percabangan dari calix
major.

Calix major, yaitu cliz minor yang menyatu dan meneruskannya menuju pelvis renalis.

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian pengumpul urin paling akhir
sebelum masuk ureter.

Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.


2

Ren/ginjal di bungkus oleh:1-3


1. Capsula fibrosa
Merupakan pembungkus ginjal pertama. Capsula fibrosa melekat pada ren dan tidak
membungkus glandula supra renalis.1-3
2. Capsula adiposa
Merupakan pembungkus ginjal kedua setelah capsula fibrosa. Capsula adiposa merupakan
jaringan lemak dan membungkus ginjal serta glandula suprarenalis. Pada bagian depan
capsula adiposa lebih tipis daripada lapisan adiposa bagian belakang ginjal.1-3
Fungs lain dari capsula adiposa adalah mempertahankan posisi ginjal pada tempatnya.
Gangguan dapat terjadi pada capsula adiposa yang disebut nephroptosis yaitu tipisnya
lapisan capsula adiposa sehingga posisi ginjal menjadi lemah dan turun dari tempat
seharusnya.2
3. Fascia renalis (Gerota)
Fascia renalis terletak di luar capsula adiposa dan terdiri atas 2 bagian yaitu fascia prerenalis
di bagian anterior dan fascia retrorenalis di bagian posterior. Kedua lembar fascia renalis ini
terbuka dibagian caudal/bawah, dan menyatu di bagian cranial/atas, sehingga kantong ginjal
terbuka ke bawah, dan dapat menyebabkan infeksi dengan mudah masuk dari bawah yang
disebut ascending infection.1-3
Vascularisasi Ginjal :1,3
-A.Renalis cabang dari aorta abdominalis.
-A.Interlobaris
-A.Arcuata / A.Arciformis.
-A.Interlobularis

Gambar 1. Ginjal
B. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Menurut
letaknya, ureter di bedakan menjadi pars abdominalis ureteris dan pars pelvina ureteris.
Dimana jalannya ureter pars abdominalis pada pria dan wanita sama, sedangkan pars pelvina
ureteris pada pria dan wanita tidaklah sama. Di mana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
alat-alat panggul pada pria dan wanita.1,3
Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada:1,3
1. Uretero-pelvic junction
2. Saat ureter menyilangi vassa iliaca communis (flexura marginalis)
3. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria
Ureter dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.1

C. Vesica Urinaria

Merupakan muara dari ureter yang berfungsi sebagai tempat penampungan urine sebelum
dikeluarkan dari tubuh melalui urethra dengan kapasitas 200-400 cc. pada anak-anak vesica
urinaria terletak di apertura pelvis superior / Pintu Atas Panggul. Setelah dewasa, rongga
panggul membesar dan vesica urinaria akan turun ke dalam rongga panggul di bagian dorsal
dari symphysis pubis. Vesica urinaria yang terisi oleh urin akan berbentuk ovoid.1,3
Sedangkan vesica urinaria yang kosong akan berbentuk seperti limas, vesica urinaria dibagi
atas:1,3
1. Apex
2. Corpus
3. Fundus
Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesikula seminalis dan ampulla
ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan
preitoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria
dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis carvisis uteri.1
Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:
1. Lapisan mukosa
Pada saat kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat. Saat terisi penuh, lapisan
mukosa menjadi tipis dan lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di dalam vesica urinaria
bagian caudal dapat di jumpai trigonum vesica (liutaudi) yang dibentuk oleh orificium
urethrae internum.1,3
2. Lapisan otot
Terdiri dari 3 lapisan otot:1,3
- Musculus detrusor, di lapisan dalam, untuk mengeluarkan isi vesica urinaria.
- Musculus trigonal, di dalam segitiga liutadi, ikut membentuk uvula, untuk membuka
-

orificium urethrae interna.


Musculus sphincter vesica, di daerah collum vesica urinaria, untuk menahan urine.

Vesica urinaria di pendarahi oleh cabang-cabang a. iliaca interna, yaitu:1


1. Arteriae vesicales superior
Cabang dari a. umbilicalis bagian proximal. A. umbilicalis bagian distal melanjut sebagai lig.
Umbilicalis lateralis. Aa. Vesicalis superior mendarahi fundus dan akhirnya beranastomosis
dengan a. epigastrica inferior.1
5

2. Arteriae vesicales inferior


Mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria, serta glandula
prostata.1
3. Arteria vesiculodeferentialis
Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan posterior vesica
urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis.
Pada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. vaginalis dan mendarahi ovarium dan vagina.1
Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales yang
berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, kemudian ke v. iliaca interna. Aliran getah
bening ke nnll. Iliaca interna dan nnll. Iliaca externa.1
Vesica urinaria dipersarafi cabang-cabang plexus hypogastricus inferior 1

Gambar 2. Vesica urinaria


D. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Uretra pria dan wanita memiliki perbedaan. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (gl.prostat), sedangkan uretra
pada wanita panjangnya sekitar 4cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (involunter) dan m.sphincter externa (volunter), sedangkan pada wanita
hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).1-3
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan
pars spongiosa.1

Pars pre-prostatika: merupakan bagian dari collum vesicae. Pars pre-prostatika dikelilingi
otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan pars prostatika. 1
6

Pars prostatika: merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.

Pars membranosa: merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital.1

Pars spongiosa: merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa
sampai orifisium di ujung penis.1
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (4 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae externa yang bersifat
volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak
memiliki fungsi reproduktif.1,3

Gambar 4. Uretra wanita

Gambar 3. Uretra pria

2.2 STRUKTUR MIKROSKOPIK


A. Ginjal
Secara histologi bagian paling penting ginjal yaitu nefron, berada pada korteks dan medula
ginjal.4
1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu

A.

Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan
glomerulus (jumbai /gulungan kapiler).4

B.

Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus
distal.4

2. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus
yaitu pars descendens dan ascendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus
ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.4
(1). Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang dari
arteriol aferen. Setelah memasuki korpus renalis, arteriol aferen biasanya bercabang
menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler.4
(2). Kapsula Bowman
Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Kapsula Bowman
merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan dinding sebelah luar disebut lapis parietal
(pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang
melekat erat pada jumbai glomerulus. Antara kapsula bowman dan glomerulus tersebut
terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis, dan sel-sel endotel
kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang-lubang yang memisahkan
darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Sel-sel endotel kapiler
glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapilerkapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada glomerulus atau disebut cairan
ultrafiltrat (urin primer).4

(3). Korpus Renalis


Kesatuan antara glomelurus dengan kapsula Bowman membentuk korpus renalis (disebut
juga badan Malphigi). Korpus renalis berlanjut menjadi tubulus kontortus proksimal.4
(4). Tubulus kontortus proksimal (TKP)
Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok mulai pada
8

korpus renalis berlanjut menjadi lengkung Henle (ansa Henle). Tubulus kontortus
proksimal biasa ditemukan pada potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel
kubus selapis dengan apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili
membentuk brush border sehingga lumennya tidak jelas. Permukaan mikrovili brush
border berperan membantu reabsorbsi berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat.
Intisel pada TKP terletak berjauhan.4
(5). Ansa Henle atau Lengkung Henle
Lengkung Henle merupakan saluran panjang berbentuk seperti huruf U yang dapat
dibedakan menjadi segmen tipis dan segmen tebal. Lengkung Henle memiliki lubang
lebih lebar daripada TKD karena dindingnya terdiri dari sel-sel gepeng dengan inti
menjorok ke dalam lumen. Bagian tebal lengkung Henle merupakan lanjutan dari tubulus
kontortus proksimal, ada yang berjalan turun (descenden) dan ada yang berjalan ke atas
(ascenden). Bagian tipis lengkung henle berada di antara kedua bagian tebal ansa henle,
dan berlumen kecil dan panjang, sehingga dibilang tipis.4
(6). Tubulus Kontortus Distal
Tubulus Kontortus Distal merupakan saluran dengan epitel selapis kubis rendah. TKD ini
mempunyai inti yang berdekatan dengan sifat basofil atau tampak kebiruan. Karena tidak
mempunyai brush border, maka lumennya tampak jelas.4

B. Ureter
Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis pada ginjal. Ureter memiliki epitel transisional
dan memiliki ciri khas sel yang tampak paling permukaan disebut sebagai sel payung serta
otot polos dengan susunan dari dalam longitudinal-sirkular-longitudinal.4
C. Vesika Urinaria
9

Vesika Urinaria merupakan tempat penampungan urin yang disalurkan melalui ureter. Vesika
urinaria memiliki 3 lapisan yaitu tunika mukosa yang memiliki sel payung juga seperti ureter
dengan epitel transisional dan lamina proria, tunika muskular dengan susunan yang sama
dengan ureter (long-sir-long), dan tunika adventitia dengan jaringan ikat fibroelastis. Saat
vesika urinaria penuh, epitelnya lebih gepeng. Sedangkan saat kosong, epitelnya tampak
menggembung dan membesar.4
D. Uretra
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3 bagian
yaitu:
1.

Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari awal uretra pada kandung kemih hingga bagian
yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus
ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.4

2.

Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka pelvis
menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus uretra.4

3.

Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus kavernosum dan
bermuara pada glands penis.4
Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis
pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel
goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat
fibro-elastis longgar.4
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias dari
transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis silindris atau bertingkat hingga
berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun
serupa dengan ureter.4

2.3 MEKANISME DAN FUNGSI GINJAL


Fungsi ginjal yang terpenting adalah membuang bahan-bahan sampah tubuh dari hasil
pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua adalah untuk mengontrol
10

volume dan komposisi cairan tubuh. Fungsi pengaturan ginjal ini memelihara kestabilan
lingkungan sel-sel yang diperlukan untuk melakukan berbagai macam aktivitasnya. 5,6
Ginjal melakukan fungsinya yang paling penting dengan menyaring plasma dan
memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi, tergantung dari kebutuhan
tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dari filtrat dengan
mengeksresikannya dalam urin, sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam
darah.5,6
Pembentukan urin dihasilkan oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan
kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat
terlarut spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler
peritubulus ke dalam tubulus.5,6
Banyak zat yang harus dibersihkan dari darah, terutama produk akhir metabolisme, seperti
urea, kreatinin, asam urat, dan garam-garam asam urat, sehingga zat-zat tersebut direabsorpsi
sedikit dan diekskresi dalam jumlah besar ke dalam urin.5,6
Elektrolit, seperti natrium, klorida, dan bikarbonat direabsorpsi dengan sangat baik, sehingga
hanya sejumlah kecil saja yang ada dalam urin. Zat nutrisi tertentu, seperti asam amino dan
glukosa, direabsorpsi secara lengkap dari tubulus.5,6
Setiap proses, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus diatur
menurut kebutuhan tubuh. Sebagai contoh, jika terdapat kelebihan natrium dalam tubuh, laju
filtrasi natrium akan meningkat dan sebagian kecil natrium hasil filtrasi akan direabsorpsi,
menghasilkan peningkatan eksresi natrium. 5,6
Ginjal diperdarahi oleh a. renalis dan v. renalis, masing-masing keluar dan masuk ginjal
dilekukan medial. Ginjal mengelolah plasma yang mengalir masuk kedalamnya untuk
menghasilkan urin, menahan bahan-bahan tertentu dan mengeliminasi bahan-bahan yang
tidak diperlukan kedalam urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul
sentral, pelvis renalis, yang terletak pada bagian dalam sisi medial di pusat (inti) kedua
11

ginjal. Dari situ urin disalurkan ke dalam ureter, terdapat dua ureter yang, menyalurkan urin
dari setiap ginjal kesebuah kandung kemih. Kandung kemih adalah sebuah kantung yang
berongga yang dapat di renggangkan dan volumenya disesuaikan dengan mengubah-ubah
status kontraktil otot polos didindingnya. Urin saat dikosongkan dari kandung kemih akan
keluar melalui uretra. Uretra wanita berbentuk lurus dan pendek, berjalan secara langsung
dari leher kandung kemih keluar tubuh. Pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai
saluran untuk semen organ reproduksi dan sebagai saluran untuk mengeluarkan urin dari
saluran kemih. Kelenjar prostat terletak dibawah leher kandung kemih dan mengelilingi
uretra.5,6
Nefron adalah satuan fungsional (satuan terkecil di dalam suatu organ yang mampu
melaksanankan semua fungsi organ tersebut.) setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler
dan komponen tubulus, yang keduanya secara struktur dan fungsional berkaitan erat.5,6
Filtrasi di glomerulus
adalah suatu berkas kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah
yang melewatinya. Filtrasi glomerulus adalah langkah pertama pembentukan urin. Sejumlah
besar cairan difiltrasi melalui kapiler glomerulus. Kapiler glomerulus impermeabel terhadap
protein, sehingga cairan hasil filtrasi pada dasarnya bebas protein dan tidak mengandung sel
darah lagi dan komposisinya nyaris identik dengan plasma. 5,6
Membran kapiler glomerulus mempunyai 3 lapisan utama :5
1. Endotelium kapiler
2. Membran dasar
3. Lapisan sel epitel
Lapisan-lapisan ini membentuk sawar filtrasi. Kapiler endotelium mempunyai ribuan lubang
kecil yang disebut fenestra. Membran dasar terdiri dari jaringan kolagen dan fibril proteoglikan
yang memiliki ruangan besar yang dapat menyaring sejumlah besar air dan sedikit zat terlarut.
Membran dasar secara efektif mencegah filtrasi protein plasma. Sel-sel yang membatasi bagian
luar glomerulus adalah sel-sel podosit. 5
12

