Anda di halaman 1dari 13

NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR

LINNI KHOLIJAH

162010114

DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik oleh masyarakat.
Sebagai contoh, orang menolong orang memiliki nilai baik, sedangkan
mencuro merupakan tindakan tidak baik. Untuk menentukan itu dikatakan baik
atau tidak baik, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal
ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tidak
heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Contoh, masyrakat yang tinggal di perkotaan lebih
menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-
pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cendrung
menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu
keharmonisan dan tradisi turun-menurun.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa
sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai pengawas (kontrol)
perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang
berperilkaku sesuai dengan nilai yang di anutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nilai
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan
terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap atau prilaku
seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah tentang nilai-nilai yang
dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Nilai
merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-langkah yang
seharusnya dilakukan karena merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam
dan diperoleh seseorang sejak kecil atau sejak dini. Nilai dipengaruhi oleh
lingkungan dan pendidikan.
Klasifikasi nilai-nilai adalah suatu proses dimana seorang dapat
menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri. Seorang
bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanannya. Selain menggunakan ilmu
kebidanan yang ia miliki juga diperkuatboleh nilai yang ada didalam diri
mereka. Setiap manusia tentu melakukan suatu aktivitas dan tindakan untuk
mencapai tujuan yang ia harapkan. Pada kenyataannya tidak sedikit orang yang
melakukan segala tindakan untuk mencapai tujuannya, baik itu berupa tindakan
baik maupun tindakan buruk.yang penting ia mampu mencapai tujuan yang ia
harapkan. Dalam hal ini, perlu adanya suatu patokan atau tolaak ukur untuk
mengatur tindakan maanusia.
1. Nilai-nilai memiliki karateristik, yaitu:
a. Nilai membentuk dasar perilaku seseorang.
b. Nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang
konsisten.
c. Nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang.
d. Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang.

2. Istilah nilai (value) menurut kamus poerwadorminto diartikan sebagai


berikut:
a. Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.
b. Harga sesuatu, misalnya orang.
c. Angka, skor.
d. Kadar, mutu.
e. Sifat-sifat atau halpenting bagi manusia.
3. Beberapa pandangan tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Menurut bambang daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
b. Menurut darji darmodiharjo adalah kualitas atau keadaan yang
bermanfaat bagi manusia baik lahir ataupun batin.
Sehingga nilai merupakan suatu bentukpenghargaaan serta keadaan
yang bermanfaaat bagi maanusia sebagai penentu dan acuan dalam
melakukan sesuatu tindakan. Yang mana dengan adanya nilai maka
seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus bertingkah laku agar
tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku,
karena di dalam nilai terdapat norma-norma yang dijadikan suatu batasan
tingkah laku seseorang.
4. Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu memiliki sifat sebagai berikut:
a. Menyenangkan (peasent)
b. Berguna (useful)
c. Memuaskan (profutable)
d. Menarik (interesting)
e. Keyakinan (belief)
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pertama mengatakan bahwa niilai itu
objektif. Sedangkan pendapat kedua mengatakan nilai itu subjektif.
Menurut aliran idealisme, nilai itu objektif ada pada setiap sesuatu. Tidak
ada yang diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di
dalamnya, dengan demikian, segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi
manusia. Hanya saja manusia tidak atau belum tahu nilai apa dari objek
tersebut. Aliran ini disebut juga dengan aliran objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada objek
yang menilainya. Misalnya air menjadi sangat bernilai dari pada emas bagi
orang yang kehausan di tengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi
seorang petani, gunung bernilai bagi seorang pelukis, dan sebagainya. Jadi,
nilai itu subjektif. Aliran ini disebut aliran subjektivisme.
Di luar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya
nilai ditentukaan oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai.
Sebelum ada subjek yang menilai maka barang atau subjek itu tidak
bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan antara aliran
subjektivisme dan objektivisme. Contoh nilai adalah keindahan, keadilan,
kemanusiaan, kesejahteraan, kearifan, keagungan, kerapian,keselamatan,
dan sebagainya.
B. Penyerapan atau pembentukan nilai
Individu tidak lahir dengan membawa nila-nilai (velues). Nilai-nilai ini
diperoreh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta
budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan
menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk
memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi
dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut
diambil dengan berbagai cara antara lain :
1. Modeling
Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang
baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman
sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana ia bergaul.
2. Moralizing
Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi
tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan
kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.

3. Laissez-faire
Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nnilai ini kurang terarah
dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang
dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut
kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya
pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
4. Responsible choice
Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk
menggali nilai-niali tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya
untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari
seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya
sendiri.
5. Reward and punishment
Penghargaan dan sanksi; perlakuan yang biasa diterima seperti
mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan
sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan
perilaku yang tidak baik.
C. Nilai personal dan nilai luhur
1. Nilai personal
Nilai personal merupakan nilai yang timbul dari pengalaman peribadi
seseorang, nilai tersebut membentuk dasar perilaku seseorang yang nyata
melalui pola perilaku yang konsisten dan menjadi kontrol internal bagi
seseorang, serta merupakan komponen intelektual dan emosional dari
seseorang.
2. Nilai personal profesi
Pada tahun 1985 “The Amerikan Assiciation Collages Of Nursing”
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-
nilai personal dalam praktik kebidanan profesional.

