“Maternitas II”
Dosen :Rimba Aprilianti,Ners.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
Nama : SARPIKA YENA AMALIA
Nim : 2018.C.10a.0985
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama
yang berada di STIKes Eka Harap materi tentang” " sehingga diharapkan dengan
makalah ini mahasiswa maupun pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis
berharap adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini
pada masa yang akan datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………... I
KATA PENGANTAR............................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN……………………….....................................
2.5 Sadari.................................................................………………….. 56
BAB III PENUTUP……………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina dengan cara
mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan.
Metode vaginal smear dapat diaplikasikan dalam bidang kesehatan, salah satu
contohnya yaitu untuk mendeteksi penyakit kanker mulut rahim yang disebabkan
oleh Human Papilloma Virus atau HPV. Metode yang digunakan adalah
pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa
dibawah mikroskop.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apus Vagina ( pap smear )
Apus vagina (pap smear) adalah pemeriksaan penyaringan sederhana,
cepat, dan relatif tidak sakit, yang digunakan untuk mendeteksi sel kanker atau
prakanker dalam serviks atau leher rahim. Melakukan apus vagina secara teratur
sangat perlu untuk pendeteksian dan pengobatan dini kanker leher rahim.
Namun, jika terjadi perdarahan (pada vagina) yang tak diduga-duga atau
terdapat bercak sebelum pertemuan, tidak ada perlunya untuk
membatalkan pertemuan.
Dokter kesehatan reproduksi akan menilai jumlah darah dan menentukan
bila apus vagina perlu dilakukan sekarang atau perlu dijadwalkan ulang di
lain hari.
2. Hindari melakukan apa pun yang dapat mengganggu hasil apus vagina.
Selama 24 sampai 48 jam sebelum melakukan apus vagina, sangat penting
untuk menghindari segala aktivitas atau ‘menaruh’ apa pun pada atau di sekitar
vagina yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan. Hindari hal-hal berikut:
Berhubungan seksual
Mandi
Menggunakan tampon (alat serap/sumbat kasa berbentuk silinder)
Menyemprotkan air (jangan pernah menyemprotkan air pada area vagina)
Memakai krim atau losion untuk vagina
5
3. Ingatlah untuk mengosongkan kandung kemih Anda sebelum melakukan
pemeriksaan.
Pada saat pemeriksaan, suatu alat akan dimasukkan ke dalam vagina Anda
dan kemungkinan dokter akan menekan perut bagian bawah Anda. Oleh karena
itu, menghindari minum terlalu banyak cairan serta memastikan Anda
mengosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan merupakan hal yang sangat
baik.
Sebelum apus vagina dapat dilakukan, Anda perlu melepaskan pakaian dari
bagian pinggang ke bawah.
Anda mungkin akan diberi gaun pasien rumah sakit untuk dipakai selama
pemeriksaan dilakukan, atau Anda diminta melepaskan semua pakaian dari
bagian bawah tubuh Anda.
Normalnya, Anda akan diberi sebuah seprai atau handuk untuk diletakkan
pada bagian tengah tubuh dan paha, sehingga Anda tidak merasa benar-
benar telanjang.
1. Berbaring pada meja pemeriksaan dan letakkan kaki Anda pada pijakan kaki.
Pijakan tersebut akan menjaga kaki Anda ‘melebar’ dan lutut Anda
bertekuk, sehingga dokter akan memiliki gambaran jelas dari vagina Anda
sepanjang prosedur pemeriksaan.
Jika Anda tidak yakin akan cara meletakkan kaki Anda pada pijakan
tersebut, tanyakan pada dokter, ia akan dengan senang hati memandu
Anda.
6
Sebelum apus vagina dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
pada vulva (bibir luar vagina).
Sebelum dan selama apus vagina dilakukan, dokter akan meminta Anda untuk
berkonsentrasi melakukan napas dalam.
Fokus pada pernapasan Anda membantu relaksasi perut, kaki, dan otot
vagina, memudahkan dokter lebih mudah memasukkan spekulum.
Jika ini adalah apus vagina Anda yang pertama, fokus pada pernapasan
juga akan membantu Anda tetap tenang dan merasa tidak gugup sebelum
dan selama pemeriksaan.
Spekulum adalah alat dari logam atau plastik untuk membuka dinding
vagina, untuk membantu dokter memeriksa leher rahim jika ada yang tidak
normal.
Setelah spekulum dimasukkan, dokter akan menggunakan sikat kecil-mirip
maskara (disebut cytobrush) untuk mengambil sampel dari dinding leher
rahim.
7
5. Bersiap untuk beberapa ketidaknyamanan sepanjang prosedur pemeriksaan.
Setelah dokter mengumpulkan sampel sel dari dinding leher rahim, ia akan
meletakkan sampel tersebut ke dalam penampang kaca, kemudian meletakkannya
di dalam kotak pelindung biru.
Seluruh prosedur ini hanya memerlukan waktu tiga sampai lima menit.
Setelah dokter selesai mengumpulkan sampel, ia akan melepas spekulum,
kemudian Anda bisa melepas kaki dari pijakan dan memakai pakaian
Anda kembali.
Sampel sel akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Anda akan
diberi tahu segera setelah hasilnya keluar.