Penentu laju filtrasi glomerulus


GFR atau laju filtrasi glomerulus dapat ditentukan oleh :5
1. Jumlah kekuatan hidrostatik dan osmotik koloid yang melintasi membran glomerulus
2. Kf, secara matematis :
GFR = Kf x tekanan filtrasi akhir
Kf = koefisien filtrasi kapiler
Tekanan filtrasi akhir mewakili sejumlah kekuatan osmotik koloid dan hidrostatik yang
menyokong atau melawan filtrasi yang melintasi kapiler glomerulus. 5
Kekuatan ini meliputi :5
1. Tekanan hidrostatik dalam glomerulus yang menyebabkan filtrasi
2. Tekanan hidrostatik dalam kapsula Bowman di luar kapiler yang melawan filtrasi
3. Tekanan osmotik koloid protein plasma kapiler glomerulus yang melawan filtrasi
4. Tekanan osmotik koloid protein dalam kapsula Bowman yang memulai filtrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi glomerulus : 5
1. Kenaikan Kf akan menaikkan GFR
2. Peningkatan tekanan hidrostatik kapsula Bowman dapat menurunkan GFR
3. Kenaikan tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus dapat menurunkan GFR
4. Kenaikan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus dapat meningkatkan GFR
Setiap hari terbentuk rata-rata 180 liter filtrate glomerulus (cairan yang difiltrasi). Dengan
mengangap bahwa volume plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti
bahwa seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal setiap
hari. Dengan demikian maka dalam waktu setengah jam volume plasma total akan habis keluar
sebagai urin. Namun hal ini tidak terjadi karena tubulus-tubulus ginjal dan kapiler peritubulus
13

berhubungan erat diseluruh panjangnya, sehingga dapat terjadi perpindahan bahan-bahan antara
cairan di dalam tubulus dan darah didalam kapiler peritubulus.5,6
Reabsorpsi dan sekresi oleh tubulus ginjal
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini akan mengalir melalui bagianbagian tubulus sebagai berikut, tubulus proximal, ansa Henle, tubulus distal, tubulus koligens,
dan akhirnya duktus koligens sebelum akhirnya dieksresikan sebagai urin.5,6
Disepanjang jalan yang dilaluinya, beberapa zat direabsorpsi kembali secara selektif dari tubulus
dan kembali ke darah ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus, sedangkan yang lain disekresikan
dari darah ke lumen tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin tetapi
diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali
diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, rata-rata 178,5 liter diserap kembali,
dengan 1,5 liter sisanya dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan
oleh tubuh akan secara selektif direabsorpsi, sedangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan dan perlu
dieliminasi akan tetap berada dalam urin.5,6
Reabsorpsi air terjadi secara pasif melalui osmosis dan menyertai reabsorpsi natrium. Sedangkan
reabsorpsi klorida, ureum, dan zat-zat lainnya terjadi melalui difusi pasif. 5,6
Sekresi tubulus, adalah perpindahan selektif zat-zat dari kapiler darah peritubulus ke dalam
lumen tubulus, merupakan rute ke dua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal.5,6
Tubulus proximal
Secara normal, sekitar 65 % dari muatan natrium dan air yang difiltrasi, dan nilai presentase
yang rendah lagi dari klorida, akan direabsorpsi oleh tubulus proximal sebelum filtrat mencapai
ansa Henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.5,6
Sel-sel tubulus proximal mempunyai banyak sekali brush border pada sisi lumen membran.
Permukaan membran epitelial brush border yang luas dimuati dengan molekul-molekul protein
pembawa yang mentranspor sebagain besar ion natrium dan mekanisme ko-transpor dengan
berbagai nutrien organik seperti asam amino dan glukosa.5,6

14

Walaupun jumlah natrium dalam cairan tubulus proximal menurun secara nyata, namun
konsentrasi natrium relatif konstan karena permeabilitas air yang sangat besar, sehingga
reabsorpsi air dapat mengimbangi reabsorpsi natrium.5,6
Tubulus proximal juga merupakan tempat penting untuk sekresi asam-asam dan basa-basa
organik seperti garam-garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.5,6
Selain produk buangan metabolisme, ginjal menyekresi secara langsung banyak obat atau toksin
yang potensial berbahaya melalui sel-sel tubulus ke dalam tubulus. Senyawa yang disekresi
secara cepat oleh tubulus proximal adalah penisilin, salisilat, dan asam para-aminohipurat.5,6
Ansa Henle
Ansa Henle terdiri dari tiga segmen fungsional, yaitu segmen tipis descendens, segmen tipis
ascendens, dan segmen tebal ascendens.5,6
Bagian desecendens segmen tipis sangat permeabel terhadap air dan sedikit permeabel terhadap
kebanyakan zat terlarut, termasuk ureum dan natrium. Fungsi segemen ini terutama untuk
memungkinkan difusi zat-zat secara sederhana melalui dindingnya.5,6
Segmen tebal ansa Henle, yang dimulai dari separuh bagian atas lengkung ascendens,
mempunyai sel-sel epitel yang tebal dan mempunyai aktivitas metabolik tinggi dan sanggup
melakukan reabsorpsi aktif natrium, kalium, dan klorida.5,6
Segmen tipis lengkung ascendens mempunyai kemampuan reabsorpsi yang lebih rendah
daripada segmen tebal.5,6
Tubulus distal
Segmen tebal ascendens ansa Henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian paling pertama
dari tubulus distal membentuk bagian kompleks jugstaglomerulus yang menimbulkan kontrol
umpan balik GFR dan aliran darah dalam nefron yang sama. Tubulus distal banyak mereabsorpsi
ion-ion, termasuk natrium, kalium, dan klorida, tetapi sesungguhnya tidak permeabel terhadap
air dan ureum. Karena alasan itu, bagian ini sering disebut segmen pengencer.5,6
Duktus koligentes medulla
15

Duktus ini adalah bagian terakhir dari pemrosesan urin dan karena itu memainkan peranan
sangat penting dalam menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dalam urin.5,6
Ciri-ciri khusus segemen tubulus ini : 5,6
1. Permeabilitas duktus koligentes dikontrol oleh kadar ADH. Dengan kadar ADH yang tinggi,
air banyak direabsorpsi, sehingga mengurangi volume urin dan memekatkan urin.
2. Duktus koligentes ini bersifat permeabel terhadap ureum, sehingga turut berperan dalam
kemampuan ginjal untuk memekatkan urin.
3. Duktus koligentes ini mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradient konsentrasi
yang besar untuk mengatur keseimbangan asam basa.
Kontrol hormonal dan autakoid terhadap sirkulasi renal
Terdapat beberapa hormon dan autakoid yang dapat mempengaruhi GFR dan aliran darah renal,
yatitu : 5
1. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor ginjal yang kuat. Angiotensin II mengakibatkan
konstriksi arteriol eferen, sehingga meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus.
Angiotensin II ini berguna untuk menaikkan tekanan darah dan meningkatkan GFR.
2. Prostaglandin merupakan vasodilatasi yang meningkatkan aliran darah ginjal dan GFR.
Vasodilator ini dapat mengurangi efek vasokonstriktor ginjal dari saraf simpatis dan
angiotensin II, terutama efeknya pada arteriol aferen.
Autoregulasi GFR dan aliran darah ginjal
Fungsi utama autoregulasi adalah untuk mempertahankan aliran darah ginjal dan GFR agar
relatif konstan pada keadaan yang ekstrim, misalnya kenaikan atau penurunan tekanan arteri.
Untuk melakukan fungsi autoregulasi, ginjal mempunyai mekanisme umpan balik yang berkaitan
dengan perubahan konsentrasi natrium klorida pada makula densa, disebut peran umpan balik
tubuloglomerulus. Makula densa merupakan kelompok khusus sel epitel pada tubulus distal yang
berkontal erat dengan arteriol aferen dan eferen. Makula densa mengandung aparat Golgi dan
merupakan organel sekretorik.5,6
16

Penurunan GFR dapat memperlambat laju aliran pada ansa Henle, menyebabkan kenaikan
reabsorpsi natrium dan klorida pada ansa Henle ascendens dan menurunkan konsentrasinya
begitu sampai di makula densa. 5,6
Karena keadaan ini, makula densa akan memberikan respon, yaitu :5,6
1. Menurunkan tahanan arteriol aferen yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus
dan membantu mengembalikan GFR menjadi normal.
2. Meningkatkan pelepasan rennin dari sel-sel jukstaglomelural. Renin berfungsi sebagai enzim
untuk meningkatkan pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II
adakan mengakibatkan konstriksi arteriol eferen, shingga tekanan hidrostatik glomerulus
meningkat dan mengembalikan GFR menjadi normal.
Mekanisme kedua dalam autoregulasi adalah mekanisme miogenik. Mekanisme miogenik ini
membantu mempertahankan aliran darah ginjal dan GFR dengan menahan regangan selama
kenaikan tekanan arteri. Kontraksi ini untuk mencegah pelebaran pembuluh yang berlebihan,
membantu mencegah kenaikan yang berlebihan pada aliran darah ginjal dari GFR ketika tekanan
arteri naik. 5,6
Counter current
Sistem counter current merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mempertahankan
osmolaritas cairan extrasel. Syrat-sayarat terjadinya sistem counter current adalah terdapat dua
pembuluh sejajar, berdekatan, cukup panjang, aliran berlawanan dan membentuk pipa U. Untuk
sifat ini maka sistem counter current hanya dapat terjado nefron juxtamedullaris.5,6
Sistem counter current terbagi menjadi dua mekanisme yaitu counter current multipler (ansa
henle) dan counter current exchanger (vasa recta):5,6
-

Counter current multipler


Sistem counter curent multipler dipicu oleh cairan insterstisial medulla yang hiperosmolar.
Ketika filtrat masuk ke dalam tubulus proksimal sekitar 65% elektrolit akan direabsorpsi,
namun karena membran tubulus sangat permeabel terhadap air maka air juga ikut
terreabsorpsi ketika zat terlarut direabsoprsi secara osmosis. Oleh sebab itu, osmolaritas
cairan yang tersisa kurang lebih sama dengan filtrat glomerulus, yaitu 300 mOsm/L.6
17

Sewaktu cairan menuruni segmen desenden ansa henle, air direabsorpsi ke dalam medula.
Lengan desenden sangat permeabel terhadap air tapi kurang permeabel terhadap natrium,
kalium dan ureum. Oleh karena itu, osmilaritas cairan mengalir melalui segmen desenden
akan meningkat secara bertahap hingga sama dengan cairan interstisial disekitarnya, yaitu
sekitar 1200mOs/L, sehingga cairan tubulus menjadi lebih pekat (hiperosmolar).6
Pada lengan asenden ansa henle, terutama di segmen tebal, natrium, kalium dan klorida
banyak direabsorpsi. Akan tetapi, bagian segmen tubulus ini impermeabel terhadap air,
walaupun banyak terdapat ADH. Oleh sebab itu, cairan tubulus menjadi encer sewaktu
mengalir ke lengan asenden ansa henle menuju tubulus distal bagian awal dengan osmolaritas
yang menurun secara progresif sampai sekitar 100mOsm/L (hipoosmotik).6
Pada segmen awal tubulus distal mempunyai kemampuan yang mirip dengan segmen tebal
asenden ansa henle, sehingga pengenceran labih lanjut dari cairan tubulus tejadi sewaktu zat
terlarut direabsorpsi sementara air tetap tinggal sehingga terjadi hipoosmotik total.6
Pada segmen akhir tubulus distal dan tubulus koligentes kortikal, osmolaritas cairan
bergantung pada kadar ADH. Dengan kadar ADH tinggi, tubulus-tubulus ini sangat
permeabel terhadap air dan sejumlah air direabsorpsi. Akan tetapi ureum tidak begitu
permeabel di bagian nefron ini, sehingga menyebabkan peningkatakan konsentrasi ureum
sewaktu air direabsorpsi. Keadaan ini membuat sebagian besar ureum yang dikirim ke
tubulus distal dan tubulus koligents masuk ke dalam ductus koligents dibagian medulla dan
dari sini ureum akhirnya direabsorpsi atau disekresikan dalam urin. Bila tidak ada ADH,
hanya sedikit air yang akan direabsorpsi di segmen akhir tubulus distal dan tubulus koligents
kortikalis, oleh karena itu osmolaritas akan menurun lebih lanjut akibat reabsorpsi aktif ion
yang terus menerus dari segmen tersebut.6
Konsentrasi cairan ductus koligents dibagian medula juga bergantung pada ADH dan
osmolaritas interstisium medula yang terbentuk oleh arus balik. Dengan adanya ADH dalam
jumlah besar, duktus-duktus ini sangat permeabilitas terhadap air, dan air berdifusi dari
tubulus ke dalam interstisium hingga tercapai keseimbangan osmotik, dengan konsentrasi
cairan tubulus yang kurang lebih sama dengan interstisium medula ginjal (1200-1400

18

mOsm/L). Jadi pada saat kadar ADH tinggi, dihasilkan urin yang sangat pekat tetapi
berjumlah sedikit.6
Karena reabsorpsi air meningkatkan konsentrasi ureum dalam cairan tubulus, dan karena
duktus koligentes dibagian dalam medula memiliki pengangkut ureum yang spesifik yang
sangat membantu terjadinya difusi, banyak ureum dengan kepekatan tinggi di duktus
berdifusi keluar dari lumen tubulus ke dalam medula ginjal. Absorpsi ureum ini ke dalam
medulla ginjal turut membantu mebentuk osmolaritas interstisium medula yang tinggi dan
kemampuan pemekatan ginjal yang tinggi.6
-

Counter current exchanger


Untuk memenuhi kebutuhan metabolik sel di medula ginjal, aliran darah harus tersedia ke
bagian ginjal ini. Tanpa adanya suatu sistem aliran darah medula yang khusus, zat terlarut
yang dipompa ke dalam medula ginjal oleh sistem penggandaan arus balik akan menghilang
dengan cepat.6
Mekanisme pertukaran arus balik bekerja sebagai berikut: darah memasuki dan
meninggalkan medula melalui vasa recta pada perbatasan korteks dan medula ginjal. Vasa
rekta, seperti kapiler-kapiler lainya, sangat permeabel terhadap zat terlarut dalam darah,
kecuali terhadap protein plasma. Sewaktu darah turun medula ke arah papila, darah menjadi
lebih pekat dengan cepat, sebagai akibat zat terlarut yang masuk dari interstisium dan
sebagian karena hilangnya air ke dalam interstisium. Saat darah mencapai ujung vasa recta,
darah sudah memiliki konsentrasi sekitar 1200 mOsm/L, sama seperti konsentrasi instestisum
medula.6
Sewaktu darah naik kembali ke arah korex, kepekatan darah berkurang secar progresif
seiring dengan difusi zat-zat terlarut yang kembali ke interstisium medulla dan seiring
dengan mengalirnya air ke dalam vasa recta. Hal ini mengakibatkan hiperosmolaritas medula
tetap terjaga.6

19

Gambar 5. Sistem counter curent multipler dan exchenger

Keseimbangan asam-basa
Pengaturan keseimbangan ion hodrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion
lain dalam tubuh. Ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan pengeluran hidrogen.
Terdapat banyak mekanisme penyangga asam-basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru
untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler. 5
Ada tiga sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk
mencegah asidosis atau alkalosis, yaitu :5
1.

Sistem penyangga asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang segera bergabung dengan
asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.5

2.

Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 (juga H2CO3) dari cairan ekstraselular.5

3.

Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alkalin, sehingga menyesuaikan
kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular menuju normal selama asidosis atau
alkalosis.5

Suatu penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hidrogen.
Bentuk umumnya : Penyangga + H+ Penyangga H
Pada contoh ini, H+ bebas bergabung dengan penyangga untuk membentuk asam lemah sebagai
molekul independen yang dapat berdisosiasi kembali. Bila konsentrasi ion hidrogen meningkat,
20

maka reaksi dipaksa ke kanan dan lebih banyak ion hidrogen yang berikatan dengan penyangga,
selama penyangga yang tersedia masih ada. Sebaliknya, bila konsentrasi io hidrogen menurun,
reaksi bergeser ke arah kiri dan ion-ion hidrogen dilepaskan dari penyangga.6
Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengelurakan urin yang asam ata yang
basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler,
sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler. 6
Keseluruhan mekanisme eksresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :5,6
1. Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus-menerus ke dalam tubulus.
2. Bila ion bikarbonat dieksresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah.
3. Bila sejumlah besar ion hidrogen disekresikan ke lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus,
hal ini menghilangkan asam dari darah.
4. Bila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat, maka cairan
ekstraseluler akan kehilangan asam.
Ion bikarbonat harus bereaksi dengan satu ion hidrogen yang disekresikan untuk membentuk
H2CO3 sebelum dapat direabsorpsi. Jika cairan ekstraseluler sifatnya asam (kelebihan H +), maka
tubulus akan menyekresikan banyak H+ untuk berikatan dengan bikarbonat untuk menghilangkan
asam-asam tersebut.6
Jika cairan ekstreseluler sifatnya alkalis (kekurangan H+), ginjal gagal mereabsorpsi semua
bikarbonat yang disaring, sehingga meningkatkan eksresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat
normalnya menyangga hidrogen dalam cairan ekstraselular, maka kehilangan bikarbonat ini
sama dengan penambahan satu ion hidrogen ke dalam cairan ekstraselular. Oleh karena itu, pada
alkalosis, pengeluaran ion bikarbonat akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler menuju normal.6
Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi bikarbonat sebenarnya terjadi di seluruh bagian tubulus,
kecuali cabang tipis descendens and ascendens ansa Henle. 6
Komposisi normal urin
21

Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang
terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya,
diantaranya adalah molekul organik yang memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukuran
yang relatif besar. Didalam urin terkandung Urea, Kreatin, Asam Urat, dan subtansi lainya
sepertihormone.5-7
Ion : Sodium, Potassium, Klorida, Magnesium dan Kalsium. Dalam Jumlah Kecil : Ammonium,
Sulphates, dan Phosphates. Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan
dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan
indikasi adanya penyakit. Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang
merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu
volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1.003 1.030. Kejernihan : Normal urine terang dan
transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus. pH : Normal pH urine sedikit
asam (4,7 8,0). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat
menjadi alkali karena aktifitas bakteri.5-7
Pemeriksaan urin
Sebelum melakukan pemeriksaan urin, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri urin,
kompisisi urin normal dan tidak normal.7,8
Ciri-ciri urin :
1.

2.

Volume urine rata-rata : 1-1,5 liter setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake
cairan.7
Warna kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah,
tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning banyak melanin,
warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua ( hematuria ) banyak nanah,

3.

warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh ( proteinuri ).7


Bau
Urine baru, bau khas sebab adanya asam-asam yg mudah menguap Urine lama, bau tajam
sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine Bau busuk, adanya nanah dan kuman-

4.

kuman Bau manis, adanya asetan.7


Berat jenis Urine6
22

5.

Normal : 1,002-1,045, rata-rata 1,008


PH Urine7
Kurang lebih ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) : Urine asam, warna

merah Urine basa, warna biru.


Pemeriksaan urin dibagi menjadi dua pemeriksaan dasar yaitu reduksi dan oksidasi :8
- Reduksi
Benedict test
Clinistest tablet
- Okidasi
Reagent strip test
Pemeriksaan protein
Reagens untuk pemeriksaan protein urin lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain.
Oleh karena itu, hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya protein-protein lain selain albumin. Proteinuria terjadi karena kelainan
glomerulus atau tubulus ginjal, seperti pada penyakit glomerulinefritis, nekrosis, dan lain-lain.7,8
Pemeriksaan glukosa
Pemeriksaan glukosa pada urin dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Pada orang normal, tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes melitus, sindroma Cushing, dan lain-lain. 7,8
Pemeriksaan benda keton
Benda-benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat, dan asam 13-hidroksi butirat.
Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Dalam keadaan normal,
pemeriksaan benda keton urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme
karbohidrat seperti pada diabetes melitus, dan kelainan metabolisme lemak, dalam urin
didapatkan keton dalam jumlah yang tinggi. 7,8
Pemeriksaan bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin
dalam suasana asam yang menimbulkan warna ungu tua. 7,8
23

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ginjal adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh kita, ginjal bertugas untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh kita, mengekskresikan zat-zat sampah,
memproduksi hormone-hormon salah satunya adalah erythropoietin untuk menstimulasi
produksi sel darah merah. Ginjal membuang zat-zat sampah yang ada dalam bentuk urin
yang dilakukan melalui tiga proses penting dalam ginjal. Apabila salah satu proses yang
terganggu kerjanya maka akan menghasilkan urin yang abnormal atau patologis.

24

REFERENSI
1. Traktus urogenitalis / dr. Y. Inggriani K. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana; 2011.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2004
3. Snell RS. Anatomi klinik. Edisi ke-6. Jakarta : EGC; 2006
4. Fawcett, Don W. A Textbook of Histology 12th edition (edisi bahasa indonesia, ahli bahasa
Tambayong J). EGC: Jakarta; 2004
5. Buku ajar fisiologi kedokteran / Arthur C. Guyton, John E. Hall ; editor bahasa Indonesia:
Irawati Setyawan Ed. 11 Jakarta : EGC; 2007.
6. Sherwood, Laurale. Fisiologi manusia dari sel ke sel. Jakarta : EGC; 2003
7. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Biokimia harper, ed 27. Jakarta: EGC; 2009.h.5768

25

8. Penilaian hasil pemeriksaan urin [Homepage on the Internet]. Jakarta ; [cited 2010
October 3]. Available from : http://www.kalbe.co.id

26

Anda mungkin juga menyukai