Anda di halaman 1dari 32

I.

Pendahuluan
Sistem urinaria merupakan salah satu system dalam tubuh manusia yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat sisa metabolisme tubuh, yang tidak terpakai. Yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi racun bagi tubuh manusia itu sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh. Sistem ini melibatkan beberapa organorgan tubuh dan juga memiliki mekanisme tersendiri. Oleh sebab itu melalui makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut.

II. Organ-organ yang Terlibat dalam Sistem Urinaria


Dalam system urinaria, terdapat organ-organ yang terlibat langsung dalam system tersebut. Satu kesatuan organ tersebut dapat kita sebut sebagai tractus urinarius. Berikut ini akan dibahas organ-organ tersebut secara makroskopis dan mikroskopis.

Struktur Makroskopis Tractus Urinarius Tractus Urinarius adalah suatu saluran system tubuh untuk memproduksi urine yang merupakan suatu cara untuk membuang sisa sisa hasil metabolism yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh tubuh. Komponen dari Tractus Urinarius adalah : 2 buah/sepasang Ginjal 2 buah/sepasang Ureter Vesica Urinaria Urethra

Ginjal / Ren Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12.5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

Terdapat 2 buah ginjal dalam satu tubuh manusia. Ginjal terletak di area yang cukup tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan 2 pasang iga terakhir. Ginjal kiri terletak pada costae 11/ lumbal 2-3, dan ginjal kanan terletak di costae 12/ lumbal 3-4. Organ ini terletak secara retroperitoneal dan di antara otot otot punggung dan dan peritoneum rongga abdomen atas. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi daripada ginjal kanan dikarenakan adanya Hepar pada sisi kanan tubuh. Setiap ginjal mempunyai kelenjar adrenal pada bagian atasnya. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks atau pembungkus ginjal. Pembungkus ginjal ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: Capsula fibrosa Bagian ini mudah dikupas dan merupakan pembungkus yg membungkus langsung ginjal, tetapi tidak ikut membungkus gl. Supra renalis. Capsula adiposa Merupakan pembungkus ginjal setelah kapsula fibrosa, mengandung banyak lemak dan ikut membungkus gl. Supra renalis. Fascia renalis Letaknya paling luar, lapisan depan disebut fascia prerenalis, dan lapisan belakang disebut fascia retro renalis. Kedua lembar fascia renalis ini ke kaudal tetap berpisah, namun di cranial menjadi satu. Bagian dalam ginjal yang terlihat jika ginjal kita belah antara lain ialah korteks ginjal, medulla ginjal yang masing-masing berbentuk seperti piramid, calyx minor dan mayor, lalu pelvis renalis, yang kemudian berlanjut ke ureter.

Arteriae renalis berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebrae lumbalis 1-2. Masing-masing arteri renalis yang masuk ke dalam hilum renale bercabang menjadi arteri segmentalis. Arteri ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteri lobares berasal dari arteriae segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansi renalis , setiap arteria interlobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobularis. Arteri interlobariss berjalan menuju cortex diantara pyramid renales. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis, areteri interlobaris bercabang menjadi arteriae arcuata yang melengkung diatas basis pyramides renales. Arteri arcuata mempercabangkan sejumlah arteri interlobulariss yang berjalan ke atas didalam cortex . Arteri afferent glomerolus merupakan cabang arteri interlobularis. Berikut ini dapat digambarkan dengan bagan;

Sistem vena pada ginjal ini pun sama seperti pada system arterinya, hanya saja arahnya yang berbalik. Aliran limfe ginjal berasal dari nodi aortic lateralis disekitar pangkal

arteria renalis. Persarafannya berasal dari serabut plexus renalis. Serabut-serabut afferent yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracica 10,11,12.

Ureter Ureter adalah saluran perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang hingga Vesica Urinaria. Ureter memiliki panjang antara 25 sampai 30 cm. Saluran ini menyempit di 3 tempat : Proksimal ureter, yaitu pada uretero pelvic junction Tempat persilangan ureter dengan vasa illiaca yang biasa disebut flexura marginalis Distal ureter, yaitu pada muara ureter ke dalam vesica urinaria Arteri yang mendarahi ureter adalah ujung atas oleh arteriae renalis, kemudian bagian tengah oleh arteriae testicularis atau arteriae ovarica, dan didalam pelvis oleh arteriae vesicalis superior. Darah vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri. Nodi aortic lateralis dan nodi iliaca. Plexus renalis, testicularis, dan plexus hypogastrica (didalam pelvis). Serabutserabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis dan masuk ke dalam medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan II. Biasanya, batu ginjal dapat menyangkut pada 3 tempat tersebut sehingga menyebabkan nyeri yang biasa disebut Colic Ginjal. Lapisan muscular memiliki aktivitas Peristaltik Intrinsik, mengalirkan urin menuju Vesica Urinaria untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh

Vesica Urinaria Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid ,mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah fascies inferolateralis, juga mempunyai collum. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya dapat mencapai umbilicus dan berbentuk seperti buah pir. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terletak didalam pelvis,bila vesica urinaria terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk region hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol diatas aperture pelvis superior, kemudian bila cavitas pelvis membesar, vesica urinaria terbenam didalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa. Bagian dalam vesica urinaria terdiri atas tunica mukosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica

ueinaria terisi penuh. Area tunica mukosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae liutaudi. Disini ,tunica mucosa selalu licin , walaupun dalam keadaan kosong karena membrane mukosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada dibawahnya. Trigonum vesica dibatasi disebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter lain dan disebut sebagai plica interureterica . Uvula vesica merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat dibelakang ostium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada dibawahnya. Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae . Pada collum vesicae , komponen sirkuler dari lapisan otot ini menebal untuk membentuk musculus sphincter vesicae.

Pendarahan vesica urinaria berasal dari arteri vesicalis superior dan inferior ,cabang arteri iliaca interna. Venae membentuk plexus venosus vesicalis, dibawah berhubungan dengan plexus venosus prostaticus dan bermuara ke vena iliaca interna. Pada system pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi. Persarafan Vesica urinaria berasal dari plexus hypogastrica inferior. Serabut pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu berjalan kebawah turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpaticus yang muncul sebagai nervi spancnici pelvic berasal dari nervus sacrales

Urethra Urethra adalah saluran akhir dari Tractus Urinarius, yang mengalirkan urine ke luar tubuh. Pada pria, urethra memiliki panjang hingga 20 cm, dan selain berfungsi untuk mengeluarkan urine, juga berfungsi untuk membawa keluar semen, namun tidak pada saat yang bersamaan.

Urethra pada pria dibagi menjadi 3 bagian : Urethra pars Prostatika Dikelilingi oleh kelenjar prostat, dan merupakan muara dari 2 buah duktus ejakulatorius. Juga merupakan muara dari beberapa duktus dari kelenjar prostat Urethra pars Membranosa Bagian terpendek. Berdinding tipis dan dikelilingi oleh otot rangka sfingter urethra eksterna Urethra pars Cavernosa Bagian terpanjang. Menerima duktus dari kelenjar bulbourethralis dan bermuara pada ujung penis. Sebelum mulut penis, bagian ini membentuk suatu dilatasi kecil, yang disebut Fossa Navicularis. Bagian ini dikelilingi oleh Korpus Spongiosum yang merupakan suatu kerangka ruang vena yang besar Urethra pada wanita memiliki panjang yang jauh lebih pendek. Ujung mulut urethra pada wanita terletak dalam vestibulum, antara Clitoris dan Vagina. Perbedaan panjang dan letak anatomis dari urethra ini, mengakibatkan perbedaan resiko akan terjadinya infeksi saluran kemih. Pada wanita, lebih mudah terjadi infeksi karena pendeknya panjang urethra, dan dekatnya dengan Vagina, yang memiliki banyak mikroorganisme sebagai flora normal, namun bersifat infeksius jika berpindah tempat

Urinary Tract of Female

Urinary Tract of Male

Struktur Mikroskopis Tractus Urinarius Ginjal

Irisan sagital ginjal menampakan bagian korteks yang lebhih gelap di bagian luar, dan bagian medula yang lebih pucat di bagian dalam yang terdiri atas piramid renal berbentuk kerucut. Juluran menurun korteks di antara piramid membentuk kolumna renali. Dasar setiap piramid, disebut papila renalis, dikelilingi kaliks minor berbentuk corong. Kaliks minor bergabung membentuk kaliks major yang pada gilirannya bergabung membentuk pelvis renalis. Susunan fungsional ginjal disebut nefron. Ginjal tersusun atas banyak nefron, yang berfungsi untuk filtrasi dan pembentukan urin. Satu unit nefron terdiri dari : Glomerulus Merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel sel epitel lapis ganda atau biasa disebut Kapsul Bowman. Bertindak seperti saringan, menyaring darah yang datang dari Arteriol Aferen. Membentuk urin primer yang berupa cairan pekat, kental, dan masih seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah tidak ditemukan Tubulus Kontortus Proksimal Suatu saluran mikro yang amat berliku dan panjang. Mempunyai mikrovilus untuk memperluas area permukaan lumen. Ansa Henle Suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku, terdiri dari bagian yang tipis dan yang tebal. Bagian tebal terdiri atas Tubulus rectus proximal dan tubulus rectus distal. Pada bagian yang tipis, didominasi oleh reabsorpsi air. Sedangkan pada bagian yang tebal, didominasi oleh reabsorpsi elektrolit, seperti NaCl. Dan pada ansa henle ini lah nantinya akan terjadi mekanisme counter current, yaitu salah satu mekanisme dalam pembentukan urine. Tubulus Kontortus Distal Suatu saluram mikro yang juga panjang dan berliku. Disini, sedikit dilakukan reabsorpsi air. Ductus Coligentus Suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil urin setelah melewati Tubulus Kontortus Distal. Bermuara ke Calix Minor Renalis. Yang selanjutnya akan dibawa ke Calix Mayor Renalis, lalu ke Pelvis Renalis

Nefron dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian antara lain; a. Berdasarkan letak korpuskel dalam korteks 1. Kapsular atau superfisial 2. Korteks tengah atau Yukstamedular b. Berdasarkan panjangnya ansa henle 1. Nefron pendek (korteks) meluas sampai ke zona luar medula 2. Nefron panjang (Yukstamedular) meluas sampai zona dlm medula, bahkan dekat puncak papila. Nefron pendek lebih banyak daripada nefron panjang. Berikut ini merupakan pembahasan secara mikroskopis sel-sel yang ada dalam nefron; Glomerolus, terdiri atas: Kutub vaskular > masuknya arteriol afferen dan keluarnya arteriol efferen Kutub urinarius > mulainya tub kontortus proksimal Lamina basal tebal bekerja sbg barir filtrasi Sel2 mesangial melekat ke kapiler memp fungsi makrofag utk membersihkan l.basal Kapsula glomerulus, terdiri atas:

2 lapis epitel membran Lap parietal luar membentuk dinding korpuskel luar Lap parietal dalam melapisi kapiler2 Lap viseral tdr dr podosit Perluasan kaki-pedikel yg membentuk celah filtrasi/filtration slits Apparatus jukstaglomerular, terdiri atas: Di atas badan malpighi ada aparatus/ kompleks juxtaglomerulus, terdiri dari: 1. Sel-sel juxtaglomerulus menghsilkan renin 2. Sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel polkisen/sel lacis mungkin menghasilkan eritropoetin 3. Makula densa sbg sensor osmolaritas cairan di dlm tub distal
Kapsula Bowman Glomerolus Makula Densa

Tubulus kontortus proximal, terdiri atas: epitel kuboid rendah, inti bulat bersifat asidofil inti sel dgn jarak berjauhan lumen tdk jelas krn tdp brush border Tubulus Kontortus Distalis, terdiri atas: epitel selapis kuboid rendah bersifat basofil inti sel dgn jarak berdekatan lumen jelas, tidak tdp brush border Lumen lebih lebar drpd T.K.P Makula densa menempel di T.K.D dekat glomerulus

Duktus Koligens, terdiri atas: Diameter 40 um: ep kuboid/torak, menjadi lebih torak pada tubulus pengumpul distal (sampai diameter 200 um) Sitoplasma pucat Batas selnya jelas Duktus Papilaris, terdiri atas: Duktus koligens berjalan dlm berkas medula menuju ke medula Di bagian medula yg ke tengah bbrrp duktus koligens bersatu utk membentuk duktus yg besar, bermuara ke apeks papila disebut duktus papilaris (bellini) Sawar Ginjal, terdiri atas: Memisahkan darah kapiler glomerulus dari filtrat dalam rongga kapsula bowman

Sawar meliputi: - Endotel bertingkap - Lamina basal - Pedikel Podosit yg dihubkan dgn membran celah Lamina basal dianggap sbg saringan utama yang mencegah masuknya molekul besar Ukuran tingkat fungsional sawar ginjal < BM 70.000 lewat sawar

Ureter Mukosa ureter sangat berlipat dan dilapisi epitel transisional tebal. Di bawahnya terdapat lamina propria jaringan ikat. Muskularis ureter mengandung dua lapisan otot polos, yaitu lapisan otot longitudinal dalam dan lapisan otot sirkular di tengah. Lapisan ketiga, longitudinal luar terdapat di dinding ureter sepertiga bawah. Di sekitar dinding ureter terdapat jaringan ikat adventisia. Di dalam adventisia dan sekitarnya juga terdapat banyak pembuluh darah dan jaringan lemak. Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen berkelok karena adanya lipatan memanjang. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan adventisia. Mukosa terdiri atas epitel transisional dan lamina propria lebar. Epitel transisional terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan terluar ditandai sel-sel kuboid besar. Sel-sel intermediate berbentuk polihedral karena sel-sel di basal berbentuk kuboid ataus silinder rendah. Permukaan basal epitel ini licin, tanpa lekukan papil-papil jaringan ikat. Lammina propria terdiri atas jaringan ikat fibroelastis lebih padat di bawah epitel lebih padat dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis yang lebih longgat. Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang limfonodus kecul mungkin terlihat sekitar lamina propria. Pada ureter bagian atas, muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam dan sirkular luar. lapisan ini tidak selalu jelas. Lapisan longitudinal luar tambahan terdapat pada sepertiga ureter bagian bawah. Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastis dan jaringan lemak di sekitarnya yang mengandung banyak arteri, venula, dan saraf kecil.

Vesica Urinaria Lapisan otot polos dinding vesica urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter, kecuali ketebalannya. Dinding vesica urinaria terdiri atas mukosa, muskularis, dan serosa pada permukaan superior vesica urinaria, permukaan inferior nya ditutupi oleh adventisia yang menyatu dengan jaringan ikat struktur-struktur dekatnya. Mukosa vesika yang kosong tampak berlipat-lipat. Epitel transisional mengandung lebih banyak lapisan sel dan lamina propria lebih lebar daripada yang di ureter. Jaringan ikat di dalamnya mengandung lebih banyak serat elastin. Muskularisnya tebal dan ketiga lapisan di bagian leher vesika urinaria tersusun dalam berkas yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar di antaranya. Pada vesika kosong, sel-sel superfisial epitel transisional berbentuk kuboid atau silindris rendah. Bila vesika penuh dan epitel transisionalnya diregangkan, sel-selnya menjadi gepeng. Membran permukaan asidofilik sel-sel superfisial tmpak jelas.

Urethrae Uretra pada pria terdapat pada prostat, urogenital diapraghma, dan penis. Uretra pria terdiri dari mukosa, muskularis, dan adventisia. Pada lapisan mukosa, teridir dari epitel transisional sampai berlapis gepeng. Sedangkan pada lapisan muskularisnya terdapat otot polos.

III. Mekanisme Pembentukan dan Pengeluaran Urine


Urine yang keluar dari tubuh merupakan hasil proses penyaringan plasma darah oleh ginjal, yang melalui beberapa proses yang rumit. Kemudian hasil tersebut dikeluarkan oleh organ-organ pengeluaran urine atau bisa kita sebut tractus urinarius. Berikut ini merupakan pembahasan dari system pembentukan urine dan pengeluaran urine yang akan dijelaskan secara terpisah. Pembentukan Urine Secara garis besar, proses pembentukan urine terdiri atas proses filtrasi, reabsorbsi, dan juga sekresi. Namun proses tersebut nantinya masih dtambah dengan proses-proses tambahan lainnya. Berikut ini pembahasannya;

Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate. Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Ada beberapa mekanisme tekanan yang menimbulkan terjadinya filtrasi. Tekanan-tekanan itu antara lain ialah; 1) Tekanan hidrostatik kapiler darah, merupakan tekanan utama yang mendorong terjadinya filtrasi, tekanan ini diperkirakan sekitar 55 mmHg. Tekanan ini bersifat mendorong plasma dari kapiler glomerulus ke ruang bowman. 2) Tekanan onkotik kapiler, yang merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh kepekatan protein, tekanan ini sifatnya menarik air, besarnya sekitar 30 mmHg. Sehingga menarik plasma dari ruang bowman ke kapiler glomerulus. Tekanan onkotik tidak ada pada kapsula bowman karena di dalam ruang bowman tidak terdapat protein. Sebab protein tidak dapat menembus kapiler glomerulus ketika difiltrasi. 3) Tekanan hidrostatik kapsula bowman, merupakan tekanan yang sama seperti tekanan hidrostatik kapiler, namun sifatnya mendorong plasma dari kapsula bowman ke kapiler glomerulus. Tekanan ini berkisar sebesar 15 mmHg. Maka resultan dari ketiga tekanan tersebut sebesar 10 mmHg yang jalannya menuju ke kapsula bowman. Ini merupakan Tekanan yang menimbulkan adanya filtrasi, dan laju filtrasi ini biasa disebut sebagai GFR (Glomerulus Filtration Rate) atau laju filtrate glomerulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR antara lain: a) Tekanan arteri, bila tekanan arteri meningkat, ini jelas meningkatkan tekanan di dalam glomerulus, sehingga laju glomerulus meningkat, tetapi peningakatan filtrasi masih di atur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan glomerulus yang meningkat drastic.

b) Efek kontriksi arteriol aferen, pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus, akibatnya terjadi penurunan terjadi penurunan glomerulus. c) Efek kontriksi arteri eferen, kontriksi ateriol eferen meningkatan tahanan terhadap aliran keluar dari glomerulus dan ini akan meningatkan laju glomerulus dan filtrasinya, tetapi bila penyempitan arteri terlalu besar dan aliran darah sangat terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun. d) Efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus, bila arteiol eferen dan eferen berkontraksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap mnitnya akan menurun. Kemudian karena cairan filtrasi dari glomerulus maka konsentrasi protein plasma dan tekanan osmotic koloid plasma dalam glomerulus akan meningkat. Sebaliknya ini akan melawan filtrasi, sehingga bila aliran darah glomerulus turun secara bermakna di bawah normal, maka laju filtrasi mungkin menjadi tertekan secara serius walaupun tekanan glomerulus tinggi. Pada umunya molekul dengan raidus 4 nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Hasil penyaringan tersebut kemudian terus berjalan kearah tubulus kontortus proksimal.

Penyerapan ( Absorbsi) Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan air, 67% Na, 50% urea serta bahanbahan lain yang tersaring, di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairn tubulus

melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma. Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na (contransport) atau berlawanan pimpinan (countertransport). Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini (secondary active transport) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

Pengeluaran ( Sekresi)

Tubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya dalam urine. Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk; 1) H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa. 2) K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas normal membrane sel otot dan saraf 3) Anion dan kation organic, yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organic asing dari tubuh. Sekresi juga terkadang dapat disebut sebagai proses augmentasi, yaitu proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine 1. Hormon a) ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel ( Frandson,2003 ) b) Aldosteron Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson, 2003) c) Prostaglandin Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) d) Gukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003) 2. Renin Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis pada : Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal ) Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal ) Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra ) Innervasi ginjal dihilangkan 3. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal ) Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah. 4. Zat - zat diuretik Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah. 5. Suhu internal atau eksternal

Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin. 6. Konsentrasi Darah Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun. 7. Emosi Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

Pengeluaran Urine / Miksi Pengeluaran urine dari luar tubuh atau biasa disebut miksi dimulai setelah urine selesai dibentuk oleh ginjal, urin lalu disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (vesica urinaria). Kontraksi peristaltic otot polos di dalam urethra mendorong urine bergerak maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung secara oblik, Susunan anatomis seperti ini mencegah aliran balik urine dari kandung kemih ke ginjal apabila terjadi peningkatan tekanan di dinding kandung kemih. Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi sel epitel khusus. Otot polos kandung kemih dapat sangat meregang tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan dinding kandung kemih. Otot polos kandung kemih mendapat banyak persarafan serat parasimpatis, yang apabila dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Apabila saluran keluar melalui urethra terbuka, kontraksi kandung kemih menyebabkan pengosongan urine dari kandung kemih. Walaupun demikian, pintu keluar kandung kemih dijaga oleh dua sfingter. Sfingter urethra interna dan sfingter urethra eksterna. Sfingter urethra interna terdiri atas otot polos dan dibawah control involunter. Dan sfingter urethra eksterna terdiri atas otot lurik dan diabawah control volunteer, sehingga dapat diatur sesuai keinginan kita. Kandung kemih dapat menampung 250 sampai 400 ml urine sebelum reseptor regang di dindingnya memulai reflex berkemih. Refleks ini menyebabkan pengosongan kandung kemih secara involunter dengan secara bersamaan menyebabkan kontraksi kandung kemih yang disertai pembukaan sfingter urethra interna dan eksterna. Berkemih dapat untuk beberapa saat dan dengan sengaja dicegah sampai waktu yang lebih tepat dengan pengencangan secara sengaja sfingter urethra eksterna dan diafragma pelvis sekitarnya. Berikut ini merupkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah urine yang dikeluarkan dalam sehari; 1. Usia

Pengeluaran urin usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan balita makanan balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urin yang dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun. 2. Jenis dan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh 3. Life Style dan aktivitas Seorang yang suka berolahraga, urin yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energy sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat. 4. Status kesehatan Orang yang dalam keadaan sehat produksi urinnya akan berbeda dengan orang sakit. Orang yang sakit mengeluarkan urin bisa lebih banyak ataupun sedikit bergantung pada penyakit yang dideritanya. 5. Psikologis Orang yang cemas metabolismenya lebih cepat sehingga urin lebih cepat dikeluarkan. 6. Cuaca Bila cuaca panas cairan tubuh lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat sedangkan cuaca dingin cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin. 7. Jumlah air yang diminum Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak. 8. Saraf Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun. 9. Banyak sedikitnya hormone insulin Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

IV. Pemeriksaan Urine


Anamnesis Anamnesis merupakan waancara mendis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yuang profesional dan optimal. Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting, antara lain ialah: 1. Identitas pasien 2. Riwayat penyakit sekarang 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat kesehatan keluarga 5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan, pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaiatan dengan masalah klinik maupun gangguang sistem organ tertentu. Keluhan utama adalah kuluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya diteluskan secara singkat berserta lamanya, seperti menuliskan judul berita utama surat kabar. Misalnya badan panas sejak 3 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik Inspeksi Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah: Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal). Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis). Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.

Palpasi Pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa ginjal dengan cara palpasi salah satunya adalah dengan pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul. Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.

Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang sangat penting demi melihat keadaan kesehatan tractus urinarius, berikut ini merupakan contohcontoh pemeriksaan radiologi; 1. Foto polos (BNO) - Perlu pengosongan saluran cerna. - Analisa : a. Besar, aksis dan bentuk ginjal b. Bayangan batu radioopaq pd proyeksi tr urinarius c. Garis psoas simetris 2. IVP a. Pemeriksaan penting memperlihatkan anatomi dan fungsi b. Media kontras intravena. Kontras media IV adalah senyawa iodium yang mempunyai efek toksik terhadap ginjal, selain memang di ekskresi oleh ginjal. Sehingga penting untuk memperhatikan fungsi ginjal pada pasien yang akan diperiksa dengan menggunakan kontras media IV.

c. Kontra indikasi gagal ginjal (kadar ureum dan kreatinin), >3 d. Tahapan pemeriksaan dan posisi di sesuaikan keperluan ( standar 5 menit, 15 menit, 2530 menit, buli-buli penuh dan post voiding). e. Analisa perjalanan kontras 1) Untuk menilai fungsi sekresi dan ekskresi ginjal. 2) Bentuk pelviokalices 3) Ada/tidak pelebaran sistem pelviokalices 4) Ada/tidak ekstravasasi kontras 5) Ada/tidak hambatan drainase serta pelebaran diameter ureter 6) Bentuk dan kaliber serta reguleritas dinding kandung kemih 7) Ada./tidak filling defect atau additional shadow , ekstravasasi kontras pada kandung kemih 8) Sisa urine post voiding 3. Tomogrphy Untuk melihat kontur dan ukuran ginjal. 4. RPG (Retrograde Pylography) Untuk melihat tractus Urinarius yang tidak terlihat dengan IVP. Dengan memasukkan kontras melalui kateter. 5. APG (Antegrade Pylography) a. Berguna untuk melihat traktus urinarius yang mengalami sumbatan total, serta menilai level sumbatan. b. Dilakukan pemasangan Catheter Nefrostomi ( biasanya di OK), kemudian pasien dibawa ke radiologi kontras dimasukkan melalui chateter( dilakukan pada kasus-kasus Hidronefrosis hebat, untuk tindakan penyelamatan ginjal ) c. Biasanya fungsi ginjal dapat membaik setelah dilakukan tindakan ini. 6. Cystography Untuk melihat buli buli. 7. Uretrocystography Tujuannya melihat keadaan buli-buli dan uretra , apakah ada filling defect karena Prostat, tumor, batu, apakah ada penyempitan uretra ( infeksi / post trauma) 8. MCU ( Micturiting cystouretrogram) a. Gambaran imejingnya biasanya hampir sama dengan uretrocystogram. b. Penilaian biasanya ditujukan pada uretra, karena pasien kesulitan dalam BAK.

c. Pengambilan gambar dilakukan pada saat kontras dimasukkan melalui uretra dan pasien di minta untuk miksi ( kalau perlu sambil mengedan) sehingga di dapat gambar daerah penyempitan /striktur dari uretra. 9. Angiography Untuk melihat vaskulariasi ginjal. Menggunakan bahan kontras. Biasanya untuk transplantasi. 10. USG a. Menggunakan Gelombang suara ultra. b. Menilai: morfologi, kontur,hidronefrosis, batu, tumor dll. c. Bedside d. Real time e. Mudah dioperasikan f. Tanpa persiapan g. Sebagai penapis h. Merupakan pemeriksaan kedua terbanyak pada sistim traktus urinarius. i. Saat ini USG color doppler, 3 dimensi dan 4 dimensi j. Dapat sebagai guiding untuk nefrostomi, aspirasi kista ginjal,

11. CT scan (Computer Tomography) a. Menggunakan sinar X, dapat melihat potongan aksial dan coronal dan sagital dengan rekonstruksi b. Pesawat CT Scan generasi terbaru adalah multislice CT Scan lebih cepat dan high resolution. c. Berguna melihat organ-organ secara menyeluruh, untuk kasus ginjal biasanya untuk melihat morfologi ginjal, tumor-tumor pada ginjal serta perluasannya, (untuk staging tumor) d. Dapat menggunakan kontras media baik oral maupun IV. 12. MRI ( Magnetic Ressonance Imaging ) a. Menggunakan medan magnet, berkekuatan tinggi, makin tinggi kekuatan medan magnt makinhigh resolution. Dan makin cepat di dunia sudah ada MRI 3 tesla, di indonesia 1,5tesla. b. Fungsinya hampir sama dengan CT Scan namun dalam memberikan detai lebih baik, serta sampai taraf pefusi sel dapat dinilai, sertamultiplanar (sagital, aksial, coronal sekaligus).

13. MR Urography Pemeriksaan traktus urinarius, tanpa menggunakan kontras media IV, dan tidak

memerlukan khusus karena flow urine yang dinilai apakah ada hambatan / tidak, sehingga pada pasien-pasien CKD dapat dilakukan tanpa takut pada /contrast media nephropathy ( CIN). 14. Nuclear medicine a. Berguna untuk menilai fungsi ginjal, GFR (glomerulo Filtration Rate) dan ERPF ( Effective Renal Plassma Flow) keduanya dapat dihitung karena menggunakan Geiger Muller Counter (alat pencacah radioaktif), biasanya pemeriksaan ini disebut renogram. b. Zat radioaktif yang biasanya digunakan TC 99M DTPA ( Dimercapto Triphospatinic Acid) dan TC 99M DMSA ( Dimercapto Succinic Acid). c. Jadi dengan cara menyuntikan zat radioaktif ke dalam tubuh kemudian menggunakan gama kamera kita dapat melihat polling zat radioaktif tsb dan dapat menghitung aktifitas radioaktif di ginjal. d. Kita juga dapat menilai hipertensi yang disebabkan karena ginjal dengan penggunakan pemeriksaan renogram catopril. induce

Pemeriksaan Laboratorium Ada beberapa specimen urin yang digunakan dalam pemeriksaan lab, yaitu: 1. Urin sewaktu: tanpa persiapan khusus. 2. Urin pagi: urin pertama setelah bangun tidur. Baik dipakai untuk pemeriksaan sediment urin, tes kehamilan, proteinuria ortostastik. 3. Urin puasa: harus puasa min 8 jam. 4. Urin post prondial: urin 2 jam setelah makan. 5. Urin Tes Toleransi Glukosa (TTG): berkaitan dengan tes toleransi glukosa oral. 6. Urin 24 jam: urin yang dikumpulkan selama 1 hari atau 24 jam. Butuh pengawet. 7. Urin 3 gelas: berkemih tanpa berhenti ke dalam 3 gelas. Gelas pertama berisi urin yang pertama kali keluar (25-30ml). Gelas kedua berisi urin berikutnya (midstream urine). Dan, gelas ketiga berisi urin yang terakhir keluar, setelah dilakukan massage prostate. Pemeriksaan urin yang paling mendasar adalah pemeriksaan urin rutin. Pemeriksaan urin rutin adalah penyaring dan sebagai dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Sedangkan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin ditambah pemeriksaan kimia, seperti tes urobilinogen, urobilin, bilirubin, dll). Pemeriksaan urin rutin meliputi: Volume

Pemeriksaan makroskopis Protein Glukosa Sedimen

Pemeriksaan Makroskopis a. Volume urin Manfaat dari pemeriksaan volume urin adalah untuk menilai keseimbangan cairan tubuh, bersama-sama dengan pemeriksaan berat jenis urin, merupkan salah satu tes faal ginjal, menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif/ semikuantitatif suatu zat, dan membantu menegakan diagnosis penyakit. Poliuria merupakan keadaan dimana volume urin lebih dari 2500 L/24 jam. Poliuria fisiologik terjadi karena pemasukan carian berlebihan, pemberian diuretika, minuman yang mempunya efek diuretika, cuaca dingin, dan nervositas. Poliuria patologik terjadi pada diabetes melitus, diabetes insipidus, hipertensi, tumor medula spinalis, dan akromegali. Oligouria merupakan keadaan dimana volume urin kuran dari 200 mL/24 jam. b. Warna urin Dipengaruhi oleh jumlah diuresis, kepekatan urin, obat yang dimakan, makanan dan minuman tertentu. c. Kejernihan urin, Memiliki penilaian jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh. Kekeruhan urin normal dapat disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf dan karbonat, peningkatan jumlah sel epitel dalam sedimen urin, dan kontaminasi bakteri. Kekeruhan urin yang abnormal dapat disebabkan oleh eritrosit, leukosit, khilus, bakteriuria, dan benda-benda koloid. d. Berat jenis urine, Bervariasi dari waktu ke waktu. Pemeriksaan ini menggambarkan tes faal pemekatan ginjal. Berat jenis urin 24 jam adalah 1016-1022, sedangkan berat jenis urin sewaktu adalah 1003-1030. Hiperstenuria adalah berat jenis urin yang meningkat. Dapat terjadi pada demam, dehidrasi, proteinuria, glukosuria, hiperhidrosis, dan insufisiensi kelenjar adrenal. Hipostenuria adalah berat jenis urin yang menurun, dapat terjadi pada overhidrasi, diabetes insipidus, dan glomerulonefristis menahun. e. Bau urin,

disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau urin yang abhormal adalah amoniak, aseton, dan bau busuk. f. pH urin memberikan gambaran keadaan pH tbuh. pH urin normal berkisar 4.8-7.4. cara pemeriksaannya adalah carik celup dan pH meter. pH urin dipengaruhi oleh status asam basa tubuh, diet, dan infeksi traktus urinarius.

Pemeriksaan Mikroskopis Dalam permeriksaan ini, urin harus dijadikan sediment, dengan cara: 1. Masukkan 7-8ml urin yang telah dicampur homogen ke dalam tabung sentrifuse. 2. Tabung sentrifuse dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 Rpm. 3. Supernatan urin (cairan bagian atas) dibuang dengan gerakan yang agak cepat, kemudian tabung sentrifuse ditegakkan kembali agar cairan yang tadinya menempel di dinding tabung turun kembali ke dasar dan volume cairan sedimen urin menjadi 0,5 ml. 4. Kocok tabung untuk meresuspensi sediment. 5. Teteskan sediment di atas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. 6. Pemeriksaan sediment urin dilakukan dengan mikroskop cahaya, kondensor diturunkan dan diafragma dikecilkan. 7. Pelaporan dilakukan dalam LPK, yaitu pembesaran 100x. Dan, LPB yaitu pembesaran 400x. Pemeriksaan sediment urin ada 2, yaitu; sediaan natif (tanpa pewarnaan) dengan pewarnaan (misalnya Sternheimer Malbin, sudan III).

Unsur-unsur yang dinilai dalam pemeriksaan sediment urin adalah: 1. Unsur organic Eritrosit (normal tidak ada) Leukosit (normal tidak ada) Epitel, bermacam macam tergantung asalnya. 2. Silinder Merupakan cetakan protein yang terjadi di tubuli ginjal. Protein Tamm Horsfall merupakan matriks dasar untuk terbentuknya silinder. Pembentukan silinder terjadi bila pH urin asam, mengandung kadar garam tinggi (urin pekat) dan terdapat stasis. Pembentukkan terjadi

pada pars ascendens ansa henle, tubuli colligen atau tubulus distal. Macam macam silinder, antara lain ialah: silinder hialin kedua sisi parallel, ujung membulat, dan tidak berwarna/transparan. Silinder eritrosit pada permukaannya ada eritrosit. Silinder leukosit pada permukaannya ada leukosit. Silinder epitel pada permukaannnya ada sel epitel. Silinder berbutir pada permukaannya ada granula. Sifatnya bisa kasar/halus. Silinder lilin tidak berwarna/agak keabu abuan. Ukuran lebih lebar dari silinder hialin, bagian pinggir tidak rata, dan sering kali bagian ujungnya bersudut. Silinder lemak mengandung butir butir lemak. Dapat dilihat dengan sudan III. 3. Mikroorganisme a. Bakteri: bakteriuria, Kontaminasi b. Jamur/hifa: Candida albicans; tampak sebagai massa bulat, pada bagian ujung terdapat tunas. c. Parasit: Trichomonas vaginalis, Schistosoma hematobium, Telur cacing 4. Kristal Jenis kristal terbentuk dipengaruhi oleh pH urin. a. Kristal dalam urin alkalis: tripel fosfat, fosfat amorf, kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan ammonium biurat. b. Kristal dalam urin asam: asam urat, urat amorf, dan natrium urat. Kristal di atas masih dianggap normal terdapat pada urin. Kristal yang abnormal adalah sistin, leusin, tirosin, kolesterol, bilirubin, dan hematoidin, serta kristal dari obat: sufonamida. 5. Lain lain Spermatozoa Silindroid, mirip silinder tapi salah satu ujungnya mengecil sampai menjadi halus seperti benang. Benang lender, bentuk panjang berombak ombak. Dapat ditemukan bila terjadi iritasi pada mukaan selaput lender traktus urogenitalis bagian distal. Serat Potongan jaringan Bahan kontras

Pemeriksaan kimia 1. Pemeriksaan protein Keadaan normal ekskresi protein melalui urin 50-150mg/hari, terdiri dari protein berat molekul rendah dan protein yang disekresikan oleh organ traktus urogenitalia. Kadar protein dalam urin normal biasanya <10mg/dL dan tidak terdeteksi dalam pemeriksaan urin rutin. Pemeriksaan proteinuria ada 3 macam, yaitu semikuantitatif, kualitatif, dan kuantitatif. a. Pemeriksaan semikuantitatif 1) Cara turbidimetrik Prinsip: penemabahan asam dan pemanasan urin yang mengandung protein akan menyebabkan terjadinya presipitasi protein. Ada 2 cara, yaitu dengan penambahan asam sulfosalisilat 20% (peka tapi tidak spesifik) dan asam asetat 6%. Hasil negative palsu dapat terjadi pada highly buffered alkaline urine sehingga reagen asam dinetralkan. Untuk itu perlu mengasamkan urin sampai pH 5-6 baru tes diulang kembali. Hasil positif palsu bisa terjadi karena urin mengandung zat zat yang akan menimbulkan kekeruhan dengan penambahan asam. Misal: zat kontras metabolit tolbutamid, sefalosporin, penisilin, dan sulfonamide. Nukleoprotein dan musin, keruh setelah penambahan asam sebelum pemanasan. Proteosa, keruh hilang setelah pemanasan. Asam asam resin, keruh akan larut dalam alcohol. Protein Bence Jones 2) Pemeriksaan dengan carik celup; Carik celup yang dipakai untuk menemukan proteinuria berdasarkan fenomena kesalahan penetapan pH oleh adanya protein. Indikator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein pada pH tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna itu enjadi ukuran semikuantitatif pada proteinuria. Biasanya indikator yang terdapat pada carik celup adalah tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berbuha warna menjadi hijau sampai hijau biru sesua dengan banyaknya protein dalam urin.

b. Pemeriksaan kualitatif Untuk penetapan protein bence jones. Protein bence jones bersifat fisik larut pada suhu mendidih dan pada tes pemanasan dengan asam asetat, kekeruhan akan timbul kembali bila urin didinginkan pada suhu 60o. Bila urin dipanaskan kembali, kekeruhan akan menghilang. c. Pemeriksaan kuantitatif Cara esbach (dengan albuminometer esbach)

2. Pemeriksaan glukosa urin Normal glukosa tidak terdapat dalam urin. Glukosuria dapat terjadi bila kadar glukosa plasma melebihi Tm atau penrunan Tm. Cara pemeriksaan ada 2 macam: a. Cara reduksi Pemeriksaan akan (+) juga bila dalam urin terkandung zat zat yang bisa mereduksi, seperti fruktosa, laktosa, galaktosa, vit. C, aspirin, asam urat, dll. Cara reduksi ini dilakukan antara lain dengan cara; Tes benedict (-) tetap biru/agak sedikit kehijauan dan agak keruh, (+) hijau kekuningan, (++) kuning keruh dengan kadar 1-1,5% glukosa, (+++) warna jingga dengan kadar 2-3,5% glukosa, (++++) warna merah keruh dengan kadar >3,5% glukosa. Reagen fehling Nylander reduksi alkalin bismuth subnitrat oleh glukosa akan terbentuk presipitat berwarna hitam. Ragen tablet, misalnya clinitest. Kurang sensitive disbanding tes benedict. b. Cara enzimatik Spesifik untuk glukosa. Ada n2 jenis enzim yang digunakanyaitu glukosa oksidase dan peroksidase. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vit. C kadar tinggi, 5 hydroxy indol acetic acid, homogentisic acid, aspirin, levodopa, dan urin dingin. Sedangkan hasil positif palsu bila mengandung oksidator kuat, BJ urin rendah sehingga sensitifitas meningkat, dan carik celup terpapar udara.1-7 c. Dengan cara peragian Glukosa CO2 + H2O CO2 + NaOH Na2CO3 (keruh) d. Tes Ozason

Prinsip pemeriksaan: glukosa + fenil hidrasin ozason Masing masing jenis gula akan membentuk kristal ozason yang khas. Glukosa, fruktosa akan membentuk kristal ozason yang sama.

3. Pemeriksaan benda keton Dalam keadaan normal, keton tidak terdapat di dalam urin. Tetapi bila terjadi gangguan metabolisme karbohidrat yang mengakibatkan peningkatan metabolisme lemak, maka benda keton akan terdapat dalam urin dengan komposisi: asam beta hidroksi butirat (78%), asam aseto asetat (20%), dan aseton (2%). dengan reagen rothera (+) cincin ungu di perbatasan, (-) cincin cokelat. Tes ini tidak dapat mendeteksi adanya asam betahidroksi butirat.
Dengan reagen Gerhardt (+) warna merah anggur, (-) tidak terbentuk warna merah

anggur. Tes positif palsu dengan fenol, salisilat, antipirin, NaHCO3

4. Pemeriksaan bilirubin Dalam keadaan normal, urin mengandung bilirubin direk sebanyak 0,02 mg/dL dan jumlah ini tidak terdeteksi dengan pemeriksaan urin rutin. Bilirubinuria terjadi akbat adanya penyakit hati. Bilirubin merupakan senyawa yang bersifat tidak stabil dan akan menghilang bila urin dibiarkan, terutama bila terkena sinar matahari (fotolabil). Karena itu, pemeriksaan dilakukan dengan urib yang diambil langsung dari kandung kemih. a. Percobaan busa jika timbul busa kuning, maka hasil (+). Hasil (+) palsu bila kadar urobilin urin tinggi dan adanya beberapa jenis obat, seperti akriflavin, piridium, dll. b. Tes oksidasi Percobban Harrison Bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin. Hasil (+) akan timbul warna hijau/biru-hijau. Tes gmelin Bilirubin + asam nitrat kholesianin (biru/hijau) c. Reaksi diazo

5. Pemeriksaan urobilinogen urin Keadaan normal terdapat dalam urin 1-4mg/hari. Pmeriksaan urobilinogen dapat dipakai untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi sal. Empedu. Terdapat korelasi antara urobilinogen urin dan bilirubin urin.

6. Pemeriksaan urobilin Urin normal mengandung urobilin.Hasil (+) fluoresensi hijau dengan dasar gelap.Bila urin sudah berfluoresensi sebelum dilakukan pemeriksaan berarti palsu, karena adanya eosin, akriflavin, riboflavin, atau merkurokrom.

7. Pemeriksaan darah dalam urin Hematuria merah keruh Hemoglobinuria merah jernih. Jika + ammonium sulfat berpresipitasi, tes darah samar (-) Mioglobinuria merah jernih. Jika + ammonium sulfat berpresipitasi, tes darah samar (+).

8. Pemeriksaan bakteri dalam urin Normal tidak ada bakteri dalam urin. Dalam pemeriksaan, harus bisa dibedakan kuman dari saluran urinarius dengan hasil kontaminasi.

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari Sel ke Sistem / Lauralee Sherwood; alih bahasa, Brahm U. Pendit; editor, Beatricia I. Santoso. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001. 2. Sloane E. Sistem muskular. Dalam : Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG; 2003.h.119-41.Histologi dasar 3. Fungsi Ginjal dan Proses Pembentukan Urine. Edisi 2007. Diunduh dari

http//eni.web.ugm.ac.id, 2 Oktober 2009. 4. Fisiologi Ginjal. Edisi 2007. Diunduh dari http//www.geocities.com, 2 Oktober 2009. 5. Ginjal. Edisi 2007. Diunduh dari http//www.scribd.com, 2 Oktober 2009. 6. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Urogenital- 1. Jakarta: UKRIDA; 2009. 7. Sutton David. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa; dr. Kuswidayanti; editor, S. Susanto dr. Jakarta: KDT; 1995. 8. Sudiono H, Iskandar I, Halim SL, Santoso R, Sinsanta. Urinalisis.Jakarta;2008.p.13-34 9. Sumadikarya IK, Rumiaati F, Kasim YI, Kusumahastuti, Sutardhio H, Sumbayak EM,et al. Urogenital1. Jakarta: UKRIDA; 2009. 10. Fiore M. Atlas histologi manusia. In: Eroschenko VP, editors. 9th ed. Jakarta: EGC; 2002.p.187-95.

Anda mungkin juga menyukai