Perkumpulan ini mengidentifikasi tujuh nilai-nilai personal profesi, yaitu:


a. Aesthtics (keindahan)
Kulitas objek suatu peristiwa atau kejadian,seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan
kepedulian.
b. Alturims (mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, asuhan, kedermawanan atau
kemurahan hati serta ketekunan.
c. Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikap kejujuran, harga diri dan toleransi.
d. Freedom (kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memiliki kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin, serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
e. Human digrity (martabat manusia)
Bberhubungan dengan martabat yang melekat terhadap martabat
manusia sevagai individu, termasuk di dalamnya yaitu kemanusiaan,
kebaikan, pertimbangan, dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
f. Justice (keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal. Termasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serja kewajaran.
g. Truth ( kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita. Termasuk akuntabilitas, kejujuran,
keunikan, dan reflektifitas yang rasional.
3. Nilai luhur
Nilai luhur merupakan suatu keyakinan dan sikap-sikap yang dimiliki
oleh setiap orang. Dimana sikap-sikap tersebut berupa kebaikan, kejujuran,
kebenaran yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna
pada kehidupan seseorang. Nilai luhur dalam pelayanan kebidanan yaitu
suatu penerapan fungsi nilai dalam etika profesi seorang bidan, dimana
seorang bidan yang profesional dapat memberikan pelayanan pada pasien
dengan berdasarkan kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang diperoleh agar
tercipta hubungan yang baik antara bidan dan pasien.
4. Penerapan nilai
Seorang bidan harus mampu menerapkan nilai-nilai luhur dimanapun
dan kapanpun dia memberikan pelayanan kebidanan, karena nilai luhur
dalam praktik kabidanan sangat menunjang dalam proses pelayanan serta
pemberian asuhan pada pasien. Nilai luhur yang dimiliki oleh setiap orang
mempunyai kadar yang berbeda. Nilai luhur tergantung oleh setiap individu,
bagaimana cara individu menerapkan dan mengelola dalam kehidupannya.
Nilai luhur bukan hanya diterapkan pada pasein saja, tetapi juga pada
rekan-rekan seprofesi, tenaga kesehatan lainnya,serta masyarakat secara
umum. Sebab hubungan yang dijalin berdasarkan nilai-nilai luhur dapat
membantu dalam peningkatan paradigma kesehatan, khususnya dalam
praktik kebidanan. Nilai-nilai luhur yang sangat diperlukan oleh bidan yaitu:
a. Kejujuran
b. Lemsh lembut
c. Ketetapan setiap tindakan
d. Menghargai orang lain
Dasar pelayananke bidan yang baik yaitu:

a. Rasa kecintan pada sesama manusia


b. Mengembangkan sikap saling tegang rasa dan tolong menolong dalam
menghadapi pasien.
c. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
d. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
e. Memberi pelayanan kesehatan pada ibu dan anak.
f. Berani membela kebenaran dan keadilan.
g. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.
h. Bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
D. Kebijaksanaan dan nilai-nilai
Bidan harus memiliki komitme yang tinggi untuk memberikan asuhan
kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam
praktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari
pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik formal
atau non-formal dengan teman, sejawat, profesi lain maupun masyarakat. Salah
satu perilaku etis adalah bila bidan menampilkan perilaku pengambilan
keputusan yang etis dalam membantu memecahkan masalah pasien.
Dalam membantu masalah ini bidan menggunakan dua pendekatan dalam
asuhan kebidanan yaitu:
1. Pendekatan berdaasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip sering dilakukan dalam etika kedokteran
atau kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan khusus.
2. Pendekatan berdasarkan asuhan atau pelayanan.
Bidan memandang care aataau asuhan sebagai dasar dan kewajiban moral
hubungan bidan dengan pasien.
Bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis yang berperan dalam
mengurangi angka kematia bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses
persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu
hamil. Melihat besarnyaperan bidan tersebut, maka haruslah ada pembatas
yang jelas mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang bidan tersebut. Maka, dibuatlah kode etik bidan. Dimana kode
etik tersebut merupakan suatu pernyataan komprehensif dan profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktik profesinya.,
baik yang berhubungan dengan pasien sebagai individu, keluarga dan
masyarakat.
Dalam melakukan praktik kebidanan, seorang bidan berpedoman pada
KEPMENKES Nomor 9000/ MENKES/ S/ VII/ 2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan. Tugas dan wewenang bidan terurai dalam bab V pasal 14
sampai dengan pasal 20, yang garis besarnya adalah: bidan dalam
menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan
pelayanan kesehatan masyarakat sebagai pedoman dan tata cara dalam
pelaksanaan progresi, sesuai dengan wewenang peraturan kebijasanaan yang
ada, maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
E. Pertimbangan nilai-nilai
Melakuka pertimbangan nilai adalah kebiasaan sehari-hari bagi kebanykan
orang. Bagi kebanyakan orang penilaian terjadi secara terus-menerus dan jika
sesuatu (benda fisik, cara bertindak seseorang) diutamakan atau dipilih. Dari
tangisnya seorang bayi yang ingin diperhatikan, sampai kepada orang yang
berbelanja memilih barang-barang yang ada di Toserba. Sampai kepada
Negarawan yang menetapkan soal-soal politik nasional atau internasional, kita
terlibat dalam tingkah laku dimana nilai itu menjadi pertaruhan. Sebagai
pilihan ada yang tidak penting seperti pilihan kopi atau teh, jika kita ditanya
lebih suka minum apa; tetapi ada pilihan-pilihan lain yang mempengaruhi
seluruh kehidupan kita seperti jika kita memilih profes, memilih calon istri dan
memilih partai politik untuk menjadi anggota.
‘kehidupan itu memaksa kita untuk mengadakan pilihan, mengukur benda
dari segi lebih baik atau lebih jelek dan untuk memberi formulasi tentang
ukuran nilai. Setiap individu mempunyai perasaan tentang nilai dan tidak
pernah terdapat dalam suatu masyarakat tanpa sistem nilai. Jiuka kita tidak
melakukan pilihan kita sendiri, maka waktu atu teman-teman kita atau
kekuatan-kekuatan luar lainnya akan menetapkan pilihan itu untuk kita, dan ini
berarti penetapan kita juga.
Oleh karena itu, maka kita harus atau tidak perlu mempunyai
ukuran,keyakinan, kesetiaan atau idealisme yang ataas dasar-daasarnya kita
mengatur kehidupaan. Soalnya adalah apakah ukuran-ukuraan tersebut harus
konsisten atau tidak konsisten, harus mengembangkan kehidupan atau
merusaknya. Dalam masyarakat yang agak statis, nilai tercakup dalam adat
kebiasaan tradisi. Adat dan tradisit tersebut dapat diterima dan duilaksanakan
oleh semua anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga mereka itu tidak
sadar akan perbuatan mereka.
Dalam masyarakat yang berubah secara cepat. Seperti maasyarakat dimana
kita hidup, nilai mungkin menjadi bahan perselisihan dan bidang konflik.krisis
sekarang tentang nilai adalah sangat mendalam. Beberapa orang menganggap
krisis tersebut sebagai aspek dari krisis otoritas yang lebih hebat. Pusat otoritas
telah menjadi tidak tetap, dasarnya dipersoalkan, dan akibatnya putusan-
putusannya tidak lagi dipercaya. Mungkin orang menjelaskan bahwa ketidak
percayaan itu disebabkan oleh kejadian-kejadian sejarah yang baru, tetapi
persoalanya adalah lebih besar dari sekedar tidak percaaya kepada juru bicara
yang berkuasa; yang menjadi soal adalah bahwa orang tidak lagi dapat
mempercayai sesuatui apapun.
F. Nilai luhur profesi
Secara umum, nilai luhur profesi bidan terdiri dari:
1. Sikap bebas dari pamrih (mendahuluikan kepentingan pasien di atas
kepentingan pribadi)
2. Pengabdian pada tuntutan etika profesi (profesi luhur menuntut agar
pengemban profesi dalam keadaan apapun menjunjung tinggi tuntutan
profesi)
Dua hal besar fondasi profesional bidan yang dianut,yaitu:
1. CONDUCT (potensi dasar)
a. Empaty
b. Panggilan tugass untuk membantu orang lain.
2. KOMPETENCY (kemampuan yang diajarkan)
a. Fisik/motorik
b. Psikososial
Tiga komponen profesionalisme yang diterapkan dalam profesi kebidanan:

1. Tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaanya


2. Bekerja nberkesenambungan tanpa pengawasan
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan
nilai-nilai kebidanan dalam penerapan etika dan moral disertai komitmen yang
kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat atau
kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai
dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi
jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan kebidanan.
B. SARAN
Demikian makalah ini penulis buat. Dukungan, bantuan, serta partisipasi
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kebaikan, kebenaran, serta
kelengkapan.penulis mohan maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan
dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih atas segala bentuk kerjasama yang terjalin.
DAFTAR PUSTAKA

Juliarti,Widya dan Octa Dwienda.2014.Prinsip etika dan moralitas dalam


pelayanan kebidanan.Yogyakarta:Deepublish.

Frelya,Gita dan Nurrobkha.2015.Etikolegal dalam pelayanan


kebidanan.Yogyakarta:Deepublish.

Darwin,Eryanti dan Hardisman.2014.Etika profesi


kesehatan.Yogyakarta:Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai