PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan
mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk
umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau
tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila
antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata
nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai
persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-
pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung
menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu
keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa
sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas
(kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu
agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami arti dari nilai.
2. Untuk mengetahui dan memahami arti dari nilai personal profesi.
3. Untuk mengetahui dan memahami pembentukan nilai.
4. Untuk mengetahui dan memahami kewajiban bidan (Terhadap diri
sendiri, profesi, tugas, sejawat, klien & masyarakat, bangsa & negara).
1
5. Untuk mengetahui dan memahami penerapan nilai luhur dalam
pelayanan kebidanan.
6. Untuk mengetahui dan memahami penyesuaian diri bidan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Nilai
Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang
penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada
sikap / prilaku seseorang. System nilai dalam suatu organisasi adalah
tentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-
langkah yang seharusnya dilakukan karena merupakan cetusan dari hati
nurani yang dalam dan di peroleh seseorang sejak kecil.
Nilai dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan, yang dewasa
ini mendapat perhatian khusus, terutama bagi para petugas kesehatan
karena perkembangan peran menjadikan mereka lebih menyadari nilai
dan hak orang lain.
Klasifikasi nilai- nilai adalah suatu proses dimana seorang dapat
menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai- nilai mereka sendiri.
Seorang bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanannya. Selain
menggunakan ilmu kebidanan yang ia miliki juga diperkuat oleh nilai
yang ada didalam diri mereka.
Nilai menurut para ahli :
a. Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak
disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
b. A.W.Green
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi
terhadap objek.
3
c. Woods
Mengemukakan nilai adalah petunjuk umum yang telah berlangsung
lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. M.Z Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan
yang pantas,berharga,dan dapan meemengaruhi perilaku sosial dari
orang yang bernilai tersebut.
e. Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat
karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan
kehidupan manusia.
f. Karel J.veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-
pengertian (sesuatu didalam kepala orang)tentang baik tidaknya
perbuatan-perbuatan.dengan kata lain nilai adalah hasil penilaian atau
pertimbangan moral.
4
a. Aesthetics (Keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa / kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan
kepedulian.
b. Alturism (Mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, asuhan, kedermawanan /
kemurahan hati serta ketekunan.
c. Equality (Kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikapkejujuran, harga diri dan toleransi.
d. Freedom (Kebebasan)
Memiliki kafasitas untuk memiliki kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin, serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
e. Human digrity (Martabat Manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang melekat terhadap martabat
manusia sebagai individu, termasuk didalamnya yaitu kemanusiaan,
kebaikan, pertimbangan, dan penghargaan penuh terhadap
kepercayaan.
f. Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal. Temasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
keawajaran.
g. Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita. Termasuk akontabilitas, kejujuran,
keunikan, dan reflektifitas yang rasional.
B. Pembentukan Nilai
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai
ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta
budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan
5
menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk
memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi
dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut
diambil dengan berbagai cara antara lain:
1. Modeling
Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik
atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat
dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul.
2. Moralizing
Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi
tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan
kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
3. Laissez-Faire
Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah
dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang
dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut
kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya
pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
4. Responsible Choice
Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali
nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk di
adaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang
yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
5. Reward and Punishment
Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti
mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan
sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan
perilaku yang tidak baik.
6
C. Kewajiban Bidan
Kewajiban bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SKIII/2007.
1. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
2. Kewajiban Bidan Terhadap Profesi
a. Setiap bidanwajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
3. Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau dipedukan sehubungan kepentingan klien.
7
4. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
5. Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
6. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah Nusa Bangsa dan Tanah
Air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan¬ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
8
dalam pelayanan kesehat[an reproduksi, KIA/KB dan kesehatan
keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga.
9
Nilai – nilai luhur yang sangat diperlukan oleh bidan yaitu
a. Kejujuran
b. Lemah lembut
c. Ketetapan setiap tindakan
d. Menghargai orang lain
F. Contoh Kasus
1. Contoh Kasus Nilai Personal dalam Pelayanan Kebidanan
10
dokter, dengan rujukan tersebut bidan X telah mendapat kan uang 4x lipat
dari proses persalinan normal tersebut dari dokter. Dari sinilah kita dapat
menyimpulkan bahwa nilai personal yang di miliki seorang bidan tidak
bisa dijalankan dengan baik dimana seorang bidan biasa menolong
persalinan pasien dengan normal malah bidan tersebut merujuk pasien ke
dokter agar bisa mendapatkan uang yang lebih banyak, hal ini telah
melanggar kewajiban personal seorang bidan dimana setiap bidan
senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya dan setiap bidan
dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus
memanfaatkan nilai-nilai kebidanan dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengembang peran profesionalnya.
Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis profesional.
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan
pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan kebidanan.
B. Saran
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia.dan bisa
mengharapkan nilai-nilai personal serta nilai luhur profesi dalam pelayanan
kebidanan dengan baik.
12