Apus vagina adalah cara yang mudah dan efektif untuk mendeteksi tanda-
tanda awal kanker leher rahim. Ini penting, mengingat kanker leher rahim
8
dapat disembuhkan sepenuhnya dengan pengobatan sederhana jika dapat
dideteksi secara dini.
Kanker leher rahim tingkat lanjut memerlukan pengobatan yang lebih
mendalam, seperti histeroktomi (pengangkatan uterus) dan radioterapi
(terapi menggunakan radiasi). Meskipun sudah ada berita tentang
penelitian yang menjanjikan terhadap vaksin virus papiloma manusia,
pendekatan utama untuk kanker ini adalah diagnosis dan penanganan dini.
Apus vagina direkomendasikan untuk setiap wanita, mulai dari usia 21 tahun.
Jika hasil apus vagina yang pertama normal dan virus papiloma manusia negatif,
Anda dianggap berisiko kecil dan hanya perlu mengulangi apus vagina setiap 3
tahun sekali.
Wanita berusia 40 tahun berisiko tinggi terkena kanker leher rahim, jika
usia Anda di bawah 40 dan tidak pernah melakukan apus vagina, Anda
sangat disarankan memeriksakannya sesegera mungkin.
Ingatlah bahwa apus vagina tidak digunakan untuk mendeteksi kanker
lainnya, seperti kanker rahim atau uterus. Oleh karena itu, Anda masih
perlu menjadwalkan pemeriksaan kesehatan reproduksi rutin untuk
menilai kesehatan vagina, leher rahim, rahim, dan pelvis.
Satu-satunya wanita yang ‘tidak’ perlu melakukan apus vagina rutin
adalah yang tidak memiliki sejarah displasia serviks (pertumbuhan
abnormal sel-sel pada permukaan rahim) dan sudah melakukan
histeroktomi dengan pengangkatan rahim.
3. Waspadalah akan akibat yang dapat ditimbulkan dari hasil yang abnormal bagi
kesehatan Anda.
9
Jika sel-sel diidentifikasi bersifat kanker atau prakanker, dokter akan
menentukan cara atau pengobatan terbaik. Jika kondisi tersebut diketahui
sejak dini, pengobatan sederhana imunisasi virus papiloma manusia akan
cukup untuk melenyapkan sel-sel kanker. Resep obat yang paling sering
adalah Gardasil.
Jika kanker bersifat lebih parah, pengobatan lebih ekstrem seperti
radioterapi atau histeroktomi akan diperlukan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berhubungan seksual
Mandi
Menggunakan tampon (alat serap/sumbat kasa berbentuk silinder)
Menyemprotkan air (jangan pernah menyemprotkan air pada area vagina)
Memakai krim atau losion untuk vagina
11
Daftar Pustaka
12
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Kanker payudara
merupakan neoplasma spesifik yang terlazim pada wanita dan merupakan
sebab utama kematian akibat kanker pada wanita berusia 40-44 tahun.
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit
kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat kanker, dan
lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Jenis
kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per
100.000 perempuan) dan kanker leher rahim (16 per 100.000 perempuan).
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk
(Riskesdas 2013), serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari
seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi insidens kanker
payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher
rahim 17 per 100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Angka ini
meningkat dari tahun 2002, dengan insidens kanker payudara 26 per 100.000
perempuan dan kanker leher rahim 16 per 100.000 perempuan
(Globocan/IARC 2012). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%),
disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5%
perempuan di negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan
penapisan, dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju. Berdasarkan
Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Data Rutin Subdit Pengendalian
Penyakit Kanker Dit. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Ditjen
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan
RI. Estimasi jumlah kasus kanker servik dan dan kanker payudara di profinsi
Sumatera Barat untuk kanker serviks sebesar 2.285 dan untuk kanker
payudara sebanyak 2.285.
13
Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan
pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat
pengobatan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan
hidup lebih lama. Oleh karena itu penting dilakukan pemeriksaan rutin secara
berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) merupakan Komite
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/389/2014 pada 17 Oktober 2014.
KPKN bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
akibat kanker di Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang
terintegrasi, melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Upaya untuk mencegah kanker didukung pula oleh Ibu Negara, Iriana
Joko Widodo, beserta Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-
KK), yang terdiri dari para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain, yang
bersifat nonprofit dan berbadan hukum. Organisasi ini mewadahi serangkaian
program untuk mendukung tercapainya nawacita Presiden Jokowi yang terkait
upaya revolusi mental dan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan
berbagai kementerian/institusi/lembaga terkait yang sudah ada sejak lama,
secara profesional di masyarakat dengan bersinergi sehingga dapat
mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan OASE-Kabinet Kerja. Komitmen
pencegahan kanker diwujudkan dengan pencanangan program nasional peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia untuk periode 2015-2019.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit
atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya
menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas
Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination
(CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan tes IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat).
14
Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dilakukan pada
kelompok sasaran perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas program
deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50 %
perempuan sampai tahun 2019. Deteksi dini kanker payudara dilakukan
dengan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yaitu pemeriksaan payudara
oleh petugas kesehatan sambil mengajarkan kepadan Ibu/klien untuk
melakukan SADARI setiap bulannya Berdasarkan data rutin Subdit Kanker
Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai
dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara
baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32
provinsi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki
program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6%.
Untuk capaian deteksi dini kanker cervik dan kanker payudara di
Puskesmas Tanjung Paku tergolong masih rendah dari target yakni 7,22 %
( 50 orang dari target 692 orang )
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IVA
2. Bagaimana Pemeriksaan IVA
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Pemeriksaan IVA
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana deteksi dini Ca Mamme dan Ca Cerviks
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang mempengaruhi deteksi dini
Ca Mamme dan Ca Cerviks.
3. Untuk megetahui dan mencari bagaimana solusi yang diharapkan dapat
mengatasi masalah yang menghambat pencapaian program deteksi dini
Ca Mamme dan Ca Cerviks
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi penulis
15
Menambah pengetahuan penulis tentang manfaat deteksi dini Ca Mamme
dan Ca Cerviks dan pencapaian deteksi dini Ca Mamme dan Ca Cerviks
16
BAB II
PEMBAHASAN
IVA adalah dengan sumber daya sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan
lain (Depkes, 2010) karena:
a) Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
b) Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes yang lain yang digunakan untuk
penapisan kanker leher rahim
c) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di
semua jenjang sistem kesehatan
d) Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
17
e) Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah
didapat dan tersedia
f) Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan yang
tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai
lesi prakanker
2.2 Perbandingan IVA dengan tes penapisan lainnya.
Tersedia
IVA ya ya ya ya ya
18
(HIV/AIDS)
2.4 Kapan Harus Menjalani Pemeriksaan IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat siklus menstruasi, saat
kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.Tes IVA dapat dilakukan
pada wanita yang dicurigai atau diketahui menderita IMS atau HIV/AIDS.
Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika harus konseling
dibutuhkan. Untuk masing-masing tes akan diberikan beberapa instruksi baik
yang sederhana untuk ibu (misalnya, kunjungan ulang ibu untuk tes IVA setiap
tahun secara berkala atau 3-5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus
dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan diberikan, risiko potensial atau
manfaat pengobatan dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau
pengobatan yang lebih lanjut.
19
lengkap. Wanita yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani
deteksi dini dengan metode IVA karena zona transsisional leher rahim pada
kelompok ini biasanya berada pada endoserviks dalam kanalis servikalis sehingga
tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berhubungan seksual
Mandi
Menggunakan tampon (alat serap/sumbat kasa berbentuk silinder)
Menyemprotkan air (jangan pernah menyemprotkan air pada area vagina)
Memakai krim atau losion untuk vagina
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Company, Philadelphia.
22
BAB I
PENDAHULUAN
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak
sakit, serta hasil yang akurat. Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan
untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding
vagina.
Pemeriksaan pap smear merupakan cara yang mudah, murah, sederhana,
aman, dan akurat untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi
kanker, untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks, mengetahui
tingkat berapa keganasan kanker serviks, dan mendeteksi infeksi-infeksi
disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual.
23
4. Untuk mengetahui waktu pemeriksaan pap smear.
5. Untuk mengetahui syarat yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan pap smear.
6. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam melakukan pemeriksaan pap
smear.
7. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan pap smear.
8. Untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan pap smear.
9. Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks.
24
BAB II
PEMABAHASAN
25
3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
26
3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4. Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5. Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun
kanker serviks.
6. Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).
27
2.5 Syarat Pengambilan Pap Smear
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap
Smear adalah sebagai berikut :
1. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan
sebelum menstruasi berikutnya.
2. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat
kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan
bahan pemeriksaan.
4. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh
dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam
sebelum pemeriksaan.
6. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas
kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi
hasil analisis sel.
2.6 Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)
Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia yang bersedia melakukan
pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi antara lain:
1. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
2. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
3. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
4. Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga ahli
sitologi.
2.7 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Air mengalir
b. Spatula Ayre
c. Sabun cair
d. Pensil kaca (marker)
e. Larutan antiseptik
f. Spekulum
28
g. Lap
h. Alkohol 95%
i. Larutan hipoklorit
j. Kaca benda (object glass)
k. Lap bersih atau tissue
l. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
m. Handuk kecil atau tissue
n. Sarung tangan steril
o. Formulir pemeriksaan
p. Tempat sampah non-medis
q. Tempat sampah medis
29
1) Siapkan peralatan dan bahan.
2) Cuci tangan aseptik dengan langkah seperti pada cuci tangan rutin dengan
menuangkan kira-kira 5 ml larutan antiseptik pada tangan dan mengeringkan
dengan mengangin-anginkan.
3) Pasang sarung tangan steril.
4) Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus
genitalis.
5) Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum.
6) Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada
introitus vagina (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah
sejajar introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) dan dorong
bilah spekulum ke dalam lumen vagina.
7) Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90 derajat hingga
tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci
pengatur bilah atas bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding
atas dan bawah vagina).
8) Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan wama porsio, dinding dan sekret vagina dan forniks).
9) Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya
pengambilan epitel tidak terganggu)
10) Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio diusahakan di
daerah squamo-columnair junction. Sampel diambil dengan menggunakan
spatula Ayre yang diputar 360°.
11) Oleskan sampel pada gelas objek diusahakan tidak terlalu tebal/terlalu tipis.
12) Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat menggunakan
spray yang disemprotkan dari jarak 20-25 cm, atau dengan merendam pada
wadah yang mengandung etil alkohol 95% selama 15 menit yang kemudian
dibiarkan mengering kemudian diberi label.
13) Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
30
14) Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan. Beritahukan pada ibu
bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil
tempat duduk.
15) Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam baskom berisi
larutan klorin 0,5%, gosokkan kedua tangan untuk membersihkan bercak-
bercak darah yang menempel pada sarung tangan.
16) Lepaskan sarung tangan.
31
Kontrol ulang segera
6. Kelas V : Karsinoma Invasif
Kontrol ulang segera
32
6. Defisiensi Zat Gizi
Beberapa penelitian dapat menyimpulkan bahwa dfisiensi asam folat dapat
meningkatkan risiko terjadinya NIS 1 da NIA 2, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi
beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dari makalah ini ialah Pap smear
merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim
dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta
hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang mudah, aman
dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di
dinding vagina (Dianada, 2008).
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim.Beberapa
faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia,
status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan
factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ( Dianada, 2007 ).
B. Saran
34
Daftar Pustaka
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstentri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika..
Nurwijawa, Hartanti, Andrijono, dan Suheimin. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker
Serviks. Jakarta : Elek Media Komputerindo.
Harahap, Syarifah. 2014. Analisis Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga
Terhadap Pelaksanaan Pap’smear Untuk Deteksi Kanker Serviks Di
Puskesmas Petisah Medan, diambil dari http:// repository. usu. ac. Id/handle
/123456789/49696 pada tanggal 8 Agustus 2016. Sumatera : USU.
35
BAB I
PENDAHULUAN
36
agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil
Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan
Kairo), Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek
paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh
sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling
baik menurutdirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kelompok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat
penting di dalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan
pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyuluhan. Sejauh
mana kegiatan tersebut bisa merubah perilaku masyarakat akan sangat
dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang ikut berperan dan saling berkaitan
dalam proses perubahan perilaku itu sendiri.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan reproduksi adalah dengan cara melakukan pendidikan
kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tetapi juga bisa
dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, yang
biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai bidan adalah salah satunya
memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dan pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi pada masyarakat maka didalam makalah ini kami
akan membahas tentang “Promosi Kesehatan dalam upaya merubah cara
pandang masyarakat terhadap Kesehatan Reproduksi”
37
3. Jelaskan pengertian kesehatan reproduksi ?
4. Jelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi ?
5. Jelaskan tentang pendidikan kesehatan/promosi kesehatan dalam
mengubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan reproduks ?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui pengertian pendidikan kesehatan
2. Mengetahui pengertian promosi kesehatan
3. Mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
4. Mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi
5. Mengetahui dan memahami tentang pendidikan kesehatan /promosi
kesehatan dalam mengubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan
reproduksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
38
2.1.1 Definis Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada
individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya, pendidikan
kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan
teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
harapan atau tujuan kegiatan tersebut.
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan
proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan.
Cara penyampaian informasi dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan
dengan melibatkan ilmu lain termasuk psikologi sosial yang diperlukan ketika
melakukan promosi (Kemm and Close, 1995).
Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang
dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara
mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup
penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan
merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas.
39
meningkat, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku.
2.1.3 Prinsip Pendidikan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri
yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran
agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap
dan tingkah lakunya sendiri.
d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
40
and improve their health”. To reach a state of complete physical, mental and
social well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspiration, to satisfy needs, and to cange or cope with the environment. Hal
tersebut jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan.
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini
,health promotion di maknai sebagai perluasan dari healt education atau
pendidikan kesehatan.
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan dan memandirikan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta
pengembangan lingkungan yang sehat (Depkes, 2000).
Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk
memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Istilah dan pengertian promosi kesehatan ini merupakan
pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi).
Menurut Notoatmodjo (2005), Promosi Kesehatan dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
41
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa
masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan
gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta
mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan
tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve
their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan.
2.2.2 Tujuan
a. Memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka.
b. Menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan
42
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empow¬erment).
b. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitamya. Di
samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini
akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (so¬cial
support).
c. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tertier pendidikan kesehatan Dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi (advocacy) kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan
umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan
anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya
promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empow¬erment).
2.2.4 Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial.
43
b. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.
Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan
mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi. Misi Promosi Kesehatan
yaitu :
a. Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan.
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu
kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu
upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-
keputusan.
b. Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan
perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan
kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu
jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai
program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.
Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki
peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
c. Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu
dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun
44
tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam
rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan
peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
2.3 Strategi Promosi Kesehatan terhadap kesehatan reproduksi
a. Advokasi : mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk
melakukan perubahan tata nilai atau peraturan yang ada untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga tujuan
promosi kesehatan terhadap kesehatan reproduksi (peningkatan
pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku) dapat tercapai. Kelompok
sasaran untuk strategi advokasi ini biasa dikenal dengan istilah kelompok
sasaran tersier. Bentuk opersional dari strategi advokasi ini biasanya
berupa pendekatan kepada pimpinan/institusi tertinggi setempat
b. Bina suasana : membuat lingkungan sekitar bersikap positif terhadap
tujuan promosi kesehatan yang ingin dicapai yaitu peningkatan
pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku. Strategi ini biasanya
digunakan untuk kelompok sasaran para pemimpin masyarakat dan /atau
orang-orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan dan
perilaku kelompok sasaran utama. Kelompok sasaran untuk strategi bina
suasana ini biasa dikenal dengan istilah kelompok sasaran sekunder.
Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa pelatihan, sosialisasi
program, pertemuan-pertemuan, yang dapat memanfaatkan metode
komunikasi modern dan formal maupun metode sederhana (tatap muka)
dan informal.
c. Gerakan masyarakat : membuat pengetahuan kelompok sasaran utama
(yaitu mereka yang memiliki masalah) meningkat yang diikuti dengan
perubahan perilaku mereka sehingga dapat mengatasi masalah yang
dihadapi. Kelompok sasaran untuk strategi gerakan masyarakat ini
umumnya merupakan kelompok sasaran utama atau dikenal dengan istilah
kelompok sasaran primer yaitu mereka yang pengetahuan dan perilakunya
hendak diubah. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa tatap
muka langsung atau penyuluhan kelompok dan lebih sering memanfaatkan
45
metode komunikasi yang lebih sederhana dan informal, misalnya
melakukan latihan bagi kader-kader PKK dan kader posyandu sehingga
mereka menjadi tahu tentang kesehatan reproduksi atau pelayanan
kesehatan reproduksi yang tersedia sehingga dapat memberi tahu
masyarakat dilingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan tersebut.
2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Promosi Kesehatan terhadap Kesehatan
Reproduksi
Tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan Petugas dalam melaksanakan
setiap kegiatan promosi Kesehatan Reproduksi, yaitu:
a. Keterpaduan
Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan
dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi, petugas
penyelenggara, dana, maupun sarana.
b. Mutu
Materi promosi kesehatan haruslah bermutu artinya selalu didasarkan pada
informasi ilmiah terbaru, kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan,
jujur serta seimbang (mencakup keuntungan dan kerugian bagi sasaran),
sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk
menyampaikannya, jelas dan terarah pada kelompok sasaran secara tajam
(lokasi, tingkat sosial-ekonomi, latar belakang budaya, umur), tepat guna
dan tepat sasaran.
c. Media dan jalur
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dapat dilaksanakan melalui
berbagai media (tatap muka, media tertulis, elektronik, tradisional dll) dan
jalur (formal, informal, institusional, dll) sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing media dan
jalur sesual dengan kondisi kelompok sasaran dan pesan yang ingin
disampaikan. Materi dan pesan disampaikan dengan tema yang sama
dan konsisten agar tercapai sinergi.
d. Efektif (berorientasi pada penambahan pengetahuan dan perubahan
perilaku kelompok sasaran)
46
Kegiatan KIE yang efektif akan memberi dua hash, yaltu (1)
penambahan pengetahuan dan (2) perubahan perilaku kelompok sasaran.
Pesan-pesan KIE Kesehatan Reproduksi harus berisi informasi yang jelas
tentang pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan akan mampu
diiakukan oleh kelompok sasaran.
e. Dilaksanakan bertahap, berulang dan memperhatikan kepuasan sasaran
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap,
berulang-ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan
kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang
diharapkan. Materi dan pesan yang bervariasi tidak membosankan,
sehingga penerima pesan tertarik dan senang dengan informasi yang
diterima. Maka perlu dioiah sedemikian
rupa agar akrab dengan kondisi dan Iingkungan kelompok sasaran
melaiui pemilihan bahasa, media, jalur dan metode yang sesuai.
f. Menyenangkan
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang
kreatif dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang
atau terhibur. Penyampaian yang kreatif dan inovatif dilakukan melalui
pendekatan “pendidikan yang menghibur” (edu-tainment) yang
merupakan kombinasi dan education (pendidikan) dan entertainment
(hiburan) dimana kelompok sasaran diajak berfikir melalul rangsangan
rasionai sehingga mendapat informasi yang bermanfaat (sebagai hash
kegiatan pendidikan) sekaligus diberi rangsangan emosional berupa
hiburan menarik yang membuat mereka merasa senang (terhibur).
g. Berkesinambungan (diikuti tindak lanjut)
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampalan pesan-pesan saja,
akan tetapi harus dilkuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.
Artinya setelah kegiatan KIE dilaksanakan perlu selalu diikuti penilaian
atasproses (apakah telah dilaksanakan sesuairencana?) dan peniiaian atas
hash (apakah pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah
berubah?) untuk menyiapkan kegiatan berikutnya.
47
Harus diingat bahwa perubahan perilaku bukanlah hal yang mudah, dan setiap
perilaku yang baru perlu didukung secara terus menerus agar dapat bertahan
sehingga akhimya menjadi kebiasaan. Karena itu kegiatan KIE harus
dilakukan secara terus menerus, berulang-ulang dan berkesinambungan
sampai perilaku yang baru tersebut benar-benar mapan dan menjadi
kebiasaan kelompok sasaran.
2.5 Kesehatan Reproduksi
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. (WHO,
1992).
Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
Kesehatan No. 23 Tahun 1992).
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo, 1994 yaitu suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya. (Depkes, 2001).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik
dan kesejahteraan social secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa
pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras,
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dan masyarakat dan
lingkungan.(BKKBN, 1996)
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
48
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak lahir sampai mati. Pelaksanaan kesehatan reproduksi
menggunakan pendekatan siklus hidup agar diperoleh sasaran yang pasti dan
komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan
berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dengan
bertumpu pada program pelayanan yang tersedia. Secara luas, ruang lingkup
kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Penceghan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk
HIV/AIDS.
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi.
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan penganan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
8. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula dll.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan
berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja,
wanita usia subur, klimakterium, menopause, hingga meninggal. kondisi
kesehatan seorang ibu hamil mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkannya,
termasuk didalamnya kondisi kesehatan organ-organ reproduksi bayinya.
permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak
perempuan mengalami haid/ menarche yang bisa berisiko timbulnya anemia,
perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit
hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu juga menyangkut kehidupan
remaja memasuki masa perkawinan. Remaja yang menginjak masa dewasa bila
kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda yang
mana mempunyai risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya. selain hal
tersebut diatas ICPD juga menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga
mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan
dan aman. seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertulari penyakit
49
menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan
terbebas dari paksaan. hubungan seksual dilakukan dengan memahami dan
sesuai etika dan budaya yang berlaku.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Depkes RI dilaksanakan
secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi
yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yaitu
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b. Keluarga berncana
c. Kesehatan reproduksi remaja
d. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS
Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK)
terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut.
2.7 Pendidikan Kesehatan/ Promosi kesehatan dalam upaya merubah cara
pandang masyarakat terhadap kesehatan reproduksi
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku.
Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam
masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya) atau dengan kata
lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan
atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
1. Baik laki-laki maupun perempuan. Kesehatan reproduksi kurang dipahami
oleh masyarakat, melahirkan masalah baru diakibatkan perilaku tidak
aman : unwanted pregnancy, PMS, HIV/ AIDS, uncommunicable diseases,
dll.
50
2. Kegiatan promosi kesehatan menjadi hal essensial. Menurut WHO,
Promosi kesehatan : proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol
dan memperbaiki kesehatan mereka. Termasuk didalamnya upaya
memperbaiki, memajukan, mendorong dan menempatkan kesehatan lebih
tinggi pada kebutuhan perorangan ataupun masyarakat pada umumnya.
3. Promosi kesehatan dapat berfokus pada individu, kelompok atau seluruh
populasi dan menekankan pada komponen pendidikan, motivasional
meliputi perubahan individu, kelompok serta tehnik” mempengaruhi
masyarakat.
4. Intervensi promosi kesehatan akan efektif bila dilakukan kombinasi
strategi. Fokus strategi dampak keluaran individu kelompok populasi
pendidikan motivasi organisasi ekonomi peraturan teknologi adaptasi
perilaku adaptasi lingkungan kualitas hidup kesehatan lebih baik
5. Merubah perilaku kesehatan: Membantu orang-orang membuat pilihan
sehat adalah tantangan buat semua tenaga kesehatan. Individu memiliki
kekebasan memilih dan beberapa orang mungkin memilih untuk terus
menerus dengan perilaku tidak sehat (misalnya: merokok) karena
meyakini bahwa merokok dapat menurunkan BB. Perubahan perilaku
kesehatan merupakan proses kompleks yang melibatkan masalah
psikologi, sosial dan lingkungan. Merubah perilaku terbukti efektif untuk
mengubah banyak faktor masalah kesehatan seperti penyalahgunaan obat
dan pengendalian BB.
6. Pemberdayaan Prochaska dan Diclimente (1984) mendeskripsikan
beberapa fase perubahan perilaku. Pemahaman terhadap fase ini
membantu petugas kesehatan menuntun perubahan perilaku klien dari satu
fase ke fase berikut. Tahap perubahan perilaku Fase pre kontemplasi. Pada
fase ini klien tidak memiliki kesadaran untuk berubah. Promosi kesehatan
pada fase ini difokuskan pada peningkatan kesadaran terhadap perilaku
tidak sehat . Fase mulai terjadi perubahan perilaku. Klien sudah memiliki
motivasi untuk berubah. Mendorong klien kearah perubahan merupakan
tindakan yang sesuai
51
7. Tahap perubahan perilaku Fase Komitmen. Klien memiliki niat serius
untuk berubah. Pada fase ini petugas membantu menterjemahkan niat
menjadi rencana tindakan, strategi mengatasi masalah dan
mengidentifikasi sumber-sumber yang mendukung. Buat jadwal
perubahan perilaku dan review kemajuan secara periodik. Fase Tindakan
adalah Klien mengubah perilakunya. Dukungan selama fase ini dapat
berupa konsultasi teratur, kelompok pendukung melalui teman, keluarga,
telpon. Fase Maintenens. Klien berusaha menjaga perilaku barunya.
Strategi koping yang telah diidentifikasi sebelumnya sangat diperlukan.
Dukungan yang berkelanjutan hal yang vital karena sebagian besar klien
gagal pada awal fase ini.
8. Tahap perubahan perilaku Fase Relaps. Klien kembali ke perilaku
lamanya. Petugas kesehatan harus mengidentifikasi alasan terjadinya
relaps dan mengarahkan lagi ke fase kontemplasi. Rata-rata perokok
memerlukan 3 kali siklus sebelum berhasil berubah perilakunya. Fase
Keluar. Fase dimana perubahan perilaku kesehatan telah terjadi dan dapat
dijaga keterlanjutannya.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi
kesehetan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi.
52
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi
kesehetan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2010. Konsep dan Prinsip Promosi Kesehatan. [Online].
http://enyretnaambarwati.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April 2013
Cahyo, Kusyogo, Tri Prapto Kurniawan dan Ani Margawati. 2008. Faktor –
faktor yang mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA
Negeri 1 Purbalingga Kabuapten Purbalingga. Vol. 3. No. 2
54
Donggala. 2012. Pendidikan Kesehatan Masyarakat. [Online].
http://donggala92.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April 2013
Ganiajri, Faqihani, Sri Winarni dan Besar Tirto Husodo. 2012. Jurnal Kesehatan
Masyarakat : Perbedaan Pemanfaatan Multimedia Flash dan ceramah
sebagai media pendidikan kesehatan Reproduksi Remaja bagi Remaja
Awal di SMP Negeri 3 Turi Kabupaten Sleman. Vol. 1. No. 2. Hal. 154 –
162
Lasari, Risma Fazriyanti. 2012. Media dan Metode dalam Promosi Kesehatan.
[Online]. http://princeskalem.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April 2013
Nugroho dan Arsad Rahim Ali. 2008. Perilaku Kesehatan dan Proses
Perubahannya. [Online]. http://arali2008.files.wordpress.com. Diakses
tanggal 18 April 2013
Nurfadilla. 2012. Perilaku dalam Promosi Kesehatan. [Online].
http://nurfadila384.wordpress.com. Diakses tanggal 18 April 2013
55
Tim Revisi File Lab Fak. Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2011.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.
[Online]. http://fk.uns.ac.id. Diakses tanggal 18 April 2013
Utami, Wiwik Sri. 2007. Kajian Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Vol. 6.
No.
BAB I
PENDAHULUAN
56
(Brunner & Sudarth, 2001). Namun jika seseorang memiliki pengetahuan yang
kurang tentang SADARI maka akan menyebabkan wanita usia subur tidak
memperdulikan tentang SADARI.
Benjolan di payudara ditemukan dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara sendiri sangat penting bagi para
wanita terutama usia dewasa awal. Kurangnya kesadaran dalam perilaku
melakukan pemeriksaan payudara sendiri menjadi permasalahan utama. Hal ini
terkait bahwa para wanita kurang mengalami suatu kepekaan dengan
payudaranya, sehingga kurang perhatian terhadap kondisi payudaranya(Yuni,
2009).
Menurut Hidrah (2008), pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah
sangat penting sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah menderita kanker
payudara atau tidak.Adanya informasi tentang SADARI serta kanker payudara
menjadi motivasi para wanita untuk menambah pengetahuan tentang area
payudara. Hal ini menjadi dasar utama untuk menambah pengetahuan tentang
pemeriksaan payudara. Semakin meningkatnya tingkat pengetahuan tentang
pemeriksaan payudara sendiri maka akan mempengaruhi sikap para wanita untuk
menyadari pentingnya pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah resiko
kanker payudara. Hal tersebut meningkatkan kesadaran para wanita khususnya
usia dewasa awal untuk memotivasi diri sendiri mempraktekkan secara langsung
pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengetahui kondisi payudaranya
(Manuaba, 2008).
Peran perawat terkait dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
adalah sebagai edukator yaitu memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan
tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang meliputi pendidikan
kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pendidikan
kesehatan tentang pemeriksaan sendiri akan menambah pengetahuan perempuan
tentang pemeriksaan payudara sendiri sehingga akan meningkatkan status
kesehatan perempuan.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian sadari?
2. Apa tujuan dari sadari?
57
3. Bagaimana cara melakukan sadari?
4. Bagaimana cara pemeriksaan sadari?
58
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Tujuan
Menurut Ramli (2001) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara
dini jika ada kelainan di payudara. Tujuan utama deteksi dini kanker payudara
59
adalah untuk mendeteksi secara dini terdapat benjolan pada payudara (Nurcahyo,
2010). Sedangkan menurut Sandina (2011) tujuan dilakukan sadari adalah untuk
menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih
baik.
Waktu SADARI
1) Haid teratur : waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid.
2) Haid tidak teratur : setiap 6 bulan sekali, saat baru selesai menstruasi.
3) Waktu : 10 menit setiap bulan periksa payudara.
2.3 Cara melakukan SADARI
1) Semasa mandi
Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari, gerakkan secara
mendatar perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan
tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri
untuk payudara kanan. Periksa dan cari bila terdapat gumpalan /
kebetulan keras, menebal dipayudara.
2) Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan keatas kepala, putar-putar tubuh
perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cekak pinggang anda, tekan
turun perlahan-lahan ke bawah untuk menegangkan otot dada dan
menolak payudara anda kehadapan. Perhatikan dengan teliti segala
perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap payudara. Lihta pula
jika terdapat kekauan, lekukan atau puting tersorot kedalam. Dengan
perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan
keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau mengandung
darah.
3) Berbaring
Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah
bahu kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari
anda mendatar dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil,
bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari
degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting. Lakukan putaran untuk
memriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi hal yang sama
60
pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri
dan tangan kiri diletakkan dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada
terdapat sebarang gumpalan dibawah dan dibawah dan disepanjang atas
tulang selangka.
Menurut Bustan (2007) cara SADARI :
1) Amati :
a) Lakukan pemeriksaan didepan kaca.
b) Berdiri didepan kaca, lengan terletak disamping badan.
c) Perhatikan bentuk dan ukuran paudara.
d) Normal jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama.
e) Kemudian, perhatikan juga bentuk puting dan warna kulit.
f) Lakukan hal yang sama dengan posisi tangan berbeda-beda (kedua
tngan diangkat, tangan diletakkan dipinggang, atau badan sedikit
membungkuk)
g) Lakukan hal ini waktu mandi atau sedang bercermin sehingga
seorang perempuan dapat mengenali bentuk payudara.
2) Rasakan
a) Berbaring dengan bantal dibawah pundak kiri.
b) Letakkan tangan kanan dibelakang kepala membentuk 90 derajat.
c) Gunakan 3 jari tangan kiri anda untuk merasakan benjolan dan
penebalan kulit payudara.
d) Tekan dengan baik payudara anda.
e) Pelajari bagaimana rasa payudara anda pada biasanya.
f) Jari dapat memilih beberapa arah jelajah : -melingkar, -naik turun,
dan pilah-pilah.
g) Langkah ini memastikan anda menjelajahi seluruh area dan
membantu untuk mengingatkan bagaimana keadaan payudara.
h) Sekarang periksa payudara kiri dengan 3 jari tangan kanan anda.
2.4 Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri
Melihat
61
Buka baju dan berdiri tegak didepan cermin dengan kedua bahu lurus dan
lengan di pinggang. Perhatikan ada tidaknya perubahan ukuran dan
bentuk dari payudara (bentuknya membesar atau mengeras, berlekuk, ada
kerutan pada kulit atau tidak).
62
Gambar 3. Memijat (Alhamsyah, 2009)
Meraba Ketiak
Setelah itu raba ketiak dan area disekitar payudara. Tekan payudara
memutar searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari yang
dirapatkan, dimulai dari posisi jam 12.00 pada tepi luar payudara, putar
belahan kebagian dalam dan diakhiri pada bagian putting susu. Ketika
menekan, periksa berlahan ada benjolan atau tidak pada permukaan
kulit, tengah-tengah jaringan payudara dan didasar payudara, saat
meraba terasa nyeri atau tidak.
63
karena kanker payudara yang ditemukan pada tahap dini dan ditangani
secara benar dapat sembuh secara tuntas (Kasdu,
2005).
64
Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) menurut Bustan
(2007)
1) posisi berdiri
a) Berdiri didepan cermin, relaks.
b) Tangan dipinggang.
c) Lihat keadaan umum payudara, dalam hal besar, kedudukan,
bentuk, warna kulit, dan perubahan lain dari keadaan normal atau
tidak ada sebelumnya.
2) Posisi berdiri
a) Berdiri didepan cermin.
b) Angkat kedua lengan ke atas.
c) Perhatikan perubahan yang terjadi pada payudara, dibandingkan
keadaan tegak biasa tau adanya perubahan dari keadaan normal
sebelumnya.
d) Secara khusus perhatikan adanya kemungkinan tanda-tanda
penarikan atau ketegangan kulit.
3) Posisi berbaring
a) Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan,
yaitu dengan perabaan memakai ujung-ujung jari tangan, dari
batas luar payudara hingga kearah puting.
b) Periksa secara seksama terhadap segala kemungkinan adanya
benjolan kecil.
4) Posisi berdiri
a) Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan.
b) Bandingkan keadaannya dengan waktu berbaring sebelumnya,
dengan segala kemungkinan benjolan yang ditemukan.
c) Sediakan waktu hanya lima menit, sekali sebulan untuk SADARI.
65
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang hubungan pengetahuan kanker payudara
dengan perilaku SADARI peneliti menyimpulkan bahwa 54% mempunyai
pengetahuan baik. Faktor penunjang yang melatarbelakangi pengetahuan baik
antara lain adanya fasilitas internet, perpustakaan, kegiatan program studi,
seminar, diskusi, dll. Selain itu responden juga peduli akan kesehatan. Sedangkan
57% memiliki perilaku cukup, hal ini dikarenakan responden tidak mengetahui
waktu pemeriksaan payudara sendiri yang tepat, kurang tepat dalam melakukan
langkah-langkah dan teknik pemeriksaan payudara sendiri.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan kanker payudara
dengan perilaku SADARI. Pentingnya institusi pelayanan keperawatan
memberikan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan khususnya kesehatan
sistem reproduksi wanita kepada mahasiswi non medis.
3.2 Saran
Dengan ada nya pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui manfaat melakukan SADARI sejak dini, mohon maaf jika masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,semoga apa yang saya
sampaikan diatas bisa bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga
bermanfaat untuk pembaca atau untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.
66
Daftar Pustaka
Abdullah, N., Tangka, J., & Rottie, J. (2013). Hubungan Pengetahuan tentang
Kanker Payudara dengan Cara Periksa Payudara Sendiri pada Mahasiswi
Semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. No 1.
Agustus 2013.
Hanifah, A.N. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Wanita
Usia Subur dalam Melaksanakan Deteksi Dini Kanker Payudara Metode
SADARI di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta. [Skripsi
Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Harnianti., Sakka, A., & Saptaputra S.K. (2016). Studi Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun 2016. [Skripsi Ilmiah]. Kendari:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
67
Jose, R.L.B. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri Volume 12. No.1 Juni 2010.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